• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

2. Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Pada akhir pembelajaran, diberikan posttest pada tiap siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Soal-soal dalam posttest tersebut sama antara kelas eksperimen maupun kontrol, yaitu soal-soal yang mengacu kepada indikator kemampuan komunikasi matematis siswa sehingga akan terlihat sebaik apa kemampuan komunikasi matematis siswa melalui jawaban-jawaban mereka.

Berdasarkan data hasil posttest, terdapat perbedaan rata-rata kemampuan komunikasi matematis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi

56

matematis siswa yang diajarkan dengan strategi Reciprocal Peer Tutoring lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan strategi konvensional.

Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pada kemampuan komunikasi matematis siswa antara pembelajaran yang menggunakan strategi Reciprocal Peer Tutoring dan pembelajaran secara konvensional. Hal tersebut menunjukkan bahwa perbedaan dalam penggunaan strategi pembelajaran akan memberikan hasil yang berbeda pada kemampuan komunikasi matematis siswa. Berikut ini diberikan penjabaran secara lebih rinci mengenai kemampuan komunikasi matematis tiap

a. Indikator 1: merefleksikan gambar ke dalam ide matematika

Pada posttest terdapat 2 soal yang menguji kemampuan komunikasi matematis siswa dengan indikator merefleksikan gambar ke dalam ide matematika, yaitu soal poin 2 dan 3. Maksud dari indikator ini adalah siswa mampu mendapatkan informasi dari sebuah gambar yang terdapat dalam soal kemudian menuangkannya ke dalam sebuah ide matematika untuk menyelesaikan soal tersebut. Soal kemampuan komunikasi matematis siswa dengan indikator 1 sebagai berikut:

1) Hitunglah luas daerah yang diarsir!

Contoh jawaban posttest kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:

Gambar 4.6

Contoh Jawaban Posttest Poin 2 dari Siswa Kelas Eksperimen

Gambar 4.7

Contoh Jawaban Posttest Poin 2 dari Siswa Kelas Kontrol

Berdasarkan contoh jawaban siswa indikator 1 poin 2, hasil akhir jawaban siswa kelas eksperimen pada Gambar 4.6 dan kelas kontrol pada gambar 4.7 sama yaitu 50 cm2 namun terdapat perbedaan pada ide matematika yang muncul diantara kedua kelas tersebut. Dari siswa kelas eksperimen muncul ide penyelesaian yang berbeda yang tidak ditemui pada siswa kelas kontrol yaitu membuat garis bangun belah ketupat tersebut menjadi 4 segitiga, dari sini terlihat bahwa mereka memahami konsep bangun datar. Hal ini disebabkan seringnya mereka berdiskusi dalam pembelajaran-pembelajaran Reciprocal Peer Tutoring. sehingga

58

muncul ide-ide yang bervariasi untuk menyelesaikan persoalan. Sedangkan ide penyelesaian yang digunakan oleh siswa kelas kontrol secara keseluruhan sama yaitu dengan mengurangkan luas persegi dengan luas belah ketupat. Hal ini disebabkan siswa terbiasa mengikuti cara penyelesaian guru dalam contoh soal yang diberikan.

Dari kedua jawaban kelas eksperimen dan kelas kontrol di atas dapat terlihat bahwa siswa kelas eksperimen memiliki ide matematika yang bervariasi dibandingkan dengan siswa kelas kontrol yang cenderung monoton mengikuti contoh soal yang diberikan guru. Dengan demikian pembelajaran dengan strategi Reciprocal Peer Tutoring mampu melatih siswa dalam merefleksikan gambar ke dalam ide matematika. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran siswa diberikan kesempatan penuh untuk mencari dan membangun pengetahuannya sendiri sehingga muncul ide-ide baru dalam menyelesaikan soal.

1)

Hitunglah Luas trapesium ABCD di atas!

Contoh jawaban posttest kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:

Gambar 4.8

Contoh Jawaban Posttest Poin 3 dari Siswa Kelas Eksperimen

Gambar 4.9

60

Berdasarkan jawaban posttest kelas eksperimen pada Gambar 4.8 dan kelas kontrol pada Gambar 4.9 memiliki hasil akhir yang sama dan ide yang muncul juga sama. Dari gambar yang diketahui dalam soal, siswa kelas eksperimen mampu mendapatkan informasi-informasi tersebut kemudian muncul ide matematika tentang apa yang harus ia lakukan atau apa yang ia butuhkan untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Cara penyampaiannya pun tersusun rapi dan terlihat sekali bahwa siswa mendapatkan pemahaman yang baik dari gambar trapesium yang ada dan pemahaman konsep yang baik pula, ia mengetahui bagaimana cara mencari tinggi trapesium dengan menggunakan unsur-unsur yang diketahui dalam soal hingga akhirnya ia dapat temukan luas trapesium yang tepat. Secara umum siswa kelas eksperimen mengetahui apa yang diketahui dari soal, apa yang ditanya dari soal, dan apa yang harus mereka cari dan dengan cara apa mereka mencari jawaban. Hal ini disebabkan siswa terbiasa dalam menulis pemecahan masalah dalam lembar kerja siswa yang tersusun rapi.

Dibandingakan dengan jawaban siswa kelas kontrol di atas terdapat sedikit perbedaan. Siswa mampu mendapatkan ide penyelesaiannya hanya saja ia tidak menyebutkan dengan jelas rumusan apa yang digunakannya untuk mencari tinggi dan mencari luas. Hal ini disebabkan siswa tidak terbiasa dalam menulis pemecahan masalah yang tersusun rapi seperti halnya kelas eksperimen dalam lembar kerja siswa.

Dapat disimpulkan dari jawaban kelas eksperimen dan kelas kontrol di atas bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi Reciprocal Peer Tutoring dapat melatih kemampuan komunikasi matematis siswa dalam merefleksikan gambar ke dalam ide matematika. Adanya diskusi antara siswa dengan siswa dan juga siswa dengan peneliti, adanya sikap keterbukaan siswa dalam bertanya, dan adanya banyak

latihan soal secara bersama-sama dalam pembelajaran juga mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis siswa dalam indikator 1.

b. Indikator 2: menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa matematika

. Pada posttest terdapat 1 soal yang menguji kemampuan komunikasi matematis dengan indikator menyatakan peristiwan sehari-hari ke dalam bahasa matematika yaitu soal poin 5. Maksud dari indikator ini adalah siswa mampu mengubah informasi yang didapat dari persoalan peristiwa sehari-hari tersebut ke dalam bahasa matematika baik berupa simbol matematika ataupun lainnya untuk memudahkan dalam pembahasan dan penyelesaian soal tersebut. Soal posttest yang mengacu kepada indikator kedua ini adalah sebagai berikut:

Sebuah taman berbentuk jajargenjang dengan alas 12 m dan tingginya 6 m. taman tersebut akan ditanami dengan bunga namun terdapat kolam ikan yang juga berbentuk jajargenjang dengan alas kurang 3 m dari taman dan tingginya kurang 2 m dari taman. Berapa luas taman yang dapat ditanami bunga?

Contoh jawaban posttest kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:

62

Gambar 4.10

Contoh Jawaban Posttest Poin 5 dari Siswa Kelas Eksperimen

Gambar 4.11

Contoh Jawaban Posttest Poin 5 dari Siswa Kelas Kontrol

Berdasarkan contoh jawaban posttest kelas eksperimen pada Gambar 4.10 dan kelas kontrol pada Gambar 4.11, sangat terlihat jelas perbedaan diantara keduanya walaupun memiliki hasil akhir yang sama. Perbedaan keduanya terdapat pada penggunaan bahasa matematika. Pada jawaban siswa kelas eksperimen, siswa tersebut mampu menyerap informasi dari soal kemudian ia nyatakan dengan menggunakan bahasa matematika yang baik. Ia sebutkan bahwa taman berbentuk jajar genjang dengan alas 12 m dan seterusnya kemudian ia mencari luasnya dengan menulis rumusan luasnya terlebih dahulu, begitupun untuk mencari luas kolam dan mencari luas taman yang ditanami bunga. Dibandingkan dengan jawaban dari siswa kelas kontrol sangat berbeda, tanpa

menyebutkan unsur-unsur yang diketahui dengan bahasa matematika yang baik dan tanpa menyebutkan rumusan luas dan sebagainya, ia langsung mengalikan angka 12 dengan 6 dan angka 9 dengan 4 kemudian ia kurangkan kedua hasilnya.

Secara umum siswa kelas kontrol belum bisa memahami soal yang diberikan dan kurang paham dalam menggunakan konsep yang terlibat dalam soal tersebut sehingga siswa banyak yang masih menjawab soal dengan perkiraan jawaban dan juga belum bisa menyampaikan penyelesaian dengan penggunaan bahasa matematika yang baik. Hal ini disebabkan pembelajaran dalam kelas kontrol tidak terbiasa menulis penyelesaian masalah dengan rapi.

Jika kita membaca jawaban keduanya maka akan lebih mudah kita pahami untuk membaca jawaban kelas eksperimen tersebut bahkan tanpa membaca soal terlebih dahulu. Hal ini disebabkan siswa kelas eksperimen sering berlatih dalam menyelesaikan masalah dalam lembar kerja siswa serta adanya diskusi antar siswa yang membuat mereka dapat saling bertukar pendapat untuk menghasilkan jawaban yang paling tepat. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan strategi peer tutoring melatih kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa matematika.

c. Indikator 3: menyatakan solusi masalah dengan penyajian secara aljabar Pada posttest terdapat 2 soal yang menguji kemampuan komunikasi matematis dengan indikator menggunakan bahasa matematika ke dalam ide matematika yaitu soal poin 1 dan 4. Maksud dari indikator ini adalah siswa mampu menyelesaikan dan menyatakan solusi dari sebuuah permasalah dengan menggunakan perhitungan aljabar yang tepat. Berikut ini soal posttest yang mengacu kepada indikator ketiga:

64

1) Diketahui besar sudut-sudut suatu segitiga adalah 2฀°, (฀+ 40)°, dan (4฀+35)°. Tentukanlah besar ketiga sudut tersebut!

Contoh jawaban posttest kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:

Gambar 4.12

Contoh Jawaban Posttest Poin 1 dari Siswa Kelas Eksperimen

Gambar 4.13

Contoh Jawaban Posttest Poin 1 dari Siswa Kelas Kontrol

Berdasarkan contoh jawaban posttest dari kelas eksperimen pada Gambar 4.12 dan kelas kontrol pada Gambar 4.13, terdapat perbedaan walaupun hanya sedikit dalam penyampaian ide matematika mereka. Contoh jawaban dari kelas eksperimen menggambarkan bahwa siswa mampu menyatakan solusi dari masalah yang diberikan dengan menggunakan perhitungan aljabar yang tepat. Siswa memulainya dengan menjabarkan sudut-sudut yang diketahui dalam soal dan menyampaikan pula konsep matematika yang akan siswa gunakan sebagai penyelesaian

dari soal tersebut, yaitu jumlah sudut segitiga sedangkan kelas kontrol menyampaikan solusi matematikanya langsung menyebutkan bahwa “2฀++4฀+40+35=180" dan penulisannya masih terdapat kesalahan yaitu tidak menggunakan satuan sudut.

Sebagian siswa kelas eksperimen mampu menyajikan solusi dari permasalahan dengan perhitungan aljabar yang tepat. Hal ini disebabkan siswa terlatih dalam menulis pemecahan masalah dengan adanya pemberian lembar kerja siswa. Lain halnya dengan siswa kelas kontrol, mereka tidak mengutarakan ide matematika terlebih dahulu mereka cenderung langsung mengutarakan penjumlahan sudut tersebut dan penggunaan bahasa matematika mereka masih kurang tepat walaupun pada akhirnya hasil jawaban dari keduanya sama. hal ini disebabkan siswa kurang terlatih dalam menulis pemecahan masalah yang tepat. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan strategi reciprocal peer tutoring dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menggunakan bahasa matematika untuk menyampaikan ide matematika secara tepat.

2) Panjang diagonal-diagonal pada suatu layang-layang berbanding 3:5. Jika luas layang-layang tersebut 270 cm2, tentukan panjang kedua diagonal tersebut.

Contoh jawaban posttest kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen:

66

Gambar 4.14

Contoh Jawaban Posttest Poin 4 dari Siswa Kelas Eksperimen

Gambar 4.15

Contoh Jawaban Posttest Poin 4 dari Siswa Kelas Kontrol

Berdasarkan contoh jawaban kelas eksperimen pada Gambar 4.14 dan kelas kontrol pada Gambar 4.15, terlihat bahwa keduanya memiliki hasil akhir yang sama namun penyajian aljabar diantara keduanya yang berbeda. Dari jawaban kelas eksperimen terlihat bahwa siswa menggunakan perhitungan aljabar yang tepat dan rapi dalam penulisannya. Sedangkan kelas kontrol dalam perhitungannya tepat namun penulisannya masih terbilang kurang.

Sebagian besar siswa kelas eksperimen mampu menyatakan silusi masalah dengan penyajian secara aljabar walaupun terdapat beberapa kesalahan. Hal ini disebabkan banyaknya interaksi antar siswa yang membiasakan mereka untuk berdiskusi dalam pemilihan bahasa

matematika yang tepat untuk digunakan saat mereka menyelesaikan lembar kerja siswa dan tentunya dengan lembar kerja siswa tersebut mereka terlatih dalam menulis pemecahan masalah dengan baik.

Siswa kelas kontrol cenderung tidak menggunakannya dengan tepat. Hal ini disebabkan siswa kelas kontrol hanya diberikan latihan yang cenderung sama dengan contoh soal. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan strategi Reciprocal Peer Tutoring dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide matematika.

Pada penelitian ini, peneliti menemukan bahwa pembelajaran dengan strategi Reciprocal Peer Tutoring dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa pada indikator merefleksikan gambar ke dalam ide matematika, menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa matematika dan menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide matematika secara tepat. Hal ini dapat dikatakan bahwa penerapan strategi Reciprocal Peer Tutoring selama proses pembelajaran memberikan pengaruh positif pada kemampuan komunikasi matematis siswa.

Hal ini sejalan dengan teori Ali Mahmudi, “Cara lain yang dapat melatih atau mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa adalah berdiskusi kelompok karena diskusi kelompok memungkinkan siswa untuk mengekspresikan pemahaman, memverbalkan proses berfikir dan mengklarifikasi pemahaman atau ketidakpahaman mereka.1 Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andy Nurul I. yang

1

Ali Mahmudi, Op, Cit,. h. 4.

68

memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran tersebut meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.2

Dokumen terkait