• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI DESA KIDEUNG ILIR, CIAMPEA BOGOR

B. Analisis Terhadap Hutang Dalam Berhaji

Melihat banyaknya peminat haji dari tahun ke tahun cukup banyak, banyak pula masyarakat yang dengan segala cara untuk melakukan pergi haji. Pergi haji merupakan perjuangan yang cukup panjang. Sehingga dibutuhkan perbekalan yang mencukupi, khususnya perbekalan yang bisa memudahkan baginya mencapai derajat haji yang mabrur. Telah menjadi kesepakatan ulama bahwa syarat diwajibkannya haji apabila adanya kemampuan, mampu disini harus diartikan mampu secara real, bukan sesuatu yang dipaksakan seperti mengutang untuk pelaksanaan ibadah haji. Tidak dibenarkan seseorang pergi haji, tetapi meninggalkan keluarganya dalam keadaan kelaparan dan melarat. Hingga dikemudian hari menjadi beban hidup baginya dan keluarganya.69

Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis yaitu :

(

70

Artinya : “jiwa orang mukmin itu bergantung pada hutangnya sampai hutang tersebut terbayar.”

Dari hadis diatas penulis menganalisi bahwa pergi haji dalam keadaan berhutang itu tidak diperbolehkan, karena bisa dikataka hal seperti ini tidak dikatakan mampu secara materil,

69

Hasil Wawancara dengan Siti Hanna, di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pada tanggal, 21 Juli 2014, Pukul, 11: 09 WIB

70

Muhammad ibnu Isa Ibnu Sauroh Ibnu al-Dhahak al-Julami al Buqhni al-Tirmidzi, Al-jami‟u

Dari uraian diatas jelas bahwa kewajiban haji itu berlaku bagi orang yang sanggup membayar Ongkos Naik Haji (ONH), maka seseorang yang memaksakan dirinya untuk menunaikan ibadah haji, padahal ia tidak mampu, misalnya dengan cara mengikuti arisan haji dan ia mendapatkan uang arisan pada putaran pertama awal maka hukumnya minimal makruh bahkan bisa menjadi haram. Karena, ongkos hajinya itu berasal dari uang yang dipinjamkan oleh anggota arisan lainnya.71

Melihat hal itu maka penulis menganalisis bahwa jika seseorang ingin berhaji dengan cara melakukan arisan haji maka jelas hukumnya tidak boleh bahkan bisa dikatakan haram menurut pendapat sebagian Ulama, karena ia masih meninggalkan hutang kepada anggota arisan lainnya, karena hutang wajib dibayar, dan dengan adanya hutang maka gugurlah kewajiban seseorang untuk melaksanakan hajinya. Sebagaimana telah dikatakan dalam kaidah fiqiyah :

Hutang harus dibayar

Melihat kaidah itu maka penulis menganalisis bahwa orang yang memiliki hutang itu gugur dalam menjalankan ibadah haji, karena tidak termasuk mampu secara materil, Terkecuali orang tersebut berangkat haji dengan menggunakan uang arisan haji yang diperoleh pada putaran akhir

71

Ali Mustofa Yakub, Fatwa-Fatwa Imam Besar Masjid Istiqlal, h. 212.

72

Ahmad Sudirman Abbas, Sejarah Qawa‟id Fiqiyyah, (Jakarta: Raya Jaya Offset, 2009), h.

sehingga ketika dia berangkat haji tidak meninggalkan hutang maka itu diperbolehkan karena, itu sama saja berhaji karena tabungan yang dia kumpulkan bukan karena hutang yang ia pinjam dari anggota arisan.

Jika seseorang tetap menjalankan dengan melakukan sistem arisan haji ini di khawatir akan menimbulkan madarat buat keluarganya yang dirumah, baik sebelum pergi haji ataupun setelah pergi haji, dalam kaidah fiqiyah dijelaskan :

segala madharat harus dihilangkan

Pada hakikatnya, seseorang yang telah berhasil memenangkan undian Arisan Haji sehingga berhak menunaikan ibadah haji dengan biaya yang diperoleh dari uang arisan adalah berhutang uang kepada para anggota arisan lainnya. Pinjaman tersebut harus dibayar lunas, meskipun secara berangsur-angsur sesuai dengan aturan-aturan dalam arisan. Jika ia meninggal dunia atau jatuh bangkrut sebelum membayar lunas uang arisan, maka ia akan memikul beban hutang yang sangat berat. Karena hutang yang belum terbayar akan menjadi beban hingga di akhirat.

Maka dari uraian di atas bahwa arisan haji seperti ini tidak diperbolehkan, karna menimbulkan kemadharatan bagi diri sendiri dan keluarga nantinya, Allah sendiri tidak memaksakan seseorang berdasarkan kemampuannya, jika

73

Haji dengan berhutang maka itu sama saja memaksakan diri bukan karena Allah, sebagaimana firman Allah dalam surat Al- Baqarah Ayat 286 :

                                                                     

Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang

dikerjakannya. (Mereka berdo‟a): “Ya Tuhan kami,

janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak

sanggup kami memikulnya. Beri ma‟aflah kami; ampunilah

kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.

Menurut analisis penulis berdasarkan ayat tersebut seseorang pergi haji dengan menggunakan sistem arisan haji dan ketika berangkat haji meninggalkan hutang maka tidak diperbolehkan karena sama saja pergi beribadah haji ini memaksakan diri untuk berhaji sedangkan Allah melarangnya, dan Salah satu falsafah yang dapat diambil dari ibadah haji adalah adanya keharusan untuk menjadikan ibadah haji sebagai tabungan atau biaya kita untuk melaksanakan perintah Allah sebelum ia berangkat ke tanah suci Makkah, ketika ia menjalankan ibadah haji dan ketika ia sudah kembali

dari tanah Makkah. Di samping itu, di ulang ulangnya kata lillah seperti dalam surat Al Imron ayat 97 dan surat Al Baqoroh ayat 197 juga memberikan isyarat bahwa ibadah haji akan di dominasi oleh motivasi motivasi lain selain lillah, oleh karena itu, Allah sejak dini mungkin memperingatkan pada manusia agar menjalankan haji karena lillah74bukan karena paksaan.

Sebagaimana menurut pedapat Ali Mustafa Yakub dalam bukunya, pintu surga masih terbuka walaupun kita tidak melakukan ibadah haji75, oleh sebab itu ibadah lainnya, seperti, shalat, puasa, dan yang lainnya itu merupakan kewajiban yang bisa membukakan pintu surga karena ibadah haji bukan satu-satunya untuk mencapai keridhaan Allah semata.

74

Ali Mustofa Yaqub,. Islam Masa Kini, (Jakarta: Pustaka Firdaus. 2001), h, 270.

75

66

A.Kesimpulan

Berdasarkan hal-hal telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

Arisan haji yang dilaksanakan oleh masyarakat yang berada di Desa Kideung Ilir Kecamatan Ciampea ini atas dasar saling tolong-menolong, suka rela tanpa ada unsur paksaan, walaupun pelaksanaan arisan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip muamalah, karena terdapat unsur gharar di dalamnya, dan ketidakpastian jaminan dan perjanjian yang tidak tertulis sehingga dikhawatirkan dapat merugikan salah satu peserta arisan. Dengan ini menurut penulis arisan yang berada di Desa Kideung Ilir Kecamatan Ciampea ini tidak sesuai dengan hukum Islam.

Istitha‟ah yang merupakan syarat wajib haji, baik secara financial, fisik, maupun memenuhi keperluan dalam perjalanan. Mampu secara finansial adalah mampu membiayai ibadah haji dengan biaya sendiri, namun pada praktek di Desa Kideung Ilir Kecamatan Ciampea ini, peserta arisan masing-masing mendaftarkan ibadah haji setelah mendapatkan giliran arisan tersebut, tentu hal ini tidak bias dikatakan mampu, karena mengingat dana yang diperoleh dari donator peserta arisan (berupa pinjaman uang).

Di dalam pelaksanaan arisan haji terdapat unsur-unsur yang tidak sesuai dengan hukum Islam, yaitu, tidak adanya suatu perjanjian yang tertulis, dan

jaminan yang jelas antara anggota-anggot arisan lainnya, sehingga dikhawatirkan adanya unsur kedzoliman bagi para anggota arisan. Tentu hal ini tidak sesuai dengan hukum islam. Adapun di dalam arisan haji terdapat kesesuaian dengan hukum Islam yaitu, tidak adanya perjudian diantara peserta arisan, karena pada dasarnya arisan ini dibentuk karena saling tolong menolong, sehingga para anggota tersebut mendapatkan hak-hak yang sama dalam mendapatkan giliran.

Orang yang memiliki hutang, dan ia ingin melaksanakan ibadah haji, maka seharusnya membayar hutangnya terlebih dahulu, karena jika peserta arisan ingin pergi haji lalu meninggalkan hutang, jika terjadi hal-hal yang tidak di ingingkan, maka hutangnya akan menjadi beban bagi dirinya dan orang lain, tentu hal ini dapat memberikan madharat untuk dirinya dan keluarga.

B.Saran

Sebagai saran-saran untuk menyempurnakan penelitian ini, harapan penulis kepada pembaca atau peneliti selanjutnya menyarankan untuk :

1. Dari uraian diatas, penulis menyarankan, kepada masyarakat agar lebih

memahami arti dari isti‘thaah (kemampuan), karena kemampuan tersebut

sebagai dari syarat wajib haji, jika seseorang belum mampu maka orang tersebut gugur dari sebuah kewajiban haji.

2. Pada perjanjian arisan haji ini diharapkan perjanjian itu harus tertulis dan jelas, sehingga terjamin keamanannya. Jika terjadi hal-hal yang merugikan antara peserta dan pengelolanya maka itu bisa dipertanggung jawabkan dengan adanya perjanjian tertulis.

3. Pelaksanaan arisan haji sebaiknya dilakukan dengan beberapa orang saja agar dalam satu tahun pengocokan sudah selesai dan berangkat haji secara bersamaan sehingga tidak ada peserta yang ketika berangkat masih mencicil uang arisan.

69

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. II, 1998.

Hasan, M. Iqbal, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.

Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek,Jakarta: Rineka Cipta, t.th 1995.

Trima, Soejono, Pengamatan Ilmu Dokumentasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1984.

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, 1976. Purwanto, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kasus Jual Beli Arisan Di Desa Waru Kecamatan Rembang Kabupatern Rembang. Skripsi S1 Jurusan Muamalah Syariah dan Hukum, Institut Agama Islam Negeri Walisongo, tahun 2012.

Muhammad al-kibyi, Sa‘dudin, al-Muamalah al-Maliyah al-Mua‟shirah fi

Dhauni al-Islam, Beirut, 2002.

Yakub, Ali Mustofa Fatwa-Fatwa imam Besar Masjid Istiqlal,Cet 1, Jakarta : PT Puataka Firdaus, 2007.

Muslehuddin, Muhammad, sistem bank dalam Islam, Jakarta : Rineka Cipta, 1990.

Sarwat, Ahmad, Fikih Sehari-hari Tanya Jawab Seputar Jual Beli, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Ahmadi, Abu dan Sitanggal, Ansari Umar, Sistem Ekonomi Islam, Prinsip-prinsip dan Tujuannya, Surabaya : PT Bina Ilmu Offset,1981.

Departemen Agama RI, Bimbingan Manasik Haji, Jakarta : 2003.

Raya, Ahmad Thib dan Mulia, Siti Mushdah, menyelami seluk- beluk ibadah dalam Islam, jakarta : Prenada Media, 2003.

Sabiq, Sayyid, Fiqih Al- Sunnah, jilid, 1, Beirut Libanon : Dar al- Kutub al- Arabi.1973.

Al-kahlawi, Ablah Muhammad, Induk Haji dan Umrah Untuk Wanita, Jakarta : Zaman, 2009, Cet 1.

Al- Zuhaily, Wahbah, Al-Fiqh al-Islamy waadillatuh, Juz III, Suriah : Sar‘ al-Fikr, t.t.

Ali ibni ‗Umar Abu al-Husaini al-Dâru Quthni al-Baghdadi, Sunan al-Daru

Quthni, juz 2 Beirut, Dar al-Ma‘rifah, 1996.

Al-Hafiz ibin Hajar Al- Asqolani, Bulugul Maram, h.143.

Binjai, Syekh Abdul Halim Hasan, Tafsir Al- Ahkam, Jakarta: kencana prenada media group, 2006.

Imam Bukhori, Shahih al-Bukhori, juz.5,No. 1426, h. 32. Abu Ishaq, al-Muhadzab, Juz.1.Dar al-Kutub.t.t.

Zuhdi, Muhammad Najmuddin, 125 Masalah Haji, Solo : Tiga Serangkai, 2008), cet 1.

Al-Malaibary, Zainuddin ibn Abdul ‗aziz, Fathul Mu‟in, Surabaya: Al-hidayah.

Muhammad ibnu Isa Ibnu Sauroh Ibnu al dhahak al julami al Buqhni al-Tirmidzi, Al-jami‟u shahih Sunan Al-Tirmidzi, Juz, 4, Beirut : Dar Ihya al Tarath al-Arabi.t.t.

Rajid, Sulaiman, fiqih Islam, cet, 41, Bandung : sinar baru Algensindo,1994.

Ijtima‘ Ulama Komisi Fatwa Seluruh Indonesia IV Fatwa Seluruh Indonesia

IV tentang masalah-masalah fikih kontemporer. (Masail Fiqhiyyah Mu‘ashirah), (Cipasung: 9-12 Sya‘ban 1433H/29 Juni-2 Juli 2012 M).

Abbas, Ahmad Sudirman, Qawa‟id Fiqhiyyah dalam Perspektif Fiqih, cet,1, Jakarta : Radar Jaya Offset. 2004.

Abbas,Ahmad Sudirman, sejarah qawa‟id fiqiyyah, Jakarta : Raya Jaya Offset, 2009.

Yaqub, Ali Mustofa,. Islam Masa Kini, Jakarta: Pustaka Firdaus. 2001

Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/Arisan.

http://www.futuready.com/ArtikelDetail/Index/Arisan%20Sosialisasi. http//almanhaj.or.id/ /arisan-dalam-pandangan-islam/.

Jabatan : sebagai Ketua arisan haji

Alamat : Desa Kideung Ilir RT.003 RW.01. Ciampea, Bogor.

Bagaimana sejarah didirikannya arisan haji ?

Responden : “ awal mula terbentuknya arisan haji ini karena banyaknya ibu-ibu pengajian yang berniat ingin pergi berhaji maka saya berkeinginan membantu para ibu-ibu agar mempermudah pemberangkatan haji ini dengan melakukan arisan haji. Awal terbentukan pada tahun 1998 yang dipimpin oleh Hj. Dedeh.”

Apa motivasi dan tujuan arisan haji ?

Responden :“motivasi karena dorongan atau minat para ibu-ibu untuk melaksanakan pergi haji. Dan tujuannya yaitu ingin mempermudah pemberangkatan haji dan menjalin tali silaturahmi serta memperluas jaringan sosial”.

Apa yang dimaksud dengan arisan haji ?

Responden : “seperti arisan pada umumnya, tetapi kalau arisan biasa biasanya dikocok tapi buat kebutuhan tertentu, tapi kalau arisan haji diperuntukan untuk berangkat haji uangnnya.

Siapa yang menjadi sasaran arisan haji ?

Responden : “kita tidak ada kriteria bagi siapa saja yang mau ikut kami terima, jadi

Bagaimana struktur organisasi arisan Haji ?

Responden : “saya tidak banyak-banyak hanya terdiri dari pembinaa ibu Hj. Dedeh,

ketua saya, ibu Hj. Dewi, sekertaris ibu Endah, bendahara ibu Iyos. Apa saja tugas-tugas pengurus ?

Responden : “tidak ada yang terstruktur, hanya saja tugasnya mengumpulkan buku

tabungan, memegang uang, dan menentukan kocokan siapa yang akan mendapatkan giliran, serta mendaftarkan pemberangkatan Haji ke pada Yayasan.

Berapa banyak jumlah peserta yang ikut Arisan Haji ?

Responden : “semua berjumlah 70 orang”

Siapa saja dan dari mana sajakah pesertra arisan haji ?

Responden : “dari Bogor Ciampea. Semua peserta arisan haji berasal dari kecamatan

Ciampea, dan walaupun itu dari jauh tapi tetep sodaranya di Ciampea”. Kapan diadakan pertemuan arisan haji ?

Responden : “1 bulan sekali dan itu biasanya pada minggu ke dua”.

Berapa jumlah setoran yang harus dikeluarkan dalam pelaksanaan arisan haji ini?

Responden :“semua peserta menyetorkan dengan jumlah Rp.1.000.000,00-/orang.” Sejauhmana ibu mengetahui arisan haji menurut hukum islam ?

Responden :“saya sudah menanyakan sama ustadz sebelumnya, dan itu hukumnya boleh, karena bertujuan untuk mempermudah pergi haji.”

Sejauhmana ibu mengetahui arti istitha’ah ?

anggota arisan tidak akan sanggup membayar perbulan sebesar 1.000.000.00” Bagaimana penentuan terhadap siapa yang akan mendapatkan giliran arisan haji ?

Responden :“secara dikocok apabila ada yang meminta dan niatnya untuk berangkat haji tahun ini maka langsung dikasihkan tetapi dengan hasil musyawarah dengan

anggota dan pengurus arisan”.

Kebijakan apa jika salah satu peserta arisan itu mogok dalam pembayaran setoran?

Responden :“Alhamdulilah tidak ada yang terjadi seperti itu sampai sekarang, tetapi

jika terjadi seperti itu, maka itu akan dihendel dahulu oleh ketua.”

Bagaimana jika peserta yang telah mendapatkan arisan tetapi meninggal dunia?

Responden : “hal itu pernah terjadi tapi berdasarkan kesepakatan bersama bahwa

yang harus menggantikan itu adalah ahli waris atau pihak keluarga maka masalah seperti ini bisa teratasi sampe sekarang.”

Ketentuan-ketentuan apa sajakah yang harus dipatuhi oleh peserta dan pengurus ?

Responden :“ didalam arisan haji ini tidak ada perjanjian tertulis hanya saja harus membayar tepat waktu perbulannya dan bertanggung jawab.”

Bagaimana system kerja arisan haji ini ?

Responden : “pada dasarnya seperti arisan biasa kita perbulan menyetorkan uang

dengan jumlah yang ditentukan kemudian setelah pengumpulan uang maka pengocokan arisan siapa yang menapatkan giliran, setelah itu jika sudah ditentukan

siapa yang mendapatkan giliran kemudian uang tersebut bisa dipergunakan untuk pendaftaran arisan haji oleh peserta yang mendapatkan giliran tersebut. Didaftarkannya ke yayasan disini sesuai biaya pendaftaran tahun ini”.

Apakah ketika pengocokan arisan jika seseorang yang ingin pergi terlebih dahulu ada dana tambahan ?

Responden : “tidak ada karena itu berdasarkan kesepakatan bersama”

Biaya haji biasanya tiap tahunnya naik, nah apakah biaya arisan ini tiap tahunbnya berbeda ?

Responden : “ tidak. Karena kami mendpatkan uang tidak hanya untuk pergi haji

saja tapi bisa digunakan untuk yang lainnya jika tiap tahunnya biaya haji naik 2.000.000,- itu masih terdapat sisa karena satu orang peserta menapatkan 70.000.000,- / peserta. Jadi, uang tersebut tidak kurang dari ongkos haji bahkan ada

sisa buat yang lainnya.”

Bagaimana jika pelaksanaan tutup buku ?

Responden : “jika semua peserta arisan haji ini sudah mendapatkan arisan maka

semua kita tutup buku dengan cara biasanya dikumpulkan buku tabungannya dan ada pengajian penutupan disertai dengan ceramah agama dan saling maaf

Nama :Asnah

Tempat, tanggal, lahir : Bogor, 06 april 1953 Jabatan : sebagai peserta arisan haji

Alamat : Desa Kideung Ilir RT.003 RW.02. Ciampea, Bogor

Apa alasan ibu mengikuti arisan haji ?

Responden :“ingin menabung biar bisa berangkat haji”. Apa manfaat buat ibu telah mengikuti arisan haji ?

Responden : “silaturahmi, banyak temen, kenal sama guru-guru,”

Apakah ibu tau, bagaimana arisan haji dalam islam ?

Nama :Asmanah

Tempat, tanggal, lahir : Bogor, 18 mei 1965 Jabatan : sebagai peserta arisan haji

Alamat : Desa Kideung Ilir RT.003 RW.02. Ciampea, Bogor.

Apa alasan ibu mengikuti arisan haji ?

Responden :“ nabung biar bisa berangkat terus biar bisa bangun rumah” Apa manfaat buat ibu telah mengikuti arisan haji ?

Responden : “silaturahmi, banyak temen yang tadinya tidak kenal jadi kenal, terus

kenal sama guru-guru ngaji.

Apakah ibu tau, bagaimana arisan haji dalam islam ?

Nama :Milah

Tempat, tangal, lahir : Bogor, 28 Desember 1980 Jabatan : sebagai kariawan Yayasan (KBIH)

Alamat : Desa Kideung Ilir RT.003 RW.01. Ciampea, Bogor.

Bagaimana prosedur pendaftaran arisan haji?

Responden :“pendaftaran haji disini tidak jauh seperti pendaftaran pada umumnya yayasan-yayasan lain pun sama, yaitu dengan menyetorkan jumlah uang seharga ongkos naik haji secara kontan.

Apa peran yayasan dalam arisan haji ini ?

Responden :“sebenarnya yayasan sendiri tidak ada ikut serta dalam arisan haji

tersebut, hanya saja sebagai pelantara untuk membantu pendaftaran ke Departemen Agama, adapun untuk kaitannya, tidak ada kaitan jabatan atau pengelola arisan.” Apakah ibu tau, bagaimana arisan haji dalam islam ?

Responden : “ya boleh se, kan kita tujuannya buat ibadah pergi haji ke mekah”.

Apa persyaratan pendaftaran untuk anggota arisan haji ?

Responden : “pada dasarnya sama saja dengan orang-orang yang berdaftar haji dengan tidak melakukan sistem arisan, yaitu dengan cara menyerahkan, poto copy KTP, Surat Kartu keluarga, Surat Pernyataan, Surat Kesehatan, Buku Nikah,

Dokumen terkait