BAB I PENDAHULUAN
3. Pengujian variasi styrofoam (60ºC) Kadar
4.4. Pembuatan Benda Uji dengan Pemabahan styrofoam Pada Perendaman Berulang
4.4.3. Analisis Hasil Pengujian Dengan Penambahan styrofoam 5%
Tabel 4. 17. Hasil Uji Marshall KAO menggunakan bahan styrofoam 12%
dengan perendaman berulang kemudian di rendam selama 30 menit pada suhu 60°C.
No Pemeriksaan
Penamabahan styrofoam Spesifikasi 2010 KAO 6,5 %
Kadar styrofoam 12 %
Revisi 3 0 Hari 7 Hari 14 Hari 21 Hari
1 Kepadatan 2,29 2,29 2,29 2,29 -
2
Stabilitas
(Kg) 1564,50 1559,53 1544,24 1440,33 Min 800
3 VMA (%) 15,77 15,82 16,06 15,88 Min 15
4 MQ (Kg/mm) 353,10 342,78 329,98 288,10 Min 250
5 Flow (mm) 4,53 4,60 4,73 5,00 2-4
6 VIM (%) 3,39 3,44 3,72 3,51 3-5
7 VFB (%) 78,53 78,26 76,86 77,90 Min 65
Sumber : Hasil Penelitian Laboratorium
lapis aus AC-WC dengan penambahan styrofoam 5%, dapat dilihat pada gambar 4.4 untuk campuran beton aspal lapis aus AC-WC pada kondisi kadar aspal optimum.
Gambar4.4 Diagram hubungan variasi kadar styrofoam 5% terhadap kepadatan pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.
Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa semakin Perendaman yang dilakukan cecara berulang tidak terlalu mempengaruhi nilai Kapadatan (density)pada 0 hari yaitu 2,30 pada hari ke 7 yaitu 2,29 pada hari 14 yaitu 2,29 dan pada hari ke 21 yaitu 2,29 bisa dikatan nilainya hampir sama hal ini disebabkan karena sifat styrofoam yang keras dan memepertahankan daya lekat aspal.
b. Stabilitas Minimum 800 (Kg)
Nilai stabilitas menunjukkan besarnya kemampuan perkerasan menahan beban tanpa mengalami perubahan bentuk ( deformasi ) tetap, dinyatakan dalam satuan beban lalu lintas, perkerasan yang memiliki nilai
2.30 2.29 2.29 2.30
2.00 2.10 2.20 2.30 2.40 2.50
Kepdatan
Variasi Perendaman (hari)
Grafik Kepadatan Kadar Styrofoam 5 %
0 hari 7 hari 14 hari 21 hari
stabilitas yang tinggi akan mampu menahan beban lalu lintas besar, akan tetapi stabilitas yang terlalu rendah akan mengakibatkan perkerasan akan mudah mengalami alur ( rutting ) oleh beban lalu lintas. Hasil pengujian stabilitas denganvariasi styrofoam pada kadar aspal optimum diperlihatkan pada gambar 4.5.
Gambar 4. 5 Diagram hubungan variasi kadar styrofoam 5% terhadap stabilitas pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.
Dari gambar 4.5. diatas menunjukkan bahwa Stabilitas campuran yang dilakukan perendaman berulang Nilai pada 0 hariyaitu 2024,81 Kg, pada hari ke 7 yaitu 1910,18 Kg pada hari 14 yaitu 1859,59 dan pada hari 21 yaitu 1756,31.hal ini disebabkan karena semakin lama perendaman daya lekat dalam aspal juga menurun.
2024.81 1910.18 1859.52
1756.31
600.00 800.00 1000.00 1200.00 1400.00 1600.00 1800.00 2000.00
stabilitas (kg)
variasi perendaman
Grafik Stabilitas kadar styrofoam 5%
0 hari 7 hari 14 hari 21 hari
c. Pelelehan (Flow) Minimum 2 - 4 (mm).
Nilai Flow menyatakan besarnya deformasi yang terjadi pada suatu lapis perkerasan akibat beban lalu lintas. Suatu campuran dengan nilai Flowtinggi akan cenderung lembek sehingga akan menyebabkan deformasi permanen apabila menerima beban. Sebaliknya jika nilai Flowrendah maka campuran menjadi kaku dan mudah retak jika menerima beban yang mengalami daya dukungnya.
Grafik nilai Flow campuran AC-WC untuk berbagai variasi styrofoam pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.6
Gambar 4. 6 Diagramhubungan variasi kadar styrofoam 5% terhadap flow pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.
Dari gambar 4.6. menunjukkan bahwa penambahan variasi penambahan styrofoam yang direndam secara berulang menyebabkan nilai Flowpada 0 hari yaitu 3.23 mm pada hari ke 7 yaitu 3,4 mm hari 14 3,50 dan pada hari ke 21 yaitu 3,87 mm terlihat bahwa nilai flowmeningkat
3.23
3.40 3.50
3.87
1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00
flow (mm)
variasi perendaman
grafik flow kadar styrofoam 5%
0 hari 7 hari 14 hari 21 hari
hal ini dikarenakan semakin lama perendaman nilai viskositas semakin meningkat.
d. Marshall Questient
Hasil bagi Marshall atau Marshall Questient adalah perbandingan antara stabilitas dan kelelehan yang juga merupakan indikator terhadap kekuatan campuran secara empiris. Semakin tinggi nilai MQ maka kemungkinan akan semakin tinggi kekakuan suatu campuran dan semakin rentan campuran tersebut terhadap keretakan. Namun nilai MQ juga tidak boleh terlalu rendah karena hal tersebut akan menyebabkan campuran rentan terhadap deformasi plastis. Nilai MQ pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.7.
Gambar 4. 7 Diagram hubungan variasi kadar styrofoam 5% padi terhadap nilai vim pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C
Gambar diaatas menunjukkan bahwa niali Marshall Quetient pada perendaman 0 hari yaitu 629,10 Kg/mm , pada perendaman 7 hari yaitu
629.10
561.71
534.05
454.67
150.00 250.00 350.00 450.00 550.00 650.00
marshall quetient
variasi perendaman
grafik marshall quitient kadar styrofoam 5%
0 hari 7 hari 14 hari 21 hari
561,71 kg/mm pada hari 14 534,05 Kg/mm sedangkan pada peredaman yang ke 21 hari yaitu 454,67 kg/mm.
e. Rongga Dalam Campuran (VIM) Minimum 3,0%– 5,0%
VIM( void in mixture ) merupakan presentase rongga udara dalam campuran antara agregat dan aspal setelah dilakukan pemadatan. VIM atau rongga dalam campuran adalah parameter yang biasanya berkaitan dengan durabilitas dan kekuatan dari campuran.
Semakin kecil nilai VIM, maka akan bersifat kedap air. Namun nilai VIM yang terlalu kecil dapat mengakibatkan keluarnya aspal ke permukaan.
Grafik nilai VIMcampuran AC-WC untuk variasi kadar styrofoam pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.8.
Gambar 4. 8 Diagram hubungan variasi kadar styrofoam 5% terhadap VIM pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°C.
Dari gambar 4.8 menunjukkan bahwa penambahan variasi penambahan styrofoam ke dalam campuran yang direndam secara
3.22 3.41
3.73
3.33
2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00
VIM (%)
Variasi Perendaman (hari)
Grafik VIM kadar Styrofoam 5%
0 hari 7 hari 14 hari 21 hari
berulang tidak terlalu mempengaruhi nilai VIMdan masuk dalam batas spesifikasi hal ini dikerenakan belum di lakukan pembebanan.
f. Rongga Terisi Aspal (VFB) Minimum 65 (%)
Nilai VFB memperlihatkan presentase rongga terisi aspal. Apabila VFB besar maka banyak rongga yang terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap udara dan air menjadi lebih tnggi. Hal ini disebabkan aspal yang berjumlah besar apabila menerima beban dan panas akan mencari rongga yang kosong. Jika rongga yang tersedia sedikit dan semua telah terisi, aspal akan naik kepermukaan yang kemudian terjadi bleeding.
Gambar 4. 9 Diagram hubungan variasi kadar styrofoam 5% terhadap VFB pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu perendaman 30 menit dengan suhu 60°c.
Dari gambar 4.9. menunjukkan bahwa penambahan styrofoam ke dalam campuranyang direndam secara berulang tidak terlalu
79.41
78.41
76.81
78.86
60.00 65.00 70.00 75.00 80.00 85.00
VFB (%)
variasi perendaman
grafik VFB kadar styrofoam 5%
0 hari 7 hari 14 hari 21 hari
menyebabkan nilai VFB berubah hal in disebabkan karena kadar aspal dan styrofoam yang digunakan sama.
g. Rongga Dalam Agregat (VMA) Min 15%
VMA adalah presentase rongga antar butir agregat, termasuk di dalamnya adalah rongga yang terisi udara dan rongga terisi aspal efektif.
Nilai VMA yang terlalu kecil dapat menyebabkan lapisan aspal yang dapat menyelimuti agregat menjadi tipis dan mudah teroksidasi, akan tetapi bila kadar aspalnya terlalu banyak akan menyebabkan bleeding.
Nilai minimum rongga dalam mineral agregat adalah untuk menghindari banyaknya rongga udara yang menyebabkan material menjadi berpori. Rongga pori dalam agregat tergantung pada ukurann butir, susunan, bentuk, dan metode pemadatan.
Grafik nilai VMA campuran AC-WC untuk berbagai variasi kadar styrofoam pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.10.
gambar 4. 10 diagram hubungan variasi kadar styrofoam 5% terhadap VMA pada kondisi kadar aspal optimum dengan waktu
15.63
15.80
16.07
15.72
14.80 15.00 15.20 15.40 15.60 15.80 16.00 16.20
VMA (%)
variasi perendaman
grafik VMA kadar styrofoam 5%
0 hari 7 hari 14 hari 21 hari
Dari gamabar 4.10 menunjukkan bahwa penambahan variasistyrofoam ke dalam campuran yang direndam secara beruang tidak terlalu menyabkan nilai VMA berubah hal ini disebakan karena pori pori diantara butir-butir agregat dalam campuran aspal tidak mengalami perunahan.
4.4.4. Analisis Hasil Pengujian Dengan Penambahan styrofoam 7 %