• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Analisis Data

1. Analisis Hasil Belajar

Tabel 4.6

Rekapitulasi Postest Siklus I dan Postest Siklus II

No Nama Siswa Pretest siklus I Postest Siklus I N-Gain Pretest siklus I Postest Siklus I N-Gain 1 Siswa-1 50 80 0,6 60 80 0,5 2 Siswa-2 40 60 0,33 60 70 0,25 3 Siswa-3 60 70 0,25 70 80 0,33 4 Siswa-4 40 60 0,33 60 70 0,25 5 Siswa-5 40 60 0,33 60 70 0,25 6 Siswa-6 60 80 0,5 60 80 0,5 7 Siswa-7 70 80 0,33 80 90 0,5 8 Siswa-8 60 70 0,25 60 80 0,5 9 Siswa-9 50 60 0,2 60 80 0,5 10 Siswa-10 40 60 0,33 60 70 0,25 11 Siswa-11 40 60 0,33 60 70 0,25 12 Siswa-12 60 70 0,25 70 80 0,33 13 Siswa-13 40 60 0,33 60 70 0,25 14 Siswa-14 60 90 0,75 70 90 0,67 15 Siswa-15 50 60 0,2 70 80 0,33

16 Siswa-16 40 60 0,33 60 70 0,25 17 Siswa-17 40 60 0,33 60 70 0,25 18 Siswa-18 60 70 0,25 70 80 0,33 19 Siswa-19 70 90 0,67 70 90 0,67 20 Siswa-20 40 60 0,33 60 70 0,25 Jumlah 1010 1360 7,22 1280 1540 7,41 Rata-rata 50,5 68 0,36 64 77 0,37

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai pretest dan postest siklus I mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata pretest siswa pada siklus I adalah 50,5, dan rata-rata postest adalah 68. Kemudian jika dilihat dari penguasaan konsep yang ditunjukkan dengan N-Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.36, hal ini menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar 36%.

Pada siklus II nilai pretest dan postest mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata pretest siswa pada siklus II adalah 64, dan rata-rata postest adalah 77. kemudian jika dilihat dari penguasaan konsep yang ditunjukkan dengan N-Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.37, hal ini menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar 37%.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan penerapan model pembelajaran talking chips dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada konsep alat tubuh makhluk hidup dan fungsinya di kelas IV MI Matla’ul

Anwar Cibening Pamijahan. Hal ini dapat dilihat dengan selalu ada peningkatan rata-rata hasil belajar siswa antara postest siklus I dan Postest siklus II.

Tabel 4.7

Tabel Perbandingan Hasil Observasi Belajar Siklus I dan II

No Aspek yang di Observasi Siklus I Siklus II

SB B C K SK SB B C K SK

1 Mendengarkan penjelasan guru

tentang tujuan pembelajaran 8 7 3 2 12 6 2 2 Melakukan komunikasi dengan

baik 5 6 6 3 8 7 5 3 Menjawab pertanyaan guru 8 5 6 1 10 6 4 4 Mampu berdiskusi dengan baik 5 6 5 4 7 8 5 5 Menanyakan hal yang belum

diketahui 5 8 5 2 7 6 7 6 Mengungkapkan pendapat 4 6 7 3 5 10 6 7 Keaktivan dalam berdiskusi 5 7 4 4 8 7 5 8 Melakukan tes akhir 2 3 4 11 3 8 9

Pada observasi siklus I pertemuan I, peneliti menemukan beberapa penemuan pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu

a) Kurangnya siswa bertanya kepada guru atau kepada siswa lain jika ada materi yang belum dipahami.

b) Dalam berdiskusi untuk memecahkan masalah, siswa masih canggung dan tidak serius hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa melakukan kegiatan diskusi.

c) Sebagian besar siswa tidak serius dalam mengerjakan tugas dari guru, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mondar-mandir mencari contekan dari teman lainnya.

d) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap materi yang diberikan oleh guru

e) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru yang disampaikan pada akhir pembelajaran

Pada pertemuan ke II proses pembelajaran mengalami peningkatan yang cukup signifikan, suasana kelas terasa lebih hidup, proses transformasi ilmu terjadi dua arah tidak hanya guru yang berusaha untuk menyampaikan ilmu akan tetapi siswa mulai aktif bertanya terhadap apa yang belum merekan pahami. Diskusi kelompok berlangsung khidmat, sebagian siswa dapat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Pada pertemuan ke II ini peneliti menemukan beberapa penemuan pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu

a) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap materi yang diberikan oleh guru

b) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru yang disampaikan pada akhir pembelajaran

Pada siklus ke II ini pembelajaran terus mengalami peningkatan yang signifikan, ini dibuktikan dengan suasana pembelajaran yang terjadi dua arah, diskusi kelompok dalam rangka memecahkan masalah berlangsung dengan a lot, siswa lebih serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru dapat dijawab dengan tepat, suasana posttest berlangsung dengan hidmat dan penuh keseriusan. Siswa berusaha untuk bertanya terhadap apa yang belum mereka mengerti dan pahami. pada siklus II penelitian dianggap telah berhasil, sebagian besar rencana proses pembelajaran telah terlaksana dengan baik. Pada proses pembelajaran siklus II ini peneliti berhasil menemukan satu temuan yaitu siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap materi yang telah diberikan oleh guru.

C. Pembahasan

Dari hasil penelitian diatas baik hasil observasi maupun hasil belajar kemudian direkapitulasi dan dianalisis untuk mengetahui perbandingan hasil observasi maupun hasil belajar sehingga dapat diketahui ada peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas IV MI Matla’ul Anwar

pembelajaran talking chips ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi IPA. Hal ini terlihat adanya peningkatan hasil test yang semula nilai rata-rata kelas siklus I dari pretest sebesar 50,5 meningkat menjadi 68

Tingkat keberhasilan siswa pada siklus I meningkat, artinya siswa pada siklus I yang dinyatakan lulus sesuai dengan KKM mencapai 45%, sementara harapannya adalah mencapai 75% siswa dari Standar Kompetensi. Dengan perincian yang dinyatakan lulus sebanyak 9 siswa dengan perincian 7 siswa atau skitar 35% mendapatkan nilai baik dan 2 siswa atau sekitar 10% mendapatkan nilai sangat baik. Sedangkan yang dinyatakan tidak lulus sebanyak 11 siswa atau sekitar 55% karena nilai skor tesnya kurang dari70, sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran IPAyang telah ditentukan oleh madrasah. Oleh karena itu penelitian dilanjutkan pada siklus II

Pada siklus II penerapan model pembelajaran talking chips ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi IPA.Hal ini terlihat adanya peningkatan hasil test yang semula nilai rata-rata kelas dari pretest sebesar 64 meningkat menjadi 77.

Tingkat keberhasilan siswa pada siklus II, yang dinyatakan lulus sebanyak 20 siswa dengan perincian 18 siswa mendapatkan nilai pada kategori baik atau 90% dan 2siswa mendapatkan nilai sangat baik atau 10%, hal ini menunjukkan bahwa seluruh siswa telah mendapatkan nilai sesuai dengan KKM (Kreteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran IPA yang telah ditentukan oleh madrasah, artinya penelitian tindakan pada siklus II telah mencapai target minimal pencapaian 75% siswa mendapatkan nilai mencapai KKM.

Jika dilihat dari rata-rata N-Gain pada siklus I adalah 0,36, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman atas konsep yang telah diberikan oleh guru pada siklus I dengan penggunaan model pembelajaran talking chips meningkat 36% dan pada siklus II adalah 0,37, hal ini menunjukkan bahwa

tingkat pemahaman atas konsep yang telah diberikan oleh guru pada siklus II dengan penggunaan model pembelajaran talking chips meningkat 37%.

Pada observasi siklus I pertemuan I, peneliti menemukan beberapa penemuan pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu

a) Kurangnya siswa bertanya kepada guru atau kepada siswa lain jika ada materi yang belum dipahami.

b) Dalam berdiskusi untuk memecahkan masalah, siswa masih canggung dan tidak serius hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa melakukan kegiatan diskusi.

c) Sebagian besar siswa tidak serius dalam mengerjakan tugas dari guru, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mondar-mandir mencari contekan dari teman lainnya.

d) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap materi yang diberikan oleh guru

e) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru yang disampaikan pada akhir pembelajaran

Pada pertemuan ke II proses pembelajaran mengalami peningkatan yang cukup signifikan, suasana kelas terasa lebih hidup, proses transformasi ilmu terjadi dua arah tidak hanya guru yang berusaha untuk menyampaikan ilmu akan tetapi siswa mulai aktif bertanya terhadap apa yang belum merekan pahami. Diskusi kelompok berlangsung hidmat, sebagian siswa dapat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Pada pertemuan ke II ini peneliti menemukan beberapa penemuan pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu :

a) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap materi yang diberikan oleh guru

b) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru yang disampaikan pada akhir pembelajaran

Pada siklus ke II ini pembelajaran terus mengalami peningkatan yang signifikan, ini dibuktikan dengan suasana pembelajaran yang terjadi dua arah, diskusi kelompok dalam rangka memecahkan masalah berlangsung dengan

pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru dapat dijawab dengan tepat, suasana posttest berlangsung dengan hidmat dan penuh keseriusan. Siswa berusaha untuk bertanya terhadap apa yang belum mereka mengerti dan pahami. pada siklus II penelitian dianggap telah berhasil, sebagian besar rencana proses pembelajaran telah terlaksana dengan baik. Pada proses pembelajaran siklus II ini peneliti berhasil menemukan satu temuan yaitu siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap materi yang telah diberikan oleh guru.

Menurut Sonia Casal menyatakan bahwa talking chips mempunyai dua proses penting, yaitu proses sosial dan proses dalam penguasaan materi1. Metode pembelajaran kooperatif teknik talking chips menekankan kepada keterampilan sosial dan penguasaan materi. Keterampilan social diamati pada saat siswa berdiskusi pada kelompoknya. Keterampilan yang diamati antara lain: cara bekerjasama, cara mengungkapkan pendapat, menghormati pendapat teman, bertanggungjawab terhadap kelompok, saling ketergantungan terhadap teman. Keterampilan-keterampilan pada metode kooperatif teknik talking chips menjadikan siswa termotivasi untuk memberikan yang terbaik untuk kelompok dan dirinya. Dengan demikian dapat meningkatkan keterampilan social mereka pada saat berdiskusi dan meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan dengan metode kooperatif teknik talking chips memiliki penguasaan materi yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan metode diskusi biasa. Dengan adanya hal ini peningkatan pemahaman dan penguasaan materi yang lebih baik berkenaan dengan konsep-konsep yang ada pada materi rangka makhluk hidup. Pemberian metode ini memicu siswa dapat belajar dari temannya dan sekaligus membelajarkan temannya, sehingga saling timbul ketergantungan positif.

1 Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercisa From Spain), Google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm

Kelebihan pada pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif teknik talking chips sangat mendukung dalam peningkatan hasil belajar. Kelebihan tersebut terlihat dalam hal mengembangkan potensi siswa, seperti terjadinya hubungan saling ketergantungan positif, mengembangkan semangat kerja kelompok dan semangat kebersamaan, serta menumbuhkan komunikasi yang efektif dan semangat kompetisi diantara anggota kelompok. Kemudian pada kegiatan pembelajaran, tiap siswa mengemukakan pendapat, ide atau gagasan maka siswa dilatih untuk lebih berani berkomunikasi dan menghormati pendapat yang diutarakan siswa lain.

Salah satu peningkatan hasil belajar siswa disebabkan terjadinya diskusi antar kelompok. Hal ini dikarenakan pembentukan kelompok yang heterogen berdasarkan perbedaan kemampuan akademis dan jenis kelamin. Pembentukan kelompok heterogen memberikan dampak positif karena dalam pembelajarannya terjadi beberapa interaksi antar siswa yang dapat menguntungkan baik untuk guru maupun untuk siswa. Yang pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, etnik dan gender.

Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa berinteraksi baik dengan guru maupun dengan siswa, dapat membantu perkembangan perilaku siswa untuk meningkatkan prestasi. Berdasarkan penelitian, metode kooperatif mengurangi peranan guru di kelas dan siswa lebih aktif menanyakan kesulitan materi yang dipelajari. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Meinarni yang menyatakan bahwa penggunaan metode kooperatif teknik talking chips menimbulkan keaktifan siswa dalam berkomunikasi pada saat proses pembelajaran. Siswa merasa senang berbagi dan bekerja sama dalam kelompok dan dapat memudahkan siswa untuk memahami materi yang diajarkan2.

2

Meinarni, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa II SMP Negeri 15 Bandung. (Bandung: UPI Bandung, 2005)

merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dapat memahami kandungan pembelajaran secara utuh, dikarenakan pembelajaran kooperatif teknik talking chips ini dapat menunjukkan aktivitas total masing- masing anggota kelompok dan setiap anggota kelompok mendapatkan tanggung jawab permasalahan, sehingga mendapatkan kesadaran anggota kelompok untuk ikut berpartisipasi dalam kelompoknya.

Berdasakan hasil observasi proses pembelajaran pada siklus I pertemuan I dan II dan siklus II, pembelajaran terus mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi bertahap. Pada siklus I pertemuan I, pembelajaran dengan model pembelajaran talking chips merupakan awal sebagai langkah pembiasaan . Pada siklus I pertemuan I peningkatan proses pembelajaran belum signifikan bahkan dapat dikatakan peningkatannya sangat rendah, proses pembelajaran masih berlangsung satu arah . Kemudian pada pertemuan Ke II, peningkatan mulai Nampak dan cukup signifikan, ini dibuktikan dengan proses pembelajaran yang terjadi dua arah dan suasana kelas menjadi lebih hidup. Pada siklus ke II peningkatan kualitas pembelajaran sangat signifikan, hal ini dibuktikan dengan sebagian besar rencana yang dituangkan dalam rancangan pembelajaran telah berjalan dengan baik.

Berdasarkan hasil pretest dan postest siklus I penerapan model pembelajaran talking chips ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi IPA. Hal ini terlihat adanya peningkatan hasil test yang semula nilai rata-rata kelas dar pre test sebesar 50,5 meningkat menjadi 68.

Berdasarkan hasil pretest dan postes tsiklus II, penerapan model pembelajaran talking chips ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi IPA. Hal ini terlihat adanya peningkatan hasil test yang semula nilai rata-rata kelas dari pretest sebesar 68 meningkat menjadi 77.

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada seluruh subjek atau siswa, sebagian besar siswa mengatakan bahwa mereka merasa bahwa model pembelajaran talking chips sangat menyenangkan, siswa merasa tidak terbebani, karena mereka bisa saling bertukar pendapat, dan bisa saling bertanya baik dengan siswa maupun dengan guru. Pada pembelajaran sebelumnya siswa, siswa kurang mendapatkan bimbingan secara individu , siswa kurang berani bertanya, yang menunujukkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

72

Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dan didasarkan atas teori-teori, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Bahwa penerapan model pembelajaran talking chips dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada konsep alat tubuh makhluk hidup dan fungsinya pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai 20 siswa pada siklus I rata-rata pretest 50,5 setelah dilakukan treatment atau tindakan dan dilakukan postest rata-rata nilai meningkat menjadi 68. Pada siklus I siswa yang dinyatakan lulus sesuai dengan KKM mencapai 45%, sementara harapannya adalah mencapai 85% siswa dari Standar Kompetensi. Dengan perincian yang dinyatakan lulus sebanyak 9 siswa dengan perincian 7 siswa atau skitar 35% mendapatkan nilai baik dan 2 siswa atau sekitar 10% mendapatkan nilai sangat baik. Sedangkan yang dinyatakan tidak lulus sebanyak 11 siswa atau sekitar 55% karena nilai skor tesnya kurang dari 70, sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran IPA yang telah ditentukan oleh guru. kemudian jika dilihat dari penguasaan konsep yang ditunjukkan dengan N-Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.36, hal ini menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar 36%.

Pada siklus II rata-rata pretest 64 setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan Model Pembelajaran talking chips dan dilakukan postest rata-rata nilai meningkat menjadi 77. Tingkat keberhasilan siswa pada siklus II, yang dinyatakan lulus sebanyak 20 siswa dengan perincian 18 siswa mendapatkan nilai pada kategori baik atau 90% dan 2 siswa mendapatkan nilai sangat baik atau 10%. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh siswa telah mendapatkan nilai sesuai dengan KKM , artinya penelitian tindakan pada siklus II telah mencapai target minimal pencapaian 75% siswa mendapatkan

nilai mencapai KKM. kemudian jika dilihat dari penguasaan konsep yang ditunjukkan dengan N-Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.37, hal ini menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar 37%.

B. Saran

Untuk itu perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan oleh lembaga, oleh karena itu peneliti memberikan saran di antaranya:

1. Bagi Peneliti

Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor guru, metode yang dipakai dalam menyampaikan materi dan faktor lainnya. Sehubungan dengan hal itu perlu diteliti lebih lanjut terhadap faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi terhadap perilaku belajar tersebut. Aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan tindakan kelas, maka untuk lebih mendalami faktor-faktor apa saja yang turut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa tersebut, perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pendekatan kuantitatif.

2. Bagi Guru

Penggabungan metode pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat lebih menarik perhatian siswa, sehingga dengan perhatian siswa tersebut hasil belajar siswa meningkat.

3. Bagi Siswa

Kepada siswa MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan diharapkan untuk terus menggali potensi dalam diri mereka dengan terus belajar dengan serius dan berusaha memahami apa yang telah disampaikan oleh guru, karena hanya dengan belajar dengan serius hasil belajar dapat diraih.

74 INDAH JAYA Pratama, 2009.

Arifin,Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam DEPAG RI, 2009.

Asrori, Muhammad. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Wacana Prima, 2009.

Asrori, Muhammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV.Wacana Prima, 2009. Asrori,Muhammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima, 2009 Basrowi,dkk. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendikia,

2010.

Bahri, Syaiful Djamarah, dkk. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: Renika Cipta, 2006 Cet Ke-6

B. Hamzah Ono. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara, 2012. Casal, Sonia “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From

Spain), google:www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm

Chris-hunt dan Alison Miyake, “Is Your Classoom Under Control? Dicipline In The Non-Teacher’s Classroom”, google: www. Davidenglishhouse.com/snakes pdfs/winter 2003/features/winter 2003 hunt-miyake.pdf.

Dalyono. M. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta, 2010 Cet ke-6.

Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,WAWASAN Tugas Guru Dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Departemen Agama, ,2005.

Rasyid,Harun dan Mansyur. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Wacana Prima, 2009.

Sanjaya,Wina.STRATEGI PEMBELAJARAN Beroeientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:Kencana, 2008, cet. 5

Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima 2009 Sudijono, Anas. Statistika Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Sulhan, Najib. Pembangunan Karakter pada Anak. (Surabaya: SIC 2010) Suprijono, Agus, Cooperative Learning, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009 Sutedjo, Bambang. Panduan Pengembangan Pembelajaran Ipa Terpadu Jakarta:

Pusat Kurikulum,Balitbang Depdiknas (2010) ,tersedia di

Www.Puskur.Net

Syukur, A. Ghazali, Menerapkan Paradigma Konstrktivisme Melalui Strategi Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa, (Malang: Universitas Malang) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Oktober 2002

S.Wakhinudin, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar (Suatu Meta Analisis), Forum Pendidikan, Universitas Negeri Padang Press,(maret 2003).

Tafsir, A, Pengembangan Wawasan Profesi Guru. (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2009).

Tanree, Munir. Model Pembelajaran Konstruktiviis Realistik dengan Setting Kooperatif Serta Dampaknya Terhadap Pemahaman Konsep Kimia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Maret 2009.

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007

Wahyudi, Supri utomo, Penerapan Metode Talking Chips Dalam Pembelajaran Kooperatif Guna meningkatkan Prestasi Belajar Kewirausahaan di SMKN 1 Madiun, Madiun: IKIP PGRI Madiun, 2007.

Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : IV / 1

Alokasi Waktu : 4x 35 Menit

Standar Kompetensi : 1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya dan pemeliharaannya

I. Kompetensi Dasar : 1.1.Mendiskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya serta pemeliharaannya

II. Indikator Pencapaian : Mmampu mendiskripsikan rangka kepala manusia

Mampu mendiskripsikan rangka badan manusia

Mampu mendiskripsikan rangka anggota gerak manusia III. Tujuan Pembelajaran : Siswa mampu mendiskripsikan rangka kepala manusia

Siswa mampu mendiskripsikan rangka badan manusia

Siswa mampu mendiskripsikan rangka anggota gerak manusia IV. Materi Pembelajaran

Rangka tubuh manusia

V. Metode Pembelajaran Metode Talking Chips Metode Ceramah Metote Diskusi Metode Tanya Jawab Metode Pemberian Tugas

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter  Guru memberikan salam

dan memulai pelajaran dengan membaca basmallah

dan kemudian berdo’a

sebelum pelajaran dimulai  Siswa menyiapkan buku

IPA, membuka bab yang akan dipelajari

 Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan dan tujuan dan kompetensi dasar yang akan dicapai.

 Siswa menjawab salam dan membaca basmallah bersama-sama serta

berdo’a

 Siswa menyiapkan buku IPA dan membuka bab yang akan dipelajari memulai pelajaran

 Siswa mendengarkan dan menyimak penjelasan guru tentang materi yang akan diajarkan dan tujuan atau kompetensi dasar yang akan dicapai

Religius

Kreatif

Perhatian

B. Kegiatan Inti (55 Menit) B.1. Eksplorasi (15 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

 Guru menjelaskan tentang rangka kepala manusia.

 Guru meminta beberapa siswa untuk menjelaskan mengenai materi yang telah dijelaskan

 Siswa menyimak penjelasan guru tentang rangka kepala manusia  Siswa yang ditunjuk

menjelaskan materi yang telah dijelaskan

Perhatian dan Tekun

Berani

B.2. Elaburasi (35 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

 Guru meminta siswa agar membacakan kesimpulan hasil diskusi

 Siswa membacakan kesimpulan hasil diskusi

Tanggung jawab

B.3. Konfirmasi (15 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

 Dengan bimbingan guru, siswa merefleksi kegiatan pembelajaran guna menggali pengalaman belajar yang telah dilakukan  Guru memfasilitasi siswa

untuk memecahkan berbagai masalah dan memberi informasi agar bereksplorasi lebih jauh tentang jasa pejuang  Guru memotivasi siswa

yang kurang atau belum berpartisifasi aktif  Siswa merefleksi kegiatanpembelajaran guna menggali pengalaman  Siswa menggunakan fasilitas untuk memecahkan berbagai masalah belajar yang telah dilakukan

Rasa ingin tahu

Kreatif

C. Penutup (10 menit)

Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

 Guru bertanya kepada siswa tentang materi yang telah dipelajari selama pertemuan untuk mengetahui

pencapaian indikator, pencapaian kompetensi, dan kompetensi dasar

 Siswa menjawab

pertanyaan guru tentang materi yang telah dipelajari

 Guru menutup pelajaran dengan membaca

Dokumen terkait