• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PARTIKEL (JOSHI) DAN

2.6 Defenisi Semantik dan Jenis-Jenis Semantik

Terdapat empat komponen besar dalam mempelajari bahasa, yaitu komponen bunyi, komponen kata, komponen kalimat dan komponen makna. Komponen bunyi dipelajari dalam bidang fonologi, komponen kata (bentuk kata) dipelajari dalam bidang morfologi, komponen susunan kalimat dipelajari dalam sintaksis, dan komponen makna dipelajari dalam semantik.

Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris : semantics) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang disini sebagai padanan kata dari sema itu adalah tanda linguistik. Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda- tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau arti (Chaer, 1995: 2)

Berbicara mengenai makna, maka sama halnya berbicara mengenai semantik. Menurut Djajasudarma (2006:13) makna adalah pertautan yang ada diantara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Setiap unsur kata tentunya memiliki makna dan fungsinya masing-masing.

Dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga) menyatakan fungsi sebagai kegunaan sesuatu hal; peran sebuah unsur bahasa dalam satuan yang lebih luas. Sedangkan makna ialah arti; maksud pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.

Berkomunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama seperti bahasa Jepang, baru akan berjalan dengan lancar jika setiap kata yang digunakan oleh pembicara dalam komunikasi tersebut makna atau maksudnya sama yang digunakan oleh lawan bicara.

Seperti halnya pada partikel bakari, hodo, dan kurai/gurai, makna ketiga partikel tersebut dalam bahasa Indonesia ialah “kira-kira/paling-paling”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga menyatakan makna “kira- kira/paling-paling” sebagai berikut:

 Kira-kira yaitu pendapat yang hanya berdasarkan dugaan atau perasaan, bukan berdasarkan bukti nyata; sangka; hitung; taksir.

 Paling-paling yaitu hal yang menyatakan segala sesuatu yang terlampau besar atau terlampau kecil.

Berkomunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama seperti bahasa Jepang, baru akan berjalan dengan lancar jika setiap kata yang digunakan oleh pembicara dalam komunikasi tersebut makna atau maksudnya sama dengan yang digunakan oleh lawan bicara.

Sutedi (2008: 111) menjelaskan bahwa dalam bahasa Jepang, makna sebagai objek kajian semantik antara lain mengenai makna kata (go no imi), relasi makna (go no imi kankei) antara satu kata dengan kata lainnya, makna frase dalam idiom (ku no imi) dan makna kalimat (bun no imi).

Dalam perannya untuk membahas makna, beberapa pakar linguistik telah berusaha untuk menjabarkan jenis-jenis makna sesuai dengan pandangannya masing-masing.

Chaer (2007: 289) mengemukakan beberapa jenis makna: 1. Makna Leksikal

Makna Leksikal adalah makna yang dimililki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apa pun. Bisa juga dikatakan bahwa makna leksikal ini adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indera kita, atau makna apa adanya. Oleh karena itu, banyak orang mengatakan bahwa makna leksikal ini adalah makna yang ada di dalam kamus.

2. Makna Gramatikal

Makna Gramatikal adalah makna yang baru muncul jika terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. 3. Makna Kontekstual

Makna Kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada dalam sebuah konteks.

Misalnya dalam kalimat:

 Adik jatuh dari sepeda. (dalam hal ini, kata “jatuh” berarti jatuh dari atas ke bawah)

4. Makna Refrensial

Makna Refrensial adalah makna pada leksem yang didasarkan pada refrensi atau acuannya. Kata-kata yang bermakna refrensial memiliki acuan dalam dunia nyata, misalnya pada kata ayam, merah,dan sebagainya. 5. Makna Non Refrensial

Makna Non Refrensial adalah makna yang tidak mempunyai acuan atau refrensi. Seperti kata dan, karena, supaya, adalah tidak termasuk kata-kata yang tidak bermakna refrensial, karena tidak mempunyai referens.

6. Makna Denotatif

Makna Denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Jadi sebenarnya makna denotatif ini sama dengan makna leksikal.

7. Makna Konotatif

Makna Konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif yang ada pada sebuah leksem.

8. Makna Konseptual

Makna Konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Makna konseptual pada dasarnya sama dengan makna leksikal atau makna sebenarnya.

9. Makna Asosiatif

Makna Asosiatif adalah makna yang dimililki sebuah leksem atau kata yang berkaitan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada diluar bahasa. Misalnya kata “merah” berasosiasi dengan “keberanian”, kata “hitam” berasosiasi dengan “kejahatan”.

10.Makna Kata

Makna Kata adalah makna yang lebih jelas dimiliki oleh suatu kata jika kata tersebut sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya.

11.Makna Istilah

Makna Istilah adalah makna yang pasti, yang jelas, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks, sedangkan kata tidak bebas konteks. Namun perlu diingat bahwa sebuah istilah ini hanya digunakan pada bidang- bidang keilmuan atau kegiatan tertentu.

12.Makna Idiom

Makna Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal.

13.Makna Pribahasa

Makna Pribahasa adalah makna yang masih bisa ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya “asosiasi” antara makna asli dengan makna pribahasa.

Leech (2003: 19) membedakan makna ke dalam tujuh tipe, diantaranya: 1. Makna Konseptual

Makna Konseptual disebut juga makna denotatif atau makna kognitif. Dalam pengertian luas tipe makna ini dianggap sebagai faktor sentral

dalam komunikasi bahasa, hal ini disebabkan karena makna konseptual mempunyai susunan yang amat kompleks dan rumit.

2. Makna Konotatif

Makna Konotatif merupakan nilai komunikatif dari satu ungkapan menurut apa yang diacu, melebihi di atas isinya yang murni konseptual. 3. Makna Stilistik dan Afektif

Makna Stilistik merupakan makna sebuah sebuah kata yang menunjukkan lingkungan sosial penggunanya. Sedangkan makna afektif merupakan makna yang secara eksplisit diwujudkan dengan kandungan konseptual atau konotatif dari kata-kata yang digunakan.

4. Makna Refleksi dan Makna Kolokatif

Makna Refleksi adalah makna yang timbul dalam hal makna konseptual ganda, apabila suatu pengertian kata membentuk sebagian dari respon kata terhadap pengertian lain. Sedangkan makna kolokatif adalah makna yang terdiri atas asosiasi-asosiasi yang diperoleh suatu kata, yang disebabkan oleh makna kata-kata yang cenderung muncul di dalam lingkungannya. 5. Makna Asosiatif

Makna reflektif dan makna kolokatif, makna efektif dan makna stilistik: kesemuanya itu lebih merupakan makna konotatif daripada makna konseptual; semua jenis di atas memiliki karakter terbuka, tanpa batas dan memungkinkan dilakukannya analisis menurut skala atau jarak dan bukannya suatu analisis yang diskret. Kesemua tipe tersebut bisa disatukan ke dalam kategori besar, yaitu makna asosiatif.

Makna Tematik adalah makna yang dikomunikasikan menurut cara penutur atau penulis menata pesannya, dalam arti menurut urutan, fokus dan penekanan.

Sedangkan Sutedi (2008: 115) mengemukakan beberapa jenis makna dalam bahasa Jepang, diantaranya:

1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

Makna leksikal dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah

jishoteki-imi (辞書的意味 )atau goiteki-imi (語彙的意味). Makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Misalnya, kata neko (猫) dan kata gakkou (学校) memiliki makna leksikal: kucing dan sekolah

Makna Gramatikal dalam bahasa Jepang disebut bunpouteki-imi (文 法 的 意 味) yaitu makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Dalam bahasa Jepang, Joshi (助 詞) <partikel> dan jodoushi (助 動 詞) <kopula> tidak memililki makna leksikal, tetapi memiliki makna gramatikal, sebab baru jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat. 2. Makna Denotatif dan Makna Konotatif

Makna Denotatif dalam bahasa Jepang disebut juga meijiteki imi (明 示 的 意 味) atau gaien (外 延), yaitu makna yang berkaitan dengan dunia luar bahasa, seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis komponen makna.

Makna Konotatif disebut juga anjiteki imi (暗 示 的 意 味) atau

naihou ( 包) yaitu makna yang ditimbulkan karena perasaan atau pikiran pembicara dan lawan bicaranya.

3. Makna Dasar dan Makna Perluasan

Makna dasar disebut dengan kihon-gi (基本儀) merupakan makna asli yang dimiliki oleh suatu kata. Makna asli yang dimaksud, yaitu makna bahasa yang digunakan pada masa sekarang ini.

Makna perluasan disebut dengan ten-gi (転義) merupakan makna yang mucul sebagai hasil perluasan dari makna dasar, di antaranya akibat penggunaan secara kiasan atau majas (hiyu).

Dokumen terkait