KECEMASAN LANSIA MENGHADAPI KEMATIAN
Setiap manusia akan mengalami kematian. Tidak ada pengecualiannya, baik pada saat ini ataupun pada saat nanti. Dengan kematian berarti kehidupan seseorang di atas dunia ini terputus dan berpisah dengan semua yang dimilikinya, keluarga dan orang-orang yang dicintai. Hal ini seringkali mendatangkan perasaan cemas pada diri seesorang. Demikian pula halnya dengan lanjut usia, dimana dalam hidupnya selain mengalami berbagai perubahan penurunan fisik dan psikis, lanjut usia juga banyak mengalami duka cita karena menghadapi kematian, baik itu kematian orang lain dan kemungkinan kematian dirinya sendiri. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kecemasan lansia dalam menghadapi
kematian, sebab/alasan lansia cemas menghadapi kematian dan bentuk-bentuk reaksi kecemasan menghadapi kematian.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dekriptif, dengan sampel penelitian sebanyak 63 orang lanjut dengan umur 65 sampai 81 tahun, yang diambil dengan tehnik purposive sampling. Dimana, penelitian dilakukan pada anggota Karang Werda Ikhlas, Desa Pabian, Kecematan Kota, Kabupaten Sumenep. Instrumen pengumpulan data menggunakan skala kecemasan menghadapi kematian untuk mengetahui tingkat kecemasan dan angket terbuka untuk mengetahui
sebab/alasan lansia cemas dan bentuk-bentuk reaksi yang dimunculkan akibat kecemasan yang dialaminya. Ada dua macam data yang diperoleh yaitu data yang berasal dari skala dianalisa dengan menggunakan T-score, kemudian subyek yang memiliki kategori kecemasan tinggi diberi angket terbuka dan data dari angket terbuka ini dianalisa dengan perhitungan prosentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 28 orang (44,44%) memiliki kecemasan
menghadapi kematian tinggi dan sisanya 35 orang (55,56%) memiliki kecemasan menghadapi kematian rendah. Dan dari lansia dengan kecemasan menghadapi kematian tinggi diketahui bahwa: (1) Sebab/alasan lansia cemas yaitu karena khawatir dengan keadaan keluarga yang ditinggalkan, ibadah kurang karena banyak dosa/kesalahan yang diperbuat, takut pada proses menjelang ajal dan kehidupan setelah mati, serta takut menderita sakit yang lama dan mati dalam keadaan sendirian tanpa seorangpun yang tahu. (2) Reaksi fisik yang dialami berupa kepala pusing, jantung berdebar-debar, gemetar, nafsu makan berkurang, nafas terasa sesak, berkeringat dingin, badan terasa lemas. Reaksi psikologis berupa: perasaaan tidak menyenangkan (khawatir, takut, gelisah, bingung), perilaku jadi sering merenung/melamun, sulit tidur, sulit berkonsentrasi, gugup serta tidak bersemangat beraktivitas. Dan hal tersebut akhirnya menyebabkan lansia
melakukan kegiatan seperti beribadah/mendekatkan diri pada Tuhan, melakukan suatu kesibukan, bercerita/curhat pada orang lain, dibawa tidur dan bersilaturrahmi ke rumah teman/tetangga, serta pergi mencari hiburan/rekreasi.
Abstrac
world ended and was apart from all he belongs; family and people he love. This would result in feeling of anxiety to the person. It also happens toward advanced age, where he or she faced some changes of physical and psyches degradation and worried toward death; death of someone else and death of himself. Based on the fact, this study purposed to find out to what extern the anxiety of advance age toward death was the reason of their anxiety and patterns of anxiety reaction facing death.
This research was quantitative descriptive study, using research subjects of 63 advance age from 65 to 82 years old taken by purposive technique sampling. This study conducted toward
members of Karang Werda Ikhlas, Pabian village, Kota district of Sumenep. Research instrument used anxiety scale toward death in order to figure out anxiety level and open questionnaire to find out the reason of anxiety and patterns of anxiety reaction facing death. There were two kinds of data namely data from scale analyzed using T-score, where the subjects who have high level of anxiety were given open questionnaire, and data from the questionnaire that analyzed using percentage calculation.