• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal fisika, dan efektivitas program remedi sebagai upaya membantu siswa kelas X di SMA Stella Duce Bantul untuk memahami materi vektor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal fisika, dan efektivitas program remedi sebagai upaya membantu siswa kelas X di SMA Stella Duce Bantul untuk memahami materi vektor."

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

Agata Novia Adriani,“Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Fisika, dan Efektivitas Program Remedi sebagai Upaya Membantu Siswa Kelas X di SMA Stella Duce Bantul untuk Memahami Materi Vektor”

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta (2012).

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal Fisika yang diberikan. Selain itu, penelitian juga dimaksudkan untuk mengadakan suatu program, sebagai upaya untuk membantu siswa mengatasi kesulitan mereka dalam menyelesaikan soal. Program ini disebut sebagai program remedi.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Stella Duce Bantul. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA Stella Duce Bantul sejumlah 36 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen tes dan non tes. Penelitian dilakukan melalui empat tahap kegiatan yaitu (1) observasi, (2) pengadaanpreteset, (3) pelaksanaan program remedi, (4) pelaksanaanposttest.

(2)

ix

ABSTRACT

Agata Novia Adriani, "Analysis of Student Difficulties in Physics Problem Solving and The Effectiveness Remedial Program as Effort Helps High School Students in Class X Stella Duce Bantul to Understanding Vector Material.

Physical Education Studies Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta (2012).

This study aims to investigate students' difficulties in solving physics problems is given. In addition, the study also aimed to establish a program, an effort to help students overcome their difficulties in solving the problem. The program is referred to as a remedial program.

This research was conducted at the High School Stella Duce Bantul. The subjects of this study were students of class X SMA Stella Duce Bantul some 36 people. The study was conducted in September 2012.

The instrument are used in this study are in test instruments and test form The research was conducted through four phases of activities: (1) observation, (2) procurement pretest, (3) implementation of remedial programs, (4) implementation of the posttest.

(3)

Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Fisika,

dan Efektivitas Program Remedi Sebagai Upaya

Membantu Siswa Kelas X di SMA Stella Duce Bantul

untuk Mamahami Materi Vektor

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh :

Agata Novia Adriani NIM : 08 1424 003

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus Kekuatanku dan Bunda Maria

Bapakku F.X. Bagus Putu Adi, Ibuku M.M. Retnowati Adik-adikku F.Suryadi R. dan F. Indra Wijaya

“Kupersembahkan skripsi ini sebagai bentuk ucapan syukur, tanda terima kasih,

bakti, dan cintaku untuk keluargaku yang selalu mendoakan, percaya, mendukung, dan

memotivasiku untuk terus belajar, tidak mudah putus asa, dan selalu berusaha

mendapatkan yang terbaik.”

(7)

v

Motto

“Apapun yang Kamu Lakukan, Baik atau Buruk

Akan Berdampak Bagimu dan Orang-Orang di Sekitarmu”

“Hidup adalah Pilihan

Namun Kedewasaan Seseorang,

(8)
(9)
(10)

viii

ABSTRAK

Agata Novia Adriani,“Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Fisika, dan Efektivitas Program Remedi sebagai Upaya Membantu Siswa Kelas X di SMA Stella Duce Bantul untuk Memahami Materi Vektor”

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta (2012).

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal Fisika yang diberikan. Selain itu, penelitian juga dimaksudkan untuk mengadakan suatu program, sebagai upaya untuk membantu siswa mengatasi kesulitan mereka dalam menyelesaikan soal. Program ini disebut sebagai program remedi.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Stella Duce Bantul. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA Stella Duce Bantul sejumlah 36 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen tes dan non tes. Penelitian dilakukan melalui empat tahap kegiatan yaitu (1) observasi, (2) pengadaanpreteset, (3) pelaksanaan program remedi, (4) pelaksanaanposttest.

(11)

ix

ABSTRACT

Agata Novia Adriani, "Analysis of Student Difficulties in Physics Problem Solving and The Effectiveness Remedial Program as Effort Helps High School Students in Class X Stella Duce Bantul to Understanding Vector Material.

Physical Education Studies Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta (2012).

This study aims to investigate students' difficulties in solving physics problems is given. In addition, the study also aimed to establish a program, an effort to help students overcome their difficulties in solving the problem. The program is referred to as a remedial program.

This research was conducted at the High School Stella Duce Bantul. The subjects of this study were students of class X SMA Stella Duce Bantul some 36 people. The study was conducted in September 2012.

The instrument are used in this study are in test instruments and test form The research was conducted through four phases of activities: (1) observation, (2) procurement pretest, (3) implementation of remedial programs, (4) implementation of the posttest.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat dan karuniaNya yang luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Fisika, dan Efektivitas Program Remedi Sebagai Upaya Membantu Siswa Kelas X di SMA Stella Duce Bantul untuk Mamahami Materi Vektordengan baik. Skripsi tersebut ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Fisika.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini berkat dukungan, semangat, bimbingan, kerja sama, nasihat, dan doa dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. Domi Severinus, M.Si selaku dosen pembimbing, yang telah dengan

penuh kesabaran berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan dan penyelesaikan tugas akhir ini.

2. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang dengan penuh kedisiplinan, mendidik dan mendampingi penulis selama menempuh perkuliahan di Pendidikan Fisika..

3. Sr. Adriani, CB, selaku Kepala Sekolah SMA Stella Duce Bantul yang telah memberikan ijin sewaktu penulis melakukan penelitian pada bulan Agustus 2012 hingga September 2012.

(13)

xi

penelitian, serta memberikan masukan-masukan yang berguna bagi penulis dalam penyusunan tugas akhir.

5. Keluargaku tercinta, F.X Bagus Putu Adi (bapak), M.M Retnowati (ibu), Fransiskus Suryadi R. dan F. Indra Wijaya (adik) yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

6. Bapak-Ibu guru dan karyawan SMA Stella Duce Bantul yang terus mendukung dan menyemangati penulis selama melakukan penelitian.

7. Siswa-siswi kelas X SMA Stella Duce Bantul tahun ajaran 2012/2013 atas bantuan dan keterlibatannya dalam penelitian untuk tugas akhir ini.

8. Teman-temanku di Pendidikan Fisika, khususnya angkatan 2008, juga sahabatku Gery, Anto, Sigit, Edwin, Helen, Sinta, Ari, Dina, Mira, Mas Agung, Mas Bagus, Mas Agus dan Mbak Dita. Terima kasih atas kebersamaan dan dorongan yang kalian berikan.

9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini. Akhir kata, semoga pemaparan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Yogyakarta, 18 Desember 2012 Penulis,

(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Perumusan Variabel dan Pembatasan Istilah ... 7

1. Perumusan Variabel ... 7

2. Pembatasan Istilah ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Pemahaman Fisika ... 9

B. Kesulitan Belajar ... 12

C. Pembelajaran Fisika yang Konstruktivis ... 14

D. Program Remedi ... 17

(15)

xiii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

C. Subyek Penelitian ... 25

D. Instrumen Penelitian ... 26

1. Instrumen untuk Memperoleh Data ... 26

2. Instrumen untuk Proses Pembelajaran ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ... 26

1. Observasi ... 26

2. Pretest ... 27

3. Posttest ... 27

F. Teknik Analisis Data ... 28

1. Kualitatif ... 28

1) Analisis Lembar Observasi ... 28

2) Analisis DataPretest... 28

3) Analisis Program Remedi ... 30

2. Kuantitatif ... 30

G. Desain Penelitian ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 34

1. Deskripsi Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitan ... 35

B. Data dan Analisis ... 37

1. Data ... 37

2. Analisis Data ... 38

a. Kualitatif ... 38

1) Analisis Berdasarkan Lembar Observasi ... 38

2) Analisis HasilPretest... 41

3) Analisis Program Remedi ... 54

(16)

xiv

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Skala Skor yang Menunjukkan Tingkat Pemahaman siswa ... 31 Tabel 3.2 Data Statistika Tentang NilaiPretestdanPosttestsiswa ... 32 Tabel 4.1 Skor Maksimal yang Diperoleh Siswa Pada Tiap Konsep ... 37 Tabel 4.2 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan

Kesulitan Menentukan Faktor Diketahui ... 41 Tabel 4.3 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan

Menentukan Faktor yang Ditanyakan ... 42 Tabel 4.4 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan

Kesulitan Melukis Vektor ... 43 Tabel 4.5 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan

Melakukan Operasi Vektor dengan Metode Segitiga ... 44 Tabel 4.6 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan

Menjumlahkan Vektor dengan Metode Jajar Genjang ... 46 Tabel 4.7 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan

Mengurangkan Vektor dengan Metode Jajar Genjang ... 46 Tabel 4.8 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan

Menjumlahkan Vektor dengan Metode Poligon ... 48 Tabel 4.9 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan

Mengurangkan Vektor dengan Metode Poligon ... 48 Tabel 4.10 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan

(18)

xvi

Tabel 4.11 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan

Menggambar Komponen Vektor ... 50 Tabel 4.12 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan

Menentukan Besar Komponen Vektor ... 51 Tabel 4.13 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan

Menggambar Resultan Vektor ... 53 Tabel 4.14 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan

Menentukan Besar Resultan Vektor ... 53 Tabel 4.15 Perbandingan Jumlah Siswa PadaPretestdanPosttestBerdasarkan

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 70

Lampiran 2 Surat Tanda Bukti Penelitian dari Sekolah ... 71

Lampiran 3 Lembar Observasi ... 72

Lampiran 4 Kisi-kisi Materi ... 76

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP) ... 77

Lampiran 6 SoalPretestdan Pembahasannya ... 87

Lampiran 7 Soal Latihan untuk Diskusi ... 92

Lampiran 8 SoalPosttest ... 94

Lampiran 9 Hasil Kerja Siswa ... 96

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam suatu sistem pendidikan, terjadi proses pembelajaran dalam suatu kondisi tertentu. Pembelajaran menurut Wikipedia merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan guru dan sumber belajar, pada suatu lingkungan belajar (http://id.wikipedia.Org yang diunduh Selasa, 6 Maret 2012). Interaksi ini dapat terjadi pada lingkungan yang formal, maupun non formal. Pada lingkungan formal, interaksi terjadi dalam kondisi yang formal, yaitu dalam suatu sekolah formal dan ruang kelas untuk belajar. Sedangkan untuk lingkungan yang non formal, interaksi banyak dilakukan dalam konteks lingkungan sekitar, yang mana peserta didik sendiri mengalami suatu gejala (cara bergaul, bekerja sama, dll) yang langsung dialami peserta didik di lingkungan atau kaitannya dengan relasi mereka untuk mengenal lingkungan. Dari uraian tersebut, proses pembelajaran yang baik tentunya diharapkan dapat terjadi dalam suatu lingkungan belajar, agar dapat membantu peserta didik (siswa) untuk belajar dengan lebih baik.

(22)

dan pengarahan dari seseorang atau beberapa orang, untuk membantu mereka mengoptimalkan perkembangan diri mereka (UNESA dalam http://elearning.unesa.ac.id yang diunduh hari Selasa, 6 Maret 2012).

Elemen lain yang merupakan elemen penting dalam proses pembelajaran adalah guru. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Guru, terdapat definisi tentang guru, yaitu guru adalah seorang pengajar, yang mengajarkan suatu ilmu. Dalam arti yang lebih luas, guru adalah seseorang, yang dapat mengajarkan hal yang baru. Peran guru sangatlah penting untuk mendukung dan membantu siswa dalam proses pembelajarannya. Guru (sebagai seorang pendidik) tentunya merupakan salah satu subyek yang turut bertanggung jawab terhadap keberhasilan siswa.

Namun dalam kenyataannya, guru sering lupa menyadari bahwa setiap siswa memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda terhadap suatu materi tertentu yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Tingkat pemahaman siswa yang berbeda-beda ini, menghasilkan tiga kelompok siswa, yaitu kelompok siswa yang sangat berhasil memahami materi yang disampaikan, kelompok siswa yang cukup, dan kelompok siswa dengan variasi kesulitan belajar yang dialami, untuk memahami materi tersebut.

(23)

seluruh bahan yang harus dipelajarinya. Penyebab lain yang dapat menjadi kesulitan belajar siswa adalah ada konsep dasar yang belum dikuasai siswa, proses belajar yang dialami oleh siswa tidak cukup menarik atau tidak cocok dengan karakter siswa yang bersangkutan. Hal-hal tersebut dapat menjadi faktor yang memunculkan adanya variasi kesulitan siswa dalam proses belajar. Dalam pelajaran fisika, kesulitan belajar siswa tidak hanya disebabkan oleh faktor-faktor seperti yang sudah disebutkan di atas, tetapi juga bisa disebabkan karena kemampuan analisis siswa ketika menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru, dirasa kurang. Kurangnya kemampuan siswa dalam menganalisis soal, dapat terjadi karena siswa merasa evaluasi dan pengayaan (bisa berupa latihan soal, ulangan, tugas, dll) terhadap materi tersebut kurang. Faktor lain yang menyebabkan kesulitan tersebut juga dapat terjadi apabila konsep-konsep dasar yang seharusnya diketahui siswa, tidak diketahui olehnya.

(24)

siswa kelas X di sekolah itu berupa kesulitan menggambar (sebesar 52,3%) dan kesulitan dalam perhitungan (sebesar 62,1%). Hasil dari kedua penelitian tersebut tentunya merupakan contoh penelitian yang menunjukkan bahwa siswa masih merasa kesulitan untuk memahami materi vektor. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan penanggulangan untuk mengatasi masalah tersebut.

Menurut Caroll (dalam Enthang, 1984: 3), dikatakan bahwa bilamana siswa diberi kesempatan mempergunakan waktu yang dibutuhkan untuk belajar, dan ia mempergunakan dengan sebaik-baiknya, maka ia akan mencapai tingkatan hasil belajar, seperti yang diharapkan. Ini berarti, setiap

siswa ‘sebenarnya’ dapat memperkecil tingkat kesulitannya sendiri dalam

memahami suatu materi tertentu, asal ia mendapat waktu yang cukup untuk belajar dan mencoba memahami materi tersebut.

Dari pandangan tersebut pula, muncul suatu gagasan perlunya mengetahui kesulitan siswa terhadap materi yang diajarkan guru. Hal yang mungkin diupayakan oleh guru, misalnya dengan mencoba menganalisis letak kesulitan siswa ketika siswa tersebut memahami dan menyelesaikan soal yang diberikan. Cara ini dapat dilakukan dengan melihat sejauh mana siswa dapat menyelesaikan soal yang diberikan guru, serta tepat atau tidaknya jawaban yang diberikan siswa ketika menyelesaikan soal tersebut.

(25)

Dari pengalaman yang diperoleh di beberapa sekolah, program remedi yang diadakan biasanya bersifat umum dan mencakup keseluruhan materi selama satu semester. Remedi yang diadakan pun dilakukan di akhir semester, setelah ulangan akhir semester, yang mana program tersebut dilakukan jika siswa di sekolah tersebut, banyak yang tidak mencapai ketuntasan belajar seperti yang telah ditetapkan sekolah. Cara tersebut tentunya kurang sesuai dengan tujuan dari program remedi, karena jika program remedi diadakan di akhir semester, tentunya guru tidak dapat mengetahui secara detail kesulitan yang dialami siswa pada materi tertentu.

(26)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah siswa di SMA Stella Duce Bantul juga mengalami kesulitan dalam memahami materi tentang vektor?

2. Dimanakah letak kesulitan yang dialami oleh siswa SMA Stella Duce Bantul dalam memahami materi vektor?

3. Apakah program remedi dapat membantu siswa SMA Stella Duce Bantul untuk mengatasi kesulitan mereka dalam memahami materi vektor?

C. Tujuan Penelitian

1. Menyelidiki kesulitan siswa dalam menganalisis dan menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. Secara khusus, penyelidikan dilakukan dengan melihat cara siswa menganalisis soal (sejauh mana siswa mengetahui komponen-komponen dari soal, yang bisa dijadikan modal untuk menyelesaikan soal yang diberikan guru), dan bagaimana cara siswa menyelesaikan soal tersebut. Dengan demikian, peneliti dapat menemukan, sampai langkah mana, siswa dapat menyelesaikan soal yang diberikan.

(27)

Dengan demikian, dapat dilihat efektif tidaknya program yang digunakan untuk membantu siswa mengatasi kesulitan mereka dalam menyelesaikan soal.

D. Manfaat

1. Bagi peneliti, dengan penelitian ini, peneliti menjadi tahu letak kesulitan siswa dalam memahami materi yang diajarkan, dan ada atau tidaknya peningkatan pemahaman dari program remedi yang diadakan.

2. Bagi guru, dengan adanya penelitian ini, guru tidak hanya mengetahui sejauh mana siswa dapat menyelesaikan soal yang diberikan, tetapi juga mendapat referensi atau masukan, untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.

3. Bagi siswa, siswa mendapatkan kesempatan untuk dapat menyelesaikan soal yang diberikan guru dan sampai batas mana mereka dapat menyelesaikan soal tersebut. Dengan demikian, siswa tahu dimana letak kesulitan mereka. Siswa juga mendapat kesempatan untuk memperbaikinya melalui program remedi yang diadakan.

E. Perumusan Variabel dan Pembatasan Masalah

1. Perumusan Variabel

(28)

2. Pembatasan Istilah

a. Kesulitan siswa dalam penelitian ini mengacu pada permasalahan atau kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika yang diberikan.

b. Materi fisika yang digunakan untuk pokok bahasan dalam penelitian ini adalah materi tentang vektor, yang mencakup tentang penggambaran vektor, komponen vektor, metode grafis dan analisis untuk menyelesaikan persoalan tentang vektor, operasi penjumlahan, pengurangan, serta penentuan besar dan arah vektor resultan.

c. Siswa dalam penelitian ini berarti sekelompok orang yang terlibat dalam penelitian ini. Siswa yang terlibat adalah siswa kelas X dari suatu kelas di SMA tertentu, dalam hal ini siswa kelas X di SMA Stella Duce Bantul.

(29)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemahaman Fisika

Fisika merupakan bagian dari sains. Menurut Sudarwanto (dalam http://www.mansaba.sch.id yang diunduh hari Senin, 11 Juni 2012) dikatakan bahwa sains adalah aktivitas manusia yang telah berkembang sebagai suatu perangkat intelektual untuk memudahkan menggambar dan mengatur lingkungan. Sebagai sebuah metode, sains relatif stabil dan berlaku secara universal. Sedangkan sebagai kumpulan pengetahuan, sains berkembang secara terus menerus.

(30)

Dalam seting pembelajaran, siswa dianggap dapat mengkonstruksi makna mereka sendiri berdasarkan pengetahuan mereka sebelumnya, aktivitas kognitif dan metakognitif mereka, serta hambatan-hambatan yang mereka temui dalam seting pembelajaran tersebut, termasuk informasi yang tersedia bagi mereka (Prihantoro, 2010: 56). Siswa mengikuti proses pembelajaran dengan membawa pengetahuan yang luas, tujuan dan pengalaman mereka sendiri, dan mereka menggunakannya untuk memahami informasi-informasi yang mereka jumpai.

Modal yang mereka dapatkan dalam proses pembelajaran tersebut tentunya dapat diterapkan untuk memahami suatu persoalan. Pemahaman yang mereka dapatkan dalam proses pembelajaran, tentunya membuat mereka mampu menyelesaikan persoalan. Namun, tepat atau tidaknya penyelesaian yang mereka lakukan, terlihat dari berbagai proses kognitif yang sudah mereka terima sebelumnya.

(31)

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki sikap dan perilaku, dan mengokohkan kepribadian (Suyono dan Harianto, 2011: 9). UNESCO (Suyono dan Harianto, 2011: 29) menyebutkan adanya 4 pilar dalam belajar, yaitu belajar untuk mengetahui, belajar untuk bekerja, belajar untuk hidup berdampingan dan berkembang bersama, dan belajar untuk menjadi manusia seutuhnya. Dengan keempat pilar belajar tersebut , diharapkan sasaran akhir proses pembelajaran yang maksimal dapat terjadi. Hasil tersebut dapat berupa disiplin mental, perubahan perilaku, perubahan persepsi, maupun pengetahuan hasil bentukan yang diperoleh seseorang melalui proses belajarnya.

Caroll (dalam Enthang, 1984: 3-4) mengungkapkan sejumlah faktor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan suatu bahan / materi

2. Usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk menguasai bahan tersebut 3. Bakat yang dimiliki oleh seseorang

4. Kualitas pengajaran atau tingkat kejelasan pengajaran, dan

5. Kemampuan seseorang untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari keseluruhan proses belajar yang dihadapinya,

(32)

B. Kesulitan Belajar

Ketika mengalami proses belajar, seseorang kadangkala mengalami kesulitan. Menurut The National Joint Committee for Learning Disabillities (dalam Abdurrahman, 2009: 7), kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, maupun kemampuan menalar.

Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa tersebut, dapat disebabkan karena beberapa faktor, misalnya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal tersebut berasal dari dalam diri siswa, sedangkan Faktor-faktor eksternal berasal dari luar diri siswa yang menyangkut tentang lingkungan tempat siswa belajar, maupun situasi di lingkungan tersebut.

Burton (dalam Enthang, 1984: 13-14) mengemukakan pendapatnya mengenai faktor-faktor yang menjadi latar belakang kesulitan belajar yang dialami siswa dan terdapat dalam diri siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Kelemahan secara fisik, seperti:

a. Suatu pusat susunan saraf yang tidak berkembang secara sempurna karena luka atau cacat, atau sakit, sehingga sering membawa gangguan emosional.

(33)

2. Kelemahan-kelemahan secara mental (baik kelemahan yang dibawa sejak lahir, maupun karena pengalaman) yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan dan juga oleh pendidik.

3. Kelemahan-kelemahan emosional, seperti : a. Terdapatnya rasa tidak aman

b. Penyesuaian yang salah terhadap orang-orang, situasi dan tuntutan-tuntutan tugas maupun lingkungan

c. Tercekam rasa pobia (rasa takut, benci dan antipati), yang merupakan mekanisme pertahanan diri.

4. Kelemahan yang disebabkan karena kebiasaan dan sikap-sikap yang salah, misalnya :

a. Banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak menunjang pekerjaan sekolah, menolak atau malas belajar.

b. Kurang berani dan gagal untuk berusaha memusatkan perhatian. c. Kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab.

d. Sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran. e. Merasa gugup.

5. Tidak memiliki keterampilan-keterampilan ataupun pengetahuan dasar yang diperlukan, seperti :

a. Ketidakmampuan membaca, berhitung, kurang menguasai pengetahuan dasar untuk suatu bidang studi yang sedang diikutinya secara sekuensial (meningkat dan beruntun).

(34)

Kesulitan-kesulitan belajar tersebut tentunya juga akan memberikan pengaruh pada siswa untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Dalam belajar Fisika, misalnya, beberapa orang siswa juga mungkin bisa mengalami kesulitan-kesulitan seperti yang sudah dijelaskan. Habiburrahman (1981: 3) berpendapat bahwa kesulitan siswa dalam belajar IPA, dalam kasus ini berarti fisika, banyak bersumber dari hal-hal berikut, seperti:

1. Kesulitan dalam membaca suatu kalimat atau istilah 2. Kesulitan dalam angka

3. Kesulitan dalam mengerti tentang konsep-konsep yang diajarkan 4. Kesulitan dalam menggunakan alat-alat praktikum

5. Kesulitan yang disebabkan karena pribadi siswa sendiri, misalnya: a. Siswa sulit diajak berpikir secara deduktif.

b. Siswa merasa sulit mengambil kesimpulan, ketika dihadapkan pada suatu masalah yang berkaitan dengan masalah yang dberikan guru. c. Siswa sulit membuat sebuah hipotesis.

d. Siswa sulit untuk menguji hipotesis tersebut. e. Siswa sulit untuk memformulasikan suatu masalah.

C. Pembelajaran Fisika yang Konstruktivis

(35)

tersebut bukan semata-mata diterima begitu saja seperti suatu transfer barang, tetapi pengetahuan yang kita bentuk saat kita sedang mempelajari sesuatu.

Menurut Suparno (2007: 10-11), dalam pendidikan fisika, ada dua aliran konstruktivisme yang digunakan dan bahkan dikembangkan, yaitu:

1. Konstruktivisme psikologis personal yang ditemukan oleh Piaget

Dalam model ini, Piaget mengamati bagaimana seorang anak membentuk pengetahuannya sendirian. Ia menekankan bagaimana seorang individu secara personal mengkonstruksi pengetahuan dari interaksinya dengan pengalaman dan obyek yang dihadapinya. Dalam kasus belajar fisika, anak diberi kebebasan untuk belajar sendiri dan memperoleh kemajuannya sendiri. Hal yang ditekankan adalah siswa hanya dapat mengerti fisika bila ia sendiri belajar dan dengan demikian membangun pengetahuannya sendiri.

2. Sosiokulturalisme yang ditemukan oleh Vygotsky

(36)

Berdasarkan kedua pandangan tersebut, Suparno (2007: 134) mengungkapkan beberapa metode pembelajaran fisika yang sesuai, untuk membangun pengetahuan siswa, salah satunya adalah dengan metode cooperative learning. Dalam model pembelajaran ini, siswa dibiarkan belajar dalam kelompok, saling menguatkan, mendalami, dan bekerja bersama untuk semakin menguasai bahan.

Namun, pembelajaran secaracooperative learningpun masih memiliki model pembelajaran yang bermacam-macam. Di antara model-model pembelajaran cooperative learning, yang paling lama dan paling banyak digunakan adalah model diskusi kelompok (Robert, 2005: 252).

(37)

D. Program Remedi

Seperti sudah disebutkan pada bagian pendahuluan, remedi menurut Enthang adalah suatu upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu siswa yang mendapat kesulitan dalam belajar, dengan jalan mengulang atau mencari alternatif kegiatan lain, sehingga siswa yang bersangkutan dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin. Tujuan dari pengadaan program remedi ini adalah peningkatan penguasaan bahan sehingga sekurang-kurangnya, siswa dapat memenuhi kriteria tingkat keberhasilan minimal yang diharapkan (Enthang, 1984: 10-11).

Tetapi, ada proses yang perlu dilakukan sebelum melakukan program remedi, proses tersebut adalah melakukan analisis terhadap kesulitan yang dialami siswa. Dalam Abdurrahman (2009: 20), terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai prosedur melakukan analisis, misalnya :

1. Identifikasi

(38)

2. Lokalisasi letak kesulitan

Pada bagian ini, kita dapat melihat hal-hal yang menjadi letak kesulitan siswa, misalnya dalam mata pelajaran (bidang studi) mana kesulitan itu terjadi, pada kawasan tujuan pembelajaran mana kesulitan itu terjadi, pada bagian ruang lingkup bahan mana kesulitan itu terjadi, dan dalam segi proses belajar manakah kesulitan itu terjadi.

3. Memperkirakan kemungkinan bantuan

Langkah ini dilakukan, untuk memperkirakan:

a. Apakah siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau tidak,

b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tersebut

c. Kapan dan dimana pertolongan itu dapat diberikan d. Siapa yang dapat memberikan pertolongan

e. Bagaimana cara menolong siswa tersebut agar proses yang terjadi dapat dilaksanakan secara efektif

f. Siapa sajakah yang harus diikutsertakan untuk menolong siswa tersebut.

4. Menetapkan kemungkinan cara mengatasi kesulitan

(39)

5. Tindak lanjut

Kegiatan ini berupa suatu program yang diperkirakan paling tepat untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kegiatan tindak lanjut ini dapat berupa:

a. Pelaksanakan bantuan berupa pengadaan program remedi

b. Pembagian tugas dan peranan orang-orang tertentu untuk memberikan bantuan kepada siswa yang bersangkutan

c. Pengecekan yang berkaitan dengan kemajuan siswa, baik tentang pemahaman mereka terhadap bantuan yang sudah diberikan, maupun manfaat program yang diberikan.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, program remedi termasuk sebagai upaya tindak lanjut dari kegiatan analisis. Dalam melakukan program remedi, guru sebaiknya:

1. Menelaah kembali siswa yang akan diberi bantuan 2. Memilih alternatif tindakan

3. Dan melakukan evaluasi dari program remedi yang diadakan. Fungsi dari program remedi ini, antara lain:

1. Memperbaiki metode mengajar guru

(40)

Program remedi ini akan membuat siswa memiliki pembagian dan penambahan waktu belajar, penambahan tugas-tugas sebagai latihan bagi siswa untuk dapat lebih memahami konsep yang diajarkan, dan pengorganisasian terhadap bahan yang diberikan.

E. Besaran Vektor

Dalam belajar fisika, untuk menyatakan suatu besaran, tidak cukup hanya tahu tentang nilai dari besaran tersebut. Beberapa besaran fisika juga perlu dinyatakan dalam suatu nilai dan arah. Besaran yang hanya memiliki nilai saja disebut besaran skalar, sedangkan besaran yang memiliki nilai dan arah disebut besaran vektor.

Hal-hal yang tercakup dalam pembelajaran vektor ini antara lain:

1. Menyatakan suatu vektor

Untuk tulisan tangan, lambang suatu vektor biasanya ditulis dengan satu huruf besar dan diatas huruf ini diberi tanda anak panah, misalnya A⃗. Untuk buku cetakan, lambang vektor umumnya dicetak dengan huruf besar yang dicetak tebal, misalnyaA.

(41)

Pangkal vektor

ujung vektor

V

Vx Vy

Sebuah vektor digambarkan dengan sebuah anak panah yang terdiri dari pangkal dan ujung. Panjang anak panah menunjukkan besar vektor, sedangkan arah anak panah (dari pangkal ke ujung) menunjukkan arah vektor. Sebagai contoh, pada gambar 1.1 dilukiskan sebuah vektor yang besarnya 60 m dan berarah ke timur. Besar 60 m dilukiskan dengan panjang anak panah 4 cm.

2. Komponen vektor

Setiap vektor selalu dapat diuraikan menjadi dua atau lebih vektor. Dalam pembelajaran ini, pembatasan hanya pada penguraian sebuah vektor menjadi 2 buah vektor yang saling tegak lurus. Pada gambar di bawah ini, ditunjukkan sebuah vektor V yang dapat diuraikan menjadi komponen pada sumbu X, yaitu Vx,dan komponen pada sumbu Y, yaitu

Vy. misalnya sudut antara vektor V dengan sumbu X positif adalah θ,

maka besar komponen-komponenVx,danVydapat diperoleh dari:

Vx= Vcosθ

Vy= Vsinθ θ

3. Operasi Vektor

Operasi vektor untuk pembelajaran pada tahap ini, hanya di fokuskan pada operasi penjumlahan dan pengurangan vektor.

(42)

-B

A

Penjumlahan atau pengurangan dua buah vektor dengan metode ini, adalah dengan cara menghubungkan pangkal vektor kedua ke ujung vektor pertama. Kemudian tarik garis untuk menghubungkan pangkal vektor pertama ke ujung vektor kedua sehingga diperoleh hasil penjumlahan atau pengurangan kedua vektor tersebut. Contoh:

vektor pertama (vektorA) vektor kedua (vektorB)

Hasil penjumlahanA+Badalah

A

A+B B

Hasil penguranganA-Badalah

A-B

b) Metode jajar genjang

(43)

A

genjang yang titik pangkalnya sama dengan titik pangkal kedua vektor tersebut.

Contoh:

vektor pertama (vektorA) vektor kedua (vektorB)

Hasil penjumlahanA+Badalah

A

B A+B

Hasil penguranganA-Badalah

A-B -B

c) Metode poligon

Metode ini digunakan khusus untuk operasi penjumlahan atau pengurangan vektor yang terdiri lebih dari dua buah vektor. Metode ini hampir sama dengan metode segitiga, yang mana cara mencari hasil penjumlahan vektor dengan cara ini adalah dengan menghubungkan pangkal vektor yang satu, dengan ujung vektor yang lain, demikian seterusnya. Contoh:

(44)

C D A+B+C+D A

B

vektor ketiga (vektorC) vektor keempat (vektorD)

Hasil penjumlahan dari keempat vektor tersebut (A+B+C+D) adalah

2) Metode matematis

Cara menentukan hasil operasi vektor dengan cara ini adalah dengan menggunakan perhitungan. Untuk menentukan besar vektor, digunakan rumus:

R= + + 2 ,

dengan α adalah sudut apit antara vektor dan 4. Vektor Resultan

(45)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian yang deskriptif-eksperimen. Deskriptif karena dalam penelitian ini, akan diberikan penjelasan terhadap suatu hal, yaitu tentang hasil analisis yang diperoleh berdasarkan data yang didapat dalam penelitian. Di samping bersifat deskriptif, penelitian ini juga termasuk dalam jenis penelitian eksperimen, karena ada treatment khusus yang diberikan oleh peneliti kepada siswa, yang berupa suatu metode tertentu dalam proses pembelajaran. Metode yang dipilih sebagai treatment adalah metode diskusi kelompok. Dengan metode tersebut, diharapkan nantinya membawa perubahan di akhir penelitian. Perubahan tersebut berupa peningkatan nilai yang menunjukkan pemahaman siswa.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : SMA Stella Duce Bantul Waktu : bulan Agustus–September 2012

C. Subyek Penelitian

(46)

D. Instrumen Penelitian

1. Instrumen untuk memperoleh data

Instrumen yang digunakan ada dua macam, yaitu instrumen non tes dan instrumen yang berupa tes tertulis. Instrumen non tes berupa lembar observasi. Lembar observasi digunakan sebagai modal awal untuk memilih metode yang akan digunakan dalam program remedi. Lembar observasi ini disusun dengan pertimbangan untuk melihat situasi dan keadaan siswa-siswi kelas X yang menjadi subyek penelitian.

Instrumen tes tertulis terdiri atas pretest dan posttest. Tes ini digunakan untuk melihat pemahaman konsep siswa. Tes disusun berdasarkan indikator yang akan dicapai dari materi yang bersangkutan. Soal-soal yang dibuat dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru pengampu mata pelajaran fisika. Tes ini terdiri dari 10 soal essai.

2. Instrumen untuk proses pembelajaran

Untuk melaksanakan proses pembelajaran, instrumen yang disusun berupa kisi-kisi (yang berisi indikator yang akan dicapai pada proses pembelajaran) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

(47)

kelas, keadaan siswa-siswi kelas X, juga metode yang digunakan guru mata pelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa-siswanya. Dengan melakukan pengamatan tentang situasi dan kondisi kelas terlebih dahulu, diharapkan metode yang digunakan saat pelaksanaan program remedi dapat sungguh-sungguh membantu siswa mengatasi kesulitan mereka.

2. Pretest

Tes ini diberikan sebelum pemilihan treatment, digunakan untuk melakukan analisis awal sebagai upaya untuk mengetahui siswa-siswa mana saja yang belum mencapai ketuntasan yang diharapkan, dan jenis-jenis kesulitan apa yang dialami oleh masing-masing siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar tersebut. Dengan kata lain, tes ini digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep yang sudah diterima dari siswa yang akan terlibat dalam penelitian, untuk menentukan letak kesulitan mereka.

3. Posttest

(48)

F. Teknik analisis data

Untuk teknik analisis data, ada dua proses yang dilakukan, yaitu analisis data yang dilakukan secara kualitatif, dan analisis data yang dilakukan secara kuantitatif.

1. Secara kualitatif

Pada analisis data dengan menggunakan model ini, tahapan-tahapan yang dilakukan untuk melakukan analisis data adalah sebagai berikut: 1) Analisis lembar observasi

Data ini berupa catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti selama pengamatan berlangsung. Dari data tersebut, dilihat hal-hal yang menarik dari guru, dan bagaimana metode yang digunakan guru untuk menarik siswa belajar di kelas. Kemudian, dilakukan analisis terhadap kekurangan dari metode guru dan karakter siswa di kelas. Kekurangan tersebut dijadikan sebagai peluang untuk memilih metode yang mungkin dapat digunakan yang dipilih sesuai dengan karakter siswa. Dari data tersebut, juga dapat dilihat siswa-siswa yang aktif dan yang pasif, sehingga metode yang dipilih dapat benar-benar terlaksana secara maksimal, untuk dapat membantu siswa dalam belajar.

2) Analisis datapretest

(49)

terhadap kesulitan - kesulitan yang dialami siswa ketika menyelesaikan soal tersebut. Kesulitan – kesulitan tersebut kemudian dikelompokkan dalam kategori-kategori tertentu, untuk melihat secara keseluruhan kesulitan yang dialami siswa. Proses pengelompokkan jenis kesulitan tersebut dapat dilihat pada skema dibawah ini:

(50)

3) Analisis program remedi

Analisis kualitatif yang dilakukan pada tahap ini digunakan untuk: a. Melihat nilai posttest siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan

yang dialami siswa padapretestsudah berhasil teratasi atau belum. b. Melihat semakin banyak atau tidaknya siswa yang mencapai kategori

paham dan sangat paham berdasarkan kriteria yang ditetapkan. c. Melihat semakin sedikit atau tidaknya siswa pada kategori kurang

paham dan tidak paham berdasarkan kriteria yang ditetapkan. 2. Secara kuantitatif

(51)

Tabel 3.1

Skala Skor yang Menunjukkan Tingkat Pemahaman Siswa

Skala Kategori 0–49 Tidak paham 50–69 Kurang paham

70–89 Paham

90 - 100 Sangat paham

Keterangan: kategori paham diambil berdasarkan ketuntasan minimum yang

ingin dicapai sekolah, kemudian kategori lain menyesuaikan.

Hasil skor total (nilai akhir) ini akan dibandingkan antara niai pretestdanposttestnya, untuk melihat ada atau tidaknya peningkatan yang dialami siswa sebelum dan sesudah pengadaan program remedi. Perbandingan ini dihitung dengan menggunakan tes-T untuk kelompok dependen. Cara menghitung data yang diperoleh dengan tes ini adalah sebagai berikut:

N = jumlah pasang skor (jumlah pasangan) Df = N-1

Hasil dari trel ini kemudian dicocokkan dengan tcrit yang sudah

diketahui dari tabel. Jika hasil trel ada diantara tcrit, maka hasilnya tidak

(52)

Tabel 3.2

Data Statistika Tentang NilaiPretestdanPosttestSiswa

G. Desain Penelitian

Gambar 3.2 Skema desain penelitian

Data ke Pretest posttest D = (pre - post) D2

Observasi

pretest

Analisis data

Pemilihan treatment

Pelaksanaantreatment

posttest

Analisis pretest dan posttest

(53)

1. Gambaran Umum

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap kesulitan yang dialami siswa terhadap materi yang diberikan. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mencari letak kesulitan yang dialami siswa. Langkah awal yang diambil adalah melakukanpretestuntuk melakukan analisis kesulitan yang dialami siswa. Setelah hasilpretestdiperoleh, data tersebut kemudian diolah, sehingga dapat dicari alternatif penyelesaian untuk mengatasi kesulitan tersebut, melalui program remedi yang akan diadakan. Setelah itu disiapkan suatu treatment berupa suatu metode dalam proses pembelajaran selama program remedi sebagai upaya membantu siswa mengatasi kesulitan yang mereka alami. Setelah program remedi selesai, langkah selanjutnya adalah pengadaan posttest, untuk melihat apakah kesulitan yang dialami siswa saat pretest sudah berhasil diatasi atau belum. Hasil posttest ini kemudian dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada pretest, untuk melihat apakah program tersebut efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa atau tidak.

2. Rencana program remedi

(54)

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

1. Deskripsi tempat dan waktu penelitian a. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Stella Duce Bantul yang terletak di Ganjuran, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan untuk siswa-siswi kelas X SMA Stella Duce Bantul Tahun Ajaran 2012/2013 dalam mata pelajaran Fisika. Banyaknya kelas X di SMA ini adalah 2 kelas, yaitu kelas X-1 dan kelas X-2. Jumlah siswa di SMA Stella Duce Bantul tahun ajaran 2012/2013 adalah 39 siswa, dengan jumlah siswa pada masing-masing kelas adalah 20 orang siswa di kelas X-1 dan 19 orang di kelas X-2. Namun, karena adanya halangan pada pelaksanaan penelitian (3 orang siswa tidak bisa mengikuti posttest yang diadakan oleh peneliti), maka banyaknya siswa yang menjadi subyek penelitian adalah 36 orang. Banyaknya siswa laki-laki berjumlah 12 orang dan siswa perempuan berjumlah 24 orang.

b. Waktu penelitian

(55)

untuk kelas X-1, dan jam ketiga-keempat untuk kelas X-2. Masing-masing kelas mendapat dua jam pelajaran (2 JP x 45 menit), sedangkan untuk hari Jumat, pelajaran Fisika untuk tiap kelas, hanya berlangsung selama 1 JP, yaitu jam ke-7 untuk kelas X-1 dan jam ke-8 untuk kelas X-2.

Adapun waktu yang digunakan selama proses pengamatan sampai pengambilan data adalah sebagai berikut:

1) Observasi

Observasi dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu pada tanggal 28 Agustus 2012; 31 Agustus 2012; 4 September 2012; 7 September 2012; dan 11 September 2012.

2) Pelaksanaanpretesttanggal 14 september 2012 3) Pelaksanaan program remedi

Pelaksanaan program remedi dilakukan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada tanggal 15 September 2012 dan tanggal 17 September 2012

4) Pelaksanaanposttestpada tanggal 20 September 2012. 2. Deskripsi pelaksanaan penelitian

(56)

digunakan peneliti sebagai modal untuk menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan dalam proses remedial. Selain itu, dengan melakukan observasi, peneliti juga dapat mengenal karakter siswa, dan melakukan pendekatan dengan siswa sehingga suasana saat pelaksanaan program remedi dapat berjalan dengan lancar dan lebih santai.

Sesuai kesepakatan dengan guru, pelaksanaan pretest dapat dilakukan pada jam pelajaran, karena nilai pretest yang diambil oleh peneliti, dijadikan sebagai nilai ulangan oleh guru Fisika yang bersangkutan, sehingga tidak mengganggu alokasi waktu yang sudah dibuat guru tersebut. Sedangkan untuk pelaksanaan program remedi, akan dilakukan pada waktu yang lain di luar jam pelajaran (dilakukan sepulang sekolah).

(57)

B. Data dan Analisis

1. Data

Tabel 4.1

Skor Maksimal yang Diperoleh Siswa Pada Tiap Konsep

No. Siswa

(58)

Keterangan tiap konsep: a. Faktor diketahui b. Faktor ditanya

1. Penyelesaian konsep melukis vektor 2. Penyelesaian konsep segitiga vektor

3. Penyelesaian konsep penjumlahan dengan metode jajar genjang 4. Penyelesaian konsep pengurangan dengan metode jajar genjang 5. Penyelesaian konsep penjumlahan dengan metode poligon 6. Penyelesaian konsep pengurangan dengan metode poligon 7. Penyelesaian vektor secara matematis

8. Penyelesaian konsep tentang komponen vektor 9. Penyelesaian konsep resultan vektor

10. Penyelesaian konsep resultan vektor

2. Analisis data a. Secara Kualitatif

Analisis data secara kualitatif dilakukan dalam tiga jenis analisis, yaitu analisis berdasarkan lembar observasi, analisis hasilpretest, dan analisis program remedi.

1) Analisis Berdasarkan Lembar Observasi

(59)

memahami materi yang disampaikan. Siswa juga masih belum terbiasa merespon pertanyaan yang diberikan guru dengan cepat. Suasana kelas juga belum terkesan santai dan nyaman untuk belajar, walaupun guru sesekali sudah memberikan candaan di kelas.

Untuk metode mengajar, peneliti melihat bahwa metode mengajar yang digunakan guru masih kurang membangkitkan antusias siswa untuk belajar. Pada hasil observasi hari pertama, guru menggunakan metode ceramah dengan media papan tulis. Walaupun suasana kelas sudah diupayakan agar terkesan santai, tetapi siswa masih belum aktif belajar.

Pada observasi-observasi selanjutnya, guru sudah mengembangkan media pembelajaran, yaitu dengan menggunakan power point, agar guru semakin terfokus pada murid. Namun kenyataannya, belum terjadi interaksi yang membangkitkan suasana belajar, karena siswa masih terkesan pasif.

Dalam setiap pertemuan, guru juga sudah memberikan latihan soal untuk dikerjakan siswa. Siswa juga diberikan kesempatan untuk maju mengerjakan soal yang diberikan. Di akhir pelajaranpun, guru memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa untuk membantu siswa semakin mendalami materi pelajaran. Pekerjaan rumah yang diberikan pun dibahas pada pertemuan selanjutnya.

(60)

memungkinkan siswa dapat belajar secara lebih aktif. Dengan memilih metode yang lebih mengaktifkan siswa, diharapkan pemahaman materi yang diperoleh siswa dapat lebih maksimal. Metode yang digunakan adalah metode diskusi kelompok.

Peneliti memilih metode diskusi kelompok karena peneliti telah melihat, bahwa metode ceramah belum mampu membuat situasi kelas yang asyik untuk belajar. Interaksi siswa dengan gurupun masih belum dapat mendorong siswa untuk antusias bertanya dan merespon pertanyaan yang diberikan guru. Siswa juga masih merasa malu untuk bertanya, walaupun sudah diberikan kesempatan untuk bertanya.

(61)

2) Analisis HasilPretest

Analisis hasil pretest ini berisi analisis jawaban siswa yang sudah dikategorikan berdasarkan kesulitan siswa pada materi yang diajarkan. Kesulitan siswa dalam kasus ini, dilihat dari seberapa jauh siswa dapat mengerjakan soal yang diberikan. Bentuk penilaian dalam analisis ini, dikategorikan dalam 4 macam kategori, yaitu kategori tidak paham, kurang paham, paham, dan sangat paham, yang ditulis dalam bentuk interval skor, untuk memudahkan pengelompokkan siswa dalam kategori tersebut. Kemudian, jumlah siswa dalam kategori tersebut, ditulis dalam bentuk prosentase, untuk memudahkan pembacaan data. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

a) Kesulitan siswa untuk menentukan faktor diketahui dari soal

Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar siswa masih merasa kesulitan menuliskan faktor yang diketahui dari soal. Hal ini ditunjukkan dari prosentase berdasarkan jawaban yang ditulis siswa. Prosentase tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.2

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Menentukan Faktor Diketahui

Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)

9.5 ≤ 4.6 Tidak paham 86.11

4.7–6.5 Kurang paham 5.55

6.6-8.5 Paham 5.55

(62)

Dari hasil prosentase tersebut, lebih dari 50% siswa masih tidak paham dalam menentukan faktor-faktor yang diketahui dari soal. Analisis jawaban menunjukkan hasil bahwa hampir semua soal yang mereka kerjakan, tidak menyertakan faktor diketahui. Ini dapat disebabkan karena siswa belum terbiasa mengerjakan soal secara sistematis, sehingga mereka cenderung langsung mengerjakan soal yang diberikan, tanpa menyertakan faktor diketahui.

b) Kesulitan siswa untuk menentukan faktor yang ditanyakan dari soal Kesulitan yang sama juga dialami siswa pada bagian ini. Walaupun tidak sebanyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan faktor yang diketahui, namun prosentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap ini juga masih relatif besar. Hal ini ditunjukkan dari prosentase berdasarkan jawaban yang ditulis siswa. Prosentase tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.3

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Menentukan Faktor yang Ditanyakan

Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)

9.5 ≤ 4.6 Tidak paham 63.89 4.7–6.5 Kurang paham 25

6.6-8.5 Paham 11.11

8.6–9.5 Sangat paham

(63)

sedikit juga ditunjukkan oleh kelompok siswa dalam kategori paham. Dengan kata lain, siswa belum dapat menentukan faktor yang ditanya

dalam soal secata tepat. Padahal, ‘faktor ditanya’, adalah unsur yang

mempertegas tujuan akhir yang harus diselesaikan oleh siswa. c) Kesulitan siswa untuk melukis vektor

Kesulitan siswa dalam memehami konsep tentang cara melukis vektor, tampak dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.4

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Melukis Vektor

Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)

4 ≤ 1.9 Tidak paham 13.89

2–2.7 Kurang paham 2.78

2.8–3.5 Paham 8.33

3.6 - 4 Sangat paham 75

(64)

arah vertikal ke bawah. Pada tahap ini misalnya, ada siswa yang menggambar vektor dengan hasil:

Jawaban ini tentunya kurang tepat, karena pada jawaban tersebut, siswa menggambar vektor yang arahnya tidak benar-benar tepat vertikal ke bawah (membentuk sudut 900terhadap horisontal).

d) Kesulitan siswa melakukan operasi vektor dengan metode segitiga Analisis kesulitan siswa pada tahap ini, hanya ditunjukkan oleh satu bentuk soal. Ini dikarenakan peneliti secara bertahap, ingin melihat kesulitan siswa pada bagian penjumlahan vektor dengan metode segitiga, khusus untuk operasi dua buah vektor. Secara lebih kompleks, penyelesaian operasi penjumlahan dan pengurangan lebih dari dua vektor, akan dijabarkan pada metode poligon, sebagai perkembangan dari metode segitiga vektor ini. Namun, walaupun bentuk soal yang diberikan masih sederhana, masih banyak siswa yang memberikan jawaban salah dan merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut. Pernyataan ini dibuktikan dari prosentase yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.5

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan

Kesulitan Melakukan Operasi Vektor dengan Metode Segitiga

Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)

5 ≤ 2.4 Tidak paham 22.22

2.5–3.4 Kurang paham 5.55

3.5–4.4 Paham 16.67

(65)

Dari hasil tersebut, tampak bahwa lebih dari 50% siswa dapat menyelesaikan soal tentang penjumlahan dua vektor menggunakan metode segitiga vektor dengan sangat baik. Sebagian lainnya (16.67%) sudah cukup mampu mengerjakan dengan baik, walaupun masih banyak siswa yang belum, bahkan masih kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Kesulitan yang di alami siswa pada bagian ini misalnya, siswa masih kesulitan menghubungkan pangkal vektor kedua pada ujung vektor pertama. Selain itu, ada siswa yang masih salah dalam menggambar vektor resultannya. Vektor resultan untuk metode segitiga harusnya ditentukan dari pangkal vektor pertama sampai ujung vektor terakhir, tetapi ada siswa yang menggambar resultannya dari ujung vektor terakhir ke pangkal vektor pertama, sehingga arah resultan yang dihasilkan menjadi salah.

e) Kesulitan siswa untuk melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode jajaran genjang

(66)

i. Operasi penjumlahan vektor

Tabel 4.6

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan

Kesulitan Menjumlahkan Vektor Dengan Metode Jajar Genjang

ii. Operasi pengurangan vektor

Tabel 4.7

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan

Kesulitan Mengurangkan Vektor Dengan Metode Jajar Genjang

Dari kedua tabel di atas, terlihat bahwa dua prosentase yang dominan, ditunjukkan oleh kategori tidak paham dan sangat paham. Hasil terbesar menunjukkan lebih dari 50% siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan persoalan penjumlahan dan pengurangan dua buah vektor dengan metode jajaran genjang vektor.

Menurut data, hal ini terjadi karena kesalahan konsep yang dimiliki siswa. Siswa yang masuk dalam kategori tidak paham dan kurang paham, mengerjakan persoalan vektor, dengan menganggap bahwa jajaran genjang merupakan bentuk segi empat dengan sisi-sisi yang

Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)

6.5 ≤ 3.2 Tidak paham 55.55

3.3–4.5 Kurang paham 2.78

4.6-5.8 Paham 8.33

6.5 ≤ 3.2 Tidak paham 66.67 3.3–4.5 Kurang paham 2.78

4.6-5.8 Paham 8.33

(67)

selalu serong, sehingga gambar vektor yang tegak lurus pada soalpun, pada metode jajaran genjang ini akan dibuat menjadi bentuk yang miring oleh siswa tersebut. Selain itu, beberapa siswa juga masih belum mengerti cara menggambar resultan vektornya. Misalnya saja, pada jajar genjang, resultan vektor merupakan diagonal sisi dari jajar genjang. Tetapi ada siswa yang menggambar resultan vektor dengan menghubungkan ujung vektor pertama dengan ujung vektor yang lain. Hal ini tentu memberikan jawaban yang salah bagi siswa tersebut.

(68)

f) Kesulitan siswa untuk melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode poligon

i. Operasi penjumlahan vektor Tabel 4.8

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan

Kesulitan Menjumlahkan Vektor dengan Metode Poligon

ii. Operasi pengurangan vektor Tabel 4.9

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan

Kesulitan Mengurangkan Vektor dengan Metode Poligon

Penjumlahan vektor dengan metode poligon ini menerapkan prinsip penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode segitiga, tetapi untuk lebih dari dua buah vektor. Metode ini merupakan langkah lanjutan bagi siswa untuk lebih memahami konsep tentang operasi vektor dengan metode grafis. Namun, pada kenyataannya, prosentase terbesar dari jumlah siswa, justru masuk dalam kategori tidak paham. Padahal pada metode segitiga vektor, prosentase jumlah siswa terbesar

Skor Max

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)

8 ≤ 3.9 Tidak paham 66.67

4-5.5 Kurang paham 13.89

5.6-7.1 Paham 5.55

(69)

ada dalam kategori sangat paham. Hal ini tentunya menjadi masalah karena untuk bentuk soal yang lebih kompleks, mayoritas siswa masih kesulitan untuk menyelesaikannya. Pada lembar jawaban yang mereka tulis, kesulitan tersebut terjadi karena siswa menjadi bingung meletakkan pangkal vektor berikutnya pada ujung vektor sebelumnya, untuk jumlah vektor yang lebih dari dua buah. Dengan kata lain, penguasaan konsep yang sudah mereka dapatkan masih sangat kurang untuk menjadi modal mereka dalam menyelesaikan soal yang diberikan.

g) Kesulitan siswa menyelesaikan persoalan vektor secara matematis Tabel 4.10

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan

Kesulitan Menyelesaikan Persoalan Vektor Secara Matematis

(70)

kosinus, yaitu: R = + + 2 . Jika prsamaan yang ditulis salah, tentunya menghasilkan jawaban akhir yang juga salah. Contoh kesalahan yang terjadi adalah, siswa menuliskan persamaan tersebut menjadi = + . 2 .

Kesalahan lain yang dilakukan oleh sebagian besar siswa adalah mereka tidak mengerti nilai yang yang harus dimasukkan. Misalnya, cos 00= 1, maka siswa akan menuliskannya menjadi cos 1, dan dalam penyelesaian akan menjadi = + . 2 1. Kesalahan ini menunjukkan kesalahan konsep yang diterima siswa. Namun, peneliti belum bisa mengatakan bahwa 1 orang siswa pada kategori paham tersebut, juga mengerti konsep metode matematis dengan sangat baik, karena walaupun hasil yang didapat siswa tersebut benar, tetapi siswa tersebut menggunakan metode analitis, yang mana dia menyelesaikan persoalan yang ada, dengan metode grafis.

h) Kesulitan siswa untuk menentukan komponen vektor

(71)

ii. Kesulitan dalam menentukan besar komponen-komponen vektor Tabel 4.12

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Menentukan Besar Komponen Vektor

Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)

5 ≤ 2.4 Tidak paham 80.55

2.5–3.4 Kurang paham 8.33

3.5–4.4 Paham 2.78

4.5–5 Sangat paham 8.33

Dari kedua tabel tersebut, tampak jelas bahwa mayoritas siswa sangat kesulitan untuk menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan komponen vektor. Bahkan, semua siswa belum mampu menggambar uraian sebuah vektor menjadi komponen-komponennya. Kesulitan menggambar, misalnya, terjadi karena siswa bingung cara menggambar komponen dari sebuah vektor, sehingga tidak menggambar komponen vektor yang menunjukkan uraian dari vektor yang ditanyakan. Namun, permasalahan yang ada tidak cukup sampai pada persoalan menggambar, karena pada kenyataannya, 80.55% siswa juga tidak dapat menentukan besar komponen vektor. Berdasarkan data, ini terjadi karena siswa tidak dapat menentukan rumus yang digunakan. Misalnya, jika sudut apit terletak antara sumbu X dengan sebuah vektor yang diketahui (besar sudut apit tersebut 300, misalnya), untuk menentukan besarnya komponen vektor tersebut ke arah sumbu X (kita sebut sebagai Sx), rumus yang tepat digunakan adalah Sx =

(72)

S.sin300. Beberapa siswa lain bahkan menulisnya menjadi Sx= S. 300.

Karena konsep yang salah ini, penyelesaian pada soal ini tentu menghasilkan proses dan jawaban yang salah.

i) Kesulitan siswa untuk menentukan vektor resultan

(73)

i. Kesulitan dalam menggambar resultan vektor

ii. Kesulitan dalam menentukan besar resultan vektor Tabel 4.14

Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Menentukan Besar Resultan Vektor

Skor Max Soal

Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)

14 ≤ 6.9 Tidak paham 94.44

7-9.7 Kurang paham 5.55

9.8-12.5 Paham 0

12.6-14 Sangat paham 0

(74)

Kesulitan menentukan besarnya vektor resultan terjadi karena siswa tidak mengetahui persamaan yang digunakan, juga tidak dapat memahami soal dengan baik. Contohnya pada soal nomor 9, kasus yang terjadi adalah siswa tidak tepat menuliskan rumus yang digunakan. Misal, untuk komponen V1x ke arah sumbu X positif,

rumus yang digunakan adalah V1x = V1. Cos α , tetapi banyak siswa

yang menulisnya menjadi V1x = v1. Sin α, atau bahkan hanya V1x =

v1.α.. Kesalahan lain yang dilakukan siswa misalnya, siswa lupa

memasukkan tanda minus dalam persamaan, sehingga menghasilkan jawaban yang tidak tepat. Contoh, jika komponen V3y adalah kea rah

sumbu Y negatif, maka persamaan yang digunakan V3y = V3. (-sinα),

tetapi banyak siswa yang hanya menulis V3y = V3. Sinα, tanpa

menyertakan tanda minus.

3) Analisis Program Remedi

(75)
(76)

56

Tabel 4.15

Perbandingan Jumlah Siswa PadaPretestdanPosttest

Berdasarkan Kategori Tidak Paham, Kurang Paham, Paham, dan Sangat Paham

No. Jenis Kesulitan

NilaiPretest

Jenis Remedi

NilaiPosttest

Jumlah siswa (%) Jumlah siswa (%)

T.P K.P P S.P T.P K.P P S.P

1 Menentukan Faktor diketahui 86.1 5.56 5.56 2.78

Model diskusi kelompok untuk mengumpulkan informasi-informasi yang diketahui dalam soal

38.9 13.9 13.9 33.3

2 Menentukan faktor yang ditanya 63.8 25 11.1 0

Model diskusi kelompok

untuk menentukan

informasi-informasi yang diketahui dalam soal

22.2 30.6 19.4 27.8

3 Melukis vektor 13.9 2.78 8.33 75

Model diskusi kelompok untuk membahas latihan soal no. 1 dan 2

0 2.78 0 97.2

4 Metode segitiga vektor 22.2 5.56 16.7 55.6

Model diskusi kelompok untuk membahas latihan soal no. 3

8.33 11.1 8.33 72.2

5 Metode jajaran genjang

Operasi penjumlahan 55.6 2.78 8.33 33.3

Model diskusi kelompok untuk membahas latihan soal no. 4

27.8 8.33 22.2 41.7

Operasi pengurangan 66.7 2.78 8.33 22.2

Model diskusi kelompok untuk membahas latihan soal no. 5

(77)

57

Operasi penjumlahan 47.3 13.9 19.4 19.4

Model diskusi kelompok untuk membahas latihan soal no. 6

25 8.33 0 66.7

Operasi pengurangan 66.7 13.9 5.56 13.9

Model diskusi kelompok untuk membahas latihan soal no. 7 dan 8

41.7 8.33 5.56 44.4

7 Metode matematis 97.2 0 0 2.78

Model diskusi kelompok untuk membahas latihan soal no. 9 dan 10

69.4 11.1 5.56 13.9

8 Menentukan komponen vektor

Menggambar 100 0 0 0 Model diskusi kelompok untuk membahas latihan soal no. 11

91.7 2.78 0 5.56

Menentukan besarnya 80.6 8.33 2.78 8.33 77.8 5.56 2.78 13.9

9 Vektor resultan

Menggambar vektor resultan 100 0 0 0 Model diskusi kelompok untuk membahas latihan soal no. 12-15

86.1 13.9 0 0

(78)

Dari tabel di atas, dapat dilihat perbandingan nilai pretest dan posttest siswa. Secara keseluruhan, ada penurunan prosentase pada kategori tidak paham dan kurang paham, serta meningkatnya prosentase jumlah siswa yang paham dan sangat paham. Ini berarti, setiap siswa mengalami perkembangan konsep, sehingga mereka mengalami perkembangan cara dan pengetahuan untuk mengerjakan soal yang diberikan. Peningkatan tersebut berdampak pada hasil posttest yang diperoleh siswa, sehingga terlihat adanya peningkatan. Walaupun masih banyak siswa yang belum mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah, namun peningkatan yang terjadi tentunya menunjukkan adanya perkembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Secara keseluruhan nilai, untuk mempermudah melihat peningkatan yang dialami siswa, perolehan nilai siswa padapretest danposttest, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.16

Perbandingan Nilaipretestdanposttestsiswa

No. Siswa

Perolehan Nilai Keterangan

Pretest Posttest

1 19 45.5 Dari tidak paham menjadi kurang paham

2 14 40 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai

3 19 33 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai 4 7 20.5 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai 5 32.5 79 Dari tidak paham

menjadi paham 6 34 35.5 Tetap tidak paham,

(79)

7 43 80 Dari tidak paham menjadi paham 8 62.5 79 Dari kurang paham

menjadi paham

9 44 57 Dari tidak paham

menjadi kurang paham 10 29 70.5 Dari tidak paham

menjadi paham

11 30 42 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai

12 30 66 Dari tidak paham

menjadi kurang paham 13 45 62.5 Dari tidak paham

menjadi kurang paham 14 43.5 69 Dari tidak paham

menjadi kurang paham

15 10 38 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai

16 8 16 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai 17 60.5 87 Dari kurang paham

menjadi paham

18 23.5 61.5 Dari tidak paham menjadi kurang paham

19 44 51.5 Dari tidak paham menjadi kurang paham

20 49 77 Dari tidak paham

menjadi paham 21 63.5 81 Dari kurang paham

menjadi kurang paham 22 49.5 42 Mengalami penurunan nilai

23 55 79 Dari kurang paham

menjadi paham 24 15 41.5 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai

25 13 26 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai

26 8 13 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai 27 20.5 44.5 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai

28 10 12

Tetap tidak paham,

(80)

29 14 23 Masih tidak paham,

tetapi ada peningkatan nilai 30 23.5 23 Mengalami penurunan nilai 31 40.5 78.5 Dari tidak paham

menjadi paham 32 44 47.5 Tetap tidak paham,

tetapi mengalami sedikit peningkatan 33 20.5 15.5 Mengalami penurunan nilai

34 25 58 Dari tidak paham

menjadi kurang paham 35 46 32.5 Mengalami penurunan nilai 36 43.5 67 Dari tidak paham

menjadi kurang paham

Secara lebih umum, dalam tabel tersebut dipaparkan peningkatan nilai total yang diperoleh siswa setelah mengikuti program remedi yang diadakan. Terlihat jelas bahwa hampir semua siswa mengalami peningkatan pemahaman. Walaupun kesulitan yang mereka alami belum sepenuhnya diatasi, tetapi dengan program remedi yang diadakan, siswa

dapat ‘sedikit’ mengatasi kesulitan mereka pada setiap konsep yang

diberikan.

Gambar

Tabel 4.14   Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan
Gambar 3.2 Skema Desain Penelitian ................................................................
Gambar 3.1 Skema pengelompokkan jenis kesulitan siswa
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengatasi Kesulitan Belajar Dalam Memahami Konsep Gejala Alam Dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learnng (CTL)Pada Siswa Kelas IV SD Negeri

Faktor-faktor yang menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita sistem persamaan dan pertidaksmaan diantaranya: siswa belum mampu memahami

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Metode Two Stay Two Stray dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam memahami konsep Jasa dan Peranan Tokoh Proklamasi Indonesia ,

(2) Faktor penyebab kesulitan yang terjadi adalah siswa kurang menguasai dan memahami materi pembelajaran, siswa tidak dapat memahami soal dan membaca grafik,

Karena siswa kurang memahami konsep segi tiga dan siswa tidak dapat mengerjakan soal-soalnya untuk membantu dan meningkatkan prestasi siswa dalam belajar

Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar .... Materi

Seperti yang diungkapkan oleh Refianti 2018 bahwa penggunaan benda-benda konkret seperti kotak berbentuk kubus dan balok dapat membantu siswa memahami konsep luas permukaan kubus dan

2 kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan yang berkategori campers adalah subjek kesulitan memahami konsep penggunaan r – 1 dan 1 – r, kesulitan menerapkan prinsip yang