• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan hukum islam terhadap pelaksanaan arisan haji di Desa Kideung Ilir Ciampea Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan hukum islam terhadap pelaksanaan arisan haji di Desa Kideung Ilir Ciampea Bogor"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

DiajukanKepadaFakultasSyariahdanHukum UntukMemenuhiPersyaratanMemperoleh

GelarSarjanaSyariah (S.Sy)

Oleh :

SRI WAHYUNINGSIH 1110043100021

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA

(2)
(3)
(4)

Nim : 1110043100021

Dengan ini saya menyatakan bahwa;

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang di ajukan untuk

memenuhi salah satu persayaratan memperoleh gelar strata 1 Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua Sumber saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan

hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 07 November,2014

(5)

i

Kegiatan ekonomi dari masa ke masa terus mengalami perkembangan, masyarakat mengadakan segala cara demi terpenuhi kebutuhannya, diantaranya kebutuhannya itu adalah Haji. Haji adalah termasuk Rukun Islam yang ke lima, banyaknya peminat masyarakat untuk melakukan ibadah haji tiap tahunnya, sehingga ONH selalu naik tiap tahunnya, namun dikalangan masyarakat pada kalangan menengah, hal ini menjadi hambatan karena ketidak sanggupannya untuk membayar ONH secara langsung (tunai), begitupun yang terjadi di kalangan masyarakat yang berada di Desa Kideung Ilir Ciampea ini, mereka melakukan praktek arisan haji guna mempermudah pemberangkatan ibadah haji agar terpenuhinya minat masyarakat untuh melakukan ibadah haji.

Dalam berhaji tentu ada aturan mengenai tatacara pendaftaran atau syarat wajib hajinya, namun pada praktek arisan haji di Desa Kideung Ilir Ciampea ini orang yang mendaftarkan haji tersebut menggunakan dana dari para donator peserta arisan, dan tidak adanya suatu jaminan dan perjanjian yang jelas antara peserta arisan. Maka tentu arisan seperti ini tidaklah sesuai dengan hukum Islam, karena segala muamalah itu harus ada sebuah jaminan yang jelas, dan melakukan sebuah perjanjian demi menjaga keamana kedua belah pihak, sehingga tidak akan ada kedzoliman diantara keduannya.

(6)

ii

Alhamdulillahi Rabbi al-‘Alamîn, penulis ucapkan rasa syukur yang tak terkira kepada Allah SWT, yang telah menerangi, menuntun, dan membukakan hati

serta pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Besar Muhammad

SAW. Semoga kita mendapatkan syafa’at-nya kelak. Amin.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan kelulusan strata

satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam proses

penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari peran dan sumbangsih pemikiran serta

intervensi dari banyak pihak. Karena itu dalam kesempatan ini, penulisingin

menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, diantaranya:

1. Bapak Dr. J.M. Muslimin, M.Phil. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. khamami Zada, MA, dan Ibu Siti Hanna, MA, Lc. selaku Ketua

Jurusan dan Sekretaris Jurusan program studi Perbandingan Mazhab dan Hukum

yang dengan penuh kesabaran membimbing penulis selama menempuh

pendidikan S1 di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Dr. M. Taufiki, MA dan Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag., M.Si.,

selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan program studi Perbandingan Mazhab

dan Hukum Priode Tahun 2010-2014 yang dengan penuh kesabaran membimbing

penulis selama menempuh pendidikan S1 di Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. M. Taufiki, MA selaku dosen pembimbing yang senantiasa

membimbing penulis dari awal hingga selesaunya penulisan skripsi ini dan

(7)

iii

untuk terus berkorban bagi putra-putrinya. Senyummu adalah penyemangat

penulis dalam menjalani kehidupan ini.

6. Ananda (Amirudin) dan Adinda (Yayah, Baban, Mujib), yang selalu menjadi

penyemangat hidup, yang tidak pernah berhenti menyemangati penulis dalam hal

pendidikan maupun kehidupan.

7. Bapak/Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah member ilmu,

pengalaman dan nasehat kepada penulis. Semoga ilmu yang penulis dapatkan dari

Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan

Bapak/Ibu dosen.

8. Pimpinan dan segenap staff perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.

9. Kepada sahabat-sahabat penulis, Abdul Rahman, Ade Tri Cahyani, Dian Ohorela,

Widya Permatasari, Nabila Hassa, M. Irsyad Noor, serta Anak-anak PMF-A dan

PMF-B tahun ajaran 2010 terimakasih telah menjadi sahabat yang terbaik,

menyelami kehidupan susah senang secara bersama-sama, Semoga semua

kebaikan dan pengorbanan yang telah diberikan mendapat ridha dari Allah SWT

dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Amin.

Jakarta, 29 Desember 2014 M 01 Rabiul Awal 1435 H

(8)

iv

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. PembatasdanPerumusanMasalah ... 3

C. TujuandanManfaatPenelitian ... 4

D. StudiTerdahulu ... 4

E. MetodePenelitian... 5

F. SistematikaPenulisan ... 9

BAB II ARISAN DAN ISTITHA’AH HAJI A. TinjauanTeoritisTentangArisan 1. SejarahArisan ... 10

2. PengertianArisan ... 10

3. ManfaatArisan ... 11

4. MetodeArisan ... 13

5. Macam-macamArisan ... 14

6. Arisandalam Islam ... 15

B. Istitha’ahdalamberhaji 1. Istitha’ahibadah haji ... 21

2. Istitha’ahmenurutpendapatparaUlama ... 22

3. Praktekistitha’ahpadazamandahulu ... 26

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PELAKSANAAN ARISAN HAJI DI DESA KIDEUNG ILIR KEC. CIAMPEA BOGOR. A. SejarahArisan Haji ... 33

B. StrukturOrganisasi ... 35

C. Tata Cara Arisan Haji ... 37

(9)

v

3. PendaftaranCalonJama’ah Haji ... 43 4. TutupBukudanPengajianPamitan Haji ... 44

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PELASANAAN ARISAN HAJI

A. AnalisisterhadapIstitha’ah haji ... 45 B. AnalisisterhadapJaminandanPerjanjiandalamArisan Haji ... 54 C. AnalisisterhadapHutangdalamBerhaji ... 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 62 B. Saran-saran ... 63

(10)

1

A. Latar Belakang masalah

Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di

dunia, dengan jumlah penduduk muslim mencapai 88%. Dengan mayoritas

penduduk yang beragama Islam, pendaftar pemberangkatan haji pun terus

meningkat tiap tahunnya.

Hal ini dapat dilihat dari lamanya antrian pemberangkatan haji yang

terjadi di seluruh pelosok kota-kota besar pada umumnya. Jangka waktunya pun

tidak beragam, ada yang menunggu 5 tahun sampai 15 tahun dari pendaftaran.

Ibadah haji dilakukan setahun sekali oleh umat Islam, pada perjalanan

suci yang kesemua rangkaiannya adalah bentuk-bentuk pribadatan yang

melambangkan syi‘ar Allah. Oleh karenanya, bagi yang sudah berniat untuk

menunaikan perlu ancang-ancang dan persiapan secukupnya, bukan hanya dari

segi material, bahkan yang lebih penting adalah persiapan segi mental dan

fisiknya.

Sebagai dasar ke Islaman seseorang, tidak sempurna agamanya jika

belum menunaikan ibadah haji selama dia mampu menempuh jalannya,

(11)

yang mampu secara fisik dan finansial. Berangkat dari perintah kewajiban

tersebut, setiap muslim pun berlomba-lomba agar dapat menunaikan ibadah

haji.

Mengingat pada umumnya menunaikan ibadah haji memerlukan biaya

yang tidak sedikit, dan merupakan ibadah termahal dari sisi material, khususnya

bagi umat Islam yang tinggal di luar Jazirah Arab, sebagaimana halnya Indonesia,

setiap muslim yang ingin menunaikan ibadah haji memerlukan biaya lebih dari

tiga puluh juta rupiah. Besarnya biaya haji yang harus dikeluarkan membuat

masyarakat menengah ke bawah kesulitan untuk melaksanakan rukun Islam

yang kelima ini.

Di tengah masalah kemampuan materi yang menjadi tolak ukur

kemampuan seseorang untuk berangkat haji, muncul suatu kebiasaan baru dalam

masyarakat demi mencapai tujuan berhaji, misalnya menjual harta benda,

membuka tabungan haji dan mengikuti arisan haji.

Suatu kebiasan tersebut, arisan Haji merupakan yang paling populer saat

ini, Hal ini disebabkan karena arisan merupakan hal yang sudah sangat

mengakar dan sudah tumbuh sebagai bagian dari budaya masyarakat

Indonesia. Bahkan di beberapa kota besar di Indonesia, arisan telah menjadi gaya

hidup bagi sekelompok orang tertentu dan menjadi sebuah kebutuhan untuk

memperoleh sesuatu yang diinginkan. Dengan memperhatikan hal tersebut, di

(12)

bermaksud untuk meringankan dan menolong orang-orang Islam yang

mempunyai bekal cukup untuk menunaikan ibadah haji. Hal lain yang umumnya

menjadi penyebab adanya arisan haji adalah mahalnya ONH (Ongkos Naik Haji)

dan BPIH (Biaya Perjalanan Ibadah Haji) di Indonesia dan kurang adanya

motivasi atau semangat untuk menabung.

Arisan haji yang diadakan orang-orang di Daerah Ciampea ini

dilaksanakan seperti arisan-arisan pada umumnya, dengan menyetorkan sejumlah

uang yang telah ditentukan. Dalam waktu yang telah ditentukan pula, serta

melakukan pengundian nama-nama yang akan diberangkatkan ibadah haji,

Adapun perbedaan dengan arisan-arisan lainnya yaitu terletak pada

operasionalnya dimana dalam arisan biasa yang setiap kali salah satu anggota

memenangkan uang pada pengundian. Selain itu bagi yang telah memenangkan

undian diwajibkan untuk hadir pada setiap pengundian, arisan haji di khususkan

hanya diperuntukan untuk orang muslim saja guna membayar ONH (Ongkos

Naik Haji) Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH).

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik mengetahui

lebih jauh terhadap hukum arisan haji yang berada di Desa Kideung Ilir Ciampea

ini. sehingga penulis ingin menjadikan sebuah judul skripsi yang berjudul

(13)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pembatasan dalam skripsi ini akan berkisar terhadap Pelaksanaan Arisan

Haji yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kideung Ilir. sehingga penulis ingin

mempelajari lebih dalam tentang kepastian hukumnya. Untuk memudahkan

penulisan dalam menyusun karya ilmiahnya, penulis membatasi lokasi yang

dijadikan objek penelitian hanya di Kecamatan Ciampea.

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka

penulis dapat merumus dari permasalahan itu adalah :

1. Bagaimana sistem kerja Arisan Haji yang berada di Desa Kiding Ilir.

Ciampea?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan Arisan Haji yang

berada di Desa Kiding Ilir. Ciampea?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah pengetahuan hukum tentang pelaksanaan terhadap arisan

Haji yang berada di Desa Kiding Ilir Ciampea

2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan

arisan Haji yang berada di Desa Kiding Ilir Ciampea.

D. Studi Terdahulu

Analisis ijarah pada pembiayaan talangan biaya perjalanan ibadah haji

(BPIH) pada bank BNI Syariah Fatmawati, ditulis oleh Zainal Arifin, Jurusan

(14)

menjelaskan tentang mekanisme pembiayaan talangan haji pada bank BNI

Syariah, dan menjelaskan kesanggupan seseorang terhadap dana talangan haji

menurut hukum Islam

Menurut pendapat Zainal Arifin dalam skripsinya talangan haji dengan

menggunakan akad ijarah adalah bagus untuk membantu nasabah atau calon

jamaah haji yang ingin berhaji namun belum mempunyai biaya yang cukup, maka

dapat di talangi menggunakan akad ijarah tersebut.

Praktek dana talangan haji dalam pandangan hukum Islam studi kasus

praktek dana talangan haji di Bank Syariah Mandiri ditulis oleh Imron Fiqri Aziz,

perbandingan mazhab dan hukum, 2013, dalam sekripsinya menjelaskan tentang

arti Istitha‘ah dalam berhaji dan hukum berhaji dengan menggunakan dana

talangan haji berdasarkan fatwa MUI.

Menurut pendapat Imron Fiqri Aziz dalam skripsinya mengatakan bahwa

hukum berhaji menggunakan dana talangan haji tidak diperbolehkan, karena

belum termasuk kepada Istitha‟ah haji. Orang yang menggunakan dana talangan

haji itu termasuk kepada seseorang yang memaksakan dirinya untuk pergi haji,

maka hal seperti itu tidak diperbolehkan.

Namun dalam skripsi yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Pelaksanaan Arisan Haji dengan objek penelitian di Desa Kideung Ilir Kec,

Ciampea ini sangat berbeda dengan penelitian diatas. Penulis lebih memperluas

(15)

dan pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan arisan haji yang berada di

Desa Kideung Ilir Ciampea Bogor tersebut, tinjauan dilakukan pada sistem

operasionalnya, karena hukum akan bertolak langsung terhadap pelaksanaan

arisan haji. Selain itu penulis ingin membahas tentang kedudukan arisan haji

dengan kemampuan (istitha‟ah) dalam berhaji.

Dengan demikian penulis akan berusaha membahas masalah tersebut secara

cermat dalam penulisan skripsi ini, karena sepengetahuan penulis permasalahan

yang sedang penulis ajukan belum pernah dibahas dikaji orang lain, sehingga

penulis tertarik untuk membahas masalah ini dalam sebuah Karya Ilmiah

(skripsi).

E. Metode Peneletian

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode antara lain:

1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan1 yaitu dengan mencari data

langsung ke lapangan, yakni di Desa Kideung Ilir Kec Ciampea Bogor.

2. Sumber Data

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subyek dari mana

data diperoleh.2 Untuk memudahkan mengidentifikasikan data maka penulis

1

Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h. 19.

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV,

(16)

mengklasifikasikan menjadi dua sumber data, antara lain:

a. Sumber Data Primer

sumber data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

langsung di lapangan, Data primer disebut juga data asli atau data baru.

Seperti : hasil wawancara dengan pihak arisan haji baik itu dengan para

anggota, atau pengurus arisan haji.

b. Sumber Data Sekunder

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari

laporan-laporan peneliti terdahulu. Data sekunder disebut juga dengan

data tersedia3 seperti, buku-buku fiqih, dan hadis—hadis lainnya.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yaitu upaya pengumpulan data-data yang

relevan dengan kajian penelitian, yang diperoleh dengan cara:

a. Observasi

Metode observasi yaitu usaha-usaha mengumpulkan data dengan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

3

M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta:

(17)

afenomena yang diselidiki.4 Metode ini dilakukan dalam rangka

memperoleh data tentang pelaksanaan Arisan Haji Di Desa Kideung Ilir

Kec. Ciampea yaitu dengan cara melihat langsung.

b. Interview

Metode interview atau wawancara yaitu teknik pengumpulan data

yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung kepada para

responden,5atau mencari keterangan dengan cara berbincang-bicang

dengan para pihak atau tokoh yang terlibat langsung dalam kajian

penelitian. Untuk mendapatkan data dari responden, maka penulis

mengadakan wawancara dengan beberapa anggota Arisan Haji. Untuk

mendapatkan data dari responden, maka penulis mengadakan wawancara

dengan yayasan KBIH yang bekerja sama dalam menjalankan pelaksanaan

Arisan Haji tersebut.

c. Dokumentasi

Pengertian dokumentasi yaitu kumpulan koleksi bahan pustaka

(dokumen) yang mengandung informasi yang berkaitan dan relevan

dengan bidang-bidang pengetahuan maupun kegiatan yang menjadi

kepentingan instansi atau korporasi yang membina unit kerja dokumentasi

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV,

(Jakarta: Rineka Cipta), Cet. II, 1998, h. 46

5

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, t.th

(18)

tersebut.6Macam-macam dokumentasi antara lain: buku, majalah, surat

kabar, internet dan lain sebagainya.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang akan peneliti uraikan adalah metode diskriptif

analisis, yaitu analisis yang menekankan pada sebuah gambaran baru terhadap

data yang telah terkumpul yang bertujuan untuk menggambarkan secara

subyektif tentang pelaksanaan Arisan Haji Di Desa Kideung Ilir Kec Ciampea

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan data yang digunakan adalah berpedoman

kepada buku pedoman penulisan skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas

Syariah dan Hukum tahun 2012.

F. Sistematika Penulisan

Agar lebih memudahkan penyusutan dan pemahaman, maka sengaja

materi yang terdapat dalam skripsi dikelompokkan dalam lima bab, setiap dipilih

menjadi beberapa sub bab. Lengkapnya adalah sebagai berikut :

BAB I Merupakan bab pendahuluan, terbagi kepada sub bab, yaitu : Latar

Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Studi Terdahulu, Metode Penelitian, Sistematika

Penulisan.

BAB II Berisi tentang Arisan Haji dan Istitha‟ah Haji, yang terdiri dari Sejarah

6

Soejono Trima, Pengamatan Ilmu Dokumentasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1984), h.

(19)

Arisan, Pengertian Arisan, Manfaat Arisan, Metode Arisan,

Macam-macam Arisan, Arisan dalam Islam, serta membahas tentang istitha‟ah

dalam Ibadah Haji.

BAB III Berisi Gambaran Umum Tentang Mekanisme pelaksanaan Arisan Haji

di Desa Kiding Ilir Kec. Ciampea yang terdiri dari: Sejarah berdirinya

Arisan Haji, Struktur Organisasi, Program kerja, Tatacara Pelaksanaan

Arisan Haji, Pengertian Arisan Haji, Pertemuan Rutin dan pengajian,

Proses Pengundian Nama, Pendaftaran sebagai Calon Jamaah Haji,

Tutup Buku atau Pengajian Pamitan Haji, Manfaat dan Tujuannya.

BAB IV Bab ini berisi tentang analisis penulis yang terbagi kepada tiga bagian.

Pertama menganalisis Terhadap istitha‟ah dalam Arisan Haji, Kedua,

analisis Terhadap pelaksanaan arisan haji Ketiga, analisis terhadap

hutang dalam berhaji.

BAB V Bab ini merupakan bab yang terakhir yang berisi Penutup yang terdiri

dari kesimpulan dan saran-saran dan disertai juga dengan Daftar

(20)

11

A. Tinjauan Umum Tentang Arisan 1. Sejarah Arisan

Hampir seluruh penduduk di pelosok tanah air mengenal yang namanya

arisan. Arisan yang berkembang di masyarakat bermacam-macam bentuknya.

Ada arisan motor, arisan haji, arisan gula, arisan semen dan lain-lain. Ternyata

fenomena ini tidak hanya terjadi di negeri ini, di negara Arab juga telah dikenal

sejak abad ke sembilan hijriyah yang dilakukan oleh para wanita Arab dengan

istilah jum‟iyyah al-muwazhzhafin atau al-qardhu at-ta‟awuni, hingga kini

fenomena ini masih berkembang dengan pesat. Bila demikian sudah mendunia,

tentunya tidak lepas dari perhatian dan penjelasan hukum syar‟i bentuk

mu‟amalah seperti ini. Apalagi permasalah ini termasuk kontemporer dan

belum ada sebelumnya di masa para Nabi. Fenomena ini demikian semarak

dilakukan kaum Muslimin karena adanya kemudahan dan banyak membantu

mereka.7

2. Pengertian Arisan

Di dalam beberapa kamus disebutkan bahwa arisan adalah pengumpulan

uang atau barang, yang bernilai sama oleh beberapa orang, lalu diundi diantara

7

(21)

mereka. Undian tersebut dilaksanakan secara berkala sampai semua anggota

memperolehnya.8

Arisan sangat mirip dengan tabungan. Sebagai sistem untuk menyimpan

uang, namun kegiatan ini juga dimaksudkan untuk kegiatan pertemuan yang memiliki

unsur "paksa" karena anggota diharuskan membayar dan datang setiap kali undian

akan dilaksanakan9.

Hakekat arisan ini adalah setiap orang dari anggotanya meminjamkan

uang kepada anggota yang menerimanya dan meminjam dari orang yang sudah

menerimanya kecuali orang yang pertama mendapatkan arisan maka ia

menjadi orang yang berhutang terus setelah mendapatkan arisan, dan orang

yang terakhir mendapatkan arisan, maka ia selalu menjadi pemberi hutang

kepada anggotanya.

3. Manfaat Arisan

Arisan adalah hal yang lazim bagi semua pihak, baik dilakukan ditempat

kerja, dengan keluarga, atau antara anggota organisasi lainnya, dalam

pelaksanaan arisan terdapat aktivitas yang dilakukan diantaranya adalah :

a) Mempererat tali silaturahmi dan ikatan kekerabatan antara para

anggota arisan.

8

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (PN Balai Pustaka, 1976), h, 57.

9

Pengertian arisan : tinjauan dari sisi media, Wikipedia.com. artikel diakses pada tanggal 28

(22)

b) Mendiskusikan topik masalah tertentu, guna membantu masalah

anggota arisan.

c) Menyisihkan sebagian penghasilan sebagai wujud kebersamaan antara

anggota arisan.

Menurut pandangan Purwanto Menabung merupakan salah satu langkah

baik yang banyak dipilih orang untuk menghindari kekurangan uang pada

suatu saat. Selain itu, menabung juga penting jika seseorang ingin membeli

suatu barang tetapi tidak memiliki uang yang memadai. Sebab, hanya dengan

cara menabung keinginan tersebut akan dapat terpenuhi.

Arisan bisa menjadi salah satu cara belajar menabung, sebab saat kita

mengikuti arisan kita akan dipaksa membayar iuran, sama artinya juga dengan

paksaan menabung.10

Arisan juga mempunyai manfaat seperti11 :

a) Dengan mengikuti arisan, keuangan bisa dikelola dengan baik.

b) Dengan mengikuti arisan, sama saja dengan menabung, Jika menang

arisan, uangnya bisa dimanfaatkan dengan baik. bisa membeli

barang-barang dan alat-alat rumah tangga, membeli perhiasan emas, bahkan

bisa digunakan untuk membeli rumah dan sejenisnya

10

Purwanto, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kasus Jual Beli Arisan Di Desa Waru

Kecamatan Rembang Kabupatern Rembang. Skripsi S1 Jurusan Muamalah Syariah dan Hukum,

Institut Agama Islam Negeri Walisongo, tahun 2012, h, 48.

11

(23)

c) Menjalin silaturahmi, dengan mengikuti arisan setidaknya hubungan

dengan pesertanya makin terjalin akrab. Misalnya, arisan RT,

menjadikan hubungan antar warga satu RT bisa lebih baik dengan

begitu bila ada kegiatan sosialisasinya lebih mudah, begitupun dengan

arisan dalam keluarga besar.

4. Metode Arisan

Sejatinya arisan merupakan perkumpulan dari sekelompok orang. Dimana

mereka berinisiatif untuk tetap bertemu dan bersosialisasi. Digagaslah sebuah

acara dimana mengumpulkan barang atau uang dalam jumlah tertentu yang

telah disepakati bersama. Lalu jika uang atau barang tersebut sudah terkumpul,

hanya akan ada satu orang yang bisa mendapatkannya melalui undian. Hal ini

terus berjalan hingga semua anggota mendapatkannya.

Untuk memulai sebuah arisan itu menurut pendapat Purwanta dalam

Skripsinya tentunya tidak mudah, perlu kesepakatan diantara para peserta

arisan. Seperti kesepakatan kapan rentan waktu pengocokan arisan apakah itu

perbulan atau dua minggu sekali. Kemudian juga disepakati besarnya uang

arisan yang akan disetorkan, dengan begitu diharapkan arisan bisa berjalan

sampai dengan pengocokan peserta terakhir. Memang tidak semua orang

tertarik mengikuti kegiatan arisan, banyak yang berpendapat kegiatan ini tidak

produktif dan membuang-buang waktu.12

12

Purwanto, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kasus Jual Beli Arisan Di Desa Waru

(24)

Undian merupakan salah satu cara dalam menentukan siapa yang akan

mendapatkan kumpulan uang yang diperoleh dari kumpulan arisan tersebut.

Dalam sistem undian ini pastinya tidak sesuai dangan apa yang diharapkan

oleh para peserta arisan. Yaitu, jika salah satu dari anggota membutuhkan

uang, pastinya anggota arisan tersebut hanya berpeluang kecil untuk

mendapatkan undian tersebut. Sehingga bisa dikatakan, jika arisan

menggunakan sistem cara pengundian ini berarti jauh dari unsur tolong

menolong, dan lebih cendrung pada unsur menabung.

Selain menggunakan undian arisan juga biasanya melakukan pengocokan

dengan cara Sesuai dengan kriteria. Cara yang menentukan siapa kriteria

anggota arisan ini berbeda dengan cara arisan dengan sistem undian. Pada

sistem ini ketua arisan memberikan uang yang diperoleh dari para anggota

arisan kepada anggota arisan yang membutuhkan. Prinsip ini lebih cenderung

pada prinsip tolong menolong dan unsur menabung. Karena pada saat

perkumpulan arisan dimulai, ketua arisan bertanya pada para angotanya siapa

yang lagi dalam keadaan sangat membutuhkan uang. Jika para anggota arisan

banyak yang ingin mendapatkan kumpulan uang arisan itu. Maka ketua arisan

bertanya pada anggota yang menginginkan uang itu, dan menimbang siapakah

yang lebih berhak mendapatkan uang arisan terlebih dahulu dengan

persetujuan anggota arisan yang lain.13

13

Purwanto, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kasus Jual Beli Arisan di Desa Waru

(25)

5. Macam-macam Arisan

Arisan merupakan praktek sosial ekonomi masyarakat yang merupakan

salah satu bentuk kebiasaan atau tradisi masyarakat yang menjadi adat

kebiasaan. Namun hal ini tidak otomatis dapat diterima tentu saja harus

berdasarkan prinsip-prinsip yang sesuai dengan syari‟ah Islam.

Hampir seluruh penduduk di plosok tanah air mengenal namanya arisan.

Arisan yang berkembang di masyarakat bermacam-macam bentuknya,

diantaranya adalah :

a) Arisan motor

b) Arisan haji

c) Arisan gula

d) Arisan semen

e) Arisan uang

Tentu dalam hal arisan semua caranya hampir sama yaitu menyetorkan

dalam jangka waktu yang masing-masing telah ditentukan waktunya, dan

tentunya berdasarkan jumlah yang disepakati bersama.

Arisan tidak hanya berkembang di negara ini saja, tapi sudah tersebar luas

di negara-negara lainnya, hingga sekarang banyak sekali ditemukan adanya

arisan-arisan sejenis yang telah disebutkan di atas. Hal ini karena faktor

ekonomi masyarakat yang terbatas dan adanya keinginan untuk menabung

(26)

6. Arisan dalam Sejarah Islam

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak mungkin dapat

dilakukan sendiri, namun harus diusahakan bersama-sama. Dalam memenuhi

kebutuhan secara bersama tersebut akhirnya mendorong manusia untuk hidup

berkelompok atau bermasyarakat.14

Dalam perkembangannya masyarakat dalam memenuhi kebutuihan

melakukan dengan cara membentuk suatu lembaga yang mampu sedikit

meringankan atau memperlancar kehidupan perekonomian masyarakat

terutama perekonomiannya. Banyak cara masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Baik secara langsung ataupun secara tidak langsung salah

satu cara masyarakat memenuhi kebutuhannya sekaligus menjadikan

masyarakat mendekatkan dengan masyarakat yaitu dengan cara arisan.

Pada masa sekarang ini arisan telah banyak dilaksanakan berbagai

masyarakat baik dari kalangan bawah hingga kalangan atas. Arisan

dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan keuangan yaitu dengan cara

menabung, begitulah masyarakat menyebutnya. Apabila mereka sedang

beruntung maka akan memperoleh uang yang sebenarnya uang mereka sendiri.

Selain itu mereka juga mendekatkan hubungan kekerabatan dalam masyarakat

atau kelompok pada suatu Desa.

14

Artikel kholid Syamsudin” http//almanhaj.or.id//arisan-dalam-pandangan-islam/.Pada

(27)

Arisan dikenal oleh sebagian orang Arab dengan istilah jam‟iyyah

(kumpulan peserta arisan). Ini termasuk masalah kontemporer yang tengah

marak ditekuni oleh banyak kaum muslimin mengingat manfaat yang mereka

rasakan darinya. Masalah ini diperselisihkan oleh para ulama ahli fatwa masa

kini.

Ulama dunia mengartikan arisan dengan istilah jum‟iyyah al

-muwazhzhafin atau al-qardhu al-ta‟awuni. Jum‟iyyah al-muwazhzhafin

dijelaskan para Ulama sebagai bersepakatnya sejumlah orang dengan ketentuan

setiap orang membayar sejumlah uang yang sama dengan yang dibayarkan

yang lainnya. Kesepakatan ini dilakukan pada akhir setiap bulan atau akhir

semester (enam bulan) atau sejenisnya. Kemudian semua uang yang terkumpul

dari anggota diserahkan kepada salah seorang anggota pada bulan ke dua atau

setelah enam bulan sesuai dengan kesepakatan mereka. Demikian seterusnya,

sehingga setiap orang dari mereka menerima jumlah ini berlangsung satu

putaran dan dua putaran atau lebih tergantung pada keinginan anggota.15

Hukum arisan secara umum, termasuk muamalat yang belum pernah

disinggung di dalam Al-Qur‘an dan As-Sunnah secara langsung, maka

hukumnya dikembalikan kepada hukum asal muamalah, yaitu dibolehkan. Para

ulama menyebutkan hal tersebut dengan mengemukakan kaedah fikih yang

berbunyi :

15

(28)

Artinya :“Pada dasarnya hukum transaksi dan muamalah itu adalah halal dan

boleh”

Menurut pendapat Ali Mustofa Yakub dalam bukunya mengatakan bahwa

arisan sebenarnya menurut agama diperbolehkan, dengan catatan tidak ada

pihak yang dirugikan dan tidak adanya sistem perjudian didalamnya.

Kebolehan itu juga bisa menjadi haram, jika ada sesuatu yang menjadikan

haram, yaitu hilangnya ketentuan-ketentuan diatas.17

Begitu juga dalam muamalat disebutkan keberadaan suatu serikat

(perkumpulan) kerjasama itu dibentuk untuk menyediakan pinjaman tanpa

bungan bagi para anggotanya.18 Begitupun dengan arisan dibentuk guna

meminjamkan uang terhadap orang yang membutuhkan dengan memberikan

pinjaman tanpa memberikan uang didalamnya. Tentu hal ini arisan berlandasan

terhadap adanya rasa saling tolong-menolong antara peserta arisan tersebut.

Sebagaimana firman Allah SWT memerintahkan untuk saling tolong-

menolong dalam surat Al-Maidah : 2.











































16

Sa‘dudin, Muhammad al-kibyi, al-Muamalah al-Maliyah al-Mua‟shirah fi Dhauni al-Islam,

(Beirut, 2002),h,75.

17

Ali Mustofa Yakub, Fatwa-Fatwa Imam Besar Masjid Istiqlal, Cet 1,(Jakarta : PT Puataka

Firdaus, 2007), h, 209.

18

(29)

Artinya :“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.“ (QS.Al-Maidah : 2)

Ayat di atas memerintahkan kita untuk saling tolong menolong di dalam

kebaikan, sedang tujuan “arisan” itu sendiri adalah menolong orang yang

membutuhkan dengan cara iuran secara rutin dan bergiliran untuk

mendapatkannya, maka termasuk dalam katagori tolong menolong yang

diperintahkan Allah SWT.

Pendapat para ulama tentang arisan, diantaranya adalah pendapat Syaikh

Ibnu Utsaimin dan Syek Ibnu Jibrin serta mayoritas ulama-ulama senior Saudi

Arabia. Syekh Ibnu Utsaimin berkata: “Arisan hukumnya adalah boleh, tidak

terlarang. Barang siapa mengira bahwa arisan termasuk kategori memberikan

pinjaman dengan mengambil manfaat maka anggapan tersebut adalah keliru,

sebab semua anggota arisan akan mendapatkan bagiannya sesuai dengan

gilirannya masing-masing”19

Ada juga yang tidak mendukung atau mengharamkan arisan. Mereka

merujuk pada dalil dan pendapat Syaikh Sholih al-Fauzan, Syaikh Abdul Aziz

Alu Syaikh dan Syaikh Abdurrohman al-Barrok. Dengan dalil bahwa tiap-tiap

peserta sama halnya meminjamkan sesuatu kepada yang lain dengan

persyaratan adanya orang lain yang juga meminjamkan sesuatu, maka ini

19

Arisan dalam Islam: tinjauan dari sisi media, ahmadzain.com. artikel diakses pada tanggal

28 Oktoberd, pukul 13:00, dari

(30)

adalah pinjaman yang menghasilkan suatu manfaat (bagi yang meminjami),

maka itu adalah riba, sebagaimana sabda Nabi :

Artinya :“Dikabarkan dari Abu Abdillah al- Hafiz dan Abu Sai‟d bin abi amrin

“Abu Abbas mengabarkan kepada kami “muhamad bin ya‟kub mengabarkan kepada Ibrahim bin munqij “ mengabarkan aku kepada Idris bin yahya dari Fadholah bin u‟baidi sahabat Nabi SAW.

Sesungguhnya nabi berkata Setiap pinjaman yang menghasilkan manfaat, maka itu termasuk riba.”(HR. al-Baihaqi ).

Arisan dapat dikatakan haram, jika di dalamnya terdapat unsur

kezholiman, ghoror (ketidakpastian/spekulasi), atau riba, maka arisan

semacam ini menjadi haram.21 Begitu juga ketika arisan dijadikan ajang

menggunjing, ghibah, gossip, ngerumpi, maka arisan semacam ini jelas haram.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al- Qur‘an surat Al-Hujurot (49):12

yaitu :

















































































20

Imam Baihaqi, Sunan al- Kubra, juz 5, h, 350

21

Ahmad Sarwat, Fikih Sehari-hari Tanya Jawab Seputar Jual Beli, (Jakarta : PT Gramedia

(31)

Artinya :“dan janganlah menggunjingkan satu sama lain, adakah seseorang diantara

kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha penerima Taubat lagi maha penyayang.”

Membicarakan arisan berarti membicarakan didalamnya suatu

perkumpulan yang mengadakan suatu perjanjian atau akad untuk dilaksanakan,

agar tercapai kepada satu tujuan yang diharapkan. Perjanjian itu terjadi dalam

rangka untuk mewujudkan keadilan bersama sehingga dengan adanya

perjanjian tersebut berarti sudah memulai suatu hubungan dalam suatu

kegiatan yang didalamnya akan menimbulkan suatu hak-hak dan kewajiban

antara para peserta arisan.

Islam telah mewajibkan dikuatkannya akad-akad demi terjaminnya

hak-hak dan kewajiban diantara sekian manusia. Maka Islam juga memperhatikan

agar akad-akad itu dapat dikuatkan dengan tulisan dan saksi agar

masing-masing orang dapat terjamin, serta dapat terhidar dari perbuatan dan kehilafan

manakala terjadi perselisihan faham dan pertentangan.22

7. Istitha’ahdalam Ibadah Haji

1. PengertianIstitha’ah dalam Ibadah Haji

Istitha‟ah dalam pengertian kebahasaan berasal dari akar kata thâ‟a, yaitu

tau‟an, berarti taat patuh dan tunduk. Istithâ‟ah berarti keadaan seseorang untuk

melakukan sesuatu yang diperintahkan syara‘ sesuai dengan kondisinya.

22

Abu Ahmadi dan Ansari Umar Sitanggal, Sistem Ekonomi Islam, Prinsip-prinsip dan

(32)

Semakin besar kemampuan seseorang semakin besar tuntutan untuk

mengerjakan suatu perbuatan.

Bisa dikatakan Istitha‟ah artinya mampu, yaitu mampu melaksanakan

ibadah haji ditinjau dari segi jasmani yaitu, sehat dan kuat, rohani yaitu,

memahami manasik haji dan berakal sehat, ekonomi yaitu, mampu membayar

penyelenggaraan ibadah haji dan memiliki biaya hidup bagi keluarga yang

ditinggalkan. keamanan yaitu, Aman dalam perjalanan dan aman bagi keluarga

yang ditinggalkan.23

Mengenai dalil istitha‟ah yang menjadi dasar hukum kewajiban ibadah

haji adalah surat Ali- Imran ayat 97 :











































Artinya:“Dan (diantara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan

perjalanan kesana.” (Q.S Ali Imran: 97)

1. Istitha’ahMenurut Pendapat Para Ulama Fikih

Menurut para ulama, ada tiga kemampuan yang harus dipenuhi dalam

rangka meliputi ibadah haji, yaitu: kemampuan kesehatan (badan),

kemampuan material/finansial (keuangan), kemampuan keamanan

(keselamatan).24

23

Departemen Agama RI, Bimbingan Manasik Haji, (Jakarta: 2003), h, 29.

24

Ahmad Thib Raya dan Siti Mushdah Mulia, Menyelami Seluk- Beluk Ibadah dalam Islam,

(33)

a. Menurut Mazhab Hanafi25

Kesanggupan meliputi tiga hal yakni fisik, finansial, dan keamanan.

Kesanggupan fisik artinya kesehatan badan. Adapun menurut golongan

Hanafiyah, yang termasuk orang yang sakit, lumpuh, orang buta

(meskipun memiliki penuntutan), orang yang sangat tua dan tidak dapat

duduk sendiri di atas kendaraan, jika dia mampu untuk membayar ongkos

kepada orang yang akan menggantikan hajinya, maka ia wajib haji, sebab

ia terhitung orang kuasa dengan jalan mengongkosi orang.

Kesanggupan finansial adalah memiliki bekal dan kendaraan.

Yakni, mampu menanggung biaya pulang pergi serta punya kendaraan,

yang merupakan kelebihan dari biaya tempat tinggal, serta keperluan lain.

Harus lebih dari nafkah keluarga yang dinafkahinya sampai waktu

kepulangannya.

Adapun keamanan adalah jalan biasanya aman, meskipun dengan

membayar uang suap jika perlu. Dan Bagi keamanan wanita sebaiknya

menurut pendapat Abu Hanifah wanita harus diiringi oleh mahramnya

yang balig dan berakal atau remaja yang terpercaya, punya hubungan

darah atau perkawinan.

25

Wahbah Al- Zuhaily, Al-Fiqh al-Islamy waadillatuh, Juz III, (Suriah : Dar‘ al-Fikr, t.t.), h,

(34)

b. Kemampuan menurut Mazhab Maliki26

Kemampuan adalah bisa tiba di Mekah menurut kebiasaan, dengan

berjalan kaki atau berkendaraan. Artinya, kesanggupan berangkat saja,

Adapun kesanggupan untuk pulang itu tidak termasuk hitungan.

Kesanggupan itu meliputi tiga hal :

Pertama, kekuatan badan. Artinya, dapat tiba di Mekah menurut

kebiasaan, dengan berjalan ataupun dengan berkendaraan.

Kedua, adanya bekal yang cukup sesuai dengan kondisi orang dan sesuai

pula dengan kebiasaan mereka, Madzhab Maliki tidak mensyaratkan

adanya bekal dan kendaraan itu sendri, jalan kaki bisa menggantikan

kendaraan, bagi orang yang mampu, dan keterampilan kerja yang

mendatangkan pemasukan yang cukup bisa membuat seseorang tidak

perlu membawa bekal atau uang dan bisa dikatakan cukup sebagai ganti

bekal.

Tidak wajib haji dengan cara berhutang, meskipun utang kepada

anaknya sendiri, jika tidak punya harapan untuk dapat melunasi

utangnya. Juga, tidak wajib haji dengan harta pemberian orang lain,

(hibah atau sedekah) yang tanpa diminta. Dan tidak wajib bagi orang

yang meminta-minta baik itu suatu kebiasaan ataupun tidak.

26

(35)

Ketiga, tersedianya jalan, yaitu jalan yang dilalui (darat atau laut)

dan biasanya jalan ini aman. Dan jika biasanya tidak aman maka itu tidak

wajib haji.

c. Kemampuan menurut Mazhab Syafi‘i27

Mampu menunaikan ibadah haji harus menempuh dua kemampuan

yaitu kemampuan fisik dan kemampuan finansial.

Pertama, kemampuan fisik, artinya, orang yang dipandang sehat

ialah orang yang mempunyai kekuatan fisik yang memungkinkan ia

sampai di Mekkah untuk melakukan ibadah haji, tanpa mengalami

kesulitan yang berarti, bahkan, menurutnya, orang buta pun diwajibkan

untuk menunaikan ibadah haji apabila ia mempunyai penuntun yang akan

menuntunnya selama dalam perjalanan dan ibadah haji.

Kedua, kemampuan finansial, dengan adanya bekal beserta

wadahnya, serta ongkos keberangkatan ke Mekah dan kepulangan ke

kampung halaman. Pendapat imam Syafi‘i berbeda dengan pendapat

imam Maliki, Imam Syafi‘i memandang bahwa pekerjaan di tengah

perjalanan itu tidak dibebani haji, alasannya, ada kemungkinan dia tidak

mendapatkan pekerjaan karena sesuatu hal. dan Sekalipun tetap

mendapatkan pekerjaan, maka itu akan banyak kesukaran.

Ketiga, adanya kendaraan (sarana transportasi) yang sesuai dengan

status seseorang dengan cara membelinya dengan harga rata-rata, bekal

27

(36)

dan kendaraan ini disyariatkan harus lebih dari utangnya (yang sudah

jatuh temponya maupun yang belum), baik utang itu kepada manusia

maupun kepada Allah Ta‟ala (seperti nadzar dan kafarat), maupun

menafkahi kepada orang-orang yang harus dinafkahinya selama

kepergian dan kepulangannya agar mereka tidak terbengkalai.

Keempat, kesanggupan dari sisi keamanan, yakni keamanan jalan

(meskipun sekedar praduga) bagi jiwa dan hartanya disemua tempat

sesuai kondisi yang layak baginya.

Kelima, wanita harus disertai oleh suaminya, atau oleh mahram

(dari hubungan nasab / darah atau lainya),

d. Kemampuan menurut Mazhab Hambali28

Kesanggupan atau kemampuan yang disyariatkan adalah

kemampuan atas bekal dan kendaraan. Sebagaimana Rasulullah SAW

bersabda:

Artinya : “Anas Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, apakah sabil (jalan) itu? beliau bersabda: "Bekal dan kendaraan." Riwayat Daruquthni. Hadits shahih menurut Hakim. Hadits mursal menuru pendapat yang kuat30

28

Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh, h. 420.

29

Ali ibni ‗Umar Abu al-Husaini al-Dâru Quthni al-Baghdadi, Sunan al-Daru Quthni, juz 2

(Beirut, Dar al-Ma‘rifah, 1996), h. 215.

30

(37)

Walaupun Hadis-hadis yang menafsirkan sabil dengan

pembelanjaan dan kendaraan, dha‟if ditinjau dari segi sanadnya, namun

kebanyakan ulama mensyariatkan yang demikian untuk mewajibkan

haji. Adanya pembelanjaan dan kendaraan adalah bagi orang yang tidak

memperoleh perbelanjaan dan kendaraan, tidaklah wajib haji atasnya.

Mazhab Hambali sepakat dengan madzhab Syafi‘i

2. PraktekIstitha’ah pada Zaman Terdahulu

Kata istitha‟ah berdasarkan pengertian di atas yaitu, suatu kemampuan

seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan yang diperintahkan oleh Allah

SWT dan RasulNya. Namun demikian, Allah tidak memberatkan dan tidak

menuntut seseorang untuk mengerjakan, maka dalam kondisi demikian,

sangat diperhatikan i‟tikad baik seseorang dalam melaksanakan perintah

Allah Swt sesuai kadar ketaqwaannya. Sebagaimana Allah berfirman dalam

surat Al- Baqarah : 197









































































(38)

Dari arti ayat di atas “Dan ambillah bekal olehmu” menurut keterangan

yang disampaikan oleh Ibnu Jarir, Bukhari, dan lain-lain dari Ibnu Abbas

yaitu, “ adalah penduduk Yaman pergi mengerjakan haji dengan tidak

membawa bekal dan mereka berkata, “ kami bertawakal” kemudian mereka

datang di Mekkah meminta- minta. Berdasarkan peristiwa tersebut turunlah

ayat ini.31

Dari ayat dan tafsiran bahwa Allah tidak memaksakan seseorang pergi

haji tanpa berbekalan, Akan tetapi jika seseorang pergi haji tanpa berbekalan

dan pada akhirnya harus meminta-minta kepada orang lain, yang akan

merugikan orang lain tersebut maka tidaklah menjadi taqwa, karena

sebagaimana dalam hadis dari Ibnu Abbas :

Artinya :“Dari Ibnu Abbas RA. Dia berkata “dulu penduduk yaman mengerjakan haji tanpa membawa perbekalan,dan mereka berkata kami adalah orang-orang yang bertaqwa,” ketika mereka datang ke Mekah, mereka meminta-minta kepada orang lain, maka Allah Menurunkan firmannya, “berbekalah, dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah taqwa”.

Selain itu haji merupakan ibadah yang memerlukan penempuhan jarak

sehingga tidak mungkin diwajibkan tanpa adanya harta dan kendaraan seperti

jihad.

31

Syekh Abdul Halim Hasan Binjai, Tafsir Al- Ahkam, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2006), h. 67-70.

32

(39)

Dalam kitab Al-Muhabzab karangan Abu Ishaq disebutkan jika seseorang

memiliki uang untuk membeli bekal dan kendaraan tetapi, uang itu

dibutuhkannya untuk membayar hutang, maka tidaklah wajib ia haji, baik

utang itu berjangka pendek maupun berjangka panjang. Hutang harus

didahulukan daripada haji yang memiliki waktu yang luas.33

Dalam kitab Al-Mughni karangan Ibnu Qudamah seseorang yang

memiliki piutang terhadap seseorang yang lalai dalam membayar hutangnnya

tetapi mampu membayarnya, sedangkan piutang itu cukup untuk biaya haji,

maka ia wajib naik haji karena termasuk orang yang mampu. Akan tetapi,

bila orang yang dipiutangnya itu orang yang tidak mampu atau sulit untuk

membayar, maka tidaklah wajib haji34.

Menurut Syafi‘iyah apabila seseorang diberi oleh orang lain kebutuhan

(kendaraan) secara cuma-cuma, ia tidak wajib menerimanya karena dalam

menerima itu ia terpaksa memikul tanggung jawab. Sedangkan baginya sulit

untuk melaksanakannya. Kecuali, jika disamping pemberian tadi ia memiliki

harta untuk membiayai haji. Maka pemberian itu hendaklah diterimanya.

Karena pemberian yang mengikat itu ia masih mampu menunaikannya.35

33

Abu Ishaq, al-Muhadzab, Juz.1. (Dar al-Kutub.t.t), h.358.

34

Ibnu Qudamah, al-Mughni, Juz 3, (Beirut : Dar al-Fikr.t.t), h, 167.

35

Muhammad Najmuddin Zuhdi, 125 Masalah Haji, ( Solo : Tiga Serangkai, 2008), cet 1, h,

(40)

Menurut pendapat Hanabilah, seseorang tidak wajib haji karena

pemberian orang lain. Karena dengan itu ia belum bisa dikatakan mampu,

baik si pemberi itu merupakan keluarga dekat maupun orang lain, baik

berupa bekal ataupun kendaraan.36

Kajian tentang istitha‟ah dibahas hampir ke semua furu‟ (cabang)

ibadah, pada masalah shalat, puasa, kifarat, nikah dan lain-lain. Akan tetapi

yang lebih rinci dibicarakan adalah istatha‟ah dalam ibadah haji. Hal itu

disebabkan karena dalam persoalan haji menghimpun dua kemampuan,

kemampuan fisik dan materi sekaligus.

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan batasan-batasan

istatha‟ah. Secara umum mereka memahami istatha‟ah di dalam surat Ali

Imran ayat 97, kemampuan seseorang untuk dapat sampai ke Mekah dan

menunaikan haji seperti kemampuan jasmani, biaya dan keamanan.

Orang dikatakan mampu (mustathi‟) ialah orang yang mampu

melakukan ibadah haji dengan bekalnya pulang pergi, upah sopir yang aman

baginya, dan ongkos sewa atau harga kendaraan jika jarak dari tempatnya

sampai Makkah mencapai 2 marhalah, atau kurang waktu dari itu tetapi tidak

kuat berjalan kaki, Selain itu ada juga biaya belanja orang yang ditinggalkan

olehnya sampai dia pulang37 maka Jika seseorang yang pergi haji tidak

memiliki harta yang cukup, maka itu tidak bisa dikatakan mampu, walaupun

36

Muhammad Najmuddin Zuhdi, 125 Masalah Haji, h, 60-64.

37

(41)

seseorang rela melakukan berhutang demi melaksanakan ibadah haji, karena

dalam sebuah hadis Nabi menjelaskan yaitu:

(

38

Artinya :“jiwa orang mukmin itu bergantung pada hutangnya sampai hutang tersebut terbayar.”

Istitha‟ah ibadah haji tidak hanya dengan bekalnya saja akan tetapi

berdasarkan jasmaninya berdasarkan riwayat ‗Abdullah Ibnu ‗Abbas

ٔ

.

Artinya:“ dari abdullah bin abbas RA, dia berkata, “Al Fadhl bin Abbas pernah pergi bersama Rasulullah. tiba- tiba ada seseorang

perempuan dari khats‟am mendatangi beliau untuk meminta fatwa.

Al- Fadhl memandang perempuan itu dan perempuan itupun memandangnya.lalu rasulullah memalingkan wajahnya Al Fadhl kea

rah yang lain. Perempuan itu bertanya,“wahai Rasulullah!

Istitha‟ah menurut kesehatan bagi seorang lansia (lanjut usia) yang

tidak mempunyai kemampuan untuk duduk lama di dalam kendaraan atau di

38

Muhammad ibnu Isa Ibnu Sauroh Ibnu al dhahak al julami al Buqhni al-Tirmidzi, Al-jami‟u

shahih Sunan Al-Tirmidzi, Juz, 4, (Beirut : Dar Ihya al Tarath al-Arabi.t.t) h, 352.

39

(42)

perjalanan, boleh mewakilkan hajinya kepada orang lain.40 Diriwayatkan

dalam hadis shahih :

ٔ

.

Artinya :“dari abdullah bin abbas RA, dia berkata, “Al Fadhl bin Abbas pernah pergi bersama Rasulullah. Tiba-tiba ada seseorang

perempuan dari khats‟am mendatangi beliau untuk meminta fatwa. Al- Fadhl memandang perempuan itu dan perempuan itupun memandangnya. Lalu rasulullah memalingkan wajahnya Al Fadhl kea rah yang lain. Perempuan itu bertanya“wahai Rasulullah! sesungguhnya ibadah haji yang diwajibkan oleh Allah kepada hamba-hambanya telah berlaku atas ayahku yang sudah tua, namun dia tidak kuat berada di atas kendaraan, apakah aku boleh menunaikan haji untuk menggantikannya? Rasulullah menjawab“Ya Boleh” peristiwa itu pun pada waktu haji wada”.

Istitha‟ah bagi perempuan, hendaknya ia berjalan bersama dengan

mahramnya, bersama-sama dengan suaminya, atau bersama-sama dengan

perempuan yang dipercayai. Sebagaimana dalam hadis yang telah

diriwayatkan ibnu abbas :

41

Al-Hafiz ibin Hajar Al- Asqolani, Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam, No, 732, h. 143.

42

(43)

Artinya : “Dari ibnu abbas, nabi Muhammad Saw, berkata,“tidak boleh bagi perempuan berpergian selain beserta mahramnya, dan tidak pula boleh bagi laki- laki mendatangi perempuan itu selama apabila ia

beserta mahramnya,“bertanya seseorang laki-laki,” ya rasulullah, sesungguhnya saya bermaksud akan pergi berperang, sedangkan

istriku bermaksud akan pergi haji,” jawab Rasulullah saw, “

pergilah bersama- sama dengan istrimu )naik haji (. )riwayat bukhari(

Istitha‟ah bagi orang yang berkuasa mengerjakan haji yang bukan

dikerjakan oleh yang bersangkutan, tetapi dengan jalan menggantinya dengan

orang lain, Misalnya haji orang yang sudah meningal, pada masa hidupnya

telah memenuhi syarat wajib haji (bernadzar) maka hajinya wajib dikerjakan

oleh orang lain. Tentunya semua ongkos pergi haji diambil dari harta

peninggalannya sebelum dibagi.43

Sebagaimana sabda Rasulullah :

Artinya : “Dari ibnu Abbas, “sesungguhnya perempuan dari kabilah jubainah telah datang kepada Nabi Saw. Katanya,“ sesungguhnya ibuku telah bernadzar akan pergi haji, tetapi dia tidak pergi sampai dia mati,

apakah saya boleh kerjakan haji untuk dia, ? jawab Nabi, “ ya boleh “ kerjakanlah olehmu hajinya, bagaimana pendapatmu kalau ibimu sewaktu mati meninggalkan utang, bukankah engkau yang membayarnya? Hendaklah kamu bayar hak Allah, sebab hak Allah

itu lebih utama untuk dipenuhi.”

43

Sulaiman rajid, fiqih Islam, cet, 41, (Bandung : sinar baru Algensindo,1994), h. 250.

44

(44)

35

CIAMPEA BOGOR

A. Sejarah Arisan Haji

Bagi setiap orang Islam yang sudah mampu, beribadah haji hukumnya

wajib. Berhaji berarti berupaya menyempurnakan posisi kehambaan di hadapan

Allah SWT. Maka siapa pun yang ingin berhaji hendaklah ia mempersiapkan

dirinya untuk memenuhi kebutuhannya untuk berhaji, baik dari segi material

mau pun spiritual. Ketika membicarakan haji sebagai salah satu rukun Islam

yang kelima bagi orang yang sudah mampu melaksanakannya. Mampu atau

istitha‟ah merupakan salah satu syarat melaksanakan ibadah haji. Maka kata

mampu inilah yang menjadi permasalahan yang masih diperdebatkan.

Kemudian ketika biaya ibadah haji menjadi permasalahan bagi masyarakat

ekonomi menengah ke bawah, dikarenakan ONH (Ongkos Naik Haji) dari tahun

ke tahun bertambah mahal, maka disuatu masyarakat, munculah suatu sistem,

yakni haji dengan sistem arisan.45

Haji sudah menjadi cita-cita umat Islam pada umumnya. Maka, akhirnya

banyak yang ingin menjalankan ibadah haji meski dengan segala resiko dan

dengan menempuh cara apapun. Karena ibadah yang dilakukan di tanah suci

45

http://digilib.uin-suka.ac.id/ -uinsuka--wahyurinau-3793, diakses pada tanggal 27

[image:44.612.106.525.121.529.2]
(45)

sangat utama dibanding di tempat-tempat lainnya. Kerinduan untuk datang

kesana tidak tergantikan oleh apapun. karena ibadah haji mempunyai nilai

spiritual dan kemanusiaan yang luar biasa.

Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan sistem arisan. Dengan

memperhatikan hal tersebut di Desa Kideung Ilir Ciampea Bogor terdapat

segolongan masyarakat yang mengadakan Arisan Haji yang diberi nama Ikatan

Arisan Haji (IKAH), yang bertujuan untuk mempermudah pemberangkatan haji.

Arisan haji telah berdiri selama kurang lebih 16 tahun, yaitu tepatnya pada

Tahun 1998 yang mana pada saat itu dipimpin oleh Dedeh. dan telah beberapa

kali angkatan. Awal mulanya terbentuk arisan haji ini karena banyaknya ibu–

ibu pengajian yang sering mengikuti pengajian mingguan kemudian

terbentuklah sebuah ide untuk mengadakan arisan, akan tetapi karena forum ini

Islami, jika arisan sehari-hari itu sudah banyak di kalangan rumahan, maka

terbentuklah arisan, tetapi hanya untuk biaya pergi haji, karena banyaknya

ibu-ibu yang berusia lanjut yang berminat pergi haji, dan kebanyakan ibu-ibu–ibu ini

ingin secara mencicil uang tersebut dengan secara menabung lewat arisan,

karena dengan melalui cicilan tersebut semuanya bisa mempermudah bagi

orang yang akan pergi haji.

Dengan demikian itu setelah beberapa bulan maka disepakatilah ide

tersebut dan kemudian berdasarkan kesepakatan bersama dibentuklah sebuah

organisasi guna untuk mengelolah atau mengurus uang arisan dalam praktek

(46)

dilakukan berdasarkan kesepakatan anggota arisan, baik dari bembentukan

oreganisasi, cara pelaksanaannya, waktu yang ditentukan, biaya yang

disepakati, dan waktu kapan arisan akan tutup buku, semua dibicarakan

bersama-sama antara anggota arisan haji dan pengurus arisan.46

B. StrukturOrganisasi

Di dalam sebuah ikatan arisan tentu membutuhkannya pengurus yang

bertanggung jawab terhadap peserta anggota yang mengikuti arisan tersebut,

dalam praktek arisan yang terletak di Desa Kideung Ilir ini tidak banyak

menggunakan pengurus hanya cukup dengan Pembina, Ketua, Sekertaris, dan

[image:46.612.107.534.128.676.2]

Bendahara saja. Sebagaimana yang penulis gambarkan sebagai berikut.

Tabel I. StrukturKepengurusanArisan Haji :

46

Wawancara dengan Dewi Ketua Arisan Haji ( IKAH ), Sabtu, 17, Mei 2014, di Pondok Pesantren Darussolihin, ciampea, Bogor

PEMBINA

H.DEDE

KETUA

H. DEWI

SEKERTARIS

IBU ENDAH

BENDAHARA

IBU IYOS

(47)
[image:47.612.106.536.119.706.2]

Tabel II. Tabel Anggota-anggota arisan Haji :

NO

NAMA

ALAMAT

PEKERJAAN

1. Gunawan Ciampea Karyawan

2. Fiqri Ciampea Wiraswasta

3. Roni Ciampea Guru

4. Asep Saefudin Ciampea PNS

5. Jajat Bojong, Ciampea PNS

6. Aminah Bojong, Ciampea Guru

7. Jajang Bojong, Ciampea Wiraswasta

8. Maemunah Ciampea Ibu Rumah Tangga

9. Yanwar Bojong Ciampea Wiraswasta

10. Maesaroh Ciampea Ibu Rumah Tangga

11. Sakinah Ilir Ciampea Ibu Rumah Tangga

12. Yuni Ilir Ciampea Ibu Rumah Tangga

13. Emi Ilir Ciampea Ibu Rumah Tangga

14. Nuraini Ilir Ciampea Ibu Rumah Tangga

15. Siti Masitoh Ilir Ciampea Ibu Rumah Tangga

16. Nur Khafifah Ilir Ciampea Ibu Rumah Tangga

17. Hanifah Ilir Ciampea Ibu Rumah Tangga

18. Nenti Ilir Ciampea Ibu Rumah Tangga

19. Sanih Bojong, Ciampea Guru

20. Mutmainah Bojong, Ciampea Karyawan swasta

21. Gufron Bojong, Ciampea Karyawan swasta

22. Nur Ahmad Bojong, Ciampea Guru

23. Adnan Bojong, Ciampea Wiraswasta

24. Asep Saifullah Bojong, Ciampea PNS

25. Deni Ciampea PNS

26. Rifqi Ciampea PNS

27. Arini Ciampea Pedagang

28. Indah Lestari Ciampea Pedagang

29. Dira Ciampea PNS

30. Dwi Khoiriyah Ciampea PNS

31. Eka Jayanti Ciampea Guru

32. Abdul Ghani Ciampea Guru

33. Siti Maesaroh Ciampea Karyawan Swasta

34. Muinah Ciampea Karyawan Swasta

35. Siti Bareroh Ciampea Karyawan Swasta

36. Amih Ciampea Karyawan Swasta

(48)

38. Cicih Ilir Ciampea Pedagang

39. Zaenuddin Ilir Ciampea Buruh

40. Zainal Ciampea Buruh Harian Lepas

41. Dimyati Ciampea PNS

42. Siti Barkah Ciampea PNS

43. Mustaqim Ciampea Petani

44. Siti Aisyah Bojong, Ciampea Petani

45. Siti Sa‘adah Bojong, Ciampea Pedagang

46. Ridwan Bojong, Ciampea Pedagang

47. Mahmudah Ilir Ciampea Buruh

48. Maulidah Ilir Ciampea Guru

49. Siti Hanna Ilir Ciampea Petani

50. Yusuf Ilir Ciampea Wiraswasta

51. Dodi Ahmad Ilir Ciampea Wiraswasta

52. Mansyur Ciampea Wiraswasta

53. Yayan Ciampea Pedagang

54. Yayah R Ciampea Pedagang

55. Muhamad Arifin Ciampea Buruh

56. Nurul Bojong, Ciampea Karyawan

57. Asnah Ilir Ciampea Petani

58. Dewi Ciampea Ibu Rumah Tangga

59. Kurnia Bojong, Ciampea Ibu Rumah Tangga

60. Kurniawan Bojong, Ciampea Karyawan

61. Afandi Ciampea Karyawan

62. Ruhayati Ciampea Ibu Rumah Tangga

63. Robby Ciampea Karyawan swasta

64. Sarah Marhamah Ilir Ciampea Pedagang

65. Uswatun. H Ciampea Ibu Rumah Tangga

66. Mona Ciampea Karyawan

67. Sarifah Ciampea Ibu Rumah Tangga

68. Sari‘ah Ciampea Petani

69. Marpuah Ilir Ciampea Petani

70. Unih Bojong, Ciampea Ibu Rumah Tangga

C. Tata Cara Pelaksanaan Arisan Haji

Arisan Haji yang diadakan oleh para anggota (IKAH) ini, dilaksanakan

(49)

telah ditentukan, dalam setiap waktu yang telah ditentukan pula47 Setiap

bulannya para anggota Arisan berkumpul guna menghitung jumlah uang yang

berhasil dikumpulkan. Setelah diketahui, bahwa uang yang berhasil

dikumpulkan sudah terkumpul dengan jumlah yang ditentukan maka dilakukan

undian untuk mengetahui siapa saja anggota Arisan yang berhak mendaftarkan

ibadah haji. Anggota Arisan yang berhasil memenangkan undian yang

dilakukan secara terbuka sesuai dengan cara-cara yang lazim dilakukan dalam

undian arisan yang telah disepakati bersama, berhak mendaftarkan ibadah haji

kepada pihak yayasan dengan biaya yang telah dikumpulkan dari Arisan

tersebut, sekalipun pada hakikatnya uang simpanan pemenang undian tersebut

belum mencapai BPIH yang ditetapkan pemerintah.

Akan tetapi arisan haji ini tidak hanya diperuntukan pergi haji saja

melainkan keperluan lainnya diantaranya, membuat rumah bagi yang belum

memiliki rumah dan lain sebagainya, semua itu diserahkan kepada peserta

arisan masing-masing.48 Karena pendapatan uang dari arisan haji tersebut

terbilang tinggi dengan berjumlah Rp. 70.000.000,00.- maka tentu peserta arisan

sangat luas untuk memakai uang tersebut, jika belum memiliki rumah bisa

dibayarkan untuk membuat rumah dan sisanya bisa digunakan untuk biaya haji

karena masing-masing anggota arisan mendapatkan biaya yang lebih dari

47

Wawancara dengan Dewi selaku Ketua Arisan Haji ( IKAH ).

48

(50)

Ongkos Biaya Perjalanan Haji.

Jumlah uang yang diterima oleh pemenang undian untuk membayar

Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) dengan jumlah uang tabungan yang

disimpannya pada arisan, merupakan hutang (pinjaman) kepada para anggota

arisan yang harus dibayarnya secara berangsur-angsur melalui tabungan tiap

bulan sampai jumlah hutangnya terlu

Gambar

GAMBARAN TENTANG ARISAN HAJI  DI DESA KIDEUNG ILIR
Tabel I. Struktur Kepengurusan Arisan Haji :
Tabel II. Tabel Anggota-anggota arisan Haji :

Referensi

Dokumen terkait

Hasil wawancara dengan Bapak Kusnan, selaku anggota arisan idul adha, pada tanggal 13 Desember 2014.. 30 Padahal yang memanagement hanya 1 orang

Sebagaimana pengamatan yang peneliti lakukan di desa Terbanggi Ilir kecamatan Bandar Mataram kabupaten Lampung Tengah berkaitan dengan praktek jual beli singkong

Cara melakukan lelang arisan ini yaitu dengan mengambil nomor dari orang yang menerima undian pada saat itu jadi orang yang mendapatkan nomor undian bisa melelang

Adapun praktek dimasyarakat desa Bunut Seberang dikenal sebagai jimpitan yaitu suatu kegiatan dimana sekelompok anggota arisan yang melakukan perjanjian tentang

Pembayaran setoran pada praktik arisan parcel yang dilakukan di Dusun Glonggong Desa Genengan Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan ini dilakukan pada saat calon

di instagram , kemudian terjadi negosiasi iuran dan nomor urut arisan. 3) Member booking slot, setelah terjadi kesepakatan antara admin dan calon peserta arisan

Kemudian, pada sistem pengolahan keuangan dari uang setoran arisan mapan tidak terpaku pada uang ketua A atau ketua B, melainkan uang tersebut sudah

Arisan yang dilakukan secara syariah dapat dilakukan dengan cara seperti berikut yaitu pihak yang menyelenggarakan arisan jelas dan ada pihak yang memberikan jaminan atas