• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hasil Pengujian Dengan Penambahan styrofoam Pada Campuran Beton Aspal Panas AC-WC dengan

BAB I PENDAHULUAN

3. Pengujian variasi styrofoam (60ºC) Kadar

4.4. Pembuatan Benda Uji dengan Pemabahan styrofoam Pada Perendaman Berulang

4.4.10. Analisis Hasil Pengujian Dengan Penambahan styrofoam Pada Campuran Beton Aspal Panas AC-WC dengan

Gambar 4. 45 Diagram hubungan variasi perendaman 7 hari terhadap VMA pada kondisi kadar aspal optimum Dengan Waktu Perendaman 30 Menit Dengan Suhu 60°C.

Gambar diatas menunjukkan bahwa nilai VMA cenderung meningkat karna sifat aspal yang dicampur styrofoam akan meningkatkan kekerasan. pada penamabahan kadar styrofom 5 % dari kadar aspal nilai yang diperoleh 15,80 % pada penambahan kadar styrofoam 7 % nillai VMA 16,03 % pada penambahan kadar styrofoam 9 % nilai VMA 15,77 % dan pada penambahan kadar styrofoam 12 % nilai yang diperoleh 15,82

%.

4.4.10. Analisis Hasil Pengujian Dengan Penambahan styrofoam

a. Kepadatan

Nilai density (kepadatan) menunjukkan besarnya kerapatan suatu campuran yang sudah dipadatkan. Campuran dengan density tinggi dalam batas tertentu akan lebih mampu menahan beban yang lebih berat dibandingkan dengan campuran yang mempunyai density yang rendah.

Nilai density suatu campuran dipengaruhi oleh kualitas dan komposisi bahan susun serta cara pemadatan, suatu campuran akan memiliki density yang tinggi apabila mempunyai bentuk butir yang tidak seragam dan porositas butiran rendah . Nilai kepadatan campuran beton aspal lapis aus AC-WC dengan perendaman 14 hari, dapat dilihat pada gambar 4.46 untuk campuran beton aspal lapis aus AC-WC pada kondisi kadar aspal optimum.

Gambar 4.46 Diagram hubungan variasi Perendaman 14 hari terhadap kepadatan pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

2.29 2.30 2.29 2.29

2.00 2.10 2.20 2.30 2.40

Kepadatan

Variasi Kadar styrofoam (%)

Grafik Kepadatan Perendaman 14 Hari

5%

7%

9%

12%

Dari gambar 4.46 dapat dilihat bahwa variasi kadar styrofoam kedalam campuran yang direndam selama 14 hari tidak terlau mempengaruhi nilai kepadatan (density). Hal ini disebabkan karena campuran belum mengalami pembebanan.

b. Stabilitas Minimum 800 (Kg)

Hasil pengujian stabilitas dengan berbagai variasi styrofoam pada kadar aspal optimum diperlihatkan pada gambar 4.47.

Gambar 4.47 Diagram hubungan variasi perendaman 14 hari terhadap Stabilitas pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.47 diatas menunjukkan bahwa Stabilitas campuran yang menggunakan variasi styrofoam kedalam campuran yang direndam 14 hari cenderung mengalami penurunan. Nilai stabilitas pada kadar styrofoam5% nilai stabilitas yang diperoleh adalah 1859,52 Kg pada kadar styrofoam 7% nilai stabiltas yang di peroleh 1774,69 Kg, pada kadar styrofoam 9 % nilai stabiltasnya 1661,85 Kg dan pada kadar styrofoam 12

1859.52

1774.69

1661.85

1544.24

600.00 800.00 1000.00 1200.00 1400.00 1600.00 1800.00 2000.00

Stabilitas (Kg)

Variasi Kadar styrofoam (%)

Grafik Stabiltas Perendaman 14 Hari

5%

7%

9%

12%

% nailai stabilitas yang yang diperoleh 1544,24 Kg semuanya berada dalam batas spesifikasi hal ini disebabkan karena semakin banyak kadar styrofoam yang di tambahkan kedalam campuran sehingga daya rekat aspal menurun.

c. Pelelehan (Flow) Minimum 2 - 4 (mm).

Grafik nilai Flow campuran AC-WC pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.48

Gambar 4.48 Diagram hubungan Variasi perendaman 14 hari terhadap flow pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.48 menunjukkan bahwa penambahan variasi penambahan styrofoamkedalam campuran yang direndam 14 hari menyebabkan nilai Flow menigkat pada penambahan kadar styrofoam 5

% nilai flow 3,50 mm pada kadar styrofoam 7 % nilai flow 4,57 mm pada kadar styrofoam 9 % nilai flow yang diperoleh 4,73 mm dan pada kadar styrofoam 12 % nilai folw yang di peroleh 4,73 %.hal ini dikarenakan

3.50

4.57 4.73 4.73

1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00

Flow (mm)

Variasi Kadar styrofoam (%)

Grafik Flow Perendaman 14 Hari

5%

7%

9%

12%

semkin banyak kadar styrofoam yang ditambahkan dedalam campuran aspal makamenyebabkan daya rekat aspal menurun.

d. Marshall Questient

Marshall Questient adalah perbandingan antara stabilitas dan kelelehan yang juga merupakan indikator terhadap kekuatan campuran secara empiris. Semakin tinggi nilai MQ maka kemungkinan akan semakin tinggi kekakuan suatu campuran dan semakin rentan campuran tersebut terhadap keretakan. Namun nilai MQ juga tidak boleh terlalu rendah karena hal tersebut akan menyebabkan campuran rentan terhadap deformasi plastis. Nilai MQ pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.49

Gambar 4.49 Diagram hubungan variasi perendaman 14 hari terhadap nilai VIM pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

534.05

391.83

352.54

329.98

50.00 150.00 250.00 350.00 450.00 550.00 650.00

Marshall Quetient (Kg/mm)

Variasi Kadar styrofoam (%)

Grafik Marshall Quetient Perendaman 14 Hari

5%

7%

9%

12%

Dari gambar diatas terlihat bahwa variasi penambahan kadar styrofoam mengakibatkan nilai Marshall Quotient juga mengalami penurunan. Pada pemabahan kadar styrofoam 5 % dari kadar aspal diperoleh nilai MQ534,05 Kg/mm pada penambahan kadar styrofoam 7 % nilai MQ 391,83 Kg/mm pada penambahan kadar styrofoam 9 % nilai MQ 352,54 Kg/mm dan penamabahan kadar styrofoam12 % nilai MQ 329,98 Kg/mm. Hal ini disebabkan karena adhesi atau ikatan antara aspal dan agregat menurun.

e. Rongga Dalam Campuran (VIM) Minimum 3,0%– 5,0%

VIM( void in mixture ) merupakan presentase rongga udara dalam campuran antara agregat dan aspal setelah dilakukan pemadatan. VIM atau rongga dalam campuran adalah parameter yang biasanya berkaitan dengan durabilitas dan kekuatan dari campuran.

Semakin kecil nilai VIM, maka akan bersifat kedap air. Namun nilai VIM yang terlalu kecil dapat mengakibatkan keluarnya aspal ke permukaan.

Grafik nilai VIMcampuran AC-WC untuk berbagai variasi kadar plastik pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.50

Gambar 4.50 Diagram hubungan variasi perendaman 14 hari terhadap VIM pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.50menunjukkan bahwa penambahan variasi styrofoam ke dalam campuran yang direndam selama 14 hari menyebabkan nilai VIMmeningkat meskipun kada kadar styrofoam 7 % mengalami penurunan. Pada penambahan kadar styrofoam 5 % dari kadar aspal nilai yang diperoleh adalah 3,73 % pada penambahan kadar styrofoam 7 % nilainyVIM 3,09 % pada kadar styrofoam 9 % nilaiVIM 3,49

% dan pada penambahan kadar styrofoam 12 % nilai VIM 3,72 %. Halini disebabkan karena panambahan styrofoam dari kadar aspal.

f. Rongga Terisi Aspal (VFB) Minimum 65 (%)

Nilai VFB memperlihatkan presentase rongga terisi aspal. Apabila VFB besar maka banyak rongga yang terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap udara dan air menjadi lebih tnggi. Hal ini disebabkan aspal yang berjumlah besar apabila menerima beban dan panas akan

3.73

3.09

3.49 3.72

2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00

VIM (%)

Variasi Kadar styrofoam (%)

Grafik VIM Perendaman 14 Hari

5%

7%

9%

12%

mencari rongga yang kosong. Jika rongga yang tersedia sedikit dan semua telah terisi, aspal akan naik kepermukaan yang kemudian terjadi bleeding.

Gambar 4. 51 Diagram hubungan variasi perendaman 14 hariterhadap VFB pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.51 menunjukkan bahwa penambahan styrofoam ke dalam campuran yang direndam selama 14 hari mengalami penurunan.Pada penambahan kadar styrofoam 5 % dari kadar aspal nilai VFB 76,81 % pada penambahan kadar styrofoam 7 % nilai VFB adalah 80,10 % pada penambahan kadar styrofoam 9 % nilai VFB 78,05 % dan pada penambahan kadar styrofoam 12 % nilai VFB adalah 76,68 %. Hal ini disebabkan karena rongga dalam aggregt atau VMA semakin meningkat maka rongga terisi aspal semakin menurun

76.81

80.10

78.05

76.86

63.00 65.00 67.00 69.00 71.00 73.00 75.00 77.00 79.00 81.00

VFB (%)

Variasi Kadar styrofoam (%)

Grafik VFB Perendaman 14 Hari

5%

7%

9%

12%

g. Rongga Dalam Agregat (VMA) Min 15%

VMA adalah presentase rongga antar butir agregat, termasuk di dalamnya adalah rongga yang terisi udara dan rongga terisi aspal efektif.

Nilai VMA yang terlalu kecil dapat menyebabkan lapisan aspal yang dapat menyelimuti agregat menjadi tipis dan mudah teroksidasi, akan tetapi bila kadar aspalnya terlalu banyak akan menyebabkan bleeding.

Nilai minimum rongga dalam mineral agregat adalah untuk menghindari banyaknya rongga udara yang menyebabkan material menjadi berpori. Rongga pori dalam agregat tergantung pada ukurann butir, susunan, bentuk, dan metode pemadatan.

Grafik nilai VMA campuran AC-WC untuk variasi styrofoampada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.52

Gambar 4. 52 Diagram hubungan variasi perendaman 14 hari terhadap VMA pada kondisi kadar aspal optimum Dengan Waktu Perendaman 30 Menit Dengan Suhu 60°C.

16.07

15.51

15.86

16.06

14.00 14.50 15.00 15.50 16.00 16.50

VMA (%)

Variasi Kadar styrofoam (%)

Grafik VMA Perendaman 14 Hari

5%

7%

9%

12%

Dari gambar 4.52 terlah bahwa nilai VMA meningkat seiring bertambahnya kadar styrofoam yang ditambahkan kedalam campuran, meskipun pada kadar styrofoam 7% mengalami penuruan. Penambahan kadar kadar styrofoam 5 % dari kadar aspal nilai VMA yang diperoleh yaitu 16,07 %, pada penambahan kadar styrofoam 7 % nilai VMA 15,51

%, pada penembahan kadar styrofoam 9 % nilai VMA yaitu 15,86 % dan pada penambahan kadar styrofoam 12 % nilai VMA 16,06 %. Semakin banyak kadar styrofoam yang ditambahakan maka nilai VMA akan meningkat

4.4.11. Analisis Hasil Pengujian Dengan Penambahan styrofoam