• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Data dan Analisis

2) Analisis Hasil Pretest

Analisis hasil pretest ini berisi analisis jawaban siswa yang sudah dikategorikan berdasarkan kesulitan siswa pada materi yang diajarkan. Kesulitan siswa dalam kasus ini, dilihat dari seberapa jauh siswa dapat mengerjakan soal yang diberikan. Bentuk penilaian dalam analisis ini, dikategorikan dalam 4 macam kategori, yaitu kategori tidak paham, kurang paham, paham, dan sangat paham, yang ditulis dalam bentuk interval skor, untuk memudahkan pengelompokkan siswa dalam kategori tersebut. Kemudian, jumlah siswa dalam kategori tersebut, ditulis dalam bentuk prosentase, untuk memudahkan pembacaan data. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

a) Kesulitan siswa untuk menentukan faktor diketahui dari soal

Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar siswa masih merasa kesulitan menuliskan faktor yang diketahui dari soal. Hal ini ditunjukkan dari prosentase berdasarkan jawaban yang ditulis siswa. Prosentase tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.2

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Menentukan Faktor Diketahui

Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)

9.5 ≤ 4.6 Tidak paham 86.11

4.7–6.5 Kurang paham 5.55

6.6-8.5 Paham 5.55

Dari hasil prosentase tersebut, lebih dari 50% siswa masih tidak paham dalam menentukan faktor-faktor yang diketahui dari soal. Analisis jawaban menunjukkan hasil bahwa hampir semua soal yang mereka kerjakan, tidak menyertakan faktor diketahui. Ini dapat disebabkan karena siswa belum terbiasa mengerjakan soal secara sistematis, sehingga mereka cenderung langsung mengerjakan soal yang diberikan, tanpa menyertakan faktor diketahui.

b) Kesulitan siswa untuk menentukan faktor yang ditanyakan dari soal Kesulitan yang sama juga dialami siswa pada bagian ini. Walaupun tidak sebanyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan faktor yang diketahui, namun prosentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap ini juga masih relatif besar. Hal ini ditunjukkan dari prosentase berdasarkan jawaban yang ditulis siswa. Prosentase tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.3

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Menentukan Faktor yang Ditanyakan

Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)

9.5 ≤ 4.6 Tidak paham 63.89 4.7–6.5 Kurang paham 25

6.6-8.5 Paham 11.11

8.6–9.5 Sangat paham -

Dari tabel tersebut, jumlah siswa yang tidak paham menunjukkan jumlah terbesar dari siswa dalam kategori yang lain. Bahkan, tidak ada siswa yang masuk dalam kategori sangat paham. Prosentase paling

sedikit juga ditunjukkan oleh kelompok siswa dalam kategori paham. Dengan kata lain, siswa belum dapat menentukan faktor yang ditanya

dalam soal secata tepat. Padahal, ‘faktor ditanya’, adalah unsur yang

mempertegas tujuan akhir yang harus diselesaikan oleh siswa. c) Kesulitan siswa untuk melukis vektor

Kesulitan siswa dalam memehami konsep tentang cara melukis vektor, tampak dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.4

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Melukis Vektor

Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)

4 ≤ 1.9 Tidak paham 13.89

2–2.7 Kurang paham 2.78

2.8–3.5 Paham 8.33

3.6 - 4 Sangat paham 75 Pada konsep melukis vektor, hasil data menunjukkan bahwa mayoritas siswa masuk dalam kategori paham. Ini berarti bahwa untuk melukis sebuah vektor, hanya sebagian kecil siswa yang masih kesulitan. Walaupun jumlah siswa tersebut tergolong kecil, namun tentunya siswa tersebut perlu dibantu, sehingga pada akhirnya, lebih banyak lagi siswa yang memahami cara melukis vektor, sebagai tolak ukur awal dalam menggambar vektor. Kesulitan yang dialami siswa dalam menggambar vektor misalnya, siswa belum mengerti maksud soal, yang mana siswa diminta menggambar sebuah vektor dengan

arah vertikal ke bawah. Pada tahap ini misalnya, ada siswa yang menggambar vektor dengan hasil:

Jawaban ini tentunya kurang tepat, karena pada jawaban tersebut, siswa menggambar vektor yang arahnya tidak benar-benar tepat vertikal ke bawah (membentuk sudut 900terhadap horisontal).

d) Kesulitan siswa melakukan operasi vektor dengan metode segitiga Analisis kesulitan siswa pada tahap ini, hanya ditunjukkan oleh satu bentuk soal. Ini dikarenakan peneliti secara bertahap, ingin melihat kesulitan siswa pada bagian penjumlahan vektor dengan metode segitiga, khusus untuk operasi dua buah vektor. Secara lebih kompleks, penyelesaian operasi penjumlahan dan pengurangan lebih dari dua vektor, akan dijabarkan pada metode poligon, sebagai perkembangan dari metode segitiga vektor ini. Namun, walaupun bentuk soal yang diberikan masih sederhana, masih banyak siswa yang memberikan jawaban salah dan merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut. Pernyataan ini dibuktikan dari prosentase yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.5

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan

Kesulitan Melakukan Operasi Vektor dengan Metode Segitiga

Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)

5 ≤ 2.4 Tidak paham 22.22

2.5–3.4 Kurang paham 5.55

3.5–4.4 Paham 16.67

Dari hasil tersebut, tampak bahwa lebih dari 50% siswa dapat menyelesaikan soal tentang penjumlahan dua vektor menggunakan metode segitiga vektor dengan sangat baik. Sebagian lainnya (16.67%) sudah cukup mampu mengerjakan dengan baik, walaupun masih banyak siswa yang belum, bahkan masih kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Kesulitan yang di alami siswa pada bagian ini misalnya, siswa masih kesulitan menghubungkan pangkal vektor kedua pada ujung vektor pertama. Selain itu, ada siswa yang masih salah dalam menggambar vektor resultannya. Vektor resultan untuk metode segitiga harusnya ditentukan dari pangkal vektor pertama sampai ujung vektor terakhir, tetapi ada siswa yang menggambar resultannya dari ujung vektor terakhir ke pangkal vektor pertama, sehingga arah resultan yang dihasilkan menjadi salah.

e) Kesulitan siswa untuk melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode jajaran genjang

Kesulitan siswa pada kategori ini, terbagi dalam 2 jenis soal, yaitu persoalan tentang penjumlahan dan pengurangan vektor. Keduanya merupakan operasi dari dua buah vektor dengan menggunakan metode jajaran genjang vektor. Tujuannya adalah agar peneliti secara detail, mengetahui letak kesulitan siswa pada konsep penjumlahan atau pengurangan vektor dengan metode jajar genjang. Adapun hasil pengelompokkan kesulitan siswa, tampak dalam tabel di bawah ini:

i. Operasi penjumlahan vektor

Tabel 4.6

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan

Kesulitan Menjumlahkan Vektor Dengan Metode Jajar Genjang

ii. Operasi pengurangan vektor

Tabel 4.7

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan

Kesulitan Mengurangkan Vektor Dengan Metode Jajar Genjang

Dari kedua tabel di atas, terlihat bahwa dua prosentase yang dominan, ditunjukkan oleh kategori tidak paham dan sangat paham. Hasil terbesar menunjukkan lebih dari 50% siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan persoalan penjumlahan dan pengurangan dua buah vektor dengan metode jajaran genjang vektor.

Menurut data, hal ini terjadi karena kesalahan konsep yang dimiliki siswa. Siswa yang masuk dalam kategori tidak paham dan kurang paham, mengerjakan persoalan vektor, dengan menganggap bahwa jajaran genjang merupakan bentuk segi empat dengan sisi-sisi yang

Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%) 6.5 ≤ 3.2 Tidak paham 55.55 3.3–4.5 Kurang paham 2.78 4.6-5.8 Paham 8.33 5.9-6.5 Sangat paham 33.33 Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)

6.5 ≤ 3.2 Tidak paham 66.67 3.3–4.5 Kurang paham 2.78

4.6-5.8 Paham 8.33

selalu serong, sehingga gambar vektor yang tegak lurus pada soalpun, pada metode jajaran genjang ini akan dibuat menjadi bentuk yang miring oleh siswa tersebut. Selain itu, beberapa siswa juga masih belum mengerti cara menggambar resultan vektornya. Misalnya saja, pada jajar genjang, resultan vektor merupakan diagonal sisi dari jajar genjang. Tetapi ada siswa yang menggambar resultan vektor dengan menghubungkan ujung vektor pertama dengan ujung vektor yang lain. Hal ini tentu memberikan jawaban yang salah bagi siswa tersebut.

Namun, prosentase yang relatif besar pada kategori sangat paham (33.33% pada tabel penjumlahan dan 22.22% pada tabel pengurangan), menunjukkan perbandingan pemikiran yang sangat jauh berbeda dari keadaan sebelumnya. Siswa pada kategori tersebut mampu menyelesaikan soal yang diberikan dengan sangat baik, dan mengerti konsep jajar genjang sebagai sebuah bangun segi empat dengan sangat baik. Siswa-siswa tersebut dapat menyelesaikan persoalan vektor dengan metode jajar genjang dengan baik. Perbedaan konsep yang begitu dominan ini tentunya menjadi kendala bagi guru untuk menyampaikan bahan ajar.

f) Kesulitan siswa untuk melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode poligon

i. Operasi penjumlahan vektor Tabel 4.8

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan

Kesulitan Menjumlahkan Vektor dengan Metode Poligon

ii. Operasi pengurangan vektor Tabel 4.9

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan

Kesulitan Mengurangkan Vektor dengan Metode Poligon

Penjumlahan vektor dengan metode poligon ini menerapkan prinsip penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode segitiga, tetapi untuk lebih dari dua buah vektor. Metode ini merupakan langkah lanjutan bagi siswa untuk lebih memahami konsep tentang operasi vektor dengan metode grafis. Namun, pada kenyataannya, prosentase terbesar dari jumlah siswa, justru masuk dalam kategori tidak paham. Padahal pada metode segitiga vektor, prosentase jumlah siswa terbesar

Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%) 8 ≤ 3.9 Tidak paham 47.22 4-5.5 Kurang paham 13.89 5.6-7.1 Paham 19.44 7.2-8 Sangat paham 19.44 Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)

8 ≤ 3.9 Tidak paham 66.67

4-5.5 Kurang paham 13.89

5.6-7.1 Paham 5.55

ada dalam kategori sangat paham. Hal ini tentunya menjadi masalah karena untuk bentuk soal yang lebih kompleks, mayoritas siswa masih kesulitan untuk menyelesaikannya. Pada lembar jawaban yang mereka tulis, kesulitan tersebut terjadi karena siswa menjadi bingung meletakkan pangkal vektor berikutnya pada ujung vektor sebelumnya, untuk jumlah vektor yang lebih dari dua buah. Dengan kata lain, penguasaan konsep yang sudah mereka dapatkan masih sangat kurang untuk menjadi modal mereka dalam menyelesaikan soal yang diberikan.

g) Kesulitan siswa menyelesaikan persoalan vektor secara matematis Tabel 4.10

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan

Kesulitan Menyelesaikan Persoalan Vektor Secara Matematis

Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)

8 ≤ 3.9 Tidak paham 97.22

4-5.5 Kurang paham -

5.6-7.1 Paham -

7.2-8 Sangat paham 2.78

Terlihat jelas dari tabel, bahwa hampir semua siswa merasa kesulitan menyelesaikan persoalan dengan metode matematis. 2,78% adalah prosentase yang menunjukkan hanya 1 orang siswa yang dapat memahami konsep ini dengan sangat baik. Kesulitan yang dialami oleh hampir semua siswa ini ada dalam persamaan matematis yang harus dipakai. Hanya saja, sebagian besar dari mereka sudah salah dalam menulis persamaan tersebut. Persamaan matematis yang dimaksud adalah persamaan untuk menentukan resultan vektor dengan rumus

kosinus, yaitu: R = + + 2 . Jika prsamaan yang ditulis salah, tentunya menghasilkan jawaban akhir yang juga salah. Contoh kesalahan yang terjadi adalah, siswa menuliskan persamaan tersebut menjadi = + . 2 .

Kesalahan lain yang dilakukan oleh sebagian besar siswa adalah mereka tidak mengerti nilai yang yang harus dimasukkan. Misalnya, cos 00= 1, maka siswa akan menuliskannya menjadi cos 1, dan dalam penyelesaian akan menjadi = + . 2 1. Kesalahan ini menunjukkan kesalahan konsep yang diterima siswa. Namun, peneliti belum bisa mengatakan bahwa 1 orang siswa pada kategori paham tersebut, juga mengerti konsep metode matematis dengan sangat baik, karena walaupun hasil yang didapat siswa tersebut benar, tetapi siswa tersebut menggunakan metode analitis, yang mana dia menyelesaikan persoalan yang ada, dengan metode grafis.

h) Kesulitan siswa untuk menentukan komponen vektor

i. Kesulitan dalam menggambar komponen-komponen vektor Tabel 4.11

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Menggambar Komponen Vektor

Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)

5 ≤ 2.4 Tidak paham 100

2.5–3.4 Kurang paham 0

3.5–4.4 Paham 0

ii. Kesulitan dalam menentukan besar komponen-komponen vektor Tabel 4.12

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Menentukan Besar Komponen Vektor

Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)

5 ≤ 2.4 Tidak paham 80.55

2.5–3.4 Kurang paham 8.33

3.5–4.4 Paham 2.78

4.5–5 Sangat paham 8.33

Dari kedua tabel tersebut, tampak jelas bahwa mayoritas siswa sangat kesulitan untuk menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan komponen vektor. Bahkan, semua siswa belum mampu menggambar uraian sebuah vektor menjadi komponen-komponennya. Kesulitan menggambar, misalnya, terjadi karena siswa bingung cara menggambar komponen dari sebuah vektor, sehingga tidak menggambar komponen vektor yang menunjukkan uraian dari vektor yang ditanyakan. Namun, permasalahan yang ada tidak cukup sampai pada persoalan menggambar, karena pada kenyataannya, 80.55% siswa juga tidak dapat menentukan besar komponen vektor. Berdasarkan data, ini terjadi karena siswa tidak dapat menentukan rumus yang digunakan. Misalnya, jika sudut apit terletak antara sumbu X dengan sebuah vektor yang diketahui (besar sudut apit tersebut 300, misalnya), untuk menentukan besarnya komponen vektor tersebut ke arah sumbu X (kita sebut sebagai Sx), rumus yang tepat digunakan adalah Sx =

S.sin300. Beberapa siswa lain bahkan menulisnya menjadi Sx= S. 300.

Karena konsep yang salah ini, penyelesaian pada soal ini tentu menghasilkan proses dan jawaban yang salah.

i) Kesulitan siswa untuk menentukan vektor resultan

Konsep tentang vektor resultan ini dibagi menjadi 2 soal essai. Ini dimaksudkan karena tiap nomor soal memiliki karakteristik masing- masing. Soal nomor 9 (pada soal pretest) adalah menentukan resultan vektor, dengan menguraikan komponen-komponen vektor yang diketahui terlebih dahulu, kemudian menentukan besar masing-masing komponen, untuk kemudian dicari resultan vektor keseluruhannya. Tetapi, soal nomor 10 lebih berupa soal cerita, untuk melihat sejauh mana siswa dapat menangkap maksud soal, dan menyelesaikannya. Walaupun karakteristik dan kompleksitas kedua soal tersebut berbeda, namun tujuan dan pemahaman konsep yang ingin dicapai sama, sehingga interval skor yang digunakan adalah jumlah keseluruhan skor maksimal pada kedua soal tersebut. Kategori kesulitan siswa pun dibagi menjadi 2 jenis, yaitu kesulitan menggambar, dan kesulitan untuk menentukan besar vektor resultannya. Adapun bobot keseluruhan untuk soal tersebut, tampak pada tabel di bawah ini:

i. Kesulitan dalam menggambar resultan vektor Tabel 4.13

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Menggambar Resultan Vektor

Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)

11 ≤ 5.4 Tidak paham 100

5.5-7.6 Kurang paham 0

7.7-9.8 Paham 0

9.9-11 Sangat paham 0

ii. Kesulitan dalam menentukan besar resultan vektor Tabel 4.14

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Menentukan Besar Resultan Vektor

Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)

14 ≤ 6.9 Tidak paham 94.44

7-9.7 Kurang paham 5.55

9.8-12.5 Paham 0

12.6-14 Sangat paham 0

Dari kedua data tersebut, jelas terlihat bahwa tidak ada siswa yang dapat menyelesaikan soal tersebut dengan baik, bahkan konsep mereka juga masih sangat kurang untuk membantu mereka menyelesaikan soal tersebut. Kesulitan menggambar, misalnya, terjadi karena siswa belum dapat menguraikan vektor-vektor yang ada, menjadi komponen- komponennya. Kesulitan menggambar juga terjadi karena siswa belum dapat menangkap maksud soal (dalam kasus ini adalah pada soal cerita nomor 10) dengan baik sehingga gambar yang dihasilkan menjadi tidak tepat.

Kesulitan menentukan besarnya vektor resultan terjadi karena siswa tidak mengetahui persamaan yang digunakan, juga tidak dapat memahami soal dengan baik. Contohnya pada soal nomor 9, kasus yang terjadi adalah siswa tidak tepat menuliskan rumus yang digunakan. Misal, untuk komponen V1x ke arah sumbu X positif,

rumus yang digunakan adalah V1x = V1. Cos α , tetapi banyak siswa

yang menulisnya menjadi V1x = v1. Sin α, atau bahkan hanya V1x =

v1.α.. Kesalahan lain yang dilakukan siswa misalnya, siswa lupa

memasukkan tanda minus dalam persamaan, sehingga menghasilkan jawaban yang tidak tepat. Contoh, jika komponen V3y adalah kea rah

sumbu Y negatif, maka persamaan yang digunakan V3y = V3. (-sinα),

tetapi banyak siswa yang hanya menulis V3y = V3. Sinα, tanpa

menyertakan tanda minus.

3) Analisis Program Remedi

Setelah melihat analisis pada hasil pretest siswa, analisis kualitatif untuk proses selanjutnya, adalah analisis program remedi yang sudah diadakan. Pada bab II, telah disampaikan bahwa tujuan dari pengadaan program remedi adalah untuk membantu siswa mengatasi kesulitan mereka dalam memahami materi tertentu. Dengan kata lain, tujuan dari analisis program remedi ini adalah untuk melihat apakah program remedi yang diadakan sudah dapat membantu siswa mengatasi kesulitan mereka atau belum. Analisis ini dilakukan dengan melihat nilai posttest siswa,

yang dibandingkan dengan nilai pretest mereka. Harapannya, setelah program remedi ini, jumlah siswa yang masuk dalam kategori paham dan sangat paham, lebih banyak daripada saat pretest. Begitu juga sebaliknya, diharapkan setelah pelaksanaan program remedi, maka jumlah siswa yang masuk kategori kurang paham dan tidak paham, akan menjadi lebih sedikit daripada saat pretest. Secara keseluruhan, pada bagian ini akan ditunjukkan jumlah siswa yang masuk dalam kategori tidak paham, kurang paham, paham, dan sangat paham, pada nilai pretest (sebelum program remedi) dan pada nilai posttest (setelah pengadaan program remedi). Adapun prosentase tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

56

Tabel 4.15

Perbandingan Jumlah Siswa PadaPretestdanPosttest

Berdasarkan Kategori Tidak Paham, Kurang Paham, Paham, dan Sangat Paham

No. Jenis Kesulitan

NilaiPretest

Jenis Remedi

NilaiPosttest

Jumlah siswa (%) Jumlah siswa (%) T.P K.P P S.P T.P K.P P S.P

1 Menentukan Faktor diketahui 86.1 5.56 5.56 2.78

Model diskusi kelompok untuk mengumpulkan informasi-informasi yang diketahui dalam soal

38.9 13.9 13.9 33.3

2 Menentukan faktor yang ditanya 63.8 25 11.1 0

Model diskusi kelompok

untuk menentukan

informasi-informasi yang diketahui dalam soal

22.2 30.6 19.4 27.8

3 Melukis vektor 13.9 2.78 8.33 75

Model diskusi kelompok untuk membahas latihan soal no. 1 dan 2

0 2.78 0 97.2

4 Metode segitiga vektor 22.2 5.56 16.7 55.6

Model diskusi kelompok untuk membahas latihan soal no. 3

8.33 11.1 8.33 72.2

5 Metode jajaran genjang

Operasi penjumlahan 55.6 2.78 8.33 33.3

Model diskusi kelompok untuk membahas latihan soal no. 4

27.8 8.33 22.2 41.7

Operasi pengurangan 66.7 2.78 8.33 22.2

Model diskusi kelompok untuk membahas latihan soal no. 5

57

Keterangan pada kategori: T.P = tidak paham K.P = kurang paham P = paham S.P = sangat paham 6 Metode poligon Operasi penjumlahan 47.3 13.9 19.4 19.4

Model diskusi kelompok untuk membahas latihan soal no. 6

25 8.33 0 66.7

Operasi pengurangan 66.7 13.9 5.56 13.9

Model diskusi kelompok untuk membahas latihan soal no. 7 dan 8

41.7 8.33 5.56 44.4

7 Metode matematis 97.2 0 0 2.78

Model diskusi kelompok untuk membahas latihan soal no. 9 dan 10

69.4 11.1 5.56 13.9

8 Menentukan komponen vektor

Menggambar 100 0 0 0 Model diskusi kelompok untuk membahas latihan soal no. 11

91.7 2.78 0 5.56

Menentukan besarnya 80.6 8.33 2.78 8.33 77.8 5.56 2.78 13.9

9 Vektor resultan

Menggambar vektor resultan 100 0 0 0 Model diskusi kelompok untuk membahas latihan soal no. 12-15

86.1 13.9 0 0

Dari tabel di atas, dapat dilihat perbandingan nilai pretest dan posttest siswa. Secara keseluruhan, ada penurunan prosentase pada kategori tidak paham dan kurang paham, serta meningkatnya prosentase jumlah siswa yang paham dan sangat paham. Ini berarti, setiap siswa mengalami perkembangan konsep, sehingga mereka mengalami perkembangan cara dan pengetahuan untuk mengerjakan soal yang diberikan. Peningkatan tersebut berdampak pada hasil posttest yang diperoleh siswa, sehingga terlihat adanya peningkatan. Walaupun masih banyak siswa yang belum mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah, namun peningkatan yang terjadi tentunya menunjukkan adanya perkembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Secara keseluruhan nilai, untuk mempermudah melihat peningkatan yang dialami siswa, perolehan nilai siswa padapretest danposttest, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.16

Perbandingan Nilaipretestdanposttestsiswa

No. Siswa

Perolehan Nilai Keterangan

Pretest Posttest

1 19 45.5 Dari tidak paham menjadi kurang paham

2 14 40 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai

3 19 33 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai 4 7 20.5 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai 5 32.5 79 Dari tidak paham

menjadi paham 6 34 35.5 Tetap tidak paham,

7 43 80 Dari tidak paham menjadi paham 8 62.5 79 Dari kurang paham

menjadi paham

9 44 57 Dari tidak paham

menjadi kurang paham 10 29 70.5 Dari tidak paham

menjadi paham

11 30 42 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai

12 30 66 Dari tidak paham

menjadi kurang paham 13 45 62.5 Dari tidak paham

menjadi kurang paham 14 43.5 69 Dari tidak paham

menjadi kurang paham

15 10 38 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai

16 8 16 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai 17 60.5 87 Dari kurang paham

menjadi paham

18 23.5 61.5 Dari tidak paham menjadi kurang paham

19 44 51.5 Dari tidak paham menjadi kurang paham

20 49 77 Dari tidak paham

menjadi paham 21 63.5 81 Dari kurang paham

menjadi kurang paham 22 49.5 42 Mengalami penurunan nilai

23 55 79 Dari kurang paham

menjadi paham 24 15 41.5 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai

25 13 26 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai

26 8 13 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai 27 20.5 44.5 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai

28 10 12

Tetap tidak paham,

29 14 23 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai 30 23.5 23 Mengalami penurunan nilai 31 40.5 78.5 Dari tidak paham

menjadi paham 32 44 47.5 Tetap tidak paham,

tetapi mengalami sedikit peningkatan 33 20.5 15.5 Mengalami penurunan nilai

34 25 58 Dari tidak paham

menjadi kurang paham 35 46 32.5 Mengalami penurunan nilai 36 43.5 67 Dari tidak paham

menjadi kurang paham

Secara lebih umum, dalam tabel tersebut dipaparkan peningkatan nilai total yang diperoleh siswa setelah mengikuti program remedi yang diadakan. Terlihat jelas bahwa hampir semua siswa mengalami peningkatan pemahaman. Walaupun kesulitan yang mereka alami belum sepenuhnya diatasi, tetapi dengan program remedi yang diadakan, siswa

dapat ‘sedikit’ mengatasi kesulitan mereka pada setiap konsep yang

diberikan.

Namun, tidak semua siswa mengalami peningkatan pada nilai posttest mereka. Dalam tabel juga terlihat bahwa ada siswa yang nilainya menurun setelah mengikuti remedi. Menurut wawancara yang dilakukan oleh peneliti (walaupun berupa wawancara informal), siswa yang nilai posttestnya menurun, terjadi karena ketika posttest, siswa tersebut sedang merasa kurang sehat, sehingga tidak maksimal dalam mengerjakan soal. Siswa lain berpendapat bahwa sebenarnya, ia sedang sangat lelah,

sehingga secara pribadi sedang malas untuk mengerjakan soal yang diberikan. Ada juga yang mengatakan secara terbuka bahwa ia tidak menyukai pelajaran Fisika, sehingga ia masih tidak yakin bahwa nilainya akan menjadi tuntas walaupun sudah mengikuti program remedi yang diadakan. Ini menunjukkan bahwa kondisi siswa saat mengerjakan soal juga memberikan pengaruh terhadap apa yang mereka kerjakan saat itu. Bahkan, keyakinan mereka terhadap apa yang mereka kerjakan, akan mendorong mereka untuk bekerja secara lebih maksimal. Jika siswa sudah merasa malas, kurang sehat, juga tidak yakin mereka dapat mengerjakan soal dengan baik, maka hasil yang dicapai tentunya akan menjadi tidak optimal. Hal ini terbukti dari hasil posttest mereka yang lebih rendah daripada hasilpretestnya.

Dokumen terkait