• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Analisis Hasil Penelitian

Pada bab III sudah dijelaskan bahwa dalam pencarian data penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu: observasi, test, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Adapun hasil dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Melalui Observasi

Untuk mengetahui efektivitas Metode Qiraati yang berpengaruh terhadap kemampuan santri LPQ Masjid Fathullah dalam membaca

Al-Qur’an, penulis melakukan observasi dengan berpedoman pada indikator.

Adapun hasil dari observasi yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

a. Pada Indikator A, Keterlaksanaan Program Pembelajaran oleh Guru.

Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru di LPQ Masjid Fathullah secara garis besar sudah tercapai, hal ini dapat dibuktikan dari kemampuan guru dalam mengkondisikan santri baik ketika kegiatan shalat ashar berjama’ah, klasikal besar, dan kegiatan di kelas walaupun

ada beberapa murid yang bermain dan berlari-larian, hal itu wajar karena secara psikologi anak usia TK dan SD cenderung suka bermain dengan teman, namun guru selalu mengingatkan santrinya dengan menegur atau memberikan nasihat agar anak berhenti bermain dan berlari-larian.

Demikain pula kegiatan pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah sudah terlaksana sesuai dengan program pembelajaran, hal tersebut dapat

dibuktikan mulai dari kegiatan shalat berjama’ah yang sudah berjalan

dengan baik walaupun ada beberapa santri dan guru yang tidak mengikuti kegiatan tersebut.

Dalam kegiatan klasikal besar, guru mampu mengkondisikan santri dengan baik, hal ini dapat dibuktikan hampir semua santri mengikuti intrupsi dari guru dalam membaca materi klasikal dengan kompak dan antusias walaupun ada salah satu santri yang tidak ikut membaca, namun guru yang berada pada posisi paling dekat selalu

mengingatkan agar tidak bercanda dan menyuruhnya untuk ikut membaca.

Pada kegiatan di kelas guru berhasil melaksanakan program pembelajaran dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dengan keterlaksanaan kegiatan klasikal awal, individual, dan klasikal akhir, serta hafalan dan ricek materi tambahan yang sudah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan program pendidikan.

b. Pada Indikator B, Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Kurikulum.

Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah sudah sesuai dengan kurikulum Metode Qiraati, hal ini dapat dilihat pada saat kegiatan klasikal besar yang sudah terlaksana dengan baik walupun dilihat dari waktu tidak sesuai dengan program pembelajaran yang harusnya dilaksanakan selama 30 menit, sedangkan pelaksanaan di LPQ Masjid Fathullah 20 menit karena 10 menit sebelum klasikal besar digunakan untuk melaksanakan shalat ashar berjamaah.

Dalam kegiatan di kelas, guru sudah melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kurikulum, hal ini dibuktikan sebagian besar guru menerapkan sistem 15 menit pertama klasikal peraga awal, 30 menit individual, 15 menit akhir klasikal peraga akhir, dan 10 menit terakhir digunakan untuk menghafal/mericek kembali hafalan materi penunjang/tambahan. Namun pada kelas Al-Qur’an, klasikal peraga akhir tidak digunakan dikarenakan kelas Al-Qur’an dipegang oleh 1 guru, sehingga kelompok tadarus Al-Qur’an dipulangkan lebih awal, sementara kelas Al-Qur’an tajwid/finishing pulangnya lebih akhir karena mereka harus hafalan dan mericek kembali materi gharib, tajwid, dan materi tambahan.

c. Pada Indikator C, Keterlaksanaan Program Pembelajaran oleh Siswa.

Secara umum keterlaksanaan program pembelajaran siswa/santri LPQ Masjid Fathullah sudah terlaksana, hal ini dapat dibuktikan dari keikutsertaan mereka dalam mengukuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan program yang sudah ditetapkan. Santri mengikuti kegiatan shalat

berjama’ah walaupun tidak semua santri mengikutinya dikarenakan ada

yang sudah shalat dan ada yang belum hadir ke aula LPQ, namun ketika kegiatan klasikal besar sudah terlihat keikutsertaan santri mengikuti program pembelajaran, hal ini dapat dilihat dari jumlah santri saat kegiatan klasikal yang mencapai 80 % yang mengikuti klasikal dengan kompak dan semangat.

Demikian juga kegiatan di kelas, hampir semua santri mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dari keikutsertaan mereka membaca peraga pada klasikal awal, baca buku Qiraati secara individual, dan hafalan/ricek materi tambahan sebelum pulang dan ditutup dengan doa.

d. Pada Indikator D, Interaksi Antara Guru dan Siswa.

Dalam kegiatan pembelajaran tentunya harus ada interaksi antara guru dan siswa/santri. Di LPQ Masjid Fathullah dalam kegiatan pembelajaran sudah terjadi interaksi yang baik antara guru dan santri, hal ini dapat dibuktikan dari keikutsertaan mereka dalam mengikuti kegiatan klasikal besar, yaitu guru memberikan aba-aba dan semua santri mengikuti aba-aba dari guru secara kompak dan bersama-sama.

Interaksi antara guru dengan santri juga dapat dilihat di kelas, hal ini dapat dibuktikan pada saat mereka mengikuti kegiatan klasikal awal dengan menggunakan peraga, yaitu guru mencontohkan materi inti yang ada di halaman peraga, sementara anak memperhatikan dan mencontohkan bacaan guru, kemudian guru memberikan aba-aba dengan stik penunjuk dan anak-anak langsung membaca secara kompak dengan

bacaaan cepat, tepat, lancar, dan benar, namun sesekali guru membenarkan bacaan anak yang salah dan anak disuruh membaca kembali sampai benar, hal ini juga dilakukan pada kegiatan klasikal akhir.

Pada kegiatan individual juga terjadi interaksi antara guru dan santri, hal ini dapat dibuktikan setelah kegiatan klasikal awal guru menyuruh santri menulis/menggambar/membaca buku Qiraati sendiri, sementara salah satu dari mereka maju ke hadapan guru untuk membaca buku qiraati secara bergantian.

Demikian pula pada saat kegiatan hafalan/ricek materi penunjang, satu persatu santri setoran hafalan kepada guru dan gurupun memberikan arahan dan membenarkan bacaan santri yang lupa atau salah, kemudian menutup kegiatan belajar mengajar dengan membaca doa secara bersama-sama.

e. Pada Indikator E, Keikutsertaan Siswa dalam Proses Pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran terlihat keikutsertaan santri, hal ini dapat dibuktikan pada saat mengikuti kegiatan klasikal besar sebagian besar dari mereka mengikutinya dengan baik dari awal sampai akhir.

Demikian pula kegiatan di kelas, hampir semua santri mengikuti kegiatan pembelajaran dengan tertib, walaupun ada beberapa santri yang terkadang bermain atau lari-larian, hal tersebut wajar karena secara psikologi anak usia TK/SD cenderung suka bermain, namun guru selalu menegur dan memberikan arahan atau nasehat agar santri tidak bermain-main.

f. Pada Indikator F, Motivasi Siswa Meningkat.

Setelah mengkuti kegitan belajar mengajar, terlihat peningkatan motivasi siswa walaupun tidak secara signifikan, hal ini dapat dibuktikan pada saat guru mengajar, guru selalu memberikan motivasi dengan memberikan nasihat pada akhir kegiatan pembelajaran.

g. Pada Indikator G, Keterampilan dan Kemampuan Guru dalam Menyampaikan Materi.

Keterampilan guru terlihat mulai dari kegiatan klasikal besar, hal ini dapat dibuktikan ketika guru mampu mengkondisikan santri dan sesekali diselingi dengan kata-kata yang membuat santri senang dan termotivasi, dan terkadang guru memberikan penghargaan dengan

ucapan “kompak/bagus”, namun guru tidak bosan-bosannya

mengingatkan kepada santri yang tidak mengikuti kegiatan klasikal agar mereka bersama-sama mengikuti kegiatan tersebut.

Demikian pula pada saat kegiatan di kelas, keterampilan guru terlihat pada saat mengkondisikan santri selama 2 menit, setelah santri sudah terkondisikan guru langsung membuka kegiatan belajar mengajar dengan membaca surat alfatihah secara bersama-sama kemudian dilanjutkan pembelajaran dengan menggunakan peraga.

Keterampilan guru juga dapat dilihat pada saat mereka mengajarkan materi peraga. disaat guru menunjuk materi yang ada di peraga dengan menggunakan stik penunjuk dan anak-anak membaca secara klasikal, guru selalu memberikan penghargaan kepada santri dengan ucapan “bagus/kompak”, namun pada saat bacaan santri salah atau kurang sempurna, guru membenarkan dengan kata-kata

“ulangi/sempurnakan/baca sekali lagi”. Terkadang guru juga menyuruh

salah satu santri membaca materi peraga, sementara santri yang lain disuruh menyimak dan membenarkan bacaan yang salah.

2. Melalui Test

Dalam pelaksanaan test yang penulis lakukan yaitu dengan menyuruh santri kelas finishing membaca Al-Qur’an surat al-Mu’minun, masing-masing anak membaca 5 ayat, adapun media atau alat yang penulis pakai dalam melakukan test yaitu melalui rekaman dengan menggunakan vidio kamera digital, hal ini untuk mempermudah peneliti sekaligus sebagai bukti dan sampel kualitas membaca Al-Qur’an di LPQ Masjid Fathullah.

Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

TABEL 6

DAFTAR NILAI HASIL TEST BACAAN AL-QUR’AN SANTRI LPQ MASJID FATHULLAH KELAS FINISHING

Berdasarkan nilai hasil test baca Al-Qur’an santri LPQ Masjid Fathullah pada tabel di atas, menggambarkan bahwa kemampuan fashahah tergolong baik hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata santri kelas finishing pada materi fashah yang mencapai 79. Adapun kemampuan materi tartil santri tergolong sangat baik karena nilai rata-ratanya adalah 81, hal ini mengindikasikan bahwa efektivitas Metode Qiraati berpengaruh terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an santri LPQ Masjid Fathullah dengan baik dan benar (Mujawwad-Murattal).

3. Melalui Wawancara (Interview)

Untuk melengkapi data penelitian, penulis melakukan wawancara dengan 3 orang yang dianggap mewakili LPQ Masjid Fathullah. Adapun orang-orang yang penulis wawancarai adalah Pengelola, Kepala Lembaga, Tata Usaha, dan Guru kelas, dengan hasil wawancara sebagai berikut:

No Nama FASHAHAH TARTIL Mean (X) Mura’atul Huruf Mura’atul Harakat Mura’atus Shifat Volume Mura’atut Tajwid Mura’atul Kalimat Waqaf -Ibtida Tanaffu s Kela ncara n 1. Akmal 85 85 80 85 85 85 85 80 75 83 2. Aulia 70 75 70 80 70 80 80 80 80 77 3. Cira 70 80 70 75 80 80 85 80 85 78 4. Clara 85 80 85 85 80 80 80 80 75 81 5. Naila 85 85 75 65 85 80 85 80 85 81 JUMLAH 405 405 380 390 405 405 415 400 400 400 RATA-RATA 81 81 76 78 81 81 83 80 80 80 79 81

1. Pengelola

LPQ Masjid Fathullah adalah perubahan dari TKA/TPQ yang dirubah pada tanggal 31 Juli 2005, seiring dengan perubahan TPQ menjadi LPQ, berubah pula metode yang dipakai LPQ Masjid Fathullah yang awalnya menggunalan Metode Iqra kemudian berganti dengan Metode Qiraati sampai sekarang.

LPQ Masjid Fathullah terdiri dari 9 guru (8 sudah bersyahadah dan 1 belum syahadah), ditambah satu orang sebagai tata usaha (TU).

Usaha yang dilakukan dalam peningkatan kualitas pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah adalah melakukan pembinaan guru, yaitu dengan mengikuti MMQ baik tingkat lembaga, kecamatan, maupun Jabodetabeka, Silaturrahim ke kordinator Qiraati Jabodetabeka (H. Drs. Abu Bakar Salim Zarkasyi).1

2. Kepala Lembaga

LPQ sudah menggunakan Metode Qiraati selama 5 tahun dan

sudah melaksankan Khatmul Qur’an santri (Wisuda) sebanyak 4 kali.

Kesulitan yang sering dihadapi oleh guru adalah ketika mengkondisikan anak-anak pada saat klasikal besar, mengkondisikan anak saat di kelas, pembelajaran dengan mengunakan alat peraga. Kesulitan tersebut dihadapi oleh seorang guru ketika dia tidak menguasai metodologi dan tidak memahami psikologi anak.2

3. Wali Kelas

Secara garis besar penerapan Metode Qiraati sudah cukup efektif, hal ini dapat dilihat dari penerapan kurikulum yang dipakai oleh guru dengan baik dari awal sampai kegiatan pembelajaran sampai akhir.

Kendala yang sering terjadi di LPQ Masjid Fathullah yaitu berkaitan dengan masalah kedisiplinan (guru/santri tidak hadir atau

1

Abdullah, Hadlir, Wawancara, Jakarta, 18 November 2010 2

datang terlambat), guru tidak menguasai metodologi dan psikologi anak, karismatik guru kurang terlihat dimata santri dikarenakan sebagian besar guru LPQ Masjid Fathullah berstatus sebagai mahasiswa.

Adapun Persiapan yang dilakukan guru LPQ Masjid Fathullah adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui Visi Misi kelas (target perkelas), dan mengetahui serta menguasai materi kelas.

2) Persiapan harian, meliputi: mengetahui kemampuan anak dan efektivitas waktu.

Materi yang diajarkan di LPQ Masjid Fathullah 100% sesuai dengan apa yang ada dalam kurikulum Metode Qiraati.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan santri selalu menggunakan alat bantu. Alat yang di pakai guru dalam mengajar adalah: Peraga Qiraati, Stik penunjuk, Papan tulis, Absensi, Buku Qiraati, Buku materi tabahan, Spidol, Penghapus. Sedangkan alat yang dipakai santri dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar adalah: Buku Qiraati, Materi tamabahan, Buku prestasi, dan Buku tulis.3

4. Melalui Dokumentasi

Pencarian data melalui teknik dokumentasi yang penulis lakukan melalui beberapa cara, yaitu sebagi berikut:

a. Administrasi, Data Guru dan Santri

Lembaga Pendidikan Al-Qur’an Masjid Fathullah mempunyai tenaga pengajar berjumlah 9 orang dan 1 orang tata usaha dengan data sebagaimana terlampir.

Adapun Santri LPQ Masjid Fathullah tahun ajaran 2010/2011 tercatat secara keseluruhan berjumlah 104, namun yang aktif hadir ± 80 santri.

3

b. Pelaksanaan Pembelajaran Metode Qiraati di LPQ Masjid Fathullah

1) Klasikal

Kegiatan klasikal dibedakan menjadi 2, yaitu klasikal besar dan klasikal individual.

a) Klasikal Besar

Sebelum santri atau peserta didik masuk ke dalam kelasnya masing-masing, mereka berkumpul di aula atau diluar kelas untuk membaca doa kemudian dilanjutkan dengan membaca materi penunjang sesuai dengan jadwal. Hal ini dilaksanakan selama ± 30 menit.

Adapun materi penunjang yang dibaca pada kegiatan klasikal besar adalah surat-surat pendek (adhuha s/d an-Nash), doa-doa harian (dari bangun tidur sampai tidur kembali), dan bacaan sekitar shalat.

b) Klasikal Peraga

Klasikal peraga ialah pembelajaran Al-Qur’an yang dilaksanakan di kelas dengan menggunakan alat peraga, yaitu guru menerangkan materi pokok yang berada di dalam alat perega kemudian santri membaca secara bersama-sama, sewaktu-waktu guru menyuruh salah satu santri untuk membaca sendiri sementara santri yang lain menyimak dan mengoreksi.

2) Kegiatan Pembelajaran di Kelas

Setelah kegiatan klasikal besar selesai, semua murid masuk ke kelasnya masing-masing untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas selama ± 30 menit dengan sistem pembelajaran sebagai berikut:

a) Klasikal peraga awal (15 Menit Pertama)

Pada kegiatan ini, seorang guru mengajarkan kepada santri dengan menggunakan alat peraga dengan cara guru menerangkan dan memberikan contoh pokok bahasan yang bergaris bawah yang berada di peraga tanpa dieja kemudian anak mengikutinya, setelah itu anak membaca materi yang ada di bawah pokok bahasan secara bersama-sama

dan sewaktu-waktu guru menunjuk salah satu murid untuk membaca sendiri sementara yang lainnya memperhatikan bacaan dari temannya dengan cara tidak dituntun (daktun).

b) Individual (30 Menit)

Kegiatan individual dilaksanakan setelah para santri belajar dengan menggunakan alat peraga. Pelaksanaan kegiatan ini yaitu, santri membaca jilid/ buku Qiraati di depan guru secara bergantian sementara yang lainnya diberi tugas menulis atau membaca sendiri halaman yang akan dibaca di depan guru sebagai persiapan.

c) Klasikal Peraga Akhir (15 Menit Akhir)

Yaitu pembelajaran dengan menggunakan peraga untuk yang kedua kalinya. Pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan klasikal peraga awal, perbedaannya hanya pada pembacaan halaman peraga. Kalau pada klasikal peraga awal, guru mengajarkan materi peraga dari halaman pertama sampai terakhir (± lima halaman), sedangkan pada pelaksanaan klasikal peraga akhir, pengajaran Al-Qur’an

dengan peraga dari halaman terakhir sampai awal sesuai dengan materi peraga yang dibaca pada klasikal peraga awal.

Adapun inti dari pembelajaran Al-Qur’an Metode Qiraati adalah

pembelajaran dengan menggunakan alat peraga, hal ini dirasa sangat efektif karena pada pelaksanaan klasikal peraga, santri akan lebih semangat belajar sebab dituntut untuk membaca secara serempak/bersama-sama, kemudian pada saat guru menunjuk salah satu santri untuk membaca peraga, secara tidak langsung guru melatih agar anak mempunyai sifat pemberani untuk membaca sendiri sementara guru dan murid yang lainnya mendengarkan dan mengoreksi bacaannya.

5. Melalui Catatan Lapangan

Dari Hasil penelitian melalui catatan lapangan dapat diidentifikasi bahwa program pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah yang berpedoman pada kurikulum Metode Qiraati, secara garis besar sudah terlaksana, namun

ada 2 kelas yang belum menerapkan program pembelajaran secara keseluruhan, yaitu kelas Al-Qur’an dan kelas Pra Qiraati. Pada kelas

Al-Qur’an pembacaan peraga yang harusnya dilakukan 2 kali yaitu pada 15

menit awal dan 15 menit akhir, di LPQ Masjid Fathullah hanya dilaksanakan satu kali hal ini mengingat banyaknya jumlah kelompok santri pada kelas

Al-Qur’an, sementara gurunya hanya satu. Pada kelas Pra Qiraatipun demikian,

pembelajaran dengan menggunakan alat peraga hanya dilaksanakan satu kali dengan alasan santri kelas Pra Qiraati masih sangat kecil antara usia 3-4 tahun yang secara psikologi anak seusia itu cenderung bosan dan suka bermain.

Dalam pelaksanaan shalat ashar berjama’ah, tidak semua guru dan

santri mengikutinya dikarenkan keterlambatan atau sudah melakukan shalat duluan, hal ini menunjukan tidak semua guru dan santri mengikuti kegiatan pembelajaran yang sudah ditetapkan di LPQ Masjid Fathullah.

Dalam kegiatan pembelajaranpun terkadang ada santri yang lari-larian atau bercanda, walaupun guru meberikan teguran atau nasihat namun santri enggan mengikuti apa yang diperintahkan guru, hal ini menunjukan ada beberapa guru yang kurang bahkan tidak memahami psikologi anak.

Adapun dalam membaca materi penunjang pada saat klasikal besar dan pembelajaran dengan peraga, santri terlihat sangat antusias dan semangat, hal ini menunjukan bahwa guru mampu mengkondisikan dan menerepkan program pembelajaran dengan baik.

Dokumen terkait