• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG FRANCHISE

C. Analisis Hukum Pelaksanaan Perjanjian Franchise Menurut KUHPerdata

Pelaksanaan perjanjian franchise menurut KUH Perdata pada Izzi Kebab Jl. Letda Sujono Medan dilakukan dalam tahapan sedemikian rupa, dari mulai adanya penawaran salah satu pihak kepada pihak lainnya, yaitu dari pihak Franchisee kepada pihak Franchisor. Selanjutnya penawaran tersebut dikondisikan dalam suatu perjanjian yang dibuat secara tertulis dan diberi tanda tangan di atasnya.

Adapun perihal perjanjian franchise menurut KUH Perdata pada Izzi Kebab Jl. Letda Sujono Medan dapat dilihat dalam pasal-pasal perjanjian tersebut yaitu: Pasal 1:

Franchisee menyatakan bahwa untuk memenuh seluruh persyaratan yang ditetapkah oleh Franchisor antara lain:

1. Memiliki tempat usaha baik miliki sendiri atau hak sewa minimal 5 (lima) tahun seluas 21 meter persegi.

2. Menyediakan fasilitas parkir yang memadai minimal untuk 6 kendaraan roda 4 (empat) dan 10 (sepuluh) kendaraan roda 2 (dua) dan minimal satu toilet untuk konsumen.

3. Menyediakan modal awal usaha sebesar Rp. 20.000.000 (dua puluh juta rupiah) dan uang jaminan sebesar Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) yang harus disetor ke rekening Franchisor.

4. Tidak akan menyediakan dan menyajikan makanan lain dan atas usaha lain selain makanan Izzi Kebab yang ditetapkan oleh Franchisor.

Pasal 1 perjanjian kerja sama franchise di atas menjelaskan tentang syarat-syarat pelaksanaan perjanjian yaitu meliputi adanya lokasi untuk membuka franchise izzi kebab, adanya fasilitas parkir, serta adanya dana awal sebesar Rp. 20.000.000 dan Franchisee menyetujui untuk tidak menjual produk lain selain produk izzi kebab.

Pasal 2:

1. Franchisee setuju membayar Franchisee Fee sebesar Rp. 15.000.000 (lima belas juta rupiah), pembayaran mana dilakukan pada saat perjanjian ini ditandatangani.

2. Franchisor berhak mendapatkan royalty sebesar 2% (dua persen) dari omzet penjualan yang dibayarkan pada setiap tanggal 25 setiap bulannya untuk penjualan bulan sebelumnya.

3. Untuk keperluan promosi secara nasional produk Izzi Kebab, Franchisee bersedia membayar marketing fee sebesar 1% (satu persen) dari omzet penjualan kepada Franchisor.

4. Marketing fee sebagaimana diatur dalam ayat 3 pasal ini semata-mata hanya dipergunakan oleh Franchisor untuk mempromosikan produk Izzi Kebab secara nasional yang dibayarkan bersamaan dengan pembayaran royalti.

Pasal 2 perjanjian kerja sama franchise di atas mengatur perihal franchisee Fee dan Royalti yang diterima Franchisor. Franchisee Fee dan Royalti adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan oleh Franchisee kepada Franchisor. Pembayaran Franchisee Fee dibayarkan pada saat perjanjian ditandatangani sedangkan royalti dibayarkan setiap bulan.26 Kedudukan Pasal 2 perjanjian kerja sama franchise adalah merupakan suatu hal yang utama dalam suatu perjanjian franchise, dimana diterangkan adanya kewajiban dari penerima franchise kepada Franchisor.

Pasal 3:

Franchisee tidak akan melibatkan baik secara langsung maupun tidak langsung Franchisor bila Franchisee terlibat tuntutan hukum dan/atau non hukum yang dilakukan oleh pihak lain berkaitan dengan usaha Izzi Kebab yang dikelolanya.

Pasal 3 perjanjian kerja sama franchise menjelaskan sengketa dengan Pihak Ketiga. Artinya penyelesaian sengketa antara pihak penerima franchise dengan pihak ketiga tidak akan melibatkan pihak Franchisor. Dimisalkan pihak penerima franchise menjual produk yang sudah basi sehingga dituntut oleh kosumennya, maka tuntutan yang dilakukan oleh konsumen tidak akan melibatkan pihak Franchisor.27 Hal ini menjelaskan semua akibat hukum atas kegiatan penjualan izzi kebab yang dilakukan oleh penerima franchise adalah tanggungjawab dari pihak penerima franchise sendiri.

26

Hasil Wawancara Dengan Bapak M. Adung Darmadung, selaku Pengusaha Izzi Kebab

di Jalan Letda Sujono Medan, tanggal 27 September 2013. 27

Hasil Wawancara Dengan Bapak M. Adung Darmadung, selaku Pengusaha Izzi Kebab

Pasal 4:

1. Pada tiga bulan pertama sejak perjanjian ini ditandatangani Franchisee akan membuka dan mengoperasikan stand di Jl. Letda Sujono No. 56 Medan.

2. Franchisee tidak diperkenankan memindahkan alamat stand ke tempat lain tanpa persetujuan tertulis dari Franchisor.

3. Dalam hal Franchisor memberikan izin pemindahan lokasi stand, maka Franchisee wajib membayar biaya administrasi sebesar Rp. 4.000.000 (empat juta rupiah). Atas seluruh biaya baik renovasi, izin, pajak dan biaya apapun yang timbul akibat perpindahan lokasi ditanggung oleh Franchisee sendiri.

Pasal 3 perjanjian kerja sama franchise di atas menjelaskan tentang jam buka stand. Jam buka stand diterangkan dilakukan setelah tiga bulan pertama sejak perjanjian ini ditandatangani. Apabila dalam operasionalnya pihak penerima franchise memindahkan lokasi stand maka pemindahan lokasi stand harus dilakukan dengan izin pihak Franchisor. Hal ini dimaksudkan agar pihak Franchisor dapat tetap melakukan pengawasan terhadap aktivitas penerima franchise.28

Pasal 5:

Selama perjanjian ini berlangsung Franchisor berkewajiban untuk:

1. Memberikan panduan operasional pengelolaan stand kepada franchisee dan menyediakan secara Cuma-Cuma pengetahuan tentang manajemen pengelolaan dan teknik penyajian menu Izzi Kebab.

2. Menyediakan desain interior, pelatih dan materi pelatihan untuk para pekerja stand franchisee atas biaya franchisor sendiri.

3. Menyelenggarakan program pelatihan untuk franchisee secara berkesinambungan dan berkala paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun.

4. Memberikan konsultasi gratis kepada franchisee apabila stand franchisee berada dalam keadaan krisis yang dapat menyebabkan tutupnya atau berhentinya bisnis stand franchisee.

5. Memberikan rekomendasi kepada pihak perbankan/lembaga keuangan guna membantu franchisee memperoleh pinjaman untuk pengembangan

28

Hasil Wawancara Dengan Bapak M. Adung Darmadung, selaku Pengusaha Izzi Kebab

standnya.

Pasal 5 perjanjian kerja sama franchise merupakan pengaturan tentang Kewajiban Franchisor. Kewajiban Franchisor pada dasarnya merupakan wujud dari kepedulian Franchisor terhadap keberlangsungan usaha penerima franchise. Hal ini dapat dilihat dari beberapa point yang merupakan kewajiban Franchisor seperti memberikan panduan operasional pengelolaan stand, menyediakan desain interior, pelatih dan materi pelatihan, dan lain sebagainya.29

Pasal 6:

1. Seluruh biaya untuk pengadaan perabotan untuk keperluan stand serta bahan-bahan baku pembuat menu Izzi Kebab yang sesuai dengan standar franchisor serta biaya-biaya lain seperti pengurusan perizinan atas pembukaan dan pengoperasian stand menjadi tanggungan franchisee sendiri.

2. Franchisee setuju bahwa pengadaan brosur, kartu nama, formulir, kwitansi, seragam, bahan/atau alat promosi dan benda-benda lain yang diperlukan untuk menunjang usaha stand, franchisee sepakat untuk membeli dari franchisor atas biaya franchisee.

3. Franchisee atau pekerja yang dipekerjakan oleh franchisee pada stand yang dimaksudkan dalam perjanjian ini wajib mengikuti program pelatihan dan kerja praktek yang diselenggarakan franchisor atas biaya franchisee.

Pasal 6 perjanjian kerja sama franchise menjelaskan tentang kewajiban franchisee, dimana dijelaskan bahwa kewajiban tersebut merupakan akibat dari ksepakatan dalam perjanjian kerja sama franchise, seperti pengadaan perabotan untuk keperluan stand, pembuatan brosur dan biaya pelatihan. Penekanan kewajiban dalam kapasitas ini adalah bahwa semua biaya yang dikeluarkan merupakan tanggungan franchisee sendiri.

29

Hasil Wawancara Dengan Bapak M. Adung Darmadung, selaku Pengusaha Izzi Kebab

Pasal 7:

1. Franchisee setuju membayar kepada franchisor semua biaya dan iuran sesuai dengan perjanjian ini termasuk biaya atau tagihan tambahan atas semua produk atau jasa-jasa yang diberikan atau akan diberikan kepada franchisor. Setiap pembayaran yang terlambat akan dikenakan denda keterlambatan sebesar 1% per hari untuk paling lama satu bulan.

2. Franchisee setuju untuk biaya penyelenggaraan seminar, workshop/ pelatihan dan pertemuan bulanan dan/atau tahunan yang diselenggarakan franchisor bersama-sama dengan franchisee lainnya. Pasal 7 di atas pada dasarnya mengatur tentang biaya-biaya yang diakibatkan adanya perjanjian kerja sama franchise. Biaya-biaya tersebut adalah semua biaya dan iuran sesuai dengan perjanjian ini termasuk biaya atau tagihan tambahan atas semua produk atau jasa-jasa yang diberikan atau akan diberikan kepada franchisor, atas keterlambatan pembayaran dikenakan biaya 1% per hari dan berlaku selama 1 bulan.

Pasal 8:

Setiap pembayaran yang dilakukan oleh franchisee kepada franchisor yang atas pembayaran tersebut franchisor dibebani pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, maka beban pajak tersebut ditanggung oleh franchisee.

Pasal 8 mengatur perihal pajak dalam hal terjadinya perjanjian kerja sama franchise. Artinya dengan terjadinya kesepakatan para pihak dalam perjanjian kerja sama franchise, maka pajak akan dienakan kepada franchisee.

Pasal 9:

Franchisor berhak untuk mengubah dan menyesuaikan system marketing, termasuk penentuan adanya pemakaian nama dagang, tanda dagang, tanda pelayanan baru, identifikasi baru, produk dan menu-menu baru yang dilakukan dengan itikad baik demi usaha franchisee.

Pasal 9 perjanjian kerja sama franchise di atas merupakan klausula tentang perubahan sistem. Perubahan sistem yang dimaksudkan disini adalah sistem pemasaran baru yang diterapkan sehingga usaha izzi kebab dapat lebih baik lagi ke depan.

Pasal 10

Perjanjian ini berlaku selama 5 (lima) tahun sejak perjanjian ini ditandatangani yakni tanggal 12-06-2011 dan berakhir pada tanggal 12-06-2016 dan atas kesepakatan kedua belah pihak dapat diperpanjang dengan syarat dan jangka waktu yang akan ditetapkan kemudian.

Pasal 10 perjanjian kerja sama franchise adalah klausula yang mengatur jangka waktu pelaksanaan perjanjian yang disesuaikan dengan kesepakatan para pihak. Pada kasus yang diambil dalam penelitian ini maka jangka waktu perjanjian adalah selama satu tahun.

Pasal 11:

1. Franchisee dengan ini memberikan kuasa kepada franchisor untuk sewaktu-waktu seuai dengan keinginan franchisor untuk memeriksa dan atau mengaudit segala catatan dan pembukuan franchisee tanpa pengecualian apapun juga.

2. Seluruh biaya audit dan biaya lain termasuk biaya pengacara dibayar dalam proses pemeriksaan dan atau audit sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sepenuhnya ditanggung oleh franchisee.

Pasal 11 perjanjian kerja sama franchise adalah perihal kuasa. Artinya pihak Franchisee memberikan kuasa kepada franchisor untuk memeriksa dan atau mengaudit segala catatan dan pembukuan franchisee, dengan biaya ditanggung oleh franchisee.

Pasal 12:

1. Franchisee setuju memberikan laporan penjualan secara periodik setiap bulan yang diserahkan paling lambat tanggal 5 setiap bulannya untuk laporan penjualan bulan sebelumnya.

2. Dalam sekali setahun franchisee wajib melaporkan semua transaksi keuangan secara tertulis termasuk neraca dan daftar laba rugi secara terus-menerus selama masa perjanjian ini.

3. Laporan tahunan sebagaimana tersebut di atas disiapkan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi paling lambat 30 hari setelah berakhirnya tahun yang bersangkutan. Laporan tersebut harus ditandatangani oleh penanggungjawab stand bersama akuntan publik yang ditunjuk oleh franchisor.

Pasal 12 perjanjian kerja sama franchise adalah pasal yang berkaitan dengan laporan franchisee kepada franchisor. Laporan tersebut dibuat setiap bulannya. Laporan ini berfungsi agar pihak franchisor dapat melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kesepakatan para pihak dalam perjanjian kerja sama franchise.

Pasal 13:

Franchisee diwajibkan untuk merahasiakan system, manajemen dan cara-cara pengelolaan stand yang didapat dari franchisor.

Pasal perjanjian kerja sama franchise mengatur perihal rahasia dagang dimana Franchisee dibebankan kewajiban untuk merahasiakan sistem, manajemen dan cara-cara pengelolaan stand yang didapat dari franchisor

Pasal 14:

Franchisor dapat membatalkan secara sepihak perjanjian ini karena hal-hal berikut:

1. Apabila franchisee lalai dan atau tidak melakukan kewajibannya yang diatur dalam perjanjian ini padahal sudah diberikan peringatan ketiga oleh franchisor namun masih melakukan pelanggaran baik berbeda maupun yang sama, pelanggaran mana yang dianggap serius sebagaimana tertulis dalam surat peringatan/teguran yang menurut ukuran franchisor.

2. Apabila franchisee bangkrut atau dinyatakan pailit kecuali jika franchisee dengan segera memenuhi kembali semua kewajiban-kewajiban yang ditetapkan dalam perjanjian ini.

3. Dalam hal perjanjian ini diakhiri atau dibatalkan, franchisee berkewajiban untuk:

a. Membayar kepada franchisor dengan segera seluruh jumlah hutang-hutangnya sekaligus dan lunas dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari setelah tanggal perjanjian ini berakhir.

b. Tidak menuntut dan meminta kembali franchise fee dan biaya-biaya lain yang sudah dikeluarkan beserta bunganya.

c. Dengan segera dan secara tetap menghentikan penggunaan semua tanda milik/label franchisor.

d. Franchisee tidak diperkenankan mempromosikan atau menngiklankan standnya dengan menggunakan nama dan merek franchisor.

e. Franchisee dengan segera mengembalikan kepada franchisor semua buku manual penuntun, video, kaset, formulir atau peralatan dan barang-barang cetakan yang berisi tanda-tanda paroduk makanan milik franchisor paling lambat 14 hari setelah perjanjian ini berakhir.

f. Franchisee memberikan kausa penuh kepada franchisor melakukan pemeriksaan/inspeksi dan memasuki stand franchisee serta mengambil tanda-tanda yang bercirikan merek franchisor.

Pasal 14 perjanjian kerja sama franchise adalah mengatur perihal pembatalan dan segala akibatnya. Apabila ditelaah keberadaan Pasal 14 perjanjian kerja sama franchise di atas maka dapat dilihat bahwa pembatalan perjanjian tersebut dibebankan atas kesalahan Franchisee, sedangkan akibat pembatalan tersebut juga merupakan tanggung jawab Franchisee.

Pasal 15:

Apabila timbul sengketa diantara kedua belah pihak akibat dari perjanjian ini akan diselesaikan secara musyawarah dan mufakat. Apabila dalam musyawarah untuk mufakat tersebut tidak berhasil mencapai kesepakatan maka kedua belah pihak akan menyelesaikan secara hukum dan karenanya kedua belah pihak memilih domisili hukum yang tetap di kantor Kepaniteraan Pengalian Negeri Jakarta Barat.

Pasal 15 perjanjian kerja sama franchise adalah tentang penyelesaian perselisihan yang disebabkan timbulnya sengketa. Apabila timbul sengketa maka

berdasarkan perjanjian dilakukan secara musyawarah dan mufakat. Apabila dalam musyawarah untuk mufakat tersebut tidak berhasil mencapai kesepakatan maka kedua belah pihak akan menyelesaikan secara hukum dan karenanya kedua belah pihak memilih domisili hukum yang tetap di kantor Kepaniteraan Pengalian Negeri Jakarta Barat.

Pasal 16:

Demikianlah perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh para pihak dalam keadaan sehat jasmani dan rohani tanpa adanya paksaan dari pihak manapun serta dibuat 2 (dua) rangkap masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.

Pasal 16 perjanjian kerja sama franchise adalah merupakan penutup, kemudian ditanda tangani oleh para pihak di Jakarta pada tanggal 12 Juni tahun 2011.

Hal-hal yang di ataslah yang mendasari terjadinya suatu perjanjian kerja sama franchise ini. Ditambah dengan keadaan-keadaan yang harus dipenuhi dari ketentuan bunyi pasal 1320 KUH Perdata di atas.

Selalu dipertanyakan saat-saat terjadinya perjanjian antara pihak, Mengenai hal ini ada beberapa ajaran yaitu :

1. Teori kehendak (wilstheorie) mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada saat kehendak pihak penerima dinyatakan , misalnya dengan menuliskan surat.

2. Teori pengiriman (verzendtheorie) mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada saat kehendak yang dinyatakan itu dikirim oleh pihak yang menerima tawaran.

3. Teori pengetahuan (vernemingstheorie) mengajarkan bahwa pihak yang menawakan seharusnya sudah mengetahui bahwa tawarannya diterima. 4. Teori kepercayaan (vertrouwenstheorie) mengajarkan bahwa

kesepakatan itu terjadi pada saat pernyataan kehendak dianggap layak diterima oleh pihak yang menawarkan.30

30

Menurut kutipan di atas maka dapatlah dipahami bahwa terjadinya pelaksanaan perjanjian kerja sama franchise ini adalah sebagaimana penulis uraikan di muka, yaitu telah disepakatinya hal-hal yang pokok dan diikuti dengan penandatanganan hitam di atas putih.

Karena perjanjian franchise merupakan perjanjian tidak bernama, maka sumber perjanjian ini adalah Pasal 1338 KUHPerdata. Pasal 1338 mengandung asas kebebasan berkontrak. Ini berarti hukum perjanjian memberikan kebebasan kepada para pihak untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, oleh karena itu para pihak dapat menentukan sendiri isi perjanjian selama tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Kemudian dalam Pasal 1319 KUHPerdata, disebutkan bahwa “Semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum yang dimuat dalam bab ini dan bab lalu”.

Selain itu perjanjian franchise juga harus memenuhi syarat sahnya perjanjian. Isi perjanjian franchise yang dilakukan oleh para pihak dalam produk kebab dengan nama izzi kebab setelah dianalisa oleh penulis tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan keteriban umum. Selain itu perjanjian franchise tersebut dapat dikatakan sah karena telah memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, sebagai berikut:

1. Sepakat mereka mengikatkan diri. Dengan ditandatangani perjanjian franchise izzi kebab dapat disimpulkan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk mengikatkan dirinya masing-masing kedalam isi perjanjian franchise. Selain

itu dengan adanya penandatanganan perjanjian izzi kebab maka dapat dikatakan bahwa para pihak telah sepakat untuk mengikatkan dirinya ke dalam perjanjian tanpa adanya paksaan, kekhilafan dan penipuan.

2. Cakap untuk membuat perjanjian. Dalam penandatanganan perjanjian franchise Drs. M. Adung Darmadung sebagai Direktur Izzi Kebab. Seseorang yang memiliki kewenangan dalam membuat dan menandatangani suatu perjanjian haruslah orang yang dianggap cakap menurut undang-undang Berdasarkan Pasal 1330 KUHPerdata Bapak Drs. M. Adung Darmadung sebagai Direktur Izzi Kebab bukan termasuk orang-orang yang tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum. Karena Bapak Drs. M. Adung Darmadung sebagai Direktur Izzi Kebab merupakan seorang laki-laki dewasa yang telah akil baliq dan berusia lebih dari dua puluh satu tahun dan merupakan subjek hukum yang bebas dalam arti tidak berada di bawah pengampuan karena bukan seseorang yang boros, sakit jiwa, dungu maupun pemabuk.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Bapak M. Adung Darmadung sebagai Direktur Izzi Kebab merupakan seseorang yang telah cakap untuk melakukan perbuatan hukum dan ia mempunyai kewenangan untuk membuat dan/atau menandatangani suatu perjanjian franchise.

Sedangkan Alamsyah, SE juga seseorang yang cakap untuk melakukan perbuatan hukum karena merupakan pria dewasa yang telah berusia lebih dari delapan belas tahun dan merupakan subjek hukum yang bebas dalam arti tidak berada di bawah pengampuan karena bukan seseorang yang boros, sakit jiwa, dungu maupun pemabuk Oleh karena itu ia juga memiliki kewenangan untuk

menandatangani suatu perjanjian franchise.

3. Mengenai suatu hal tertentu. Suatu hal tertentu yang dimaksud dalam perjanjian franchise izzi kebab adalah mengenai pokok perjanjiannya yaitu pemberian hak dan izin kepada franchisee untuk mengunakan merek dagang, atribut, produk serta sistem pengelolaan milik franchisor. Didalam perjanjian franchise yang mereka buat terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak dimana salah satunya adalah franchisee harus menjalankan bisnisnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian franchise yang telah mereka sepakati bersama dan membayar fee kepada franchisor. Sedangkan franchisor berkewajiban untuk memberikan bantuan yang diperlukan kepada franchisee.

Selain itu hal tertentu yang dimaksud di dalam Pasal 1320 KUHPerdata juga termasuk suatu prestasi yang harus dipenuhi oleh para pihak, diatur dalam Pasal 1234 KUHPerdata yang dapat berwujud memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Dalam perjanjian franchise izzi kebab wujud prestasi tersebut adalah:

a. Memberikan sesuatu yaitu Bapak Drs. M. Adung Darmadung sebagai franchisor memberikan izin kepada Bapak Alamsyah, SE, sebagai franchisee untuk mengelola Izzi Kebab yaitu salah satu makanan siap saji sesuai dengan standar operasional yang telah ditetapkan oleh Bapak Drs. M. Adung Darmadung.

b. Berbuat sesuatu yaitu melakukan perbuatan yang telah ditetapkan dalam perjanjian franchise. Contoh dari prestasi ini misalnya Bapak Alamsyah,

SE, selaku franchisee harus membayar kepada Bapak Drs. M. Adung Darmadung selaku franchisor sejumlah dana seperti franchise fee dan royalty fee;

c. Tidak berbuat sesuatu yaitu tidak melakukan perbuatan yang dilarang di dalam perjanjian franchise. Contoh dari prestasi ini misalnya Bapak Alamsyah, SE, tidak diperbolehkan untuk mengunakan supplies serta tidak diperbolehkan memajang dan tidak diperbolehkan menjual produk selain yang ditetapkan dan disetujui secara tertulis oleh pihak satu yaitu Bapak Drs. M. Adung Darmadung.

4. Suatu sebab yang halal. Berdasarkan Pasal 1337 KUHPerdata sebab atau isi perjanjian franchise tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Adapun isi perjanjian franchise yang dilakukan oleh Bapak Drs. M. Adung Darmadung dengan Bapak Alamsyah, SE, adalah sebagai franchisee menghendaki untuk memperoleh hak menjalankan kegiatan bisnis restoran dengan menggunakan merek dagang dan sistem pengelolaan milik franchisor, dengan bantuan serta pengawasan franchisor. Sedangkan Drs. M. Adung Darmadung sebagai franchisor menghendaki untuk memperoleh franchise fee dan royalty fee atas hak dan izin yang telah diberikannya tersebut.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa syarat-syarat terhadainya perjanjian franchise tersebut adalah sebagaimana dimuat dalam syarat sahnya perjanjian yaitu syarat subyektif dan syarat obyektif sebagaimana diatur oleh Pasal 1320 KUHPerdata telah dipenuhi, maka perjanjian franchise yang telah

dibuat oleh Drs. M. Adung Darmadung dan Alamsyah, SE, tersebut akan mengikat dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak dan para pihak yang terikat tersebut harus tunduk pada perjanjian yang telah mereka buat.

D. Penyelesaian Sengketa Yang Timbul Dalam Perjanjian Franchise pada

Dokumen terkait