• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi bimbingan agama dalam menghilangkan kecemasan akan kematian pada lansia di rumah perlindungan lanjut usia Jelambar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi bimbingan agama dalam menghilangkan kecemasan akan kematian pada lansia di rumah perlindungan lanjut usia Jelambar"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

LANJUT USIA JELAMBAR

Skiripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Disusun oleh

Syarief Hidayatullah

NIM. 1110052000029

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

(2)
(3)
(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 Oktober 2014

(5)

Strategi Bimbingan Agama Dalam Menghilangkan Kecemasan Kematian Pada Lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar

Oleh : Syarief Hidayatullah 1110052000029

Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan manusia, lanjut usia merupakan periode penutup dalam periode kehidupan seseorang memiliki beberapa tugas perkembangan yang harus diselesaikan diantaranya yaitu mempersiapkan dan menerima kematian itu sendiri, namun kematian tetap saja dianggap suatu hal yang mengancam bagi lanjut usia. Salah satu faktor yang menyebabkan munculnya kecemasan dalam menghadapi kematian adalah ketidakmampuan memaknai kematian kedalam kerangka yang lebih luas kerena kurangnya ilmu pengetahuan dan pemahaman agama tentang arti kematian itu sendiri menimbulkan kecemasan bagi lanjut usia. Seperti yang telah dilakukan oleh salah satu Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar yang terletak di Jln. Jelambar Selatan No.10 Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Rumah perlindungan lanjut usia ini telah memberikan bimbingan agama kepada lansia dengan strategi yang secara khusus diberikan oleh pihak panti berupa memberikan jalan yang dapat menghilangkan lansia dari kecemasan kematian

Pentingnya penilitian ini dilakukan yaitu yang pertama membantu lansia menghilangkan ketersiksaannya menjelang kematiannya, yang kedua jika dikaitkan dengan negara, ini merupakan tugas negara yang harus menaungi fakir miskin, orang-orang terlantar, termasuk lansia yang terlantar menjadi tugas negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang strategi bimbingan agama bagi lansia dalam menghilangkan kecemasan akan kematian. Dimana bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu dapat memahami dirinya dan lingkungannya, dalam hal ini informan terdiri dari 2 pembimbing dan 2 lansia. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun pengumpulan data penelitiannya dilakukan dengan wawancara dan observasi yang diperoleh langsung dari sasaran penelitian berupa catatan, rekaman, dan data-data dari sumber yang terkait dengan penelitian.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa strategi bimbingan agama yang diberikan kepada lansia dalam menghilangkan kecemasan kematian, yaitu dengan strategi preventif dan strategi kuratif dengan metode yang digunakan yaitu metode ceramah dan metode pendekatan sesuai dengan kondisi dan keadaan lansia. Dalam hal ini berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan bimbingan agama berjalan cukup baik dan lancar serta berdampak positif bagi lansia sehingga salah satu masalah yang ada pada lansia yaitu rasa cemas akan kematian bisa hilang.

(6)

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat-Nya dan inayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan hasil karya tulis ini,sehingga terlaksana sesuai harapan. Shalawat serta

salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita yang agung, yaitu khairul

khalqi Nabi Muhammad SAW, sang suri tauladan yang telah memberikan

pembelajaran hidup yang begitu berharga bagi kita semua. Semoga curahan kebaikan

selalu mengiringi keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman

kelak.Ammin.

Skripsi ini berhasil saya selesaikan, bukan dengan tidak melibatkan banyak

pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan banyak-banyak terima

kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor Universitas Islam

Negeri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak. Dr. Arief Subhan, MA selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan

(7)

motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Penanggung jawab dan pembimbing agama Rumah Perlindungan Lanjut

Usia Jelambar yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.

7. Orang tua penulis tercinta H.Makmun dan Hj.Saidah yang selalu

memberikan doa, kasih sayang, cinta, dan semangat yang tiada hentinya.

8. Teman-teman seperjuangan keluarga besar BPI angkatan 2010, semoga

ilmu yang kita dapatkan selama dibangku kuliah bisa bermanfaat dan

menjadi orang-orang yang bisa dibanggakan. Teruntuk saudari Nurjannah

yang telah banyak membantu dalam kelancaran skripsi ini, yang selalu

setia menemani penulis dari awal penelitian sampai selesai atas do’a,

kesabaran, motivasi, dan juga semangatnya.

Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi

rasa hormat kepada kalian semua, saya mengucapkan banyak terimakasih. Semoga

Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua. Saya berharap agar skripsi

ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Ammin.

Jakarta, 11 Oktober 2014

(8)

ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunaan Penelitian ... 6

G. Metodelogi Penelitian ... 7

H. Tinjauan Pustaka ... 10

I. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi Bimbingan Agama ... ... 14

1. Pengertian Strategi ... 14

2. Pengertian Bimbingan ... 16

3. Pengertian Agama ... 18

4. Pengertian Bimbingan Agama ... 21

(9)

1. Pengertian Kecemasan ... 23

2. Indikator Kecemasan ... 24

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ... 25

4. Gejala-gejala kecemasan ... 28

5. Macam-macam kecemasan ... 29

C. Kematian ... 31

1. Pengertian kematian ... 31

2. Dinamika kecemasan menghadapi kematian ... 35

D. Lansia ... 36

1. Pengertian Lansia ... 36

2. Pembagian Lansia ... 40

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Sejarah Berdirinya ... 42

B. Visi dan Misi ... 43

1. Visi ... 43

2. Misi ... 43

C. Tugas Pokok, Fungsi, dan Tujuan Panti ... 43

1. Tugas Pokok ... 43

2. Fungsi ... 44

3. Tujuan ... 44

(10)

E. Prosedur Pelayanan, Fasilitas Pelayanan, Proses Pelayanan ... 45

1. Prosedur Pelayanan ... 45

2. Fasilitas Pelayanan ... 46

3. Proses Pelayanan ... 46

F. Kegiatan, Pengurus, Jumlah Warga Binaan (Lansia) ... 47

1. Kegiatan ... 47

2. Pengurus ... 47

3. Jumlah Warga Binaan (Lansia) ... 48

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Temuan ... 49

1. Pembimbing ... 49

2. Terbimbing ... 52

B. Strategi Bimbingan Agama dalam Menghilangkan kecemasan Kematian ... 57

1. Strategi Preventif ... 57

2. Strategi Kuratif ... 60

3. Metode Bimbingan Agama ... 64

a. Ceramah ... 64

b. Pendekatan ... 67

(11)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

(12)

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki masa lanjut usia pada kisaran usia 60 tahun ke atas, terjadi

perubahan fisik ke arah penurunan fungsi-fungsi organ, hal ini merupakan

indikator utama yang tampak jelas. Perubahan atau penurunan fungsi organ

itu biasanya ditandai seperti mulai melemahnya jantung, pendengaran dan

penglihatan mulai terganggu, dan lain sebagainya.1

Semua orang akan mengalami proses menua, dimana pada masa ini

seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit

sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari secara maksimal.

Secara umum manusia ingin hidup panjang, untuk itu berbagai upaya

dilakukan, meskipun demikian muncul kesadaran akan datangnya kematian

sebagai tahap terakhir kehidupannya di dunia ini.

Meskipun demikian lansia sering mengalami kecemasan hingga

depresi, mereka mengatakan kekhawatiran tentang rasa takutnya terhadap

kematian, kehilangan keluarga, atau teman karib, kedudukan sosial, pensiun

dari pekerjaan atau kondisi fisik yang tidak memungkinkan lagi aktif

dipekerjaan seperti dulu, membuat seorang lansia dibebani perasaan tidak

berguna.2

1

Zahrotun, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 126.

2

Hawari.Manajemen Stres Cemas dan Depresi.(Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001) h.65

(13)

Persepsi tentang kematian dapat berbeda-beda.Bagi seseorang atau

sekelompok orang, kematian merupakan sesuatu yang sangat mengerikan atau

menakutkan.3

Kecemasan akan kematian dapat berkaitan dengan datangnya kematian

itu sendiri, dan dapat pula berkaitan dengan pengalaman masa lalunya yang ia

sadari sering berbuat dosa, rasa sakit atau siksaan yang mungkin menyertai

datangnya kematian, sebab kecemasan bisa menyerang siapa saja. Umumnya,

kecemasan ini merupakan suatu pikiran yang tidak menyenangkan, yang

ditandai dengan kekhawatiran, rasa tidak tenang, dan perasaan yang tidak baik

atau tidak enak yang tidak dapat dihindari oleh seseorang.

Kesadaran bahwa semua orang akan mati, maka kecemasan akan

kematian menjadi masalah psikologis yang penting khususnya bagi lansia.

Masalah fisik dan psikologis mesti ditemukan pada lanjut usia. Faktor

psikologis diantaranya perasaan cemas, bosan, keletihan atau perasaan

depresi.4

Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa ayat 78 :

اَمَنۡ�

َ

ُمُ��ِرۡدُي

ْاوُنوُ�َت

ُتۡوَم

ۡ

لٱ

�ٖةَدَي َشُم ٖجوُرُب ِ� ۡمُتن

ُك ۡوَلَو

3

Hidayat, K. Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. (Bandung : PT. Mizan Publika, 2006) h.118

4

Nugroho, 1992. Buku Kedokteran EGC. Jakarta 1992. h. 32

(14)

Artinya: Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh,

(QS. An-nisa: 78).5

Menurut Webster’s kecemasan kematian adalah ketakutan abnormal

yang besar terhadap kematian, dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran

yang timbul ketika orang berpikir tentang proses kematian atau apa yang

terjadi setelah kematian.

Kekhawatiran yang timbul diantaranya adalah :

a. Ketakutan pada saat sakaratul maut (rasa sakitnya).

b. Kengerian akan kerusakan fisik dan mental.

c. Perasaan akan kesendirian.

d. Kemarahan dan perasaan putus asa yang extrem tentang sebuah

situasi dimana kita tidak memiliki kendali.

Menurut Hurlock setiap situasi yang mengancam keberadaan

organisme dapat menimbulkan kecemasan.Kecemasan yang terberat akibat

dari perubahan sosial yang sangat cepat. Manifestasi psikologis yang ditandai

dengan perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan, khawatir, takut, dan

tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.6

Lansia senantiasa dibayang-bayangi oleh perasaan tak berdaya dalam

menghadapi kematian. Rasa takut akan kematian ini pada lansia semakin

5

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta; CV, Bayan Qur’an, 2009),h.90

6

Hurlock, Psikologi Perkembangan edisi kelima Erlangga Jakarta 1990. h. 93

(15)

meningkat. Dalam agama islam, seseorang harus memepersiapkan diri

sebelum kematian datang, persiapan itu berupa bekal, ialah berupa keimanan

yang terus terpelihara dan amal shaleh yang dilakukan dengan ikhlas. Oleh

karena itu bimbingan agama sangat dibutuhkan oleh individu yang berada

pada tingkat usia lanjut ini untuk menghilangkan rasa kecemasan kematian.

Untuk itulah berdasarkan pada uraian diatas maka penulis tertarik

untukmenulis penelitian dengan judul “ Strategi Bimbingan Agama Dalam

Menghilangkan Kecemasan Kematian Pada Lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar “

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dianalisis identifikasi masalahnya

meliputi :

1. Kecemasan kematian bisa menyerang siapa saja, khususnya bagi

lansia.

2. Ketakutan lansia pada saat sakaratul maut (rasa sakitnya).

3. Kengerian lansia akan kerusakan fisik dan mental.

4. Perasaan lansia akan kesendirian.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis

memfokuskan kajian serta membatasi masalah pada, “ Strategi bimbingan

agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia di Rumah

(16)

yang diterapkan, pelaksanaan bimbingan, mengubah sikap dan tingkah laku,

serta pembinaan lebih lanjut agar para lansia siap menjalani sisa-sisa hidupnya

dengan jiwa yang lebih tenang dan tentram.

D. Perumusan Masalah

Banyak gangguan psikologis yang timbul dalam kehidupan lansia,

salah satunya adalah mulai di bayangi rasa cemas akan kematian. Kecemasan

akan kematian dapat berkaitan dengan datangnya kematian itu sendiri, dan

dapat pula berkaitan dengan cara kematian, rasa sakit atau siksaan yang

mungkin menyertai datangnya kematian. Oleh karena itu mereka memerlukan

bimbingan keagamaan dalam menghilangkan kecemasan kematian, namun

bagaimana bentuk strategi bimbingan itu, hal inilah yang menjadi fokus dalam

penelitian ini.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan titik tolak dari setiap penelitian, sesuai dengan

pembatasan dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, pada pokoknya

penelitian digunakan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui.7 Maka

tujuan yang ingin dicapai ialah:

a. Untuk menunjukan strategi bimbingan agama yang dilakukan oleh

para pembimbing dalam menghilangkan kecemasan kematian pada

lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar

7

DR.BustanuddinAgus.Pengembanganilmu-ilmusocial.GemaInsaniPress.Jakarta 1999

(17)

b. Untuk mengetahui akan hakikat kematian yang sebenarnya sehingga

kecemasan akan kematian pada lansia bisa hilang dan berubah menjadi

energi positif untuk terus giat beribadah kepada Allah.

F. Kegunaan Penelitian

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari seluruh rangkaian kegiatan

dan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan

yang meliputi bimbingan agama khususnya yang berkaitan dengan strategi

bimbingan agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia

di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar

b. Diharapkan dapat membantu dan memberikan masukan bagi Rumah

Perlindungan Lanjut Usia Jelambar dalam menghilangkan kecemasan

kematian pada lansia dalam bentuk program kerja.

c. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam dalam pengembangan keilmuan dan

kurikulum.

G. Metodologi Penelitian

(18)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Seperti yang

diungkapkan oleh Burhan Bungin metode deskriptif dapat diartikan

sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.8

Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti

yang dikutif Lexy J. Moleong yaitu, “sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati.9

Sedangkan alat pengumpul data dalam hal ini menggunakan,

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan

dianalisa serta disajikan dalam suatu pandangan yang utuh. Dan

penelitian ini bermaksud mengungkapkan fakta-fakta yang tampak di

lapangan dan digambarkan sebagaimana adanya dengan berupaya

memahami sudut pandang responden dan konteks subyek penelitian

secara mendalam.

Kegiatan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah

mengumpulkan data yang erat hubungannya dengan strategi bimbingan

8

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 63.

9

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rasta Karya, 2000), h. 3.

(19)

agama dalam menghilangkan kecemasan kematian berupa data apa

adanya ketika penelitian dilakukan.

2. Penentuan Lokasi

Penelitian ini bertempat di Rumah Perlindungan Lanjut Usia

Jelambar, Jln.Jelambar Selatan II/ 10 Jelambar Jakarta Barat.Adapun

yang dijadikan alasan dan pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah

pertama, belum ada yang secara rinci meneliti tentang strategi bimbingan

agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia. kedua,

informasi yang sangat mendukung yang mana bisa didapatkan dilembaga

ini termasuk informannya.

3. Pengumpulan Data

Dalam penelitian lapangan ini, penulis menggunakan beberapa

teknik untuk mengumpulkan data diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti.10 Dalam penelitian ini teknik observasi

yang dilakukan langsung ke tempat lokasi penelitian di RPLU

Jelambar. Yaitu mengamati langsung perilaku informan atau obyek

penelitian yang terkait, dan selama observasi, penulis menggunakan

alat-alat observasi seperti kamera, buku catatan, dan alat tulis.

b. Wawancara yaitu bentuk komunikasi antara dua orang atau lebih yang

ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan

10

Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h.54

(20)

mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.11

Untuk kepentingan penelitian ini dilakukan wawancara kepada

penanggung jawab RPLU Jelambar untuk mendapatkan informasi

tentang profil RPLU Jelambar beserta kegiatan-kegiatan didalamnya,

staf RPLU Jelambar khususnya bagian Bimbingan dan Penyuluhan

Islam untuk mendapatkan informasi tentang strategi bimbingan agama

seperti apa yang diterapkan kepada para lansia dalam hal

menghilangkan kecemasan kematian.

c. Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui

dokumen-dokumen.12 Dalam hal ini penulis menyelidiki data-data

tertulis seperti buku, dokumen-dokumen, catatan-catatan dan

sebagainya yang terdapat di RPLU Jelambar Jakarta Barat.

4. Pengolahan Data

Pengolahan merupakan bagian yang amat penting dalam sebuah

penelitian, karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti

dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.

Pengolahan data secara sederhana diartikan sebagai proses mengartikan

data-data lapangan yang diperoleh dalam bentuk narasi atau kata-kata

sesuai dengan tujuan, rancangan dan sifat penelitian, sehingga proses

penarikan kesimpulan penelitian dapat dilaksanakan.

5. Analisa Data

11

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2004), h. 180

12

Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h. 73

(21)

Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif

analisis, yaitu suatu teknik analisis data, di mana penulis terlebih dahulu

memaparkan semua data yang diperoleh dari lapangan, kemudian

menganalisanya dengan menghubungkan data-data tersebut dengan

kerangka teori yang telah disiapkan sebelumnya.

H. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan hal yang berisi tentang teori-teori yang

berkaitan dengan topik/masalah penelitian yang dapat berupa definisi-definisi

yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian. Dalam penelitian ini

masalah yang penulis temukan di RPLU Jelambar adalah tentang kecemasan

kematian yang membayangi lansia diperiode-periode akhir kehidupannya, lalu

bimbingan agama seperti apakah yang diterapkan pembimbing dalam

menghilangkan kecemasan kematian tersebut, itulah yang menjadi fokus

penulis dalam penelitian ini. Adapun teori-teori dan juga definisi-definisi yang

penulis ambil yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu tentang strategi,

bimbingan, agama, kecemasan, dan juga kematian, yang penjabarannya

sebagai berikut :

a. Prof. Dr. Onong Uchyana Efendi, MA dalam bukunya “ Manajemen

Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis “ Strategi pada hakekatnya adalah

perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan.

b. M. Umar dalam bukunya “ Bimbingan dan Penyuluhan “ bimbingan

adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi

(22)

jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan

guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.

c. Menurut Quraish Shihab, agama adalah hubungan antara makhluk dan

khalik. Hubungan ini mewujudkan dalam sikap batinnya serta tampak

dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin dalam sikap

kesehariannya.

d. Menurut Stuart dalam teori interpersonal, kecemasan adalah perasaan

takut yang timbul terhadap ketidaksetujuan dan penolakan

interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan

trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan

kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan

mengalami kecemasan yang berat.

e. Koeswara dalam bukunya “ Psikologi Eksistensial “ mendefinisikan

kematian sebagai peristiwa yang tidak dapat dihindarkan dan

merupakan refleksi dari keterbatasan manusia. Kecemasan

menghadapi kematian merupakan problem yang sering terjadi dan

problem ini dilatarbelakangi oleh ketidakyakinan manusia untuk

menentukan tempat, waktu dan cara matinya nanti

I. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat

(23)

BAB I : Pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika

penelitian

BAB II: Landasan Teori. Meliputi pengertian Penyuluh agama, selain itu juga membahas pengertian, tujuan, strategi bimbingan agama dan

membahas mengenai pengertian kecemasan, kematian dan juga

lansia.

BAB III : Gambaran Umum Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, gambaran umum ini meliputi tentang profil lembaga, sejarah berdirinya, visi dan misi, Tujuan, Tugas Pokok, dan Fungsi

Panti, landasan hukum, Struktur Organisasi, mekanisme kerja,

komposisi pegawai, sasaran dan garapan lembaga, Persyaratan Calon

Keluarga Panti Sosial, Prosedur Pelayanan,Proses layanan, Jenis

Pembinaan, pembiayaan operasional, Mitra Kerja Sama, sarana

dan prasarana, jumlah w a r g a binaan .

BAB IV: Temuan dan Analisis Data, bab ini akan menguraikan analisa hasil penelitian mengenai strategi bimbingan agama dalam

menghilangkan kecemasan kematian pada lansia di Rumah

Perlindungan Lanjut Usia Jelambar.

BAB V: Penutup, dalam penutup ini penulis akan berusaha memberikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan skripsi ini serta saran

terhadap tujuan dan manfaat yang diharapkan dapat diambil dari

(24)

BAB II TINJAUAN TEORI A. Strategi Bimbingan Agama

1. Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa yunani “Strategos” (stratos yang

berarti militer dan AG yang berarti memimpin) yang berarti “generalship”

atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral perang dalam membuat

rencana untuk memenangkan perang. Konsep ini relevan dengan situasi

pada zaman dahulu yang sering diwarnai perang dimana jendral di butuhkan

untuk memimpin suatu angkatan perang.1 Awalnya, istilah ini lebih banyak

dikenal dalam dunia militer. Strategi berarti sesuatu yang dikerjakan oleh

para jendral. Oleh karena itu pengertian yang paling umum dan tua tentang

istilah strategi selalu dikaitkan dengan pekerjaan para jendral dalam

peperangan. Hal ini terlihat dari apa yang dimuat dalam oxford pocket

dictionary “Strategi adalah seni perang, khususnya perencanaan gerakan pasukan, kapal dan sebagainya menuju posisi yang layak”. Rencana

tindakan atau kebijakan dalam bisnis atau politik dan sebagainya.

Strategi merupakan pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan

dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas

dalam kurun waktu tertentu, jadi strategi adalah rencana yang cermat

mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.

1

Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Management: Back to Basic Approach,

(Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2003), h. 19

(25)

Sedangkan pengertian strategi menurut para ahli didefinisikan

sebagai berikut, di antaranya:

a. Menurut Sondang Siagian, strategi adalah cara yang terbaik untuk

mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia sesuai tuntutan

perubahan lingkungan.2

b. Menurut Chaldler yang dikutip Supriyono, strategi adalah penentuan

dasar goals jangka panjang dan tujuan perusahaan serta pemakaian

cara-cara bertindak dan alokasi sumber-sumber yang di perlukan.3

c. Menurut Prof. Dr. Onong Uchyana Efendi, MA. Strategi pada

hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk

mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang

hanya member arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan

bagaimana taktik operasionalnya.4

d. Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan

utama dan berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau

organisasi serta pemilihan cara-cara bertindak dan mengalokasikan

sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Jadi

strategi menyangkut soal pengaturan berbagai sumber daya yang

dimiliki perusahaan agar dalam jangka panjang tidak kalah bersaing.5

2

Sondang Siagian, Analisa Serta Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi .(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), cet.ke-2, h. 17

3

Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis (Yogyakarta : BPFE, 1986) h. 9

4

Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992), cet. Ke-4, h.32

5

A.M. Kardiman,Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT. Pronhalindo), h. 58

(26)

e. Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi perusahaan,

penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan

internal, perumusan kebijakan dan strategi tentu untuk mencapai sasaran

dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan

sasaran utama organisasi akan tercapai.6

Setelah penulis menyimak beberapa pengertian strategi menurut para

ahli diatas, penulis lebih condong ke pengertian stratagi menurut Prof. Dr.

Onong Uchyana Efendi. MA yang memaparkan bahwasanya strategi pada

hakikatnya adalah suatu perencanaan (planning) untuk mencapai suatu

tujuan, dan jika dihubungkan dengan judul penulis yang lebih ke strategi

agama maka pengertian tersebut selaras dengan maksud penelitian ini, yaitu

untuk mengetahui strategi agama apa yang diterapkan pembimbing guna

mencapai suatu tujuan yaitu untuk menghilangkan kecemasan kematian

pada lansia.

2. Pengertian Bimbingan

Bimbingan merupakan terjemahan dari istilah Guidance &

Counseling dalam bahasa Inggris. Sesuai dengan istilahnya makabimbingan

dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan atautuntunan.7

Pada prinsipnya bimbingan adalah pemberian pertolongan atau

bantuan. Bantuan atau pertolongan itu merupakan hal yang pokok dalam

bimbingan. Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun.

6

George A Stainer dan John Minner, Manajemen Stratejik, (Jakarta: Erlangga), h. 20

7

Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV Ilmu, 1975), h. 25.

(27)

Bimbingan merupakan suatu tuntunan. Hal ini mengandung pengertian

bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut, kewajiban

dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara aktif, yaitu

memberikan arah kepada yang dibimbingnya.8

Hal senada juga diungkapkan M. Umar bahwa bimbingan adalah

bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki

mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri,

memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana

masa depan yang lebih baik.9

Sedangkan Prayitno memaknai bimbingan sebagai pemberian yang

dilakukan orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu

baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat

mengembangkan kemampuannnya sendiri dan mandiri, dengan

memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada, dan dapat

dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.10

Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa bimbingan adalah

proses membantu seorang individu yang mengalami permasalahan yang

berhubungan secara psikis, dimana dilakukan secara terus-menerus dan

memiliki tujuan untuk membantu individu agar individu menemukan

8

Bimo Walgito, Bimbingan dan Koseling (studi & karier), (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010), Cet. Ke- 3, h. 5

9

M. Umar, Bimbingan dan Penyuluhan,( Bandung : CV Pustaka Setia, 2001), h. 9

10

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta), Cet. Ke-1, h. 28

(28)

potensinya sehingga individu itu dapat hidup secara mandiri serta mampu

beradaptasi dengan baik bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya.

Karena penelitian ini pada hakikatnya adalah untuk mengetahui

strategi bimbingan agama apa yang diterapkan pembimbing dan hasil apa

yang dirasakan oleh lansia setelah bimbingan agama tersebut maka

hubungan bimbingan dengan judul penelitian ini sangatlah penting sesuai

dengan pengertian bimbingan diatas yaitu untuk memberikan motivasi dan

juga pengetahuan lebih sesuai dengan jalan agama tentang hal yang

berkaitan dengan kematian itu sendiri sehingga kecemasan kematian pada

lansia bisa hilang karena lansia dapat memaknainya dengan benar dan

positif.

3. Pengertian Agama

Istilah agama berasal dari bahasa sansakerta yaitu “a” yang artinya

tidak” dan “gama” yang berarti kacau, jadi arti agama itu adalah tidak kacau atau teratur. Sebagian juga ada yang berpendapat bahwa kata

agama” merupakan istilah bahasa Arab yang di ambil dari kata “gama

dalam hubungan dengan “iqamas shalata” yang selanjutnya menjadi

iqama” atau agama. Agama sering dikaitkan dengan religi, religi barasal

dari bahasa latin yaitu”religio”.11

Pengertian agama dari segi bahasa dikenal dengan kata ”ad Dien”

yang berarti menguasai, menundukan, patuh, dan kebiasaan. Selanjutnya din

11

Wilfred C.Smith. Memburu Makna Agama,(Jakarta : PT Mizan Pustaka) h.33

(29)

dalam bahasa berarti undang-undang atau hukum.12 Dalam bahasa Indonesia

sama artinya dengan peraturan.

Menurut Harun Nasution agama berasal dari kata “ad-din”, religi

(relegere,riliare) dan agama. Dalam bahasa arab berarti menguasai,

menundukan, patuh, balasan, dan kebiasaan. Sedangkan dari religi (latin)

atau relege berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian relage berarti

mengikat. Adapun kata agama terdiri dari dua suku kata “a” berarti “tidak”

dan “gam” berarti ‘pergi” artinya tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun

menurun.13

Sedangkan Agama menurut para ahli sebagai berikut :14

a. Menurut Al-Syahrastani, agama adalah kekuatan dan kepatuhan yang

terkadang biasa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan (amal

perbuatan akhirat).

b. Menurut Quraish Shihab, agama adalah hubungan antara makhluk dan

khalik. Hubungan ini mewujudkan dalam sikap batinnya serta tampak

dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin dalam sikap

kesehariannya.

12

Abudin Nata, Metodologi Studi Islam,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011) h.9

13

D.Hendropuspito O.C, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Penerbit Kanitius,1998), h. 34

14

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,1998), cet.ke-3, h.13

(30)

c. Menurut James Martineaun, agama adalah kepercayaan kepada Tuhan

yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak Ilahi yang mengatur

alam semesta dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia.

d. Menurut Herbert Spencer, agama adalah pengakuan bahwa segala

sesuatu adalah manifestasi dari kuasa yang melampaui pengetahuan kita.

Agama adalah wahyu yang diturunkan Tuhan untuk manusia. Fungsi

dasar agama adalah memberikan orientasi , motivasi dan membantu manusia

untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang sakral.15

Setelah penulis menyimak beberapa pengertian agama menurut para

ahli diatas, penulis lebih condong ke pengertian agama menurut Prof. Dr.

Quraish Shihab. MA yang menjelaskan bahwasanya agama adalah

hubungan antara mahluk dengan khalik, sehingga jika hubungannya dekat

maka akan timbul rasa, yang mana rasa itu akan tertanam dibatinnya dan

juga tercermin dalam kehidupan sehari-harinya, begitu juga dengan lansia

yang dalam kesempatan penelitian ini yaitu lansia yang berada di RPLU

Jelambar, jika dihubungkan pengertian tersebut dengan judul penulis, lansia

yang cemas akan kematian salah satunya disebabkan kurang dekatnya

hubungan antara dirinya dengan Allah sebagai sang khalik sehingga timbul

dalam pikirannya yang negatif dalam memaknai kematian lalu timbulah rasa

cemas , karena agama dan kematian tidak bisa dipisahkan keduanya

15

Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.1

(31)

memiliki arti yang saling mengisi satu sama lain. Pengetahuan agama yang

mantap akan menghilangkan lansia dari rasa cemas akan kematian.

4. Bimbingan Agama

Bimbingan agama adalah usaha pemberian bantuan kepada

seseorang yang kesulitan baik lahiriyah maupun batiniyah yang menyangkut

kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Bantuan tersebut berupa

pertolongan mental dan spiritual agar orang bersangkutan mampu

mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui

dorongan dari iman dan taqwanya kepada Tuhan.

Sedangkan bimbingan agama islam adalah proses pemberian bantuan

kepada individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras

dengan ketentuan dan petunjuk Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan

hadist Nabi, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.16

5. Strategi Bimbingan Agama

Strategi bimbingan agama adalah suatu proses atau cara untuk

bimbingan yang diarahkan kepada agama, baik tujuan materi maupun

metode yang diterapkan. Bimbingan tersebut berupa pertolongan dibidang

mental spiritual, yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah

yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan rasa menginternalisasikan

nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist dalam dirinya,

16

Ainur Rokhim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (UII Press, Yogyakarta, 2001), h. 61

(32)

sehingga ia mampu hidup selaras sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah

dan Rasulullah sehingga mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan

akhirat.17

Lansia yang mengalami kecemasan akan kematian yaitu lansia yang

belum mampu menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam

Al-Qur’an dan Hadist dalam dirinya sehingga hakikat sebuah kematian yang

yang sebenarnya yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist belum ia

temukan dan belum bisa ia selaraskan dalam kehidupannya sehari-hari, dan

ini sangat erat hubungnya dengan judul penulis yaitu strategi bimbingan

agama seperti apa yang ada di RPLU Jelambar untuk menghilangkan

kecemasan kematian pada lansia.

Strategi bimbingan agama juga dapat diartikan yaitu suatu proses

atau cara membantu individu dalam hal ini adalah lansia agar mampu hidup

selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga kecemasan akan

kematiannya bisa hilang dan dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia

dan akhirat.

17

Thohari Musnawar,Dasar konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,(Yogyakarta : UII Press, 1992) h.76

(33)

B. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Menurut Kartono kecemasan merupakan bentuk perasaan yang tidak

menentu dan diliputi oleh semacam ketakutan pada hal yang tidak pasti.18

Zakiah Daradjat mengatakan bahwa kecemasan merupakan hal yang paling

sering dihadapi oleh setiap manusia di dalam kehidupan sehari-hari ketika

menemui berbagai masalah. Jadi kecemasan adalah manifestasi dari

berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang

sedang mengalami tekanan perasaan (frustrasi) serta pertentangan batin

(konflik).

Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan

(affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan , tidak mengalami gangguan dalam menilai

realitas, kepribadian masih tetap utuh ,prilaku dapat terganggu tetapi masih

dalam batas-batas normal.19

Kecemasan merupakan suatu pengalaman emosional yang dirasakan

individu sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, tidak jelas apa

penyebabnya. Kecemasan mempunyai segi yang disadari seperti rasa takut,

terkejut, tidak berdaya, rasa berdosa atau bersalah, terancam dan sebagainya.

18

Kartono.Kartini,Psikologi Perkembangan. Cetakan keempat. (Bandung : CV. Mandar Maju, 1992) h.15

19

Daradjat, Z. Kesehatan Mental. (Jakarta : Gunung Agung,1990) h.27

(34)

Atkinson mengatakan bahwa kecemasan merupakan emosi yang

tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah seperti kekhawatiran,

keprihatinan dan rasa takut yang kadang-kadang di alami dalam tingkat yang

berbeda-beda20. Hal ini didukung oleh Mahmud yang mengatakan bahwa

kecemasan adalah keadaan takut terus-menerus namun berbeda dengan

ketakutan biasa yang merupakan respon terhadap rangsang yang

menakutkan yang terjadi, sebab ketakutan yang dialami merupakan respon

terhadap kesukaran yang belum terjadi.21

Menurut Stuart dalam teori interpersonalnya, kecemasan timbul dari

perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal.

Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti

perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu

dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.

22

2. Indikator Kecemasan

Individu yang mengalami kecemasan sering kali tidak mau mengakui

bahwa dirinya cemas, tetapi dari observasi dapat disimpulkan bahwa ia

mengalami kecemasan. Menurut Sue dkk, dan sangat berhubungan dengan

penelitian penulis, salah satu indikator kecemasan, yaitu sering khawatir atas

20

Atkinson, dkk. Pengantar Psikologi. Alih Bahasa : Nurdjannah Taufiq. (Jakarta : Erlangga, 1991) h.212

21

Mahmud, D.M. Psikologi Suatu Pengantar. (Yogyakarta : BPFE, 1990) h.235

22

Hawari. Manajemen Stres Cemas dan Depresi.(Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001) h.71

(35)

segala macam masalah yang mungkin terjadi membuat lansia merasa tidak

tenang.23

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

Menurut Chaplin faktor adalah salah satu sebab atau kondisi

pendahulu yang menimbulkan satu gejala.24 Zakiah Daradjat

mengemukakan bahwa kecemasan timbul karena tidak terpenuhinya

keinginan-keinginan seksual, merasa diri (fisik) kurang, pengaruh

pendidikan di masa kecil atau frustrasi karena tidak tercapainya keinginan

baik material maupun sosial, dan mungkin juga akibat perasaan tidak

berdaya.25

Menurut Lewin kecemasan disebabkan oleh adanya konflik dalam

diri individu. Di samping itu dikatakan juga bahwa kecemasan bisa timbul

oleh adanya jarak yang lebar antara keinginan yang besar terhadap sesuatu

yang ingin diraihnya dengan kenyataan yang ada.26

Sigmund Freud mengemukakan bahwa ada lima macam sebab

kecemasan yaitu :

a. Frustrasi (tekanan perasaan)

Rintangan untuk mencapai aktivitas diarahkan untuk mencapai

tujuan tertentu. Hal ini di dukung oleh pernyataan Zakiah Daradjat

23

De Clerg, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal. (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994) h.41

24

Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa : Kartini Kartono. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,1997) h.186

25

Daradjat, Z. Kesehatan Mental. (Jakarta : Gunung Agung,1990) h.28

26

Irwanto, E.H. Psikologi Umum. Cetakan ketiga. (Jakarta : Gramedia Pustaka Umum, 1994) h.209

(36)

bahwa frustrasi adalah suatu proses yang menyebabkan orang merasa

akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhankebutuhannya,

atau menyangka bahwa akan terjadi sesuatu hal yang menghalangi

keinginannya.27

b. Konflik

Adanya dua kebutuhan atau lebih yang berlawanan dan harus

dipenuhi dalam waktu yang sama. Menurut Zakiah Daradjat konflik

adalah terdapatnya dua macam dorongan atau lebih yang berlawanan

atau bertentangan satu sama lain dan tidak mungkin dipenuhi dalam

waktu yang sama.28

c. Ancaman

Adanya bahaya yang harus diperhatikan. Badudu dan Zain

mengatakan bahwa ancaman merupakan peringatan yang harus

diperhatikan dan diatasi agar tidak terlaksana.29

d. Harga diri

Harga diri adalah suatu penilaian yang dibuat oleh individu

tentang dirinya sendiri dan dipengaruhi oleh interaksinya dengan

lingkungan. Harga diri bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir tetapi

merupakan faktor yang dipelajari dan terbentuk berdasarkan pengalaman

yang dimiliki oleh individu. Koeswara mengatakan bahwa terhambatnya

27

Daradjat, Z. Kesehatan Mental. (Jakarta : Gunung Agung,1990) h.24

28

Ibid. h.26

29

Zain, B. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1994) h.47

(37)

pemuasan kebutuhan rasa harga diri mengakibatkan perasaan rendah

diri, tidak pantas, tidak mampu, tidak berguna dan lemah.30

e. Lingkungan

Freud mengatakan bahwa factor yang dapat mempengaruhi

kecemasan adalah lingkungan di sekitar individu. Lingkungan sosial

adalah lingkungan masyarakat dalam komunitas tertentu yang terdapat

interaksi diantara individu dalam masyarakat tersebut. Adanya dukungan

dari lingkungan, membuat individu berkurang kecemasannya,

lingkungan yang dimaksud diatas dapat berupa dukungan sosial.

Sumber-sumber rasa cemas yaitu, kurang percaya diri, masa depan tanpa

tujuan, ketidakpuasan kerja, masalah keuangan, lingkungan, bahaya

dalam diri manusia atau bahaya dari luar yang oleh individu ditafsirkan

lain karena persepsi yang keliru dari realitas lingkungannya.31

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang

mempengaruhi kecemasan adalah sebab atau kondisi pendahulu yang

menimbulkan suatu gejala yang mempengaruhi kecemasan. Kemudian

faktor yang mempengaruhi kecemasan terbagi dalam dua macam, yaitu:

a. Pribadi

Penyebab kecemasan yang berasal dari pribadi adalah frustrasi,

konflik, harga diri, usia, pekerjaan, religiusitas, kepuasan hidup.

b. Lingkungan

30

Koeswara.E . Teori-teori Kepribadian. (Bandung : PT. Eresco, 1991) h.125

31

Sukmana, O. Dasar-dasar Psikologi Lingkungan. (Malang : Bayu Media dan UMM Press. 2003) h.76

(38)

Penyebab kecemasan yang berasal dari lingkungan adalah tidak

adanya dukungan sosial, ancaman.

4. Gejala-gejala Kecemasan

Hawari mengatakan bahwa gejala-gejala orang yang mengalami

kecemasan adalah khawatir, takut akan pikirannya sendiri, firasat buruk,

tegang, gelisah, mudah terkejut, gangguan konsentrasi, sesak nafas, jantung

berdebar-debar, sakit kepala, gangguan pencernaan.32

Kartono mengemukakan gejala-gejala kecemasan yaitu gemetar,

berkeringat dingin, mulut menjadi kering, membesarnya pupil, sesak nafas,

murus atau diare.33

Menurut Zakiah Daradjat kecemasan terdiri dari dua kelompok

gejala, yaitu :34

a. Gejala fisik

Gejala fisik meliputi ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak

teratur, jantung berdebar-debar, meningkatnya denyut nadi, tekanan darah

meningkat, keringat berlebihan, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang,

kepala pusing dan nafas sesak.

b. Gejala mental

Gejala mental meliputi perasaan takut, perasaan akan tertimpa

bahaya atau kecelakaan, tidak mampu memusatkan perhatian, tidak

berdaya, rasa rendah diri, hilangnya rasa percaya diri, tidak tentram, ingin

32

Hawari. Manajemen Stres Cemas dan Depresi.(Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001) h.66

33

Kartono, K. 1986. Gangguan-gangguan Psikis. (Bandung : Sinar Baru, 1986) h.140

34

Daradjat, Z. Kesehatan Mental. (Jakarta : Gunung Agung,1990) h.28

(39)

lari dari kenyataan hidup. Gejala kecemasan yang lain adalah

mengkhawatirkan sesuatu dan hal-hal kecil, percaya bahwa sesuatu yang

menakutkan akan terjadi tanpa ada sebab yang jelas, merasa terancam

dengan orang lain atau peristiwa yang secara normal tidak apa-apa,

ketakutan akan kehilangan kontrol, sulit konsentrasi, memikirkan

pikiran-pikiran yang mengganggu secara terus menerus, dan khawatir akan

kesendirian.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gejala

kecemasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu gejala psikologis dan gejala

fisiologis. Gejala psikologis diantaranya adalah perasaan takut, sulit

konsentrasi, merasa tidak berdaya, khawatir akan kesendirian, percaya

bahwa sesuatu yang menakutkan akan terjadi tanpa sebab yang jelas,

bingung dan tegang. Gejala fisiologis antara lain jantung berdebar-debar,

berkeringat dingin, nafas sesak, sering ingin buang air, mual, tidur tidak

nyenyak, ujung-ujung jari terasa dingin dan sakit kepala.

5. Macam-macam Kecemasan

Menurut Cattel dan Scheier :35

a. State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman. Keadaan ini ditentukan

oleh perasaan ketegangan yang subyektif.

35

De Clerg, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal. (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994) h.49

(40)

b. Trait anxiety menunjuk pada ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu keadaan

sebagai ancaman yang disebut dengan anxiety proness (kecenderungan

akan kecemasan). Orang tersebut cenderung untuk merasakan berbagai

ancaman sebagai keadaan yang membahayakan atau mengancam dan

cenderung untuk menanggapi dengan reaksi kecemasan.

Sigmund Freud membedakan kecemasan berdasarkan sumbernya

menjadi tiga macam, yaitu :36

a. Kecemasan riel

Kecemasan riel adalah kecemasan atau ketakutan yang realistis, atau

takut akan bahaya nyata yang berasal dari dunia luar. Kecemasan riel

bersumber dari ego individu.

b. Kecemasan neurotik

Kecemasan neurotik adalah kecemasan atas tidak terkendalinya

naluri-naluri primitif oleh ego yang nantinya bisa mendatangkan

hukuman. Walaupun sumbernya berada di dalam diri, kecemasan

neurotik pada dasarnya berlandaskan kenyataan, karena hukuman yang

ditakutkan oleh ego individu berasal dari dunia luar. Kecemasan

neurotik bersumber pada id individu.

c. Kecemasan moral

Kecemasan moral adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan

superego terhadap ego individu, karena individu telah atau sedang

36

Koeswara.E . Teori-teori Kepribadian. (Bandung : PT. Eresco, 1991) h.45

(41)

melakukan tindakan yang melanggar moral. Kecemasan moral ini

tampak dalam bentuk rasa bersalah atau perasaan berdosa. Kecemasan

moral ini bersumber pada superego individu.

Kartono membedakan kecemasan dalam kaitannya dengan gangguan

kepribadian, yaitu :37

a. Kecemasan neurotis yang berkaitan dengan mekanisme-mekanisme

pelarian diri dan pembelaan diri yang negatif, banyak disebabkan oleh

rasa bersalah dan berdosa serta konflik-konflik emosional yang serius

dan kronis berkesinambungan, frustrasi dan ketegangan batin.

b. Kecemasan psikotis adalah kecemasan karena merasa terancam

hidupnya dan merasa kacau balau ditambah kebingungan yang hebat

disebabkan oleh dipersonalisasi dan disorganisasi psikis.

Berdasarkan uraian diatas, macam-macam kecemasan dibedakan

berdasarkan beberapa hal. Kecemasan berdasarkan sifatnya adalah state

anxiety dan trait anxiety. Kecemasan berdasarkan sumbernya yaitu kecemasan riel, kecemasan neurotic dan kecemasan moral. Sedangkan

kecemasan dalam kaitannya dengan gangguan kepribadian adalah

kecemasan nuerotis dan kecemasan psikotis.

C. Kematian

1. Pengertian Kematian

Kematian yang berasal dari kata dasar mati, menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah keadaan tidak bernyawa, tidak hidup lagi.38

37

Kartono, K. Gangguan-gangguan Psikis. (Bandung : Sinar Baru, 1986) h.40

(42)

Kematian adalah keniscayaan, tidak satu jiwapun dapat

menghindarinya. Sedikit sekali yang mau menerimanya kalau enggan

berkata bahwa semua orang merasa sangat berat meninggalkan hidup ini.

Semua berkata dalam hatinya seperti ucapan Khairil Anwar : “ Aku ingin

hidup seribu tahun lagi”.39

Kematian merupakan ancaman bagi eksistensi manusia, manusia

memiliki kesadaran terhadap kematian, baik itu disadari atau tidak. Reaksi

yang muncul diantaranya adalah :40

a. Melarikan diri dan merepresi urgensi kematian dengan cara sibuk

bekerja, bergosip, bahkan memasukkan diri dalam dunia khayalan.

b. Menerima kematian sebagai fakta yang tidak dihindarkan dan

mengambil posisi humanis, yaitu dengan berusaha memperkaya

kehidupan dengan cara membuat hidup menjadi menyenangkan dan

memuaskan diri.

c. Memberontak terhadap kematian, seperti pemberontakan dalam alam

dan takdir. Pemberontakan dilakukan seperti dalam karya seni dan

ambisi manusia untuk mendapatkan status, kekuasaan, atau kekayaan.

d. Menghentikan eksistensi diri sendiri untuk hidup dalam dunia ideal,

seperti orang yang melakukan bunuh diri atau gila.

38

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka, 2002) h.723

39

Hidayat, K. Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. (Bandung : PT. Mizan Publika, 2006) h.vii

40

Abidin, Z. Analisis Eksistensial untuk Psikologi dan Psikiatri. (Bandung : Refika Aditama, 2002) h.13

(43)

e. Ikhlas dan patuh menerima keterbatasannya, seperti yang dilakukan

orang-orang beragama.

Islam memberikan perspektif yang positif tentang kematian.

Kehidupan dan kematian adalah tanda-tenda kebesaran Allah. Kehidupan

dan kematian adalah ujian bagi manusia, agar manusia dapat mengambil

pelajaran dari keduanya, dan berbuat baik di atas bumi. Dalam Al-Qur’an

dinyatakan ;

يِ

�ٱ

َ

َقَلَخ

َتۡوَم

ۡ

لٱ

َو

َةٰوَيَ

�ٱ

ۡ

َوُهَو ۚ

�َمَ� ُن َسۡح

ٗ

َ

أ ۡمُ�ُي

� ۡمُ�َوُلۡبَ ِ�

َ

ُز�ِزَع

ۡلٱ

ُروُفَغۡلٱ

٢

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di

antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha

Pengampun”

Kematian hanya merupakan salah satu tahap dari perjalanan manusia

sebagai makhluk yang diciptakan Allah. Setelah manusia di ciptakan dengan

sebaik-baiknya bentuk mulai dari masa konsepsi, Allah kemudian

mematikannya. Namun sesudah itu, manusia akan dibangkitkan di hari

kiamat.

Menurut perspektif islam, kamatian dianggap sebagai peralihan

(44)

islam, setelah meninggal dan dikuburkan, manusia akan dihidupkan

kembali. Kematian di alam kubur seperti tidur untuk menghadapi hari

kebangkitan. Mereka yang berpisah karena kematian di dunia, dapat

bertemu kembali dalam kehidupan setelah mati, manusia akan

mempertanggung jawabkan perbuatannya selama hidup di dunia.41

Feifel mengatakan bahwa dalam sejarah umat menusia, kematian

dipandang sebagai misteri. Eksistensialisme melihat kematian sebagai

peristiwa berakhirnya keberadaan yang dapat menimbulkan kecemasan atau

ketakutan maupun keotentikan pada manusia. Manusia dapat menemukan

makna dan fakta keunikan serta individualitas diri dan hidup inidividu dari

adanya kematian. Individu dapat mencapai dasar keunikan dan

individualitas dirinya apabila ia menyadari dirinya akan mati. Sebagian

agama memandang kematian sebagai batas hidup di dunia sekaligus awal

dari kehidupan di alam lain serta merupakan landasan akan penyempurnaan

makna hidup.42

Koeswara mendefinisikan kematian sebagai peristiwa yang tidak

dapat dihindarkan dan merupakan refleksi dari keterbatasan manusia.

Kecemasan menghadapi kematian merupakan problem yang sering terjadi

41

Hidayat, K. Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. (Bandung : PT. Mizan Publika, 2006) h. 5

42

Koeswara, E. Psikologi Eksistensial. (Bandung : PT. Eresco, 1987) h.107

(45)

dan problem ini dilatarbelakangi oleh ketidakyakinan manusia untuk

menentukan tempat, waktu dan cara matinya nanti.43

Berdasarkan uraian diatas kecemasan menghadapi kematian adalah

suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan berupa perasaan takut,

tidak berdaya, rasa berdosa atau bersalah, terancam yang terjadi pada

individu dalam menghadapi kenyataan bahwa dirinya akan kehilangan

nyawa dan tidak hidup lagi di dunia ini.

2. Dinamika Kecemasan Menghadapi Kematian

Pada umumnya selama manusia hidup, manusia selalu berusaha

untuk memenuhi kebutuhan hidup, mempertahankan dirinya agar dapat terus

melanjutkan kehidupan. Manusia membayangkan dan mendambakan

keabadian, hidup di dunia dan menikmati segala yang ada untuk

selama-lamanya. Pada kenyataannya, semua makhluk hidup di dunia pasti akan

mengalami kematian, karena setiap ada kehidupan pasti pada akhirnya akan

menuju pada kematian.

Oleh karena itu, kematian merupakan hal yang wajar terjadi dalam

kehidupan. Meskipun demikian, kematian dapat menjadi hal yang

mencemaskan bagi beberapa individu. Ketidaktahuan mengenai hal dibalik

kematian, seperti manusia tidak pernah tahu kapan ia akan mati, bagaimana

ia akan mati, dimana ia akan mati, dan apa yang akan ia alami setelah ia

mati, menimbulkan kecemasan dalam diri manusia. Manusia pun merasa

cemas menghadapi kematian dirinya sendiri.

43

Ibid. h.40

(46)

D. Lansia

1. Pengertian Lansia

Memasuki masa lanjut usia merupakan periode akhir di dalam

rentang kehidupan manusia di dunia ini. Kisaran usia yang ada pada periode

ini adalah 60 tahun ke atas. Perubahan fisik ke arah penurunan fungsi-fungsi

organ merupakan indikator utama yang tampak jelas, guna menandakan

masa tersebut sudah memasuki masa lansia. Perubahan fisik tersebut

biasanya ditandai dengan beberapa ciri seperti, gigi, rambut sudah memutih,

kulit mulai mengering dan keriput.44

Menurut Elizabeth Hurlock dalam bukunya “Psikologi

Perkembangan” masa lansia adalah masa dimana seseorang mengalami

perubahan fisik dan psikologis. Bahkan ketika masa tua disebut sebagai

masa yang mudah dihinggapi segala penyakit dan akan mengalami

kemunduran mental seperti menurunnya daya ingat, dan pikiran.

Agama islam memandang lansia dengan pandangan terhormat

sebagaimana perhatiannya terhadap generasi muda. Agama islam

memperlakukan dengan baik para lansia dan mengajarkan metode supaya

keberadaan mereka tidak dianggap sia-sia dan tidak bernilai oleh

masyarakat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Isra’ ayat

23-24 :

44

Zahrotun, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 126.

(47)

ٓ

َ

�ِإ

ْآوُدُبۡعَ� َ�َ� َكُ�َر ٰ َ�َقَو

ِ�َو ُهاَيِإ

ِنۡيَ ِ�َٰ�

ۡلٱ

َكَدنِع َنَغُلۡبَ� اَمِإ ۚاًنٰ َ�ۡحِإ

ََ�ِكۡلٱ

اَمُهَل لُقَو اَمُهۡرَهۡنَ�

�َو ٖ

َ

ّفُأ ٓاَمُهَل لُقَ� َ�َف اَمُه َِ� ۡوَأ ٓاَمُهُدَحَأ

اٗم�ِر

َك ٗ�ۡوَق

٣

“ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah

selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan

sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya

sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah

kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu

membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

Dukungan terhadap para lansia dan penghormatan terhadap mereka

adalah hal yang di tekankan dalam islam. Orang yang sudah lanjut usia

mempunyai hak-hak yang harus diperhatikan, islam sebagai agama

sempurna berada dibarisan paling depan dalam memberi perhatian dan

menjaga hak-hak mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda :

“ Sesungguhnya termasuk pengagungan terhadap Allah adalah memuliakan orang yang sudah beruban lagi muslim, memuliakan ahli Qur’an dengan tidak berlebihan dan tidak menyepelekannya, dan memuliakan para

pemimpin yang berbuat adil”.45

Dalam islam, penuaan sebagai tanda dan simbol pengalaman dan

ilmu. Para lansia memiliki kedudukan tinggi di masyarakat khususnya,

mereka adalah harta dari ilmu dan pengalaman, serta informasi dan

45

HR. Abu Dawud : 4843 ; dihasankan oleh Syaikh Albani rahimahullah dalam Shahih al-Jami’ no.2199

(48)

pemikiran. Oleh sebab itu, mereka harus dihormati, dicintai dan diperhatikan

serta pengalaman yang harus dimanfaatkan. Nabi Muhammad SAW

bersabda :

“ Hormatilah orang yang lebih tua dari kalian dan cintai serta kasihilah orang-orang yang lebih muda dari kalian”.

Islam juga mengajarkan agar kita selalu memperhatikan kondisi

kesehatan lansia. Sebab, usia yang bertambah tua akan membuat lemah,

lemah kemampuan panca indera, bahkan ada sebagian orang yang sudah tua,

perbuatannya seperti kembali pada perbuatan anak-anak, maka dari itu

perlunya perhatian lebih terhadap lansia. Sebagaimana firman Allah dalam

surat Ar-Rum ayat 54 :

ُ َ�ٱ

يِ

�ٱ

َ

َمُ� ٖفۡع َض نِّم مُ�َق

َلَخ

َمُ� ٗةَوُق ٖفۡع َض ِدۡعَ� ۢنِم َلَعَج

َوُهَو ُۚء

ٓاَشَ� اَم ُقُلۡ َ� ۚ ٗةَبۡيَشَو اٗفۡع َض ٖ�َوُق ِدۡعَ� ۢنِم َلَعَج

ُميِلَعۡلٱ

ُريِدَقۡلٱ

٤

“ Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia

menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia

menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia

menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui

lagi Maha Kuasa.”

Masa dewasa akhir atau usia tua adalah periode penutup dalam

(49)

beranjak jauh dari periode dahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak

dari waktu yang penuh manfaat. Usia enampuluhan biasanya dipandang

sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut.46

Adapun tugas-tugas perkembangan usia lanjut adalah sebagai

berikut:

a. Menyesuaikan diri dengan kondisi fisik dan kesehatan yang semakin

menurun.

b. Menyesuaikan diri dengan situasi pensiun dan penghasilan yang

semakin berkurang.

c. Menyesuaikan diri dengan kematian dari pasangan hidup.

d. Membina hubungan dengan sesama usia lanjut.

e. Memenuhi kewajiban-kewajiban sosial dan kenegaraan secara luwes.

f. Kesiapan menghadapi kematian.47

Erikson pada tahapan psikologi perkembangan psikososialnya

menjelaskan masa dewasa akhir (lanjut usia) manusia dituntut untuk hidup

dengan apa yang telah mereka perbuat selama masa hidupnya di periode

yang lalu. Secara ideal mereka telah dapat mencapai integritasnya, integritas

ini oleh Erikson diartikan sebagai suatu tahap dimana individu yang berada

46

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga, 1998), Cet. Ke-5, h.30.

47

Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan, ( Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press, 2005), Cet. Ke-1, h. 84.

(50)

pada dewasa akhir merasakan dan mengalami kepuasan dalam menjalani

hidupnya.48

2. Pembagian Lansia

Usia lanjut merupakan periode yang panjang dalam rentang

kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagi-bagi ke dalam dua bagian,

yaitu :

a. Usia Madya Dini (antara usia 40 hingga 50 tahun).

Pada usia madya dini adalah bahwa usia ini merupakan masa

transisi. Seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa

kanak-kanak ke masa remaja dan kemudian dewasa, demikian pula usia

madya dini merupakan masa dimana pria dan wanita meninggalkan ciriciri

jasmani dan perilaku dewasanya dan memasuki suatu periode dalam

kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.

Transisi senantiasa berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai, dan

pola perilaku yang baru. Pada usia madya dini, cepat atau lambat, semua

orang dewasa harus melakukan penyesuaian diri terhadap berbagai

perubahan jasmani dan harus menyadari bahwa pola perilaku pada usia

mudanya harus diperbaiki secara radikal.

b. Usia Madya Lanjut (antara usia 50 tahun sampai 60 tahun keatas).

48

Zahrotun,dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan Psikologi Islam,( Jakarta : UIN Jakarta Press,2006 ),h.57

(51)

Umumnya pada masa usia madya lanjut ditandai oleh adanya

perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya

terjadi penurunan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat.

Walaupun dewasa ini banyak yang mengalami perubahan-perubahan

tersebut lebih lambat dari pada masa lalu, namun garis batas tradisionalnya

masih nampak. Meningkatkan kecenderungan untuk pensiun pada usia

enampuluhan sengaja ataupun tidak sengaja usia enampuluhan tahun

dianggap sebagai garis batas antara usia madya dini dengan usia madya

lanjut.49

Lanjut usia (lansia) merupakan tahap lanjut dari suatu proses

kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk

beradaptasi lagi seperti biasanya, untuk itu bimbingan keagamaan pada

lansia adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam rangka memberikan bantuan kepada lansia atau

kelompok lansia agar kehidupan keagamaannya dapat berjalan selaras

dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga kebahagiaan hidup dapat

tercapai di dunia dan di akhirat.

49

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga, 1998), Cet. Ke- 5, h. 320-321

(52)
[image:52.612.93.534.131.549.2]

BAB III

GAMBARAN UMUM RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA JELAMBAR

A. Sejarah Berdirinya

Keberadaan Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar merupakan

salah satu wujud perhatian pemerintah Jakarta untuk menjawab

berkembangnya jumlah dan masalah lansia terlantar yang dari tahun ke tahun

cenderung meningkat, kenyataan yang ada menunjukan bahwa di RPLU

Jelambar jumlah warga binaan sosialnya selalu mengalami peningkatan dan

jumlah ini akan terus bertambah, tidak membatasi kapasitas sesuai dengan

kemampuannya.

Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar merupakan unit pelaksana

teknis dinas sosial provinsi Jakarta yang berada dibawah PSTW Budi Mulya

cengkareng, dipimpin oleh seorang penanggung jawab, bertanggung jawab

kepada kepala panti dan kepala dinas sosial, dibentuk dengan peraturan

gubernur no.57 tahun 2010 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja

RPLU Jelambar yang beralamat di jalan jelambar 2 no.10 grogol petamburan,

Jakarta barat adalah suatu RPLU milik dinas sosial yang menampung orang

lanjut usia terlantar.1

1

Wawancara dengan Ibu Sumaryati.S.Ap, penanggung jawab RPLU Jelambar, 29 September 2014.

(53)

1. Dasar hukum :

a. UUD No.13 tahun 1998 tentang Lanjut Usia.

b. UUD No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

c. Perda No. 10 tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Provinsi

DKI Jakarta.

d. Peraturan Gubernur No. 104 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.

e. Peraturan Gubernur No. 57 tahun 2010 tentang Penerapan dan Rencana

Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Sosial.

B. Visi dan Misi

Visi Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah mengangkat harkat dan martabat lansia terlantar menuju kehidupan layak, sehat, berpegang teguh

pada norma yang berlaku, dan juga manusiawi, dengan cara memberikan

pembinaan dan penyantunan kepada lanjut usia terlantar secara maksimal.

Misi Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah agar para lanjut usia terlantar dapat terbina dan tersantuni, sehingga mampu melaksanakan fungsi

sosialnya.

C. Tugas Pokok, Fungsi, dan Tujuan Panti Tugas Pokok

Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah memberikan

pelayanan kesejahteraan sosial bagi Penyandang masalah kesejahteraan social

(54)

Fungsi :

a. Pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi, identifikasi,

motivasi, dan seleksi.

b. Penerimaan meliputi registrasi, persyaratan administrasi dan

penempatan dalam panti.

c. Perawatan dan pemeliharaan fisik dan kesehatan.

d. Asesment meliputi penelaahan, pengungkapan dan pemahaman

masalah dan potensi.

e. Pembinaan fisik, bimbingan mental, sosial keagamaan dan

pengisian waktu luang.

f. Penyaluran kembali kepada keluarga dan rujukan ke lembaga

sosial lain.

g. Pembinaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi,

pemantapan dan terminasi.

h. Pengurusan pemulasaraan jenazah dan pemakaman.

Tujuan

Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah terbina dan

tersantuninya PMKS lanjut Usia terlantar, sehingga mampu melaksanakan

fungsi sosialnya.2

2

Data Dinas Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, 2014.

(55)

D. Sasaran dan Persyaratan Sasaran

a. Lanjut usia terlantar, yaitu lanjut usia yang telah berusia 60 tahun

keatas ( UU No.13 tahun 1998 ).

b. Keluarga, yaitu keluarga yang karena sesuatu sebab mereka tidak

dapat memberikan pelayanan yang memadai kepada orang tua yang

tela

Gambar

GAMBARAN UMUM RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA
Tabel 1. Jenis Kegiatan Pembinaan Sehari-hari Lansia RPLU Jelambar 2014.
Tabel 2. Susunan pengurus RPLU Jelambar 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Identiti budaya orang Batak asli ( habatahon ) adalah sebahagian dari konsep dan persepsi diri tentang bahagian perasaan dari satu kumpulan. Mereka berkaitan dengan

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014.. PARTAI

PREFEITURA MUNICIPAL DE PORTEIRINHA/MG – Alteração do Aviso de Licitação - Pregão Presencial para Registro de Preços nº.. Motivo: Retificação do

Kami harapkan kepada Saudara untuk dapat meneruskan surat ini kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, dan Dapodik..

Kekurangan sistem lama : waktu penyetrikaan tidak efisien karena menyetrika satu pakaian dibutuhkan waktu yang lama yaitu 1 menit 30 detik bahkan bisa lebih lama dari itu. Hal

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah menghasilkan sebuah sistem perangkat lunak yang dapat melakukan internal assessment dengan metode Malcolm Baldrige Criteria for

Selain daun, bagian tanaman lain yang dapat dipetik untuk disuling yaitu ranting, batang dan akar, tetapi kandungan minyak yang dimilikinya relatif lebih sedikit (Mauludi

Gambar 3.4 Tampilan jendela utama program pengenalan wajah Tombol PEMBENTUKAN BASISDATA digunakan untuk ekstraksi ciri semua citra yang tersimpan pada basisdata dengan