• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hasil Pengujian Dengan Penambahan styrofoam Pada Campuran Beton Aspal Panas AC-WC dengan

BAB I PENDAHULUAN

3. Pengujian variasi styrofoam (60ºC) Kadar

4.4. Pembuatan Benda Uji dengan Pemabahan styrofoam Pada Perendaman Berulang

4.4.11. Analisis Hasil Pengujian Dengan Penambahan styrofoam Pada Campuran Beton Aspal Panas AC-WC dengan

Dari gambar 4.52 terlah bahwa nilai VMA meningkat seiring bertambahnya kadar styrofoam yang ditambahkan kedalam campuran, meskipun pada kadar styrofoam 7% mengalami penuruan. Penambahan kadar kadar styrofoam 5 % dari kadar aspal nilai VMA yang diperoleh yaitu 16,07 %, pada penambahan kadar styrofoam 7 % nilai VMA 15,51

%, pada penembahan kadar styrofoam 9 % nilai VMA yaitu 15,86 % dan pada penambahan kadar styrofoam 12 % nilai VMA 16,06 %. Semakin banyak kadar styrofoam yang ditambahakan maka nilai VMA akan meningkat

4.4.11. Analisis Hasil Pengujian Dengan Penambahan styrofoam

lapis aus AC-WC dengan perendaman 21 hari, dapat dilihat pada gambar 4.53 untuk campuran beton aspal lapis aus AC-WC pada kondisi kadar aspal optimum.

Gambar 4.53 Diagram hubungan variasi Perendaman 21 hari terhadap kepadatan pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.53 dapat dilihat bahwa variasi kadar styrofoam kedalam campuran yang direndam selama 21 hari tidak terlau mempengaruhi nilai kepadatan (density). Hal ini disebabkan karena campuran belum mengalami pembebanan.

b. Stabilitas Minimum 800 (Kg)

Hasil pengujian stabilitas dengan berbagai variasi limbah plastik pada kadar aspal optimum diperlihatkan pada gambar 4.54.

2.30 2.30 2.29 2.29

2.00 2.10 2.20 2.30 2.40

Kepadatan

Variasi Kadar styrofoam (%)

Grafik Kepadatan Perendaman 21 Hari

5%

7%

9%

12%

Gambar 4.54 Diagram hubungan variasi perendaman 21 hari terhadap Stabilitas pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.54 diatas menunjukkan bahwa Stabilitas campuran yang menggunakan variasi styrofoam kedalam campuran yang direndam 21 hari cenderung mengalami penurunan. Nilai stabilitas pada kadar styrofoam5% nilai stabilitas yang diperoleh adalah 1756,31 Kg pada kadar styrofoam 7%nilai stabiltas yang di peroleh 1703,57 Kg, pada kadar styrofoam 9 % nilai stabiltasnya 1556,55 Kg dan pada kadar styrofoam 12

% nailai stabilitas yang yang diperoleh1440,33 Kg semuanya berada dalam batas spesifikasi hal ini disebabkan karena semakin banyak kadar styrofoam yang di tambahkan kedalam campuran apsal yang digunakan sehingga daya rekat aspal menurun.

c. Pelelehan (Flow) Minimum 2 - 4 (mm).

Grafik nilai Flow campuran AC-WC untuk variasi styrofoam pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.55

1756.31 1703.57

1556.55

1440.33

600.00 800.00 1000.00 1200.00 1400.00 1600.00 1800.00 2000.00

Stabilitas (Kg)

Variasi Kadar styrofoam (%)

Grafik Stabiltas Perendaman 21 Hari

5%

7%

9%

12%

Gambar 4.55 Diagram hubungan Variasi perendaman 21 hari terhadap flow pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.55 menunjukkan bahwa penambahan variasi penambahan styrofoamkedalam campuran yang direndam 21 hari menyebabkan nilai Flow menigkat pada penambahan kadar plastik 5 % nilai flow 3,87 mm pada kadar styrofoam 7 % nilai flow 4,77 mm pada kadar styrofoam 9 % nilai flow yang diperoleh 4,87 mm dan pada kadar styrofoam 12 % nilai folw yang di peroleh 5 mm.hal ini dikarenakan semkin banyak kadar styrofoam yang ditambahkan dedalam campuran aspal makamenyebabkan daya rekat aspal menurun.

d. Marshall Questient

Marshall Questient adalah perbandingan antara stabilitas dan kelelehan yang juga merupakan indikator terhadap kekuatan campuran secara empiris. Semakin tinggi nilai MQ maka kemungkinan akan semakin tinggi kekakuan suatu campuran dan semakin rentan campuran tersebut

3.87

4.77 4.87 5.00

1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00

Flow (mm)

Variasi Kadar styrofoam (%)

Grafik Flow Perendaman 21 Hari

5%

7%

9%

12%

terhadap keretakan. Namun nilai MQ juga tidak boleh terlalu rendah karena hal tersebut akan menyebabkan campuran rentan terhadap deformasi plastis. Nilai MQ pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.56

Gambar 4.56 Diagram hubungan variasi perendaman 21 hari terhadap nilai VIM pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar diatas terlihat bahwa variasi penambahan kadar styrofoam mengakibatkan nilai Marshall Quotient juga mengalami penurunan. Pada pemabahan kadar styrofoam 5 % dari kadar aspal diperoleh nilai MQ454,67 Kg/mm pada penambahan kadar styrofoam 7 % nilai MQ 357,74 Kg/mm pada penambahan kadar styrofoam 9 % nilai MQ 320,22 Kg/mm dan penamabahan kadar styrofoam 12 % nilai MQ 288,10 Kg/mm. Hal ini disebabkan karena adhesi atau ikatan antara aspal dan agregat menurun.

454.67

357.74

320.22

288.10

50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00 450.00 500.00

Marshall Quetient (Kg/mm)

Variasi Kadar styrofoam (%)

Grafik Marshall Quetient Perendaman 21 Hari

5%

7%

9%

12%

e. Rongga Dalam Campuran (VIM) Minimum 3,0%– 5,0%

VIM( void in mixture ) merupakan presentase rongga udara dalam campuran antara agregat dan aspal setelah dilakukan pemadatan. VIM atau rongga dalam campuran adalah parameter yang biasanya berkaitan dengan durabilitas dan kekuatan dari campuran.

Semakin kecil nilai VIM, maka akan bersifat kedap air. Namun nilai VIM yang terlalu kecil dapat mengakibatkan keluarnya aspal ke permukaan.

Grafik nilai VIMcampuran AC-WC untuk berbagai variasi kadar styrofoam pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.57

Gambar 4.57 Diagram hubungan variasi perendaman 21 hari terhadap VIM pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

Dari gambar 4.57menunjukkan bahwa penambahan variasi styrofoam ke dalam campuran yang direndam selama 21 hari menyebabkannilai VIMmeningkat meskipun pada kadar Styrofoam12 % mengalami penurunan. Pada penambahan kadar styrofoam 5 % dari

3.33 3.38 3.58 3.51

2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00

VIM (%)

Variasi Kadar styrofoam (%)

Grafik VIM Perendaman 21 Hari

5%

7%

9%

12%

kadar aspal nilai yang diperoleh adalah 3,33 % pada penambahan kadar styrofoam 7 % nilaiVIMyaitu 3,38 % pada kadar styrofoam 9 % nilaiVIMyaitu 3,58 % dan pada penambahan kadar styrofoam 12 % nilai VIM 3,51 %.

f. Rongga Terisi Aspal (VFB) Minimum 65 (%)

Nilai VFB memperlihatkan presentase rongga terisi aspal. Apabila VFB besar maka banyak rongga yang terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap udara dan air menjadi lebih tnggi. Hal ini disebabkan aspal yang berjumlah besar apabila menerima beban dan panas akan mencari rongga yang kosong. Jika rongga yang tersedia sedikit dan semua telah terisi, aspal akan naik kepermukaan yang kemudian terjadi bleeding.

Gambar 4.58 Diagram hubungan variasi perendaman 21 hariterhadap VFB pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.

78.86 78.56

77.54 77.90

63.00 65.00 67.00 69.00 71.00 73.00 75.00 77.00 79.00 81.00

VFB (%)

Variasi Kadar styrofoam (%)

Grafik VFB Perendaman 21 Hari

5%

7%

9%

12%

Dari gambar 4.58 menunjukkan bahwa penambahan styrofoam ke dalam campuran yang direndam selama 21 hari terjadi penurunannilai VFB, namun nilai vfb mengalami peningkatan pada kadar styrofoam 12 %, Pada penambahan kadar styrofoam 5 % dari kadar aspal nilai VFB 78,86 % pada penambahan kadar styrofoam 7 % nilai VFB adalah 78,56 % pada penambahan kadar styrofoam 9 % nilai VFB 77,34 % dan pada penambahan kadar styrofoam12 % nilai VFB adalah 77,90 %. Hal ini disebabkan karena meningkatnya kadar styrofoam, jika nilai rongga antar anggregat (VMA) meningkat, maka rongga terisi aspal (VFB) akan semakin kecil

g. Rongga Dalam Agregat (VMA) Min 15%

VMA adalah presentase rongga antar butir agregat, termasuk di dalamnya adalah rongga yang terisi udara dan rongga terisi aspal efektif.

Nilai VMA yang terlalu kecil dapat menyebabkan lapisan aspal yang dapat menyelimuti agregat menjadi tipis dan mudah teroksidasi, akan tetapi bila kadar aspalnya terlalu banyak akan menyebabkan bleeding.

Nilai minimum rongga dalam mineral agregat adalah untuk menghindari banyaknya rongga udara yang menyebabkan material menjadi berpori. Rongga pori dalam agregat tergantung pada ukurann butir, susunan, bentuk, dan metode pemadatan.

Grafik nilai VMA campuran AC-WC untuk berbagai variasi limbah plastik pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.59

Gambar 4.59 Diagram hubungan variasi perendaman 21 hari terhadap VMA pada kondisi kadar aspal optimum Dengan Waktu Perendaman 30 Menit Dengan Suhu 60°C.

Dari gambar 4.59 menunjukkan bahwa nilai VMA meningkat seiring bertambahnya kadar styrofoam yang ditambahkan kedalam campuran.

Penambahan kadar 5 % dari kadar aspal nilai VMA yang diperoleh yaitu 15,72 %, pada penambahan kadar styrofoam 7 % nilai VMA 15,77 %, pada penembahan kadar styrofoam9 % nilai VMA yaitu 15,94 % dan pada penambahan kadar styrofoam 12 % nilai VMA 15,88 %. Semakin banyak kadar styrofoam yang ditambahakan maka nilai VMA akan meningkat. Hal ini disebabkan karena pori diantara butir-butir agregat dalam campuran aspal meningkat.