• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

C. Analisis Hasil Temuan

Pada penelitian kali ini penulis fokus untuk membahas mengenai bimbingan agamanya, terutama strategi bimbingan agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia, strategi itu

sendiri pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan

manajemen untuk mencapai tujuan tersebut.13 Sehingga pada

penelitian ini kita bisa lihat bagaimana seorang pembimbing agama dalam memberikan pengarahan-pengarahan kepada para lansia melalui bahasa-bahasa agama, sehingga kecemasan kematian pada lansia bisa hilang.

Kecemasan kematian itu sendiri merupakan ketidaktahuan mengenai hal dibalik kematian, seperti manusia tidak pernah tahu kapan ia akan mati, bagaimana ia akan mati, dimana ia akan mati, dan apa yang akan ia alami setelah ia mati, menimbulkan kecemasan

13

Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992), cet. Ke-4, h.32

dalam diri manusia. Manusia pun merasa cemas menghadapi kematian dirinya sendiri.Sehingga diharapkan setelah Lansia mengikuti bimbingan agama di panti, pandangan, nilai, dan sikap dari masing-masing lansia mengenai kematian dapat berubah serta bertambah iman dan taqwa mereka kepada Allah SWT.

Dari hasil wawancara dan observasi langsung di lapangan penulis menemukan bahwa bimbingan agama atau bimbingan rohani di panti bermanfaat dan berpengaruh untuk membantu masalah yang dihadapi lansia. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ustadz Agus Makhsum :

“Pengaruhnya banyak sekali di antaranya yaitu merubah sikap dan kebiasaannya dengan pengetahuan-pengetahuan umum maupun

pengetahuan agama yang telah diberikan.”14

Dari ungkapan Ustadz Agus Makhsum diatas terlihat bahwa bimbingan agama dapat merubah hidup lansia menjadi lebih baik melalui pengetahuan-pengetahuan umum dan juga pengetahuan agama yang disampaikan.

Dari hasil observasi dan wawancara langsung pembimbing agama selama di lapangan, penulis juga melakukan wawancara langsung dengan terbimbing (lansia).Penulis menemukan bahwa seorang pembimbing agama memiliki peran dalam menghilangkan kecemasan kematian dan merubah lansia menjadi lebih tenang.

14

Hasil wawancara pribadi dengan Bpk. Agus Makhsum (Pembimbing Agama RPLU Jelambar), Jakarta 25 September 2014.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan 1 sebelum bimbingan agama:

“Perasaan takut ya pasti ada, takut nanti nenek didalam kubur itu kaya bagaimana, takut bekal nenek yang masih baru sedikit rasanya, dosa-dosa nenek yang banyak, tapi yang di cita-cita sih pengen jalan yang lurus, jalan yang jelas,jalan yang suci yang di sebut pak ustadz yaitu surga, tapi nene tidak bisa ngapa-ngapain karena semua sudah diatur sama yang maha tau, Allah itu tidak tidur, Allah tau seluruh umat yang ada didunia ini, yang penting nenek disini banyak-banyak ibadah aja buat bekal nenek nanti, begitu aja nenek mah.”

Dari hasil wawancara diatas dapat terlihat sebelum lansia mendapatkan bimbingan agama yang lebih tentang kematian perasaannya takut masih menyelimuti dirinya dengan alasan karena ketidaktahuan karena minimnya pengetahuan yang di milikinya tentang alam kubur yang pasti ia akan jumpai itu seperti apa, membayangkan suasana seperti apakah nanti dialam kuburnya, juga takut akan kematian karena ia menyadari amalnya saat ini baru sedikit dan mengakui dosa-dosanya yang banyak, tapi nene yuli pun menyadari semua sudah diatur sama Allah SWT, dan yang penting mengerjakan ibadah semaksimal mungkin untuk bekalnya nanti.

Seperti telah diungkapkan oleh informan 1 setelah mengikuti kegiatan bimbingan agama :

“Tenang ya habis dijelasin pak ustadz Alhamdulilah seperti tadi katanya dikuburan itu gelap gulita yang bisa menerangkan ya amal ibadah kita aja , tinggal nenek aja yang harus lebih giat lagi ibadahnya

mohon sama Allah agar selalu diberi ingatan, jalan yang lurus, pikiran

yang jujur, jangan sampai dikasih ketidak jelasan.”15

Dari hasil wawancara diatas dapat terlihat lansia menjadi lebih tenang hatinya setelah diberi pengertian yang lebih tentang hakikat kematian, lansia pun menjadi lebih giat ibadahnya agar amal ibadahnya cukup dan bisa menolong mereka ketika menghadap Allah nanti.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan 2 sebelum mengikuti bimbingan agama :

“Setiap hari saya selalu ingat mati, saya tidak pikirkan makan,minum,baju,karena saya kira di panti ini walaupun tidak bagus tapi cukup ya, tetapi tentang mati yang saya masih pikirkan terus setiap hari, bagaimana saya besok kalau mati, karena di panti ini kalau ingin tau ya kita mati misalnya mati sore-sore besok pagi dimandiin langsung dikubur di jeruk purut ya,kemudian katanya beberapa bulan kemudian digali lagi diganti lain lagi, itu yang saya ingat dan terus saya pikirkan , sedangkan katanya yah orang mati itu disana di alam kubur bertahun-tahun , kekal kita disana nanti kita dipindahin lagi ke alam akhirat atau ke alam surga atau kemana itu, bagaimana nasib kita selama di alam kubur nantinya,sedangkan kuburan kita aja ditumpuk-tumpuk, itu yang membuat saya sedih dan saya pikirkan terus.”

Dari hasil wawancara diatas dapat terlihat bahwasanya lansia ketika ingat akan kematian perasaannya sedih karena mempunyai pengalaman yang ia lihat tentang proses selanjutnya ketika ada orang yang meninggal dipanti itu seperti apa, ia takut nanti ketika meninggal nanti kuburannya setelah beberapa bulan itu digali lagi dan

15

Hasil wawancara pribadi dengan nene Yuli ( lansia RPLU Jelambar), Jakarta 25 September 2014.

ditumpuk oleh jenazah yang lain, itulah yang ia ketahui, terus bagaimana suasana dialam kuburnya nanti melihat kuburnya ditumpuk, karena ia tinggal dipanti dan menyadari pasti tidak ada sanak saudaranya yang peduli apalagi merawat kuburannya nanti.

Seperti telah diungkapkan oleh informan 1 setelah mengikuti kegiatan bimbingan agama :

“Alhamdulillah tambah tenang, makanya saya sih dari dulu masuk kesini juga tenang-tenang aja, kebetulan disini diajarin agama yang dulu juga waktu masih anak-anak saya sudah pelajari ya, terus disambung lagi disini saya senang lah jadi ilmu saya bertambah lagi.”16

Dari hasil wawancara diatas dapat terlihat bahwasanya efek daripada bimbingan agama tersebut yaitu hati lansia menjadi tambah tenang karena pandangan mengenai kematiannya menjadi berbeda dan juga senang karena ilmu pengetahuan tentang agamanya menjadi bertambah.

Hal senada juga di ungkapkan oleh informan 3 sebelum bimbingan agama :

“ Waktu itu sedih dan takut aja kalau di bayangin, tapi karena sekarang nenek sudah dikasih tahu pengetahuan yang lebih tentang kematian, jadi tidak takut lagi sama yang namanya mati karena kata pak ustad kematian itu pasti bakal ditemukan sama setiap orang, ya sekarang mah yang penting banyakin ibadah aja banyakin istighfar mohon ampun sama Allah atas dosa-dosa kita.”

16

Hasil wawancara pribadi dengan nene Jumini ( lansia RPLU Jelambar ), Jakarta 22 September 2014.

Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwasanya perasaan lansia tersebut ketika ingat akan kematian takut dan sedih karena minimnya pengetahuan mereka tentang arti dari kematian itu sendiri sehingga salah dalam memaknai sebuah kematian.

Setelah diberi pengetahuan agama yang lebih tentang kematian, perasaan beliaupun berubah menjadi tenang sehingga kecemasan kematiannya bisa hilang, seperti yang diungkapkannya :

“ Pengalaman yang udah pernah nenek rasain ya Alhamdulillah hidup nenek jadi tenang dan nenek jadi semangat lagi ibadahnya sehari-hari biar bekal nenek banyak dan bisa masuk syurga.”

Bimbingan yang diberikan itu bersifat psikis (kejiwaan) bukan berbentuk finansial, media, dan lain sebagainya. Strategi dan materi bimbingan yang digunakan pembimbing di sesuaikan dengan kondisi lansia, dimana materi yang disampaikan antara lain seperti bimbingan baca Al-Qur’an , bimbingan agama islam seperti bimbingan kematian, fiqh, ahlak, ibadah, dan juga ditambah dengan hapalan surat-surat pendek seperti surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, bacaan-bacaan istighfar, dan juga dua kalimat syahadat, dan lain-lain. Dengan strategi yang digunakan yaitu strategi kuratif atau penyembuhan dengan cara memberikan nasihat-nasihat secara langsung dengan materi-materi agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist Nabi dengan jalan ceramah dan juga dengan cara pendekatan langsung terhadap lansia secara satu persatu diluar kegiatan yang ada dipanti.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan responden selama di lapangan penulis dapat dapat mengambil arti bahwasanya strategi yang diterapkan oleh pembimbing agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar bisa dikatakan berhasil. Dari pernyataan yang dikemukakan oleh respoden dapat terlihat bahwa pembimbing agama di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar berperan dalammemberikan bantuan kepada terbimbing dalam menghilangkan kecemasannya terhadap kematian dengan materi-materi yang diberikan pembimbing agama sehingga pengetahuan akan hal kematiannya menjadi bertambah dan paham akan hakikat dari kematian itu sendiri.

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar tentang strategi bimbingan agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia adalah sebagai berikut:

1. Strategi yang digunakan pembimbing agama itu ada dua yaitu strategi

preventif dan juga strategi kuratif, Strategi preventif atau pencegahan adalah upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum individu dan mencoba mencegah jangan sampai terjadi masalah tersebut pada individu. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan responden selama di lapangan penulis dapat dapat mengambil arti bahwasanya strategi yang diterapkan oleh pembimbing agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar bisa dikatakan berhasil. Dari pernyataan yang dikemukakan oleh respoden dapat terlihat bahwa pembimbing agama di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar berperan dalam memberikan bantuan kepada terbimbing dalam menghilangkan kecemasannya terhadap kematian dengan materi-materi yang diberikan pembimbing agama sehingga pengetahuan akan hal kematiannya menjadi bertambah dan paham akan hakikat dari kematian itu sendiri.

2. Pembimbing agama di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar telah melakukan beberapa upaya dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, yaitu dengan mengadakan kegiatan-kegiatan positif setiap harinya dan menyampaikan materi-materi yang berkaitan dengan kematian, sehingga lansia menjadi lebih tenang dalam memandang kematian karena sudah mengetahui hakikat yang sebenarnya yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist Nabi.

3. Sedangkan metode yang digunakan guna menerapkan strategi tersebut

khususnya pada strategi kuratif didalam bimbingan agama di Rumah Perlindungan LanjutUsia Jelambar diantaranya yaitu metode ceramah dengan cara berkelompok berkumpul di mushola, dan juga metode pendekatan antara pembimbing dengan yang terbimbing dengan cara satu persatu di luar kegiatan yang ada.

B. Saran

Dari hasil pengamatan penulis mengenai bimbingan agama bagi lansia dalam menghilangkan kecemasan kematian di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Penanggung jawab panti dapat menambah sumber daya manusia

dibidangnya masing-masing terutama dibimbingan agamanya lebih ada yang membimbing lagi.

2. Kegiatannya lebih terprogram lagi, agar lansia tidak banyak waktu yang

3. Sesuai permintaan informan dan penulis menanggapinya bahwa hal itu sangat penting agar pembimbing agama menambah materi tentang bagaimana tata cara melaksanakan shalat yang benar mulai dari niatnya sampai salam, cara mengerjakannya ketika sedang sakit, karena seperti yang kita ketahui bersama bahwasanya shalat itu adalah amal ibadah pertama yang akan Allah hisab ketika kita meninggal nanti.

DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,

2011

Abidin, Z.Refika Aditama Analisis Eksistensial untuk Psikologi dan Psikiatri.

Bandung :, 2002

Atkinson, dkk. Pengantar Psikologi. Alih Bahasa : Nurdjannah Taufiq.

Jakarta : Erlangga, 1991

Bimo Walgito, Bimbingan dan Koseling (studi & karier), Yogyakarta: CV

Andi Offset, 2010

Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa : Kartini Kartono.

Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,1997

Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV Ilmu, 1975

D.Hendropuspito O.C, Sosiologi Agama, Yogyakarta: Penerbit Kanitius,1998

Daradjat, Z. Kesehatan Mental. Jakarta : Gunung Agung,1990

De Clerg, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal. Jakarta : Gramedia Widiasarana

Indonesia, 1994

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :

Balai Pustaka, 2002

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta; CV, Bayan

Qur’an, 2009

Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: STAIN

Ponorogo Press, 2005

H.M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama,

Jakarta: PT.Golden Terayon Press, 1994

Hawari, Dadang, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa, Jakarta : PT. Dana Bakti

Hawari, Dadang, Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001

Hurlock, Elizabeth. 1990. Psikologi Perkembangan edisi kelima Erlangga

Jakarta

Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Management: Back to Basic

Approach, Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2003

Hidayat, K. Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme.

Bandung : PT. Mizan Publika, 2006

Irwanto, E.H. Psikologi Umum. Cetakan ketiga. Jakarta : Gramedia Pustaka

Umum, 1994

Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007

Kartono.K ,Psikologi Perkembangan. Cetakan keempat. Bandung : CV.

Mandar Maju, 1992

Kartono, K. Gangguan-gangguan Psikis. Bandung : Sinar Baru, 1986

Koeswara.E . Teori-teori Kepribadian. Bandung : PT. Eresco, 1991

Kardiman. A.M. ,Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta: PT. Pronhalindo

Lexsy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosda Karya 1922

M.Umar,Bimbingan dan penyuluhan, Bandung : CV Pustaka Setia 2001

Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,

2006

Mahmud, D.M. Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta : BPFE, 1990

M. Lutfi, Dasar-dasar bimbingan dan penyuluhan (konseling) islam, Jakarta :

UIN Syarif Hidayatullah 2008

Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta:

Rineka Cipta

Ramayulis. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: 2001

Sondang Siagian, Analisa Serta Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi

.Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986

Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis .Yogyakarta :

BPFE, 1986

Sukmana, O. Dasar-dasar Psikologi Lingkungan. Malang : Bayu Media dan

UMM Press. 2003

Syarief Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam

Islam, Jakarta : Firma

Thohari Musnawar,Dasar konseptual Bimbingan dan Konseling

Islam,Yogyakarta : UII Press, 1992

Wilfred C.Smith. Memburu Makna Agama, Jakarta : PT Mizan Pustaka

Zahrotun, Psikologi Perkembangan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006

Ziauddin Sardar , Tantangan Dunia Islam Abad 21, Terjemahan A.E Priyono

dan Ilyas Hasan, Bandung : Mizan, 1996

Zain, B. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Sinar Harapan, 2004

Zahrotun,dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan

Tanggal Interview : 29 september 2014 Tempat : kantor

Nama : Sumaryati. S.Ap TTL : Jakarta, 11 April 1966

Alamat : Jln. Rawa selatan 2 Rt 011/005 No.38 Jakarta pusat Usia : 48

Jabatan : Penanggung Jawab RPLU Jelambar Pukul : 11.30

1. Bagaimana sejarah berdirinya Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar?

RPLU Jelambar didirikan pada tahun 1994, dengan luas tanah 2141 m persegi, dengan luas bangunan 1760 meter persegi, kapasitasnya 85 0rang, yang berlokasi di Jl. Jelambar selatan no.10 Grogol, Jakarta barat. RPLU Jelambar merupakan unit pelaksana teknis dinas social provinsi DKI Jakarta yang berada dibawah PSTW Budi Mulya 2 Cengkareng, dipimpin oleh seorang penanggung jawab yang bertanggung jawab kepada kepala panti dan kepala dinas social, di bentuk dengan peraturan gubernur no.57 tahun 2010 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja, yang berada dibawah naungan dinas sosial yang menampung lansia terlantar.

Visinya adalah mengangkat harkat dan martabat lansia terlantar menuju kehidupan layak, sehat, normative dan manusiawi, sedangkan misinya yaitu yang pertama menyediakan tempat perlindungan sosial bagi lanjut usia terlantar yang nyaman dan aman, yang kedua menyelenggarakan pelayanan social, psikologis,perawatan medis, bimbingan fisik, mental spiritual dan bimbingan pemanfaatan waktu luang, yang ketiga menyelenggarakan penyaluran bina lanjut dan pemulasaraan jenazah, yang ke empat menjalin keterpaduan dan kerjasama lintas sektoral, dan yang terakhir menggalang peran serta sosial masyarakat dan dunia usaha.

3. Jadwal kegiatan sehari-hari disini apa saja?

Senin dan kamis kita ada bimbingan rohani, hari rabu ada qosidah, selasa dan kamis ada membuat keterampilan untuk kakek nenek yang mau saja kerena usia mereka seperti membuat keset,pernak pernik, kipas-kipas kecil, dll, selasa dan jum’at kita ada senam, dan kalau hari sabtu dan minggu kita tidak ada kegiatan tetapi biasanya ada dari donatur bakti sosial jadi mereka bikan acara supaya nenek kakek gembira , dan setiap satu bulan sekali ada panggung gembira, panggung gembira itu kita panggil pemain organ nanti nenek kakek pada nyayi pada joged bareng gitu biar pada seneng.

Jadi gini mereka itu hasil razia sosial yang ada diperapatan-perapatan jalan yang ada dilampumerah itu mereka terkena penertiban sosial yang dilakukan oleh satpol pp bekerjasama dengan kami dinas sosial,kemudian sesudah itu dibawa ke PSBI (panti sosial bina insan), itu dikita ada tiga jadi ada panti PSBI 1 adanya dikedoya, kemudian PSBI 2 adanya diceger, dan PSBI 3 dicengkareng, setelah disana nanti mereka ya diwawancara, diasesment, ditanya permasalah sosialnya gimana, kemudian bila tidak ada keluarga ya disalurkan, salurkannya kemana?, ya kalau misalnya usianya masih anak-anak disalurkannya dipanti asuhan putra utama itu ada enam yang pertama dikelender, yang kedua dipelumpang, yang ketiga ditebet, yang keempat diceger, yang kelima diduren sawit, yang ke enam dicengkareng, itu kalau panti anak-anak yah usia-usia sekolah SD sampai SMA, kemudian kalau untuk lansia yang sudah berusia 60 tahun ke atas bias ke tempat sini kami RPLU Jelambar, bias ke PSTW 1 dicipayung, PSTW 2 dicengkareng, PSTW 2 adalah induk dari panti kami yah, kemudian PSTW 3 diciracas, PSTW 4 dimargaguna yaitu diradio dalam, PSTW 5 ada lagi dicengkareng, kemudian kalau untuk yang perempuan-perempuan pekerja seks atau perempuan yang kurang beruntung jadi dia kerjanya seperti itu ada juga disalurkannya dikedoya yaitu PSKW (panti sosial bina karya wanita), kemudian kalau untuk yang laras atau yang ada gangguan psikotiknya kita juga ada itu ada empat juga itu yang pertama dicengkareng, yang kedua dicipayung, yang ketiga diceger, yang ke empat didaan mogot, kalau untuk titipan sendiri

5. Seperti apa bimbingan agama disini ?

Ada mengkaji Al-Qur’an dengan ceramah agama, belajar mengaji, belajar ayat-ayat yang pendek untuk bacaan shalatnya.

6. Apakah harapan dengan adanya bimbingan agama itu?

Harapan kami ya karena mereka berada pada usia senja kita membekali mereka untuk mereka nanti kelak menghadap Tuhan sudah punya bekal dengan bimbingan agama itu, karena mau apalagi kan di usia senja harusnya kan memang itu saja,kita kan semua pasti akan kembali juga tidak tua tidak muda, tapi kan biasanya kalau sudah tua itu kan mau ngapain lagi ya,jadi ya fokus aja buat bekal mereka nanti.

7. Materi apa saja yang biasanya disampaikan oleh pembimbing?

Dengan kajian Al-Qur’an jadi surat apa nih yang dibahas, contohnya surat An-naas itu dibaca dulu sama pak ustadznya nah setelah itu dibahas dengan ceramah, ya intinya agar mereka semua maulah belajar agama, sepeti yang saya bilang tadi tujuan atau arahnya untuk bekal mereka juga.

8. Kapan dan dimana bimbingan agama itu dilakukan?

Hari senin dan kamis jam 10 sampai jam 12 yang bertempat dimushala.

Oh belum lama ini ada yang seperti itu, jadi pas temennya meninggal besoknya dia langsung sakit, jadi dipikirin terus tuh karena dia juga takut seperti itu, karena kita semua kan pasti akan kesana semua yah, jadi langsung meriang tuh dia berhari-hari kaya orang stress ketakutan gitu dan akhirnya setelah diberi pengetahuan bimbingan agama dan diyakini oleh pak ustadz Alhamdulillah bisa sembuh.

10.Bagaimana respon lansia dari adanya bimbingan agama tersebut?

Untuk responnya jadi disini itu ada yang semangat ada yang tidak, yang dah biasa-biasa aja itu sih tidak usah kita panggil, tidak usah kita datengin udah datang dan ngumpul sendiri dia dimushola, ada beberapa memang yang harus kita paksa,memang tidak wajib sih tapi kan kita niatnya baik itu demi kebaikan mereka untuk bekal mereka juga.

Tanggal Interview : 25 September 2014 Tempat : Mushola

Nama :Agus Makhsum

TTL : Indramayu, 23 Desember 1955

Alamat : Jl. Jelambar jaya 2 no.20 Rt.009/001, kelurahan jelambar baru, Jakarta barat

Usia : 63 Tahun

Jabatan : Pembimbing Agama Pukul : 12.00

1. Sudah berapa lama bapak menjadi pembimbing agama di Rumah

Perlindungan Lanjut Usia Jelambar ?

Disini sudah sekitar 4 tahunan,tapi tadinya kan dimintanya dulu hanya kasih ceramah tapi sekarang ditambah sama seni baca Al-Qur’annya, kalimat-kalimat Allah, dan istighfar itu setelah pergantian pimpinan.

2. Apakah yang dimaksud dengan bimbingan agama?

Bimbingan agama bagi lansia yaitu kita mengarahkan dan membekali pengetahuan mereka dengan ilmu-ilmu agama diantaranya bimbingan yang kaya tadi seperti bimbingan membaca Al-Qur’an, bimbingan kematian yang meliputi amal kebaikan, masalah-masalah yang

3. Kapan dan dimana bimbingan agama di lakukan?

Setiap hari senin dan kamis di mushola ini, sebetulnya waktunya cuma 1 jam dari jam 10 sampai jam 11, tetapi karena sekarang caranya satu persatu jadi ga cukup,jadinya nambah dari jam 10 sampai jam 12.

Dokumen terkait