• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas penggunaan metode Qiraati terhadap Keamanan Mambaca AlQur'an yang Baik dan Benar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas penggunaan metode Qiraati terhadap Keamanan Mambaca AlQur'an yang Baik dan Benar"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.

Disusun Oleh :

TOTO PRIYANTO 106011000197

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

i

Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.

Disusun Oleh :

TOTO PRIYANTO 106011000197

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

ii

TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA AL-

QUR’AN YANG

BAIK DAN BENAR

(Studi Kasus di LPQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

Toto Priyanto NIM. 106011000197

Dibawah Bimbingan :

Abdul Ghofur, M.Ag NIP. 19681209 199703 1 003

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(4)

iii Nama : Toto Priyanto NIM : 106011000197

Jurusan/Fakultas : Pendidikan Agama Islam/Tarbiyah Angkatan Tahun : 2006

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul:

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE QIRAATI TERHADAP

KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN YANG BAIK DAN BENAR

(Studi Kasus di LPQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama : Abdul Ghofur, M.Ag NIP : 19681209 199703 1 003

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 10 Desember 2010 Yang menyatakan

(5)

iv

Taman Pendidikan Al-Qur’an merupakan Lembaga Pendidikan non formal yang eksistensinya sangat besar dan memberikan sumbangsih yang berpengaruh terhadap pembekalan dan pengenalan nilai-nilai dasar ajaran agama Islam terutama dalam membaca Al-Qur’an serta pembentukan moral peserta didik.

Perkembangan Taman Pedidikan Al-Qur’an dirasa cukup pesat dan berkembang di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Sejarah perkembngan Taman Pendidikan Al-Qur’an di Indonesia sudah cukup familiar di telinga masyarakat, berawal dari munculnya metode al-Baghdadi dari Baghdad, Irak sebagai metode yang pertama kali muncul dan berkembang di Indonesia dan dipakai hampir di setiap Lembaga Pendidikan Al-Qur’an.

Kurikulum yang diterapkan di Lembaga Pendidikan Al-Qur’an pada umumnya mengacu pada pengetahuan dasar Islam, namun lebih menekankan pada aspek pembelajaran Al-Qur’an yang merupakan tujuan utamanya yaitu mencetak generasi Qur’ani yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, berkembang pula pemikiran, ide-ide dan gagasan baru. Dari situlah banyak bermunculan metode-metode baru yang dipakai dalam pembelajaran Al-Qur’an yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat dan bertujuan mempermudah peserta didik dalam mempelajari bacaan Al-Qur’an.

Paska muncul dan berkembangnya metode al-Baghdadi di Indonesia, muncul pula metode-metode pembelajaran Al-Qur’an yang bertujuan sebagai perbaikan dan penyempurna metode yang muncul sebelumnya serta disesuaikan dengan keadaan masyarakat tertentu.

Banyak sekali metode yang berkembang di Indonesia, dari sekian banyak metode yang ada sudah barang tentu masing-masing mempunyai ciri khas serta kekurangan dan kelebihan.

Salah satu metode yang berkembang di Indonesia adalah Metode Qiraati yang muncul di Semarang pada tahun 1963 yang dicetuskan oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi yang pada waktu itu berprofesi sebagai guru ngaji dan pedagang. Munculnya Metode Qiraati tidak secara tiba-tiba, melainkan melalui perjalanan yang cukup panjang yaitu melalui eksperimen, studi banding, dan silaturahmi ke pesantren-pesantren yang dianggap maju dan berhasil dalam mengajarkan bacaan Al-Qura’an.

(6)

v

alam, Allah SWT yang telah mencurahkan rahamatnya

kepada kita semua

Tanpa kasih sayang-Mu penulis tidak mungkin menyelesaikan skripsi ini

Karya ilmiah ini ku hadiahkan

untuk orang tuaku tercinta “Ibu

Waidah dan Bapak Kustoyo” yang tidak pernah henti

-hentinya

mengurus dan selalu memberikan motivasi hingga akhirnya penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini.

Kakak ku Mba Rozanah, dan Adik-adik ku tercinta Yudianto &

Nur Azizah, serta keponakanku Hafidz & Zidan

yang selalu mendukung dan mendoakan penulis

Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan

Rahmat dan Hidayah-Nya untuk kita semua.

(7)

vi

Puji dan syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah mencurahkan Taufik, Hidayah, serta Inayahnya. Hanya kata ini yang patut penulis ucapkan sebagai rasa syukur atas pertolongan Allah SWT. Sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini hingga akhir.

Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga kita selaku umatnya mendapatkan syafa’atul ‘udma di yaumil qiyamah nanti, amin.

Dengan penuh kerendahan hati, penulis sangat menyadari bahwa skripsi yang penulis buat jauh dari kesempurnaan, namun berkat pertolongan Allah SWT, kerja keras, serta motivasi dari berbagai pihak, hingga semua hambatan dapat penulis lalui dan akhirnya dapat terselesaikan sesuai dengan yang direncanakan walaupun jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu sepantasnyalah penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu.

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, serta seluruh staf Fakultas Tarbiyah yang telah membantu secara administratif sehingga memperlancar penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Bahrissalim M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, dan Bapak Sapiudin Siddiq M.Ag., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, serta seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan terutama yang ada di jurusan PAI yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, yang telah membimbing dan memberikan ilmunya dengan ikhlas, semoga amal baik bapak/ibu dosen mendapatkan pahala dari Allah SWT, amin.

(8)

vii

5. Kedua orangtuaku tercinta, ibunda Waidah dan ayahanda Kustoyo, ananda hadiahkan skripsi ini sebagai rasa bakti ananda serta ucapan terima kasih yang tidak terhingga atas jerih payah dan kesabarannya yang senantiasa mengurus dan memberikan nasihat kepada ananda dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, hingga ananda mampu menyelesaikan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tanpa bapak dan ibu berdua, mustahil ananda mampu menyelesaikan skripsi ini. Hanya doa yang dapat ananda panjatkan, semoga Allah membalas atas segala amal yang telah bapak dan ibu perbuat dengan pahala yang berlipat ganda, amin.

6. Buat kakak ku, Mba Rozanah, adik-adikku, Yudianto dan Nur Azizah dan keponakanku tersayang Zidan dan Hafidz yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

7. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pengelola, kepala lembaga, tata usaha serta dewan asatidz/ah yang telah meluangkan waktunya serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

8. Terima kasih kepada teman-teman PAI, terutama kelas E yang telah menemani penulis selama ± 3 tahun, serta bersama-sama mengukir kenangan dan mewarnai hari-hari dengan penuh keceriaan.

(9)

viii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iii

ABSTRAK ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 11

BABII KAJIAN TEORI ... 12

A. Metode Qiraati ... 12

1. Pengertian Metode Qiraati ... 12

2. Sejarah Metode Qiraati ... 15

3. Dasar Hukum ... 16

4. Sistem Pengajaran Metode Qiraati... 17

5. Isi buku Metode Qiraati ... 19

6. Tahapan dan Langkah-langkah Penerapan Metode Qiraati 23 B. Prinsip-prinsip Metode Mengajar dalam Al-Qur’an ... 25

C. Macam-macam Metode Pembelajaran Al-Qur’an ... 31

D. Membaca Al-Qur’an yang Baik dan Benar (Tartil) ... 38

E. Efektivitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ... 41

(10)

ix

BABIII METODOLOGI PENELITIAN ... 48

A. Metodologi Penelitian ... 48

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

C. Tujuan Penelitian ... 49

D. Populasi dan Sampel ... 49

E. Variabel Penelitian ... 50

F. Setting Penelitian ... 50

G. Teknik Pengumpulan Data ... 51

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 55

A. Gambaran Umum LPQ Masjid Fathullah ... 55

1. Sejarah Berdirinya ... 55

2. Visi, Misi, dan Moto ... 56

3. Letak Geografis ... 57

4. Keadaan Guru dan Murid ... 57

5. Sarana dan Prasarana ... 59

6. Kegiatan Belajar Mengajar ... 59

7. Struktur Organisasi ... 61

B. Analisis Hasil Penelitian ... 62

C. Usaha Peningkatan LPQ Masjid Fathullah ... 72

BAB V PENUTUP ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA

(11)

x

3. Tabel 3 Data Santri LPQ Masjid Fathullah ... 58 4. Tabel 4 Sarana dan Prasarana LPQ Masjid Fathullah ... 59 5. Tabel 5 Peta Pendidikan LPQ Masjid Fathullah ... 60 6. Tabel 6 Daftar Nilai Hasil Test Santri LPQ Masjid Fathullah Kelas

(12)

xi

(13)

xii

3. Daftar Pedoman Wawancara Wali Kelas Qiraati 3 4. Berita Hasil Wawancara Pengelola

5. Berita Hasil Wawancara Kepala Lembaga 6. Berita Wawancara Wali Kelas Qiraati 3

7. Berita Hasil Tes Baca Al-Qur’an Kelas Finishing 8. Berita Hasil Observasi di LPQ Masjid Fathullah 9. Surat Keterangan Pengajuan Proposal Skripsi 10. Surat Keterangan Izin Penelitian

11. Surat Keterangan Riset/Wawancara

(14)

1

BAB I PEDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

”Al-Qur‟an merupakan sumber utama ajaran Islam dan sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim. Al-Qur‟an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya (hablum mina Allah wa hablum minan-Nas), bahkan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.”1

Al-Qur‟an merupakan Kalam/Firman Allah yang dijadikan sebagai pedoman hidup dan petunjuk bagi umat Islam. Allah SWT telah berfirman dalam surat al-Isra ayat 9, yang berbunyi:







































































:ءا ساا(

٩

)

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lurus dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang

mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka pahala

yang besar.”2

Al-Qur‟an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah dengan perantara Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan

1

Choirudin Hadhiri, Klasifik asi Kandungan Al-Qur’an, (Ja karta: Ge ma Insani Press, 2003), Cet. 1, h. 25.

2

(15)

kepada umat manusia. Al-Qur‟an dianjurkan untuk di baca, dipelajari, dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari, karena setiap sikap, perbuatan dan ucapan manusia harus merujuk kepada Al-Qur‟an, karena Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup yang memberikan petunjuk bagi umat manusia.

Al-Qur‟an merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Ia menjadi cahaya petunjuk yang mengantarkan pemeluknya memerangi kejumudan serta mengangkat realitas peradaban ke tingkatan cahaya Rabbani.

“Perkembangan dunia saat ini berujung tombak sains dan tek nologi serta informasi global, kesemuanya telah merasuki lingkungan umat manusia sampai kepada hal- hal yang sifatnya sangat pribadi. Para generasi muda telah diobang-ambingkan oleh tawaran-tawaran yang berada di luar jangkauan dirinya, sehingga mereka mudah tercerabut dari akar yang menumbuhkan tradisi dan realitas kesehariannya.”3

Selain itu, “Al-Qur‟an juga merupakan Firman Allah yang agung yang dijadikan pedoman hidup oleh seluruh kaum muslimin. Membacanya bernilai ibadah dan mengamalkannya merupakan kewajiban yang diperintahkan dalam agama. Seorang muslim harus mampu membaca ayat-ayat Al-Qur‟an dengan baik sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.”4

Mengamalkan isi kandungan Al-Qur‟an merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia. Untuk dapat mengamalkan isi kandungan yang terdapat di dalam Al-Qur‟an setidaknya harus melalui beberapa tahapan yaitu (1) membaca dengan baik dan benar, (2) menghafal, (3) mengetahui arti, (4) memahami isi kandungan serta tafsirnya.

Menghafal Al-Qur‟an boleh dikatakan sebagai langkah awal. ”Dalam suatu proses penelitian besar yang dilakukan oleh para penghafal Al-Qur‟an,

3

Ahmad Syarbasyi, Dimensi-dimensi Kesejatian Al-Qur’an, (Yogyaka rta: Penerb it Ababil. 1996), Cet. 1, h. 5.

4

(16)

mempelajari dan memahami kandungan ilmu- ilmu Al-Qur‟an, tentunya setelah proses dasar membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.”5

Setiap Muslim diwajibkan agar membaca Al-Qur‟an secara baik dan benar sesuai dengan makharijul huruf dan kaidah ilmu tajwid, karena mempelajari ilmu tajwid hukumnya fardhu kifayah, sedangkan membaca Al-Qur‟an dengan menggunakan ilmu tajwid adalah fardhu ‟ain.

Untuk membaca Al-Qur‟an secara baik dan benar, tentunya dibutuhkan seorang pembimbing atau guru yang kompeten dalam membaca Al-Qur‟an, karena kualitas seorang guru akan berpengaruh terhadap kualitas bacaan muridnya.

Karena Nabi Muhammad sendiri ketika menyuruh para sahabatnya untuk membaca dan mengajarkan Al-Qur‟an, beliau menyuruh kepada para sahabat yang memang ahli dibidang membaca dan mengajarkan Al-Qur‟an, diantaranya adalah Abdullah bin Mas‟ud, Salim Maulana abi Khudaifah, Muad bin Jabal, dan Ubay bin Ka‟ab.

Peranan guru Al-Qur‟an dalam membaca sangatlah penting, karena pada saat Nabi Muhammad mendapatkan wahyu yang pertama, Allah memerintahkan kepada Malaikat Jibril untuk membimbingnya karena tanpa bimbingan, Rasulullah akan mengalami kesulitan dalam memahami wahyu yang diberikan oleh Allah SWT.

Begitu sangat pentingnya peranan seorang guru dalam me ngajarkan Al-Qur‟an, sehingga Allah memberikan pujian yang terbaik kepada orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur‟an:

ه َلعو آْ قلْا مَلعت ْ م ْمك ْيخ

)هجام باو وا وباو حاو ي م تلاو ي ا بلا هاو (

5

(17)

”Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang belajar membaca Al-Qur’an (mempelajari bacaan dan kandungannya) dan mengajarkannya.”

(H.R. Bukhari, Tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

”Tiada bacaan semacam Al-Qur‟an yang dibaca oleh ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis dengan aksaranya. Bahkan dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja, dan anak-anak.”6

Pada realitanya banyak orang Islam yang hanya sekedar dapat membaca saja tanpa memperhatikan hukum bacaan dalam membaca Al-Qur‟an, dimana keadaan ini tidak hanya terjadi dikalangan umat Islam yang awam saja, selain itu para pelajar, kaum intelektual, bahkan tokoh agamapun banyak diantara mereka yang belum dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar. Hal ini cukup memprihatinkan, karena mereka merupakan generasi penerus agama, bangsa, dan negara yang nantinya akan melanjutkan risalah ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

“Imam al-Ghozali berpendapat, bahwa ”Al-Qur‟an adalah kitab yang paling banyak dan paling kerap dibaca dan didengar orang seluruh dunia. Setidak-tidaknya lima kali dalam sehari semalam umat Islam baik sebagai pribadi maupun sebagai jamaah, selalu membaca ayat-ayat Al-Qur‟an dalam shalat mereka. Kadar pembacaan Al-Qur‟an dikalangan Muslimin beraneka ragam. Ada yang dapat membacanya denga n fasih sempurna, tetapi adapula yang masih sederhana, bahkan ada yang terbelakang sekali.”7

Dengan demikian sebagai umat Islam, seharusnya berusaha untuk mempelajari dan membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar, tidak hanya sekedar, memahami, mengkaji serta mengamalkan isi Al-Qur‟an dalam kehidupan sehari- hari saja. Hal tersebut memang penting, namun alangkah

6

M. Qura ish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Penerbit Mizan, 1996), Cet. 3, hal. 3

7Syaifu llah Mahyudi, Pe rmata Al-Qur’an, (Jaka rta: CV. Raja wa li, 1985), Cet. 1,

(18)

lebih sempurnanya lagi jika dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar. Hal inilah yang disadari oleh beberapa tokoh agama dan masyarakat yang salah satunya adalah KH. Dachlan Salim Zarkasyi, pria kelahiran semarang, 28 Agustus 1928 dan wafat 20 Januari 2001 sebagai pencetus Metode Qiraati.

Usaha memberantas buta huruf Al-Qur.an, sudah mulai disadari oleh pemerintah dan sebagian masyarakat kita. Berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah daerah, para tokoh masyarakat dan pemuka agama tersebut, diantaranya lahirlah Taman Kanak-kanak Al-Qur‟an (TKQ) Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA/TPQ) Lembaga Pendidikan Al-Qur‟an (LPQ), dan Perda Banten dan Aceh yang mensyaratkan bahwa siswa harus bisa membaca Al-Qur‟an sebelum lulus SD.

Taman Pendidikan Al-Qur‟an atau Lembaga Pendidikan Al-Qur‟an merupakan lembaga pendidikan luar sekolah (non formal) jenis keaga maan. Muatan pengajaran TKQ/TPA/LPQ lebih menekankan aspek keagamaan dengan mengacu pada sumber utamanya, yaitu Al-Qur‟an dan Hadits.

Pertumbuhan dan perkembangan TKQ/TPA/LPQ cukup pesat dan semarak di seluruh tanah air. ”Berdasarkan hasil penelitian dari badan LITBANG Departemen Agama RI tahun 1990, bahwa perkembangan TPA dan LPQ dari tahun 1995 ke tahun 2000 mencapai 30 %, yaitu pada tahun 1998 jumlah TPA yang terdaftar di Departe men Agama sebanyak 40.000 buah, pada tahun 2000 jumlah TPA diseluruh Indonesia meningkat menjadi 41.600 buah.”8

Hal ini sebagai indikasi adanya sambutan dan dukungan yang cukup baik dari masyarakat dan adanya kepedulian umat dalam upaya pewarisan dan penanaman nilai- nilai keimanan dan ketaqwaan. Bagi generasi mendatang keberadaan dan pertumbuhan unit- unit pendidikan non formal jenis keagamaan itu pun cukup strategis untuk menunjang dan membantu anak dalam meraih prestasi belajar di pendidikan formal. TKQ/TPA/TPQ/LPQ mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendidikan

8

(19)

keagamaan anak dalam upaya memberikan pembekalan dasar dan motivasi belajar anak untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi guna meraih prestasi dan mewujudkan cita-cita, juga harapan orang tua, agama dan bangsa.

Demikian pula TKQ/TPA/TPQ/LPQ yang kini mulai marak tersebar, berbagai metode pun digunakan dalam mencetak generasi Muslim Qur‟ani yang berilmu dan berakhlaqul karimah dengan pemahaman dan pengamalan al-Qur‟an sebagai pedoman hidup.

Untuk merangsang minat belajar sekaligus mempermudah belajar membaca Al-Qur‟an khususnya bagi anak-anak, diperlukan metode yang tepat, efektif dan efisien. Penggunaan metode yang tepat dan efektif dalam proses belajar mengajar di lembaga-lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal merupakan salah satu faktor pendukung tercapainya tujuan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang optimal, di samping guru yang profesional dan adanya sarana dan prasarana yang menunjang proses KBM tersebut.

Seiring dengan adanya kemajuan di bidang pendidikan dan pengajaran serta kebutuhan akan tercapainya tujuan KBM yang ses uai dengan kurikulum yang digunakan, berbagai upaya yang dilakukan oleh individu maupun lembaga- lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan, sehingga bermunculan metode- metode baru yang digunakan di lembaga pendidikan baik formal maupun non formal.

(20)

Dari berbagai metode yang sudah berkemba ng terutama di Indonesia, metode Qiraati merupakan metode yang cukup lama, dimana sejarah metode pembelajaran Al-Qur‟an yang pertama kali berkembang di Indonesia yaitu metode Baghdadiyah, sedangkan metode Qiraati muncul setelah itu yang di pelopori oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi yang menganggap pembelajaran Al-Qur‟an di Indonesia dinilai cukup lamban dan anak belum dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.

Metode Qiraati disusun oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi pada tanggal 1 Juli tahun 1986. H.M Nur Shodiq Achrom (sebagai penyusun didalam bukunya “Sistem Qoidah Qiro’ati” Ngembul, Kalipare), metode ini ialah membaca Al-Qur‟an yang langsung memasukan dan mempraktekan bacaan tartil sesuai dengan qaidah ilmu tajwid. Sistem pendidikan dan pe ngajaran Metode Qiraati ini melalui sistem pendidikan berpusat pada murid (Student Centre) dan kenaikan kelas/jilid tidak ditentukan oleh bulan/tahun dan tidak secara klasikal, tapi secara individual (perseorangan).

Meskipun dalam pembelajaran, metode bukan segala-galanya, akan tetapi metode mempunyai peranan penting dalam pencapaian keberhasilan siswa.

Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung kepada dua faktor utama, yakni faktor yang datang dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, sebagai mana dijelaskan oleh Nana Sudjana sebagai berikut :

”Keberhasilan seorang siswa dalam belajar bergantung kepada dua faktor, yakni faktor yang datang dari dalam diri siswa, dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri siswa erat kaitannya dengan psikologi, mencakup minat dan motivasi. Sedangkan faktor yang datang dari luar meliputi lingkungan dan sarana prasarana, kurikulum, guru, teknik (metode) mengajar serta fasilitas pendukung lainnya.”9

9

(21)

Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk membahas tentang Metode Qiraati dengan judul: Efektivitas Penggunaan Metode Qiraati Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an yang Baik dan Benar”.

Alasan penulis memilih judul tersebut adalah:

1. Metode Qiraati adalah Metode Pembelajaran Al-Qur‟an yang langsung mempraktekan bacaan tajwid dalam membaca Al-Qur‟an.

2. Penulis ingin mengetehui lebih jauh efektivitas Metode Qiraati dalam pembelajaran Al-Qur‟an.

3. Organisasi Metode Qiraati yang yang terstruktur dari mulai koordinator pusat, wilayah, sampai kecamatan dan lembaga.

(22)

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dengan judul penelitian, masalah atau variabel yang akan diteliti terkait dengan latar belakang masalah tersebut di atas, maka masalah yang berkaitan dengan pembelajaran Al-Qur‟an dan efektivitas metode pembelajaran Al-Qur‟an dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Minimnya penguasaan guru terhadap metode pembelajaran Al-Qur‟an.

b. Kurang memadainya sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya program pembelajaran Al-Qur‟an.

c. Metode pembelajaran Al-Qur‟an yang digunakan kurang menarik dan tidak sesuai dengan perkembangan psikologi peserta didik.

d. Metode pembelajaran Al-Qur‟an kurang praktis, sehingga materi pembelajaran Al-Qur‟an sulit diingat dan dipahami oleh peserta didik. e. Sistem pengajaran Al-Qur‟an kurang baik dan belum mampu

menciptakan suasana belajar yang kondusif.

f. Masih rendahnya prestasi peserta didik dalam membaca Al-Qur‟an serta masih banyak peserta didik yang belum mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.

g. Kurikulum Lembaga Pendidikan Al-Qur‟an kurang memadai dan bersifat parsial.

h. Ketidaksadaran masyarakat akan pentingnya belajar Al-Qur‟an.

2. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

(23)

b. Adapun yang dijadikan objek penelitian ini adalah: Guru dan Santri LPQ Masjid Fathullah kelas finishing .

c. Hasil dari penggunaan metode Qiraati.

Adapun yang dimaksud dengan Metode Qiraati disini adalah salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran Al-Qur‟an dengan menggunakan sistem klasikal, individual, dan peraga serta menekankan pada aspek bacaan Al-Qur‟an secara baik dan benar.

LPQ yang penulis maksud adalah Lembaga Pendidikan Al-Qur‟an sederajat dengan TKQ/TPA/TPQ yang mengajarkan anak didik mulai dari membaca Al-Qur‟an, hafalan surat-surat pendek, doa-doa harian, bacaan dan praktek shalat. Akan tetapi dalam penulisan skripsi ini penulis hanya membatasi pada tingkat efektivitas dalam penggunakan metode Qiraati terhadap kemampuan membaca Al-Qur‟an yang baik dan benar.

Mengenai istilah efektivitas yang dimaksud penulis ialah tercapainya tujuan dan target dari pelaksanaan pembelajaran Al-Qur‟an dengan Metode Qiraati dalam waktu kurang lebih dua tahun dengan hasil anak mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar pembatasan di atas, penulis mebuat rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran Al-Qur‟an Metode Qiraati di LPQ Masjid Fathullah?

b. Apakah Metode Qiraati efektif diterapkan dalam pembelajaran Al-Qur‟an di LPQ Masjid Fathullah?

(24)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui lebih dalam proses penerapan Metode Qiraati dalam pembelajaran Al-Qur‟an.

b. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan Metode Qiraati.

c. Untuk mengetahi efektivitas metode Qiraati dalam pembelajaran Al-Qur‟an.

d. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar strata satu (S.1) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), jurusan PAI.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kajian ini sangat berguna untuk:

1. Menjadi bahan acuan bagi praktisi pendidikan khususnya bagi para pengajar di Lembaga Pendidikan Al-Qur‟an (TKQ/TPA/TPQ/LPQ) untuk memilih metode yang lebih efektif dalam pembelajaran Al-Qur‟an.

2. Kajian ini dapat dijadikan acuan atau referensi dalam meningkatkan belajar Al-Qur‟an di kalangan anak-anak.

(25)

12

BAB II KAJIAN TEORI

A. Metode Qiraati

1. Pengertian Metode Qiraati

Metode merupakan salah satu cara yang digunakan dalam melaksanakan suatu kegiatan yang nantinya akan membantu terlaksanannya kegiatan dengan hasil yang baik dan maksimal. Dalam dunia penddidikan, metode mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam kegiatan pembelajaran sehingga tercipta suasana yang kondusif baik di dalam maupun di luar kelas.

Dalam kegiatan pembelajaran, metode juga membantu seorang guru dalam menyampaikan materi serta mempermudah peserta didik dalam menerimanya.

Pengertian metode menurut arti Etimologi sebagaimana termaktub dalam buku sosiologi suatu pengantar yang mengartikan metode (method) adalah: “Cara Kerja.”1

Sedangkan secara Semantik, “metodologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.”2

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di jelaskan, bahwa Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki; “Cara kerja yang bersistem untuk

1

Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. 20, h. 48

2

(26)

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.3

Dalam hal ini metode dapat dikatakan sebagai suatu cara teratur dan sistematis dalam melaksanakan suatu pekerjaan guna mencapai tujuan yang diinginkan yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil yang efektif dan efisien.

Kata metode dapat diartikan dengan kata “metodologi, yang secara ringkas berarti pembahasan tentang metode atau metode-metode.”4

Dengan kata lain metodologi adalah: “ilmu tentang metode-metode yang mengkaji/membahas mengenai bermacam-macam metode mengajar, tentang keunggulan dan kelemahannya, lebih tepat/serasi untuk penyajian pelajaran apa, bagaimana penerapannya dan sebagainya.”5

Banyak macam jenis metode tersebut, disebabkan oleh karena metode tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor berikut:

1. Tujuan yang berbeda-beda dari masing- masing bidang studi.

2. Perbedaan latar belakang dan kemampuan masing-masing anak didik atau murid.

3. Perbedaan orientasi, sifat dan kepribadian atau kemampuan dari masing-masing guru.

4. Faktor situasi dan kondisi, dimana proses pendidikan dan pengajaran berlangsung. Termasuk dalam hal ini jenis lembaga pendidikan dan faktor geografis yang berbeda-beda.

5. Tersedianya fasilitas pengajaran yang berbeda-beda, baik secara kualitas maupun kuantitasnya.6

3 Frista Artmanda W, Kamus Lengk ap Bahasa Indonesia, Lintas Media Jombang

4 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1997), Cet. 3, h. 12.

5

Tayar Yusuf&Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), Cet. 1, h. 1-2

6

(27)

Dalam penerapan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran, setidaknya memperhatikan beberapa faktor sebagai seperti: tujuan masing-masing bidang studi, latar belakang kemampuan peserta didik, orientasi serata kepribadian dan kemampuan guru, situasi dan kondisi serta fasilitas pengajaran.

Dari berbagai macam pengertian metode di atas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang disusun secara sistematis dalam rangka mempermudah proses penyampaian materi pelajaran dari seorang guru kepada peserta didik agar materi tersebut dapat dipahami dengan cepat dan mudah.

Sedangkan Qiraati artinya “Bacaanku” secara bahasa arab merupakan kata dasar atau masdar. Masdar yang disandarkan pada Ya Mutakalim, artinya bacaanku.

Secara ilmu nahwu, dapat menakdirkan atau dapat menyembunyikan. Contoh: (1) Iqra Qiraati artinya: “bacalah bacaanku”, (2) Itba‟ Qiraati: “Ikutilah Bacaanku”.

Dapat juga diartikan khobar dari mubtada yang disembunyikan seperti hadzihi qiraati (inilah bacaanku), dan dapat juga dijadikan mubtada, khobarnya dibuang seperti qiroati hadzihi (bacaanku, ini bukunya). Mengapa bacaanku? Dan mengapa bukan bacaan kita? Bacaanku mempunyai arti, sudah saya gurukan, sudah saya ijazahkan pada beberapa ahli Al-Qur‟an.7

Meskipun Qiraati berarti bacaanku, namun secara lebih jelasnya bahwa Qiraati merupakan nama salah satu metode membaca Al-Qur‟an yang tujuann utamanya sama dengan metode-metode yang lain, namun ciri khas metode ini adalah lebih menekankan kepada bacaan.

Dari pengertian metode dan Qiraati di atas dapat disimpulkan, bahwa Metode Qiraati adalah suatu cara yang teratur dan sistematis dalam proses pembelajaran Al-Qur‟an yang menekankan pada aspek bacaan dan

7

(28)

disampaikan dengan sistem klasikal dan individual yang nantinya akan dihasilkan kemampuan membaca Al-Qur‟an secara baik dan benar.

2. Sejarah Metode Qiraati

Berawal dari ketidakpuasan dan prihatin melihat proses belajar mengajar Al-Qur‟an di madrasah, mushala, masjid dan lembaga masyarakat muslim yang pada umumnya belum dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar, Almarhum KH. Dachlan Salim Zarkasyi tergugah untuk melakukan pengamatan dan mengkaji secara seksama lembaga-lembaga pembelajaran Al-Qur‟an dimana ternyata metode yang dipergunakan oleh para guru dan pembimbing Al-Qur‟an dinilai lamban, ditambah sebagian guru ngaji (Ustadz) yang masih asal-asalan mengajarkan Al-Qur‟an sehingga yang diperoleh kurang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

Hal itulah yang mendorong Almarhum KH. Dachlan Salim Zarkasyi pada tahun 1963 memulai menyusun metode baca tulis Al-Qur‟an yang sangat praktis. Berkat Inayah Allah beliau telah menyusun 10 jilid yang dikemas sangat sederhana. Almarhum KH. Dachlan Salim Zarkasyi dalam perjalanan menyusun metode baca tulis Al-Qur‟an sering melakukan Studi Banding keberbagai pesantren dan madrasah Al-Qur‟an hingga beliau sampai ke Pesantren Sedayu Gresik Jawa Timur (tepatnya pada bulan Mei 1986) yang pada saat itu dipimpin oleh Almukarram KH. Muhammad.

KH. Dachlan Salim Zarkasyi tertarik untuk melakukan Studi Banding sekaligus bersilaturahmi ke Pesantren Sedayu Gresik, karena TK Al-Qur‟an balitanya (4-6 tahun), yang dirintis oleh KH. Muhammad sejak tahun 1965 dengan jumlah muridnya 1300 siswa yang datang dari berbagai kepulauan yang ada di Indonesia. Maka dapat disimpulkan TK Al-Qur‟an Sedayu adalah TK Al-Qur‟an pertama di Indonesia bahkan di dunia.

(29)

khatam Al-Qur‟an. Berkat Inayah Allah SWT., diluar dugaan dalam perjalanan 7 bulan ada beberapa siswa yang telah mampu membaca beberapa ayat Al Quran, serta dalam jangka waktu 2 tahun telah mengkhatamkan Al-Qur‟an dan mampu membaca dengan baik dan benar (Mujawwad Murattal).

TK Al-Qur‟an yang dipimpinnya makin dikenal keberbagai pelosok karena keberhasilan mendidik siswa-siswinya. Dari keberhasilan inilah banyak yang melakukan Studi Banding dan meminta petunjuk cara mengajarkan metode yang diciptakannya. KH. Dachlan Salim Zarkasyi secara terus-menerus melakukan evaluasi dan meminta penilaian dari para Kyai Al-Qur‟an atas motode yang diciptakannya.

Atas usul dari Ustadz A. Juned dan Ustadz Syukri Taufiq, metode ini diberi istilah dengan nama "QIRAATI" dibaca "QIROATI" yang artinya BACAANKU (pada saat itu ada sepuluh jilid).

Memperhatikan perjalanan sejarah penyusunan Metode Qiraati, tampaknya KH. Dachlan Salim Zarkasyi sangat didukung oleh para kyai ummul Qur‟an, walaupun menurut penuturannya beliau ini bukanlah santri namun kehidupannya salalu dekat dengan para kyai sehingga tampak tawadhu, mukhtish dan berwibawa.

Atas restu para Kyai, Metode Qiraati selanjutnya menyebar luas dan digunakan sebagai materi dasar dalam pengajaran baca tulis Al-Qur‟an di masjid, madrasah, TKA, TPA, TPQ, Pesantren dan Sekolah Umum.”8

3.

Dasar Hukum

a. Surat al-Qiyamah/75, Ayat 16-18

(30)

“Jangan kamu gerakan lidahmu (dalam membaca Al-Qur’an) karena terburu-buru. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)

membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya, maka

ikutilah bacaannya itu.”

Maksud dari ayat di atas ialah Nabi Muhammad dilarang oleh Allah menirukan bacaan Malaikat Jibril as. Kalimat-demi kalimat sebelum Malaikat Jibril membacakannya agar Nabi Muhammad dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta dapat menghafalkan ayat yang diturunkan oleh Allah SWT.

b. Surat al-Qomar/54, Ayat 17



:رمقلا)

٧١

(

“Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an (bagi manusia) untuk jadi pengajaran. Adakah orang yang mengambil pengajaran (dari padanya)? "

Ayat ini merupakan janji Allah yang ditawarkan kepada manusia, bahwa Allah telah memudahkan bagi manusia yang mau belajar membaca

Al-Qur’an.

4. Sistem Pengajaran Metode Qiraati

a. Klasikal

Kegiatan klasikal dibedakan menjadi 2, yaitu klasikal besar dan klasikal individual.

1) Klasikal Besar

(31)

membaca doa kemudian dilanjutkan dengan membaca materi penunjang sesuai dengan jadwal. Hal ini dilaksanakan selama ± 30 menit.

Adapun materi penunjang yang dibaca pada kegiatan klasikal besar adalah surat-surat pendek (adhuha s/d an-Nash), doa-doa harian (dari bangun tidur sampai tidur kembali), dan bacaan sekitar shalat.

2) Klasikal Peraga

Klasikal peraga ialah pembelajaran Al-Qur’an yang dilaksanakan di kelas dengan menggunakan alat peraga, yaitu guru menerangkan materi pokok yang berada di dalam alat perega kemudian santri membaca secara bersama-sama, sewaktu-waktu guru menyuruh salah satu santri untuk membaca sendiri sementara santri yang lain menyimak dan mengoreksi.

b. Kegiatan Pembelajaran di Kelas

Setelah kegiatan klasikal besar selesai, semua murid masuk ke kelasnya masing-masing untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas selama ± 30 menit dengan sistem pembelajaran sebagai berikut:

1) Klasikal peraga awal (15 Menit Pertama)

Pada kegiatan ini, seorang guru mengajarkan kepada santri dengan menggunakan alat peraga dengan cara guru menerangkan dan memberikan contoh pokok bahasan yang bergaris bawah yang berada di peraga tanpa dieja kemudian anak mengikutinya, setelah itu anak membaca materi yang ada di bawah pokok bahasan secara bersama-sama dan sewaktu-waktu guru menunjuk salah satu murid untuk membaca sendiri sementara yang lainnya memperhatikan bacaan dari temannya dengan cara tidak dituntun (daktun).

2) Individual (30 Menit)

(32)

yang lainnya diberi tugas menulis atau membaca sendiri halaman yang akan dibaca di depan guru sebagai persiapan.

3) Klasikal Peraga Akhir (15 Menit Akhir)

Yaitu pembelajaran dengan menggunakan peraga untuk yang kedua kalinya. Pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan klasikal peraga awal, perbedaannya hanya pada pembacaan halaman peraga. Kalau pada klasikal peraga awal, guru mengajarkan materi peraga dari halaman pertama sampai terakhir (± lima halaman), sedangkan pada pelaksanaan klasikal peraga akhir, pengajaran Al-Qur’an dengan peraga dari halaman terakhir sampai awal sesuai dengan materi peraga yang dibaca pada klasikal peraga awal.

Adapun inti dari pembelajaran Al-Qur’an Metode Qiraati adalah pembelajaran dengan menggunakan alat peraga, hal ini dirasa sangat efektif karena pada pelaksanaan klasikal peraga, santri akan lebih semangat belajar sebab dituntut untuk membaca secara serempak/bersama-sama, kemudian pada saat guru menunjuk salah satu santri untuk membaca peraga, secara tidak langsung guru melatih agar anak mempunyai sifat pemberani untuk membaca sendiri sementara guru dan murid yang lainnya mendengarkan dan mengoreksi bacaannya.

5. Isi Buku Metode Qiraati

[image:32.596.146.520.90.493.2]

Pertama kali muncul, buku Qiraati terdiri dari 10 jilid kemudian mengalami dua kali revisi hingga sekarang buku Qiraati terdiri dari 6 jilid.

TABEL I

ISI BUKU METODE QIRAATI

NO JILID/

KELAS MATERI MISI TERGET

1. PRA TK

(41 Pokok

Huruf Hijaiyah berharakat fathah

Memberantas bacaan

(33)

Bahasan) dengan mulut terbuka

2.

1

(39 Pokok Bahasan)

1. Huruf Hijaiyah berharakat fathah 2. Bunyi huruf

hijaiyah asli 3. Huruf sambung

Memberantas bacaan yang kurang jelas (nggremeng) dengan mulut terbuka

A: 45 hari B: 40 hari C: 28 hari

3.

II

(13 Pokok Bahasan): Halaman 1, 6, 11, 13, 16, 20, 23, 24, 28, 29, 33, 36, 40

1. Mad Thabi’i

2. Harakat َ 3. Fathah Panjang

(fathah berdiri yang dibaca panjang) 4. Angka 1-99 5. Huruf د م ،ب ،س

6. Ta’ Marbuthah (

ة = ـ =)

1. Meberantas bacaan yang kurang jelas (nggremeng) dengan mulut terbuka

2. Meberantas bacaan yang asal-asalan, dengan membaca harakat َ

dengan benar

A: 30 hari B: 45 hari

4.

III

(13 Pokok Bahasan): Halaman 1, 2, 4, 6, 10, 15, 19, 26, 28, 31, 35, 38, 41

1. Mad Shilat Qashirah 2. Al Qamariah 3. Huruf berharakat

sukun

4. Idzhar Syafawi 5. Layyin

6. Hukum “Ra”

Tafkhim dan Tarqiq 7. Huruf : ع+ء

8. Angka 21- 976

Memberantas bacaan yang tawallud

(ndlewer)

A: 30 hari B: 45 hari

1. Ikhfa ( / ْن )

(34)

5.

IV

(14 Pokok Bahasan): Halaman 1, 5, 7, 10, 12, 13, 16, 18, 19, 23, 25, 30, 32,

36, 39.

Muqatha’ah

3. Mad Wajib Muttasil

4. Mad Jaiz Munfasil 5. Huruf: خ-ح- ش- س 6. Huruf bertasydid 7. Tanda sukun ( ْ ) 8. Al Syamsiyah 9. Huruf wawu yang

tidak dibaca 10. Idgham Mimi 11. Ghunnah

12. Idgham Bighunnah (bertemu dengan mim)

13. Idgham bila ghunnah

Memberantas bacaan yang tidak bertajwid

A: 38 hari B: 33 hari

6.

V

(18 Pokok Bahasan): Halaman 1, 3, 4, 6, 7, 8, 11, 12, 14, 16, 18, 20, 23, 24,

26, 28, 34, 38.

1. Idgham Bighunnah (yang bertemu dengan و dan ى) 2. Waqaf

3. Mad „Arid Lis

sukun

4. Mad „Iwadh

5. Tanda tasydid (

ْ)

6. Huruf : ث-ـه-غ 7. Lafdzhu Jalalah 8. Iqlab

9. Ikhfa Syafawi 10. Qalqalah

Memberantas bacaan yang tidak bertajwid dan tartil

(35)

11. Idzhar Syafawi 12. Mad Lazim

Mutsaqal Kalimi

7. JUZ 27

1. Tanaffus 2. Ibtida wan

Nihayah 3. Kelancaran

Memberantas bacaan yang tidak bertajwid dan tidak tartil

30 hari

8.

VI

(10 Pokok Bahasan): Halaman 1, 5, 8, 12, 15, 18, 19, 21,

22.9

Idzhar Halqi

Memberantas bacaan yang tidak bertajwid dan tidak tartil

24 hari

9. TADARUS

Al-Qur’an

(Juz 1-10)

1. Fashahah

a. Mura’atul Huruf

b. Mura’atul Harakat c. Mura’atus Shifat d. Volume 2. Tartil a. Mura’atut Tajwid b. Mura’atul Kalimah c. Waqaf-Ibtida d. Tanaffus e. Kelancaran 90 hari Al-Qur’an&Gharib

(Juz 11-20)

Al-Qur’an&Tajwid

(Juz 21-30)

1. Al-Qur’an Pengulangan dan

9

(36)

10. FINISHING 2. Gharib 3. Tajwid

4. Materi Tambahan (cheking hafalan)

pemantapan bacaan

Al-Qur’an, materi

Gharib dan Tajwid, serta materi tambahan dalam rangka

persiapan Imtihan Akhir Santri (IMTAS)

6. Tahapan dan Langkah-langkah Penerapan Metode Qiraati

Dalam pelaksanaan pembelajaran, tentunya menggunakan beberapa tahapan dan langkah-langkah agar pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan tingkat dan kemampuan peserta didik.

Adapun tahapan dan langkah-langkah penerapan Metode Qiraati adalah sebagai berikut:

a. Pra Qiraati

(37)

Setelah semua murid membaca jilid secara bergiliran, diakhir pembelajaran guru mengajarkan materi penunjang yaitu surat-surat pendek, doa-doa harian, dan bacaan sekitar shalat yang disesuaikan dengan jadwal dan dilaksanakan secara bersama-sama, kemudian ditutup dengan membaca doa dan guru memberikan nasihat.

b. Jilid 1-6

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada kelas jlid 1-6 dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap pertama murid belajar membaca Al-Qur’an dengan menggunakan alat peraga selama 15 menit (peraga awal). Tahap kedua, santri membaca Jilid/Buku Qiraati satu-persatu (individual) selama 30 menit, sementari santri yang lainnya menulis. Tahap ketiga, santri membaca peraga untuk kedua kalinya (peraga akhir) selama 15 menit, kemudian diakhir pembelajaran guru dan murid menutup kegiatan belajar-mengajar dengan membaca surat al-Asr dan doa kafarotul majelis, kemudian guru memberikan nasehat.

c. Al-Qur’an

Pada kelas Al-Qur’an dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkatan Tadarus (Juz 1-10), tingkatan Tadarus Gharib (Juz 11-20), dan Tadarus Tajwid (Juz 21-30). Adapun pelaksanaan pembelajarannya dibagi menjadi 4 tahap:

1) Guru mengajarkan santri dengan alat peraga gharib kemudian menguraikan materi yang ada diperaga.

2) Murid membaca tadarus Al-Qur’an sementara guru menyimak dan membanarkan bacaan yang salah kemudian menyuruh untuk diulang/disempurnakan.

(38)

4) Guru mengajarkan santri dengan peraga untuk kedua kalinya, setelah selesai guru dan murid menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca doa dan memberikan nasehat.

d. Finishing

Kelas Finishing terdiri dari santri yang sudah menghatamkan Al-Qur’an sampai 30 juz dan sudah menguasai materi gharib dan tajwid, serta materi penunjang/tambahan. Kegiatan pembelajaran pada kelas finishing sifatnya adalah ricek dan penyempurnaan materi-materi yang sudah disampaikan sebelumya, hal ini bertujuan agar santri tidak lupa dan sebagai persiapan dalam menghadapi Imtihan Akhir Santri (IMTAS).

B. Prinsip-prinsip Metode Mengajar dalam Al-Qur’an

Allah SWT telah menganugrahkan kepada umat Islam kitab suci

Al-Qur’an yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek

kehidupan dan bersifat universal dan sebagai pendidik pertama, Nabi Muhammad SAW pada awal pertumbuhan Islam telah menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar pendidikan Islam disamping sunnah beliau sendiri.

“Abd al-Rahman al-Nahlawi mencoba menggali prinsip-prinsip

metode mengajar dalam Al-Qur’an. Dan hasil penggaliannya itu, ia temukan berbagai metode dalam Al-Qur’an yang dapat mengubah perasaan dalam rangka menanamkan rasa iman dan cinta kepada Allah SWT. Rasa nikmatnya

beribadah, rasa hormat kepada orang tua dan sebagainya.”10

a. Metode Qur’ani

Adapun prinsip metode mengajar Qur’ani menurut Alnahlawi adalah sebagai berikut:

1) Metode Hiwar Qur’ani dan Nabawi

Hiwar adalah percakapan antara dua orang atau lebih melalui tanya-jawab mengenai sebuah topik yang mengarah kepada suatu tujuan.

10

(39)

Hiwar mempunyai dampak yang sangat dalam terhadap jiwa, pendengar atau pembaca yang mengikuti topik percakapan secara seksama dan penuh perhatian.

Menurut Alnahlawi, dalam Al-Qur’an dan sunah Nabi SAW terdapat berbagai jenis hiwar seperti:

a) Hiwar Khitabi atau Ta’abudi merupakan dialog yang diambil dari dialog antara Tuhan dan hambanya.

b) Hiwar Washfi ialah dialog antara tuhan dengan malaikat atau makhluk ghaib lainnya.

c) Hiwar Qishasi terdapat dalam Al-Qur’an, yang baik berbentuk maupun rangkaian ceritanya sangat jelas, maupun bagian dari ushlub kisah Al-Qur’an.

d) Hiwar Jadali bertujuan untuk memantapkan hujjah (alasan)

e) Hiwar Nabawi adalah hiwar yang dilakukan oleh Nabi dalam mendidik sahabat-sahabatnya.

2) Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi

“Metode kisah Qur’ani bukanlah hanya semata kisah atau semata-mata seni yang indah, kisah Qur’ani juga merupakan suatu cara Tuhan mendidik umat agar beriman kepadan-Nya. Sedangkan kisah Nabawi menjelaskan tentang pentingnya keikhlasan dalam beramal, menganjurkan bersedekah dan mensyukuri nikmat Allah.”11 3) Metode Amtsal

“Di dalam Al-Qur’an banyak sekali terdapat ayat-ayat dalam

bentuk amtsal (perumpamaan) dalam rangka mendidik umatnya.”12

Misalnya firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah, ayat 17:









لا) : رق

٧١

( 11

Ramayulis, Metodologi Pendidik an Agama Islam..., h. 217-221 12

(40)

“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan

mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.” 4) Metode Keteladanan

Dalam metode keteladanan ini, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW agar menjadi teladan bagi seluruh umat dalam merealisasikan sebuah sistem pendidikan Islam.

Sedangkan dalam contoh yang lain yaitu, seorang siswa cenderung meneladani gurunya dan menjadikannya sebagai contoh identifikasi dalam segala hal, sebab secara psikologis anak adalah seorang peniru yang ulung.

5) Metode Ibrah dan Mau’idzah

Ibrah adalah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia untuk mengetahui intisari sesuatu perkara yang disaksikan, diperhatikan, diinduksi, ditimbang-timbang, diukur, dan diputuskan oleh manusia secara nalar, sehingga kesimpulannya dapat mempengaruhi hati menjadi tunduk kepadanya, lalu hal itu mendorongnya kepada perilaku berfikir dan sosial yang sesuai.

Sedangkan mau’idzah (peringatan) adalah yang memberi nasihat hendaknya berulang kali sehingga orang yang dinasehati itu tergerak untuk mengikuti nasihat tersebut.

6) Metode Targhib dan Tarhib

“Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang

dilakukan.”13

Targhib bertujuan agar orang mematuhi aturan Allah, demikian pula dengan tarhib, akan tetapi targhib lebih menekankan agar melakukan kebaikan, sedangkan tarhib lebih menekankan untuk menjauhi kejahatan.

13

(41)

Disamping berbagai metode Qur’ani tersebut di atas, Al-Qur’an juga mengemukakan prinsip-prinsip tentang bahasa yang dipergunakan dalam proses pembelajaran. Al-Qur’an menuntun kita agar selalu menggunakan bahasa yang indah, lemah lembut, jelas, tegas, dan menyentuh jiwa.

b. Bahasa Qur’ani

Adapun bahasa yang seharusnya dipakai dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Qaulun Ma’rufun

Merupakan ucapan yang indah, baik lagi pantas dalam tujuan kebaikan, tidak mengandung kemungkaran, kekejian dan tidak bertentangan dari ketentuan Allah SWT.

Firman Allah dalam Q.S. an-Nisa ayat 8:













) : ء سنلا

٨

(

“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang

baik.”

2) Qaulan Kariman

Merupakan ucapan yang mulia, lembut, bermanfaat dan baik dengan menjaga adab sopan santun, ketenangan dan kemulian. Dalam proses pembelajaran, kata-kata yang mulia sebagai salah satu cara yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam memberikan penghargaan kepada siswa.

(42)









:ءارساا)

٣٢

(

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada

ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut

dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan " Ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

3) Qaulan Maisuran

Merupakan tutur kata yang mudah dipahami, ringan, berisi penghargaan sebagai penawar hati. Dalam hal ini seorang guru harus menyampaikan materi kepada peserta didik dengan bahasa yang ringan, jelas, dan mudah dipahami oleh peserta didik.

Firman Allah Q.S. al-Isra ayat 28:







:ءارساا)

٣٨

(

“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh

rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas.”

(43)

Merupakan perkataan dengan kalimat yang simpatik, halus, mudah dicerna dan ramah agar berbekas di jiwa dan berkesan serta bermanfaat.

Firman Allah Q.S. Thaha ayat 44:

:هط)

٤٤

(







“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut.”

5) Qaulan Balighan

Merupakan perkataan yang membekas di dalam hati sebelumnya tertutup hingga menimbulkan kesadaran yang mendalam. Jadi bahasa yang digunakan adalah bahasa yang mengesankan membekas di hati sehingga peserta didik dapat menerima kebenaran dan merubah tingkah lakunya kepada jalan yang diridhai Allah SWT.

Firman Allah dalam Q.S. an-Nisa ayat 63:





:ء سنلا)

١٢

(

“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada

mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.”

6) Qaulan Sadidan

Merupakan perkataan yang benar dan segala sesuatu yang baik. Firman Allah dalam Q.S. al-Ahzab ayat 70:

(44)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar.

C. Macam-macam Metode Pembelajaran Al-Qur’an

Dalam proses pembelajaran, metode mempunyai peranan sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Dibawah ini akan disebutkan beberapa metode pembelajaran Al-Qur’an yang berkembang di Indonesia14, sebagai berikut:

a. Metode Al-Baghdadi

Metode Al-Baghdadi atau yang sering dikenal dengan baghdadiyah adalah metode yang pertama kali muncul dan merupakan metode tertua di Indenesia yang berasal dari baghdad, irak. Metode ini tersusun (tarkibiyah), maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan metode

alif, ba’, ta’.

1) Cara pembelajaran metode ini adalah: a) Hafalan

b) Eja c) Modul d) Tidak variatif

e) Pemberian contoh yang absolute

2) Kelebihan dan kekurangan metode al-Baghdadi a) Kelebihan

i. Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi, santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah.

14

(45)

ii. Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya karena tidak menunggu orang lain.

b) Kekurangan

i. Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah dahulu dan harus dieja.

ii. Santri kurang aktif karena harus mengikuti guru dalam membaca. iii. Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.

2. Metode Qiraati

Metode Qiraati disusun oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi pada tahun 1986 bertepatan pada tanggal 1 Juli. H.M Nur Shodiq Achrom (sebagai

penyusun didalam bukunya “Sistem Qoidah Qiro’ati” Ngembul, Kalipare),

metode ini ialah membaca Al-Qur’an yang langsung memasukan dan mempraktekan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Sistem pendidikan dan pengajaran metode Qiraati ini melalui sistem pendidikan berpusat pada murid dan kenaikan kelas/jilid tidak ditentukan oleh bulan/tahun dan tidak secara klasikal, tapi secara individual (perseorangan).

Santri/anak didik dapat naik kelas/jilid berikutnya dengan syarat: 1. Sudah menguasai materi/paket pelajaran yang diberikan di kelas 2. Lulus tes yang telah diujikan oleh sekolah/TPA

a. Prinsip-prinsip Dasar Qiraati

1) Prinsip-prinsip yang di pegang oleh guru/ustadz yaitu: i. Tiwasgas (teliti, waspada dan tegas)

ii. Daktun (tidak boleh menuntun)

2) Prinsip-prinsip yang harus dipegang santri/anak didik: i. CBSA : Cara Belajar Santri Aktif

ii. LCTB : Lancar, Cepat, Tepat, dan Benar

(46)

Dalam suatu metode pembelajaran membaca Al-Qur’an, tentunya mempunyai Visi, Misi, dan Moto, tidak terkecuaili Metode Qiraati sebagai berikut:15

1) Visi Qira’ati

Membudayakan membaca al-Qur’an dengan tartil.

2) Misi Qira’ati

i. Mengadakan pendidikan al-Qur’an untuk menjaga, memelihara kehormatan dan kesesuaian al-Qur’an dari segi bacaan yang tartil.

ii. Menyebarkan ilmu dengan memberi ujian memakai buku

Qira’ati hanya bagi lembaga-lembaga/guru-guru yang taat,

patuh, amanah dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh koordinator.

iii. Mengingatkan para guru agar berhati-hati jika mengajarkan

al-Qur’an.

iv. Mengadakan pembinaan para guru/calon guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan pengajar-an al-Qur’an.

v. Mengadakan Tashih untuk calon guru dengan obyektif.

vi. Mengadakan bimbingan metodologi bagi calon guru yang lulus tashih.

vii. Mengadakan tadarus bagi para guru ditingkat lembaga atau MMQ yang diadakan oleh kordinator.

viii. Menunjuk/memilih koordinator, kepada sekolah dan para guru yang amanah/profesional dan berakhlakul karimah.

ix. Memotivasi para koordinator, kepada sekolah dan para guru senantiasa mohan petunjuk dan per-tolongan kepada Allah demi kemajuan lembaga-nya dan mencari keridhaan-Nya.

c. Ciri-ciri Qiraati

1) Tidak dijual secara bebas

15

(47)

2) Guru-guru lewat tashih dan pembinaan 3) Kelas TKQ/TPQ dalam disiplin yang sama d. Strategi Mengajar dalam Qiraati

Dalam mengajar Al-Qur’an dikenal beberapa macam stategi, yaitu: 1) Strategi Mengajar Umum (Global)

i. Individu atau privat yaitu santri bergiliran membaca satu persatu. ii. Klasikal Individu yaitu sebagian waktu digunakan guru/ustadz

untuk menerangkan pokok pelajaran secara klasikal.

iii. Klasikal baca simak yaitu strategi ini digunakan untuk mengajarkan membaca dan menyimak bacaan Al-Qur’an orang lain.

2) Strategi Mengajar Khusus (Detil)

Strategi ini agar berjalan dengan baik maka perlu di perhatikan syarat-syaratnya, karena strategi ini mengajarkannya secara khusus atau detil.

e. Tahapan dalam mengajarkan Metode Qiraati ada I sampai VI yaitu: 1) Jilid I

Jilid I adalah kunci keberhasilan dalam belajar membaca Al-Qur’an. Apabila Jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan lancar pula, guru harus memperhatikan kecepatan santri.

2) Jilid II

Jilid II adalah lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi target Jilid I.

3) Jilid III

Jilid III adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada bacaan panjang (huruf mad).

4) Jilid IV

Jilid ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan bertajwid.

(48)

Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan santri sudah harus mampu membaca dengan baik dan benar.

6) Jilid VI

Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan dengan pelajaran Juz 27.

Jilid I sampai jilid VI mempunyai target yang harus dicapai sehingga disini guru harus lebih sering melatih peserta didik agar target-target itu tercapai.

f. Kelebihan dan kekurangan Metode Qiraati 1) Kelebihannya :

a) Siswa walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa membaca Al-Qur’an secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca Al-Qur’an dengan tajwidnya itu fardlu ain.

b) Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan murid. c) Pada metode ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan ghorib. d) Jika santri sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnya, maka ditest

bacaanny

Gambar

TABEL I ISI BUKU METODE QIRAATI
gambaran dan
tabel di bawah ini:
TABEL 3 DATA SANTRI LPQ MASJID FATHULLAH
+7

Referensi

Dokumen terkait

dirasa perlu dan penting artinya untuk dilakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan media pembelajaran berupa alat peraga terhadap prestasi belajar mata pelajaran matematika

1) Untuk mengetahui pelaksanaan metode muraja`ah dan metode quesioner pada mata pelajaran tahfidz (menghafal) Al-Qur`an di kelas X SMA Swasta Islam Ulun Nuha

alat peraga lebih efektif daripada pembelajaran konvensional terhadap motivasi dan hasil belajar matematika pada materi aritmatika sosial siswa kelas VII MTsN

Metode pembelajaran yang digunakan adalah Realistic Mathematics Education (RME) berbantuan alat peraga. Dengan menggunakan alat peraga sebagai alat bantu dalam

Peneliti melakukan recana pembelajaran sebelum berkunjung ke Museum Provinsi Kalimantan Barat. Adapun rencana yang akan dilakukan yaitu siswa diminta untuk membawa alat

(3) Faktor-faktor pendukung pelaksanaan metode ODOA (One Day One Ayat) adalah faktor usia siswa yang masih kecil sehingga sangat tepat menanamkan pendidikan

Pelaksanaan pembelajaran taḥfidẓ Al-Qur‟an di SDIT Tahfidzhul Qur‟an An-Nur menggunakan metode Al Qosimi.Metode Al Qosimi merupakan suatu cara praktis metode dalam yang sebelum

Ilyas Marwal, MA pencapaian pembelajaran Al-Qur‟an di MTA Nurani, Jagakarsa, Jakarta Selatan terbukti cukup efektif, sebagaimana yang beliau katakan: “Karena kami melihat dan