BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas
Manusia adalah makhluk sosial, yang artinya manusia tidak akan bisa hidup dalam kesendirian. Manusia akan cenderung berkelompok dalam keberlangsungan hidupnya, ini artinya manusia yang satu dengan yang lainnya akan berhubungan dengan adanya proses komunikasi di dalamnya. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi akan berperan penting dalam setiap kehidupan manusia. Begitu juga dalam kehidupan siswa sebagai penuntut ilmu. Siswa akan memperoleh pengetahuan tentu dengan adanya proses komunikasi antara dirinya sebagai penerima pengetahuan dengan guru-guru atau teman-teman mereka sebagai penyampai pengetahuan.
Komunikasi menurut bahasa atau etimologi dalam “Ensiklopedi Umum” diartikan denga “Perhubungan”, sedangkan yang terdapat dalam buku komunikasi berasal dari perkataan latin, yaitu: (1) Communicare, yang berarti berpastisipasi ataupun memberitahukan, (2) Communis, yang berarti memiliki bersama ataupun berlaku dimana-mana, (3) Communis opinion, yang berarti pendapat umum ataupun pendapat mayoritas.1 Pengertian komunikasi secara etimologi di atas dapat disimpulkan bahwa suatu proses komunikasi antara dua orang atau lebih sebagai pemberi dan penerima pesan dengan menggunakan bahasa yang sama-sama dimengerti oleh mereka.
Menurut Agus M. Hardjana, dalam sudut pandang pertukaran makna, komunikasi dapat didefinisikan sebagai “proses penyampaian makna dalam
1
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN: Jakarta Press, 2007) cet. 1, h.19.
9
bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui media tertentu”. Pertukaran makna merupakan inti yang terdalam kegiatan komunikasi karena yang disampaikan orang dalam komunikasi bukan kata-kata, melainkan arti atau makna dari kata-kata. Dalam komunikasi orang bukan menanggapi kata-kata tetapi arti dari kata-kata.2 Sehingga keterampilan seseorang dalam memilih kata-kata yang tepat demi tersampainya makna dari kata-kata tersebut kepada lawan bicaranya adalah hal yang sangat penting dalam komunikasi.
Menurut Huinker dan Laughlin, salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para siswa untuk mengembangkan dan mengintegrasikan keterampilan berkomunikasi melalui lisan maupun tulisan serta mempresentasikan apa yang telah dipelajari. Dengan komunikasi, baik lisan maupun tulisan dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika dan dapat memecahkan masalah dengan baik3.
Menurut The Intended Learning Outcomes, komunikasi matematis yaitu kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren kepada teman, guru, dan lainnya melalui bahasa lisan dan tulisan. Hal ini berarti dengan adanya komunikasi matematis dapat melatih kemampuan siswa dalam menginterpretasikan ide-ide dan gagasannya tentang konsep matematika baik secara lisan maupun tulisan.4
Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi sangat penting dalam pembelajaran khususnya pembelajaran
2
Ngainum Naim, Dasar-Dasar Ilmu Komunikasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) cet. 1, h. 18.
3
Nunun Elida,Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Sekolah Menengah Pertama melalui Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW), Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol. 1, No. 2, 2012, h. 180
4
Yosmarniati, dkk., Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik, Jurnal Pendidikan Matematika Part 3, Vol. , No. 1, 2012, h. 66.
10
matematika. Seperti yang dikatakan oleh Polla, komunikasi matematika adalah salah satu faktor yang penting dalam proses pembelajaran matematika di dalam atau di luar kelas. Komunikasi memegang peranan penting dalam matematika. Setiap orang yang berkepentingan dengan matematika akan memerlukan komunikasi dalam perbendaharaan informasi yang lebih banyak.5
Menurut Sumarmo komunikasi matematis merupakan kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat berbagai kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk .6
a. Menghubungkan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika.
b. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar.
c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa dan simbol matematika; d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
e. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematik tertulis.
f. Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi, dan generalisasi.
g. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.
Menurut Ross, indikator kemampuan komunikasi matematis yaitu7: a. Menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah
menggunakan gambar, tabel, bagan secara aljabar. b. Menyatakan hasil dalam bentuk tertulis.
5
Isrok’atun, Meningkatkan Komunikasi Matematika Siswa SMP Melalui Realistic Mathematics Education (RME) Dalam Rangka Menuju Sekolah Bertaraf Internasional, Jurnal Pendidikan Dasar No. 11, 2009. h. 8.
6
Nunun Elida, op. cit., h. 180. 7
Harina Fitriyani dan Uswatun Khasanah, Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Mahasiswa Calon Guru Melalui Pembelajaran Investigasi, The Progressive and Fun Education Seminar, h. 513.
c. Menggunakan representasi menyeluruh untuk menyatakan suatu konsep matematika dan solusinya.
d. Membuat situasi matematika dengan menyediakan ide dan keterangan dalam bentuk tertulis.
e. Menggunakan bahasa dan symbol matematika dengan tepat.
Terkait dengan peningkatan komunikasi matematis, National Council of Techer of Mathematics (NCTM) menyatakan bahwa program pembelajaran matematika mulai dari playgroup sampai tingkat atau kelas 12 hendaknya siswa mampu untuk:8
a. Mengorganisasi dan mengkonsolidasikan pemikiran matematika mereka melalui komunikasi.
b. Mengkomunikasikan pemikiran matematika mereka secara logis dan jelas kepada teman, guru, ataupun orang lain.
c. Menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematika dan strategi yang digunakan orang lain.
d. Mengunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide-ide matematika secara tepat.
Berdasarkan indikator-indikator yang telah dikemukakan di atas, maka indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Merefleksikan gambar ke dalam ide matematika.
b. Menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa matematika. c. Menyatakan solusi masalah dengan penyajian secara aljabar.
2. Strategi Pembelajaran Reciprocal Peer Tutoring
Strategi pembelajaran reciprocal peer tutoring merupakan salah satu jenis dari strategi pembelajaran peer tutoring yang merupakan bagian dari pembelajaran cooperative learning. Pembelajaran dengan menggunakan strategi peer tutoring yaitu pembelajaran dimana seorang siswa mengajari
8
National Council of Techer of Mathematics(NCTM), Principles and Standards for School Mathematics, (United States of America: NCTM, 2000), h. 60.
12
teman kelasnya dalam memahami suatu topik pelajaran di kelas. Peer tutoring atau lebih sering dikenal dengan sebutan tutor sebaya ini bukanlah strategi baru, sekitar tahun 1950 Sturn dan Trutzentdrof telah menggunakan strategi ini dalam pembelajaran, mereka mengajarkan siswa yang lebih tua yang kemudian para siswa ini akan mengajarkan kepada siswa mereka yang lebih muda karena pada saat itu terlalu mahal untuk mempekerjakan guru.9
Menurut Lisi, kata “Peer Tutoring” seperti yang dijelaskan "peer" berarti seseorang yang sama untuk orang lain atau untuk orang lain dalam beberapa hal seperti usia, kelas, tingkat. "Tutor" berarti guru yang mengajar siswa individu atau kelompok kecil siswa. Tutor teman sebaya didefinisikan sebagai "praktek pendidikan di mana siswa berinteraksi dengan siswa lain untuk mencapai tujuan pendidikan".10 Sedangkan menurut Miftahul, pembelajaran peer tutoring adalah pembelajaran yang melibatkan pasangan tutor (peer tutor), seorang siswa berperan sebagai tutor (yang mengajar) dan siswa lainnya menjadi tutee (yang diajar).11
Menurut Michelle Nguyen, peer tutoring mengacu padapembelajaran yang menggunakan pasangan siswa berkinerja tinggi menjadi tutor siswa berkinerja rendah dalam pengaturan kelas-lebar atau dalam umum di luar tempat sekolah di bawah pengawasan guru12.
Peer Tutoring biasanya bermanfaat baik bagi para tutor maupun juga yang dibimbing. Ketika siswa mempelajari materi dengan harapan bahwa mereka akan mengajarinya ke orang lain, mereka lebih termotivasi secara instrinsik untuk mempelajarinya, dan mereka terlibat dalam pembelajaran
9
Megha Tiwari, Peer Tutoring: A Step Forward Towards Inclusion, Educational Confab Vol. 3 No. 7, 2014, h. 10.
10
Ibid h. 11. 11
Dwi Septi, dkk. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Class Wide Peer Tutoring Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa, Kadikma vol. 5 No. 2, 2014, h. 74.
12
Michelle Nguyen, Peer tutoring as a Strategy to Promote Academic Success, Research Brief of Duke University, 2013, h. 2.
yang bermakna, pengorganisasian dan elaborasi ketika mereka mempelajarinya.13
Dalam proses pembelajaran Peer Tutoring ini antara tutor dan tutee selain tutor akan mengajar dan membimbing, tutor juga akan memfasilitasi dan turut serta dalam diskusi antar siswa di kelompok belajar tersebut. Menurut Ali Mahmudi, cara lain yang dapat melatih atau mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa adalah berdiskusi kelompok karena diskusi kelompok memungkinkan siswa untuk mengekspresikan pemahaman, memverbalkan proses berfikir dan mengklarifikasi pemahaman atau ketidakpahaman mereka14.
Dalam beberapa kasus, bimbingan teman (peer tutoring) menghasilkan pencapain akademik yang lebih besar dibandingkan entah pembelajaran tuntas ataupun pengajaran seisi kelas yang lebih tradisional. Peer tutoring memiliki manfaat nonakademik juga. Kerja sama dan kemampuan sosial lainnya meningkat, masalah perilaku berkurang, dan terbentuk pertemanan di antara kelompok etnis yang berbeda dan di antara siswa yang normal dan yang mengalami hambatan khusus (disabilities).15
Empat prinsip dalam pembelajaran dengan metode tutor sebaya (peer tutoring), yaitu respon aktif siswa, kesempatan bagi siswa untuk memberikan respon, umpan balik, serta penguatan. Dari 4 prinsip tersebut dikembangkan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari 14 langkah yang secara garis besar mencakup kegiatan mengelompokkan siswa (3-4 orang per kelompok), menetapkan tutor dengan cara yang sesuai dengan jenis peer tutoring yang digunakan, memberikan kesempatan kepada tutor untuk menyampaikan materi kepada siswa dan berdiskusi dengan anggota kelompoknya sementara siswa tutee menyusun laporan kelompok, memberi kesempatan kepada siswa
13
Jeanne Ellis Omrod, op, cit,. h. 193. 14
Ali Mahmudi, op, cit,. h. 4. 15
Ibid.
14
untuk menyampaikan laporan kelompoknya, memberi kesempatan kepada siswa di luar kelompok untuk bertanya dan langsung dijawab oleh kelompok lain kecuali siswa yang berperan sebagai tutor, dan guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap hasil presentasi kelompok.16
Dalam strategi ini, siswa yang ditunjuk sebagai tutor biasanya akan mendapatkan bimbingan khusus sebelum pembelajaran di kelas, namun ada pula beberapa penelitian yang meniadakan adanya bimbingan belajar ini. Siswa yang menjadi tutor hanya diberi kesempatan untuk mempelajari materi terlebih dahulu sebelumnya secara individu. Dalam penelitian ini, peneliti tidak memberikan bimbingan khusus kepada tutor karena keterbatasan waktu. Siswa yang menjadi tutor hanya diberitahukan sebelumnya bahwa dirinya akan berperan sebagai tutor sehingga siswa tersebut berkewajiban untuk mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Terkait dengan pemilihan tutor, ada tiga jenis yang dapat menjadi piliihan bagi guru yang dapat disesuaikan dengan keadaan dan situasi kelas yang ada., yaitu17:
a. Class Wide Peer Tutoring
Class Wide Peer Tutoring memecah keseluruhan kelas menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil. Ini adalah salah satu jenis penting dari tutor teman sebaya di mana semua siswa kelas sangat aktif belajar dari satu sama lain untuk periode waktu yang panjang. Mereka bertindak sebagai tutor serta siswa atau peserta didik. Sehingga setiap siswa melibatkan dirinya dalam kegiatan dan belajar dalam cara yang sangat baik.
16
Lalu Hamdian Affandi. Pengaruh Metode Tutor Sebaya (Peer Tutoring) Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Semester IIProgram Study S1 Pendidikan Bahasa Inggris Dalam Mata Kuliah Pengantar Pendidikan, Jurnal Ilmiah “WIDYA PUSTAKA PENDIDIKAN” Vol. 2 No. 3, 2014, h. 241.
17
Najabat Ali, dkk., Impact Of Peer Tutoring On Learning Of Students, Journal for studies in management and planning vol. 01 issue 03, 2015, h. 63.
b. Reciprocal Peer Tutoring
Dalam jenis peer tutoring ini, rekan-rekan belajar satu sama lain akan mengubah statusnya dari tutor menjadi siswa. Rekan-rekan bergiliran menjadi tutor sementara yang lain bertindak sebagai siswa atau pelajar. Strategi ini memberikan kesempatan yang sangat baik untuk setiap siswa untuk bertindak sebagai tutor yang meningkatkan tingkat kepercayaannya.
c. Cross Age Peer Tutoring
Dalam jenis tutoring ini siswa yang umurnya lebih tua bertindak sebagai tutor dan mereka mengajar siswa yang lebih muda. Tutor memiliki latar belakang akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa mereka atau peserta didik dalam lintas usia tutor teman sebaya. Pendekatan ini berharga bagi siswa karena mereka mendapatkan instruksi individu yang efektif dan umpan balik dari tutor mereka. Di sisi lain guru mendapat pengalaman pengajaran yang berharga.
Manfaat dari penggunaan strategi pembelajaran Reciprocal Peer Tutoring adalah18:
a. Meningkatkan interaksi sosial para murid.
b. Menjadikan diskusi kelas lebih mendalam dan lebih substantif.
c. Meningkatkan intensitas akademis para murid, tanpa menambahkan durasi instruksional.
d. Para murid akan memerlukan lebih banyak waktu pengerjaan sebuah tugas ketika bekerja bersama seorang mitra atau tutor dibandingkan yang akan mereka perlukan ketika bekerja sendiri.
e. Para murid yang bekerja dalam peer tutoring menjadikan perolehan akademis terukur dan mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap materi pelajaran.
18
Harvey F Silver, dkk., Strategi-Strategi Pengajaran, (Jakarta: PT. Indeks, 2012) Cet. 1, h
16
f. Menjadikan murid lebih produktif, lebih hangat(ramah dan ceria), yakni para murid lebih mandiri dan kurang bergantung pada guru.
g. Ketika diaplikasikan pada aktifitas membaca, strategi ini meningkatkan keterampilan decode, memperdalam pemahaman, serta membanu para murid mempelajari cara membaca teks kaya informasi yang sukar.
Menurut Lalu Hamdian Affandi, dalam metode tutor sebaya berpasangan, siswa dikelompokkan secara berpasangan dan secara bergantian bertukar peran sebagai tutor dan tutee. Sedangkan dalam metode tutor sebaya kelompok kecil, siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil (3-6 orang) dan masing-masing siswa setiap minggu secara bergiliran menjadi tutor sementara yang lain menjadi tutee19.
Dalam kelas eksperimen akan menggunakan strategi pembelajaran Peer Tutoring dengan pemilihan tutornya akan menggunakan jenis Reciprocal Peer Tutoring, yaitu ditetapkannya tutor yang berbeda-beda pada setiap pertemuan dalam pembelajaran hingga setiap siswa dalam kelompok belajar tersebut akan merasakan menjadi tutor. Hal ini dikarenakan jumlah siswa yang tergolong banyak. Langkah-langkah pembelajaran Reciprocal Peer Tutoring dikembangkan dari 4 prinsip pembelajaran peer tutoring menjadi sebagai berikut:
Tabel 2.1
Langkah-langkah Pembelajaran Reciprocal Peer Tutoring Prinsip 1 & 2
Respon aktif siswa & kesempatan bagi siswa untuk memberikan respon
1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 orang termasuk tutor.
2. Guru memperkenalkan materi yang akan dipelajari namun hanya ide-ide
19
Lalu Hamdian Affandi, op.cit.,h.249-250.
besar atau konsep-konsep kunci pelajaran
3. Setiap tutor mengambil LKS yang disediakan di meja guru.
4. Guru memberi kesempatan tutor untuk bertanya mengenai LKS tersebut. 5. Tutor memberikan LKS kepada tutee.
6. Tutor menjelaskan materi yang dipelajari.
7. Tutor membantu tutee yang kurang memahami materi serta memfasilitasi para tutee untuk berdiskusi.
8. Tutee mengerjakan LKS. Jika tutee mengalami kesulitan saat mengerjakannya maka dibolehkan untuk bertanya kepada tutor. Jika tutor mendapati kesulitan saat menjawab pertanyaan tutee maka dibolehkan pula untuk bertanya kepada guru.
9. Guru menunjuk tutee secara acak untuk mempresentasikan hasil belajar kelompok mereka.
10. Guru mempersilahkan kelompok lain untuk bertanya atau berkomentar kepada kelompok tersebut.
Prinsip 3 Umpan Balik
11. Guru memberikan tanggapan terhadap presentasi yang telah disampaikan.
12. Guru memberikan post tes kepada seluruh siswa.
Prinsip 4 Penguatan
13. Guru memberikan arahan atau tambahan penjelasan atas kekurangan-kekurangan pemahaman mereka tentang materi tersebut yang terlihat dari presentasi kelompok tadi.
2. Strategi Pembelajaran Konvensional
Strategi pembelajaran konvensional adalah strategi yang mungkin biasanya digunakan guru dalam pembelajaran di kelas. Metode yang
18
digunakan biasanya adalah metode ceramah, Tanya-jawab, diskusi, cerita, demonstrasi, dan masih banyak lagi. Pada sekolah yang menjadi tempat penelitian ini menggunakan metode ekspositori. Metode ekspositori adalah suatu metode penyampaian materi pelajaran yang didalamnya meliputi gabungan dari metode ceramah, metode Tanya-jawab, dan metode tugas.20
Menurut Djamarah dkk. proses pembelajaran metode elspositori dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut21:
a. Pendahuluan (guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan).
b. Persiapan (guru mempersiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi)
c. Apersepsi (guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian siswa kepada materi pelajaran)
d. Presentasi (guru menyajikan dan menjelaskan materi pelajaran terkait dengan definisi, konsep, aturan, atau prinsip yang dikembangkan secara jelas).
e. Resitasi (guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab, atau siswa diminta menyatakan kembali materi yang telah dipelajari dengan kata-kata sendiri.
Dalam metode ekspositori, pembelajaran berpusat pada guru karena dari unsur-unsur metode pendukungnya juga berpusat pada guru. sehingga pembelajaran cenderung berjalan pasif. Seperti halnya metode ceramah, aktivitas siswa dalam pengajaran yang menggunakan metode ini hanya menyimak sambil sesekali mencatat. Hal tersebut juga akan terjadi pada tahapan metode ekspositori yaitu tahap presentasi.22
20
Wisnu Sunarto, dkk., Hasil Belajar Kimia Siswa dengan Model Pembelajaran Metode Think Pair Share dan Metode Ekspositori, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 4, 2008, h. 245.
21
Ibid, h. 246. 22
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika Aditama, 2009) cet. 3, h. 61.
Pada tahap resitasi ini sama seperti metode Tanya-jawab yaitu cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.23
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Septi, Hobri, dan Arika Indah K. yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Class Wide Peer Tutoring Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Sub Pokok Bahasan Operasi Hitung Aljabar Kelas VII D SMP Negeri 7 Jember Semester Ganjil Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran tersebut dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.24
Penelitian yang dilakukan oleh Andy Nurul I. yang berjudul Penerapan Peer Tutoring Dengan Strategi Everyone Is A Teacher Here Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMPN 5 Jember Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran tersebut meningkatkan hasil belajar siswa.25
C. Kerangka Berpikir
Matematika merupakan salah satu ilmu yang dipelajari mulai dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi. Matematika juga merupakan ilmu pengetahuan yang banyak melatarbelakangi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Oleh karena itu tidaklah aneh jika kita dapat menemui ilmu ini dari Taman
Kanak-23
Ibid, h. 62. 24
Dwi Septi, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Class Wide Peer Tutoring Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Sub Pokok Bahasan Operasi Hitung Aljabar Kelas VII D SMP Negeri 7 Jember Semester Ganjil Tahun Ajaran 2013/2014, Kadikma Vol, 5 No. 2, 2014, h. 74.
25
Andy Nurul I, Penerapan Peer Tutoring Dengan Strategi Everyone Is A Teacher Here Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMPN 5 Jember Tahun Ajaran 2011/2012
20
kanak sampai perkuliahan. Salah satu hal yang diharapkan dari seseorang yang mempelajarinya yaitu, meningkatnya kemampuan komunikasi matematis.
Hal ini sejalan dengan pendapat Huinker dan Laughlin menyebutkan bahwa salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para siswa untuk mengembangkan dan mengintegrasikan keterampilan berkomunikasi melalui lisan maupun tulisan serta mempresentasikan apa yang telah dipelajari. Dengan komunikasi, baik lisan maupun tulisan dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika dan dapat memecahkan masalah dengan baik.26
Berdasarkan pendapat Huinker dan Laughin, maka guru perlu merancang pembelajaran yang dapat melatih kemampuan komunikasi matematis. Salah satu hal yang dapat melatih kemampuan komunikasi matematis tersebut adalah menulis. Dalam pembelajaran matematika banyak hal yang dapat dilakukan dengan menulis, seperti menulis informasi yang mereka dapati dari soal, menulis penyelesaian masalah, menulis apa yang telah mereka pahami atau yang telah mereka pelajari dan sebagainya.
Menurut Ali Mahmudi, cara lain yang dapat melatih atau mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa adalah berdiskusi kelompok karena diskusi kelompok memungkinkan siswa untuk mengekspresikan pemahaman, memverbalkan proses berfikir dan mengklarifikasi pemahaman atau ketidakpahaman mereka.27 Oleh karena itu, guru membutuhkan strategi yang didalamnya memuat aktifitas menulis dan diskusi. Salah satu strategi pembelajaran yang memuat kedua hal tersebut adalah peer tutoring. Strategi ini mengedepankan adanya proses komunikasi yang akan terjadi dalam sebuah diskusi kelompok dengan adanya peran siswa sebagai tutor dan tutee. Diskusi ini diharapkan menjadi pelatihan bagi siswa dalam menyatakan solusi masalah
26
Nunun Elida, op. cit., h. 180. 27
Ali Mahmudi, op, cit,. h. 4.
dengan penyajian secara aljabar sehingga kemampuan mereka dalam hal ini akan meningkat. Selain itu. adanya penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam strategi ini juga turut melatih kemampuan komunikasi matematis siswa, karena dalam pengerjaanya banyak aktivitas menulis.
Proses pembelajaran antara tutor dan tutee akan menjadikan mereka mampu membangun serta menggabungkan ide-ide serta pemahaman matematika mereka masing-masing. Hal ini tentu menjadikan siswa mampu merefleksikan gambar ke dalam ide-ide matematika, menyatakan peristiwa sehari-hari kedalam bahasa matematika, serta menyatakan solusi masalah dengan penyajian secara aljabar Agar lebih memudahkan, dapat dilihat dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Berdiskusi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru
serta penggunaan lembar kerja siswa Masalah
Strategi pembelajaran belum melatih kemampuan komunikasi
matematis siswa
Kurangnya kemauan dalam belajar matematika
Kurangnya kemampuan menyelesaikan soal dengan penyajian aljabar yang tepat.
Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa
Strategi pembelajaran Reciprocal Peer Tutoring
Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Merefleksikan gambar ke dalam
ide matematika
Menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa matematika
Menyatakan solusi masalah dengan penyajian secara aljabar.
Kemampuan komunikasi matematis siswa meningkat Strategi pembelajaran Peer Tutoring