• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Masyarakat dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MUSYAWARAH

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA CIHIDEUNG ILIR

KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

RODIAH RUMATA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Partisipasi Masyarakat dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2013

Rodiah Rumata

(4)
(5)

ABSTRAK

RODIAH RUMATA. Partisipasi Masyarakat dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DJUARA P. LUBIS.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses musyawarah perencanaan pembangunan mulai dari desa hingga kabupaten, menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan juga menganalisis penilaian masyarakat terhadap hasil musyawarah perencanaan pembangunan di desanya. Pendekatan kualitatif menggunakan wawancara mendalam dan menganalisis hasil observasi yang terjadi di lapangan. Pendekatan kuantitatif menggunakan metode survei kepada 44 responden, dimana mereka adalah warga yang menghadiri proses musyawarah di desa. Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Proses perencanaan pembangunan belum berjalan dengan baik Di Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea. Dilihat dari; beberapa tahap dalam proses perencanaan tidak diadakan, serta kualitas sumberdaya yang belum memadai 2) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan secara keseluruhan masih rendah. Oleh karena itu diperlukan cara baru pencapaian partisipasi masyarakat, sebuah pengoptimalisasian program yang dibutuhkan masyarakat, dan peningkatan pemahaman tentang musyawarah desa kepada seluruh elemen masyarakat.

Kata kunci: partisipasi masyarakat, perencanaan pembangunan

ABSTRACT

RODIAH RUMATA. Community Participation in Development Planning in Cihideung Ilir Village Ciampea Subdistrict, Bogor District. Supervised by

DJUARA P. LUBIS.

The objective of this study was to describe development planning process in village, analized factors influenced in community participation and analized valuation process after the planning development. Qualitative approach within depth-interviews and participant observation was use to analyze the changes that occur. The process and the factors supporting and inhibiting change. Quantitative approach using survey method and and take the 44 respondents from the local community who attend in planning development process. From the research result, it can be concluded that: 1) Planning development process has not implemented well in Cihideung Ilir village, Ciampea Regency, i.e. a) some steps of development planning process in every village had not been held, especially in step which people were involved to decide important program proposed to regency level. 2) Society participation in development planning in Cihideung Village was still low.Therefore, it needs an accomplishment in participative development planning, an optimization of problem identification and society need assessment, and an improvement of understanding from villege and district bureaucracy staffs and society element about development planning.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MUSYAWARAH

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA CIHIDEUNG ILIR

KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

RODIAH RUMATA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Partisipasi Masyarakat dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

Nama : Rodiah Rumata NIM : I34080144

Disetujui oleh

Dr Ir Djuara P Lubis, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Alhamdulillahirobbil alamin hanya kepada Allah segala puji dan syukur. Ada kebahagiaan yang mendalam, menyusuri rongga dada setelah mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Partisipasi Masyarakat dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor”. Semoga persembahan ini bermanfaat. Penulis mengucapakan terimakasih yang mendalam kepada mereka yang telah membantu penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak.

1. Dr. Ir. Djuara P. Lubis selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan saran dan masukkan selama proses penulisan hingga penyelesaikan skripsi ini

2. Ir. Fredian Tonny, MS selaku dosen uji petik yang menyadarkan penulis akan hal-hal penting seputar karya tulis ilmiah

3. Warga Desa Cihideung Ilir selaku responden dan narasumber

4. Bapak dan mama tercinta atas kesabaran dan doa dalam tiap desah nafasnya kepada penulis.

5. Kakak Rima Nirmalasari Rumata wanita inspiratif yang menyemangati dari kejauhan. Adik Ali Akbar Rumata, Yafi Abdullah Rumata, dan Syauqi Azhar Rumata kalian mengajariku banyak hal.

6. Dian Hermawati dan Sri Anom Amongjati teman senasib sepenanggungan di KPM45

7. Teman-teman @niscaya_riska, @aldiel, @Alnahotama, @Rizaaditiya, ina dan mina dalam kebersamaan penyelesaian tugas akhir di perpustakaan

8. Morina Maryam Zoebir, teman satu bimbingan yang saling menyemangati. 9. Teman-teman kosan Pondok Rizki yulinda, Mbak Sri, Lina, Jubed, Age,

Kokom, Aslimah, Nohi yang selalu setia mengingatkan, memberi keceriaan di setiap harinya

10.Teman-teman di Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia yang telah mengajari arti ta‟aruf, tafahum, ta‟awun dan takaful

11.Keluarga besar KPM 45 atas dukungannya

12.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.

Bogor, April 2013

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Musyawarah Perencanaan Pembangunan 5

Mekanisme Musyawarah Perencanaan Pembangunan 7

Pengorganisasian Penyelenggaraan Musrenbang 9

Prinsip-Prinsip Musrenbang Desa 10

Partisipasi Masyarakat 11

Jenis-jenis Partisipasi 13

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Masyarakat 15 Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Perdesaan 16

Kerangka Pemikiran 18

Hipotesis 19

Definisi Operasional 20

METODE PENELITIAN 21

Lokasi dan Waktu 21

Teknik Penentuan Responden 21

Teknik Pengumpulan Data 22

Teknik Pengolahan Dan Analisis Data 22

GAMBARAN UMUM PENELITIAN 23

Gambaran Umum Desa Cihideung Ilir 23

(14)

x

Karakteristik Responden Peserta Musrenbang Desa 25

Umur 25

Jenis Pekerjaan 25

Tingkat Pendidikan 27

Ikhtisar 28

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

31 Partisipasi Masyarakat dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan 31 Keterlibatan Masyarakat dalam Mengungkapkan Pendapat 34 Keterlibatan Masyarakat dalam Mengambil Keputusan 35 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi 36 Pengaruh Faktor Internal Terhadap Tingkat Partisipasi 36 Pengaruh Faktor Eksternal terhadap Tingkat Partisipasi 41

Ikhtisar 44

PENILAIAN TERHADAP HASIL MUSRENBANG DAN FAKTOR YANG

MEMPENGARUHINYA 45

Pengaruh Keterlibatan Masyarakat dalam Mengemukakan Pendapat 45 Pengaruh Keterlibatan Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan 45

Penilaian Terhadap Hasil Musrenbang 46

SIMPULAN DAN SARAN 47

Kesimpulan 47

Saran 47

DAFTAR PUSTAKA 49

(15)

DAFTAR TABEL

1. Definisi operasional penelitian partisipasi masyarakat 19 2. Jumlah dan persentase penduduk Desa Cihideung Ilir berdasarkan

mata pencaharian, 2009 23

3. Jumlah dan persentase penduduk Desa Cihideung Ilir berdasarkan

karakteristik jenis kelamin, 2009 24

4. Jumlah dan persentase penduduk Desa Cihideung Ilir berdasarkan

tingkat pendidikan, 2009 24

5. Jumlah dan persentase responden menurut karakteristik kelompok usia, jenis pekerjaan, dan tingkat pendidikan formal di Desa Cihideung Ilir,

2012 27

6. Hubungan usia dan tingkat partisipasi responden dalam musyawarah

perencanaan pembangunan 34

7. Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat partisipasi responden dalam

musyawarah perencanaan pembangunan 35

8. Hubungan jenis pekerjaan responden dengan tingkat partisipasi dalam

pusyawarah perencanaan pembangunan 38

9. Hubungan motivasi responden dengan tingkat partisipasi dalam

musyawarah perencanaan pembangunan 37

10. Tingkat keterdedahan informasi responden dan hubungannya dengan

tingkat partisipasi masyarakat 39

11. Hasil analisis uji statistik korelasi pearson antara faktor internal dan eksternal terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa jumlah dan presentase tingkat partisipasi masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan 40 12. Tingkat kepuasan responden dan hubungannya dengan keterlibatan

dalam mengungkapkan pendapat 41

13. Tingkat kepuasan responden dan hubungannya dengan keterlibatan

(16)

xii

DAFTAR GAMBAR

1. Delapan tingkatan dalam tangga partisipasi masyarakat 12

2. Komponen Perencanaan 16

3. Kerangka pemikiran partisipasi masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan di Desa Cihideung Ilir 18 4. Persentase usia responden yang mengikuti musrenbang 25 5. Persentase pekerjaan responden yang mengikuti musrenbang desa 26 6. Persentase pendidikan responden yang mengikuti musrenbang desa 27 7. Persentase keterlibatan responden dalam mengungkapkan pendapat 32 8. Persentase keterlibatan responden dalam pengambilan keputusan 33

9. Persentase keterdedahan informasi responden 38

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar peserta musrenbang 49

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus menerus meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata. Pembangunan desa memegang peranan yang sangat menentukan dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini didasarkan bukan saja karena sebagian besar penduduknya tinggal di pedesaan, namun juga karena desa dan penduduknya masih hidup dalam kondisi miskin dan terbelakang. Oleh karena itu pembangunan desa diarahkan untuk mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat lapisan bawah dan masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan yang selama ini belum atau kurang merasakan hasil-hasil pembangunan nasional (Makmur 2005). Supriatna yang dikutip oleh Arifin (2007) juga mengatakan bahwa pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia mensyaratkan keterlibatan langsung masyarakat penerima program, agar hasil pembangunan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri.

Menurut Todaro (2006), pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individu maupun kelompok-kelompok sosial yang ada didalamnya. Selain itu pembangunan bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil, makmur, dan sejahtera. Dalam penyelenggaraan pembangunan tahapan yang paling awal dan merupakan tahapan yang paling vital adalah tahapan perencanaan.

Perencanaan merupakan suatu hal yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan yang akan dilaksanakan oleh suatu negara. Oleh sebab itu dalam perencanaan pembangunan pemerintah perlu melibatkan segenap kemampuan dan kemauan yang dimiliki oleh masyarakat dalam melaksanakan pembangunan (partisipatif) (Sayumitra, 2009). Oleh karena itu pemerintah dalam menjalankan proses-proses pemerintahan dalam membangun masyarakat harus menekankan perlunya partisipasi masyarakat dengan beragam kepentingan ataupun latar belakang yang berbeda. Untuk mencapai keberhasilan pembangunan tersebut maka banyak aspek yang harus diperhatikan, diantaranya adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan. Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah satu dari komponen tata pemerintahan (pemerintah, masyarakat, swasta) tidak berperan atau berfungsi. Karena itu musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) desa merupakan forum dialogis antara pemerintah desa dengan pemangku kepentingan lainnya untuk mendiskusikan dan menyepakati program pembangunan yang dapat memajukan keadaan desa.

(18)

2

Penelitian ini bermaksud untuk meneliti lebih dalam tentang partisipasi masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan di tingkat desa. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi, seberapa besar tingkat partisipasi dan seberapa besar tingkat kepuasan masyarakat terhadap hasil partisipasi dalam musyawarah perencanaan pembangunan, mengingat tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk mempertemukan dua subsistem bekerja sama mewujudkan suprasistem yang diharapkan.

Perumusan Masalah

Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) merupakan amanat UU No 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional. Dengan musrenbang ini rakyat diharapkan bisa berpartisipasi dalam proses pembangunan. Pemerintah menginginkan agar proses pembangunan digagas dari bawah. Sehingga proses musrenbang ini harus menampung partisipasi dan usulan rakyat seluas-luasnya. Partisipasi masyarakat mencakup keikutsertaan masyarakat dalam keseluruhan manajemen pembangunan. Kegiatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan meliputi identifikasi potensi, permasalahan yang dihadapi masyarakat, penyusunan program pembangunan yang benar dibutuhkan masyarakat lokal, implementasi program pembangunan dan pengawasannya. Dengan kata lain, partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari kepedulian, kesediaan dan kemampuan masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi program-program yang dilaksanakan didaerahnya serta merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat secara aktif yang berorientasi pada pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan masyarakat (Utami 2010).

Proses partisipasi secara rinci tertuang dalam Peraturan Menteri Nomor 54 tahun 2010 tentang tahapan, tatacara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah. Musrenbang seharusnya dilaksanakan secara berjenjang: Musrenbang RW (Rembug RW), Musrenbang Desa, Musrenbang Kecamatan, Musrenbang Kota, Musrenbang Provinsi dan Musrenbang Nasional. Musrenbang akan membahas prioritas kegiatan pembangunan dan pengalokasian anggarannya. Penentuan prioritas pembangunan akan diputuskan berdasarkan kemendesakkan persoalan dan diputuskan secara musyawarah mufakat, dengan demikian Rencana Kerja Pemerintah (RKP) seharusnya mengacu pada proposal dari musrenbang. Akan tetapi pada kenyataanya hampir semua kebijakan pembangunan, baik nasional maupun lokal tidak menjawab persoalan rakyat. Penyusunan APBN dan APBD juga tidak mengacu pada proposal pembangunan dari rakyat.

(19)

3

down dan bottom up, menimbulkan satu permasalahan tersendiri. Suara- suara dari desa tidak dapat diakomodir seluruhnya karena banyaknya program desa yang kesemuanya menuntut untuk direalisasikan oleh pemerintah, atau pemerintah sendiri tidak secara adil melaksanakan alur musrenbang karena ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan politik tertentu.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas sebagai bahan refleksi atas proses musrenbang yang sudah berjalan, cukup menarik untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi, seberapa besar tingkat partisipasi dan bagaimana penilaian masyarakat terhadap hasil partisipasi melalui musrenbang. Hal ini penting untuk diketahui agar dapat menjelaskan tingkat kepuasan masyarakat terhadap proses musyawarah perencanaan pembangunan di desanya.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan di atas, disusun beberapa tujuan penelitian guna menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian tersebut, antara lain:

1. Mendeskripsikan proses musyawarah perencanaan pembangunan mulai dari desa hingga kabupaten,

2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan,

3. Menganalisis penilaian masyarakat terhadap hasil musyawarah perencanaan pembangunan di desanya.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan dapat menjadi evaluasi bersama seluruh

stakeholder dalam merencanakan pembangunan mulai dari tingkat desa yang memiliki efek hingga ke tingkat nasional. Mengapa partisipasi itu penting, kenapa harus partisipasi dan seperti apa cara yang harus ditempuh agar suatu program dapat terpilih menjadi prioritas program didesa. Melalui penelitian ini penulis juga ingin menyumbangkan ide kepada beberapa pihak yakni:

1. Akademisi, dimana penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain, khususnya yang berkaitan dengan masalah partisipasi masyarakat desa dan bagaimana penentuan prioritas program dari sekian banyak program yang diusulkan. Pentingnya alur musyawarah perencanaan pembangunan ini mendukung dikelurkannya rencana pembangunan jangka panjang di Indonesia. 2. Masyarakat, dimana golongan ini adalah golongan yang terpenting dalam

pembangunan suatu desa, karena merekalah yang paling bisa merasakan bagaimana kondisi desa sebenarnya

(20)
(21)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Bagian ini berisi tinjauan literatur yang berkaitan dengan beberepa konsep yang digunakan pada penelitian ini. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan di Desa Cihideung Ilir, maka dijelaskan dalam tinjauan literatur ini, antara lain: konsep musyawarah perencanaan pembangunan, konsep partisipasi, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam prencanaan pembangunan di tingkat desa.

Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Musyawarah perencanaan pembangunan adalah perwujudan prinsip-prinsip perencanaan yang mengetengahkan partisipasi masyarakat, prinsip-prinsip-prinsip-prinsip koordinasi, perencanaan kebijakan program dan kebijakan pemerintah dalam dua arah: top-down (dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah) dan bottom up (dari aspirasi daerah ke pemerintah pusat). Musyawarah perencanaan pembangunan yang selanjutnya disingkat musrenbang adalah forum antar pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan daerah. Sedangkan musrenbang desa/kelurahan adalah suatu forum musyawarah yang diselenggarakan oleh lembaga publik yaitu pemerintah desa/kelurahan bekerja sama dengan warga dan para pemangku kepentingan untuk menyepakati rencana kegiatan untuk tahun anggaran yang nantinya akan direncanakan, dengan mengacu pada rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJM Desa) yang sudah disusun (Permen 2010).

Pelaksanaan musrenbang diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Khusus untuk musrenbang desa, merupakan sebuah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan (stakeholder) desa untuk menyepakati Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP) tahun anggaran yang direncanakan. Musrembang Desa dilaksanakan setiap bulan Januari dengan mengacu pada RPJM Desa dan dokumen rencana tahunan yaitu RKP Desa. Setiap desa diamanatkan untuk menyusun dokumen rencana 5 tahunan yaitu RPJM Desa dan dokumen rencana tahunan yaitu RKP Desa. Musrenbang yang bermaka akan mampu membangun kesepahaman tentang kepentingan dan kemajuan desa dengan cara memotret potensi dan sumber-sumber pembangunan yang tidak tersedia baik dari dalam maupun luar desa.

(22)

6

biaya, pelaku, penerima manfaat, maupun penanggung resiko (penjelasan pasal 2 ayat 4 huruf d UU No 25) sedangkan partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasi kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan (penjelasan pasal 2 ayat 4 huruf d UU No 25).

Konsep musyawarah menunjukkan bahwa forum musrenbang bersifat partisipatif dan dialogis. Musyawarah merupakan istilah yang sebenarnya sudah mempunyai arti yang jelas merupakan forum untuk merembugkan sesuatu dan berakhir pada pengambilan kesepakatan atau pengambilan keputusan bersama, bukan seminar atau sosialisasi informasi. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah maka daerah mempunyai kewenangangan yang lebih luas untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Konsekuensi dari pelaksanaan Undang-Undang tersebut adalah bahwa Pemerintah Daerah harus dapat lebih meningkatkan kinerjanya dalam penyelenggaraan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat. Musyawarah Perencanaan Pembangunan sendiri merupakan inisiasi wahana partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan diantaranya Musrenbang regular tahunan yang terdiri Musrenbangdes, Musrenbangcam, forum SKPD, Musrenbang Kabupaten, Musrenbang Provinsi, dan Musrenbang Nasional, selanjutnya Musrenbang jangka Menengah (penyusunan RPJM Nasional/Daerah) dan Musrenbang dalam rangka penyusunan RPJP Nasional/Daerah.

Perencanaan pembangunan daerah dilandaskan pada kerangka berpikir global dan bertindak untuk kepentingan lokal (think globally act locally). Hal ini dimaksudkan bahwa perencanaan pembangunan daerah dapat memberikan arah yang tepat bagi proses pembangunan daerah sehingga mampu meningkatkan kapasitas daerah dan masyarakat menghadapi arus globalisasi. Perencanaan pembangunan daerah yang transparan dilaksanakan menganut prinsip keadilan. Dapat pula diartikan pelaksanaan proses perencanaan pembangunan harus dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi-informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik dapat secara langsung diperoleh oleh mereka yang membutuhkan. Perencanaan pembangunan daerah yang partisipatif harus mampu mengakomodir secara obyektif berbagai kebutuhan dan aspirasi masyarakat agar dapat menghasilkan konsensus bersama menuju perubahan yang lebih baik dan diterima oleh semua pihak. Oleh karena itu dalam setiap pengambilan keputusan memerlukan keterlibatan masyarakat.

(23)

7

perencanaan pembangunan daerah harus bersifat menyeluruh, sehingga mampu membangun sistem perencanaan pembangunan dengan pendekatan politik, teknokrtik, partisipatif top down dan bottom up. Dimana pendekatan politik memandang bahwa proses penyusunan rencana erat kaitannya dengan proses politik. Perencanaan yang dilakukan pemerintah akan berisi rencana strategis pemerintahan yang akan berlangsung selama masa kerjanya. Dengan demikian rencana yang dibuat sifatnya menjadi sebuah dokumen politis yang akan menjadi bahan evaluasi kinerja pemerintah yang bersangkutan. Sementara pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Selanjutnya pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan.

Mekanisme Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Panduan untuk Fasilitator Musrenbang)

Musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) adalah forum perencanaan yang di selenggarakan oleh lembaga publik, yaitu pemerintah desa, bekerjasama dengan warga dan para pemangku kepentingan lainnya. Dengan diberlakukannya mekanisme musyawarah maka pemerintah dan warga desa dapat berpartisipasi aktif memajukan desanya melalui program pembangunan desa. Musrenbang desa idealnya memiliki beberapa tahapan mulai dari Tahapan Pra Musrenbang Desa, Tahapan Pelaksanaan Musrenbang Desa dan Tahapan Pasca Musrenbang Desa.

Proses perencanaan dimulai dengan informasi tentang ketersediaan sumber daya dan arah pembangunan nasional, sehingga perencanaan bertujuan untuk menyusun hubungan optimal antara unput, proses, dan output/outcome atau dapat dikatakan sesuai dengan kebutuhan, dinamika reformasi dan pemerintahan yang lebih demokratis dan terbuka, sehingga masyarakatlah yang lebih tau apa yang dibutuhkannya. Jadi partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan sangat penting karena dapat menumbuhkan sikap memiliki dan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap pembangunan. Adapun tujuan dari musrenbang desa adalah:

1. Menyepakati prioritas kebutuhan/masalah dan kegiatan desa yang akan menjadi bahan penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Desa.

2. Menyepakati tim delegasi desa yan akan memaparkan persoalan daerah yang ada di desanyapada forum musrenbang kecamatanuntuk penyusunan program pemerintah daerah/SKPD tahun berikutnya.

Mekanisme musrenbang dikatakan efektif apabila pelaksanaannya dapat diukur. Untuk itulah diperlukan adanya alat ukur untuk mengetahui sejauhmana mekanisme musrenbang tersebut dapat dikatakan efektif atau tidak. Terdapat empat dimensi yang dapat dijadikan alat ukur untuk mengetahui efektifitas tersebut, antara lain:

1. Satuan waktu

(24)

8

dijadwalkan dengan baik sehingga banyak masyarakat yang tidak menghadiri musrenbang dengan alasan tidak punya waktu karena berbagai kesibukan. Dengan demikian terlihat bahwa pemanfaatan jadwal atau waktu penyelenggaraan musrenbang masih kurang diperhatikan.

Apabila dilihat dari perbandingan beban kerja dengan waktu yang diperlukan dalam penyelenggaraan musrenbang, sebetulnya cukup memadai. Artinya, bahwa tersedia waktu yang cukup dalam penyelenggaraan musrenbang untuk menghasilkan hal-hal yang seharusnya dapat diwujudkan selama pelaksanaan musrenbang tersebut. Hanya saja terjadi ketidaktepatan dalam penggunaan waktu, sehingga penyelenggaraan musrenbang menjdai tidak efektif. 2. Satuan hasil

Pelaksanaan musrenbang dari segi hasil sebenarnya dirasakan oleh masyarakat karena mampu menampung aspirasi masyarakat, walaupun semua aspirasi yang disampaikan tidak seluruhnya dapat diakomodasikan. Ketertampungan aspirasi masyarakat melalui musrenbang tersebut, juga dapat dilihat dari RPT (Rencana Pembangunan Tahunan) yang tersusun, yang pada dasarnya merupakan daftar rencana kegiatan pembangunan tahunan. Penyelenggara musrenbang bisa menghasilkan rumusan usulan pembangunan dari tingkat desa/kelurahan dan kecamatan, walaupun sebagian besar lebih menyangkut kegiatan yang didanai oleh pemerintah. Dan yang lebih meyakinkan adalah rumusan penggunaan dana pembangunan yang tersedia di desa/kelurahan dan kecamatan tersebut didasarkan pada kesepakatan yang dicapai pada pelaksanaan musrenbang.

3. Kualitas kerja

Penyelenggaraan musrenbang masih sering tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, akibatnya penyelenggaraan musrenbang itu sendiri menjadi kurang lancar. Misalnya dalam pelaksanaan musrenbang masih sering tidak disediakan formulir isian tentang usulan atau daftar kebutuhan masyarakat. Faktor sarana dan prasarana yang lain juga sangat minimal seperti tidak terbentuknya kepanitiaan penyelenggara musrenbang, tidak tersedianya alat tulis secara memadai, maupun masalah konsumsi, selanjutnya tempat rapat yang sempit, dan penerangan yang kurang memadai serta kelengkapan lain seperti ketersediaan OHP.

(25)

9

4. Kepuasan masyarakat

Berbagai kendala sebagaimana disebutkan diatas, menyebabkan penyelenggaraan musrenbang masih banyak dirasakan belum memberikan kepuasan kepada masyarakat. selama ini forum musrenbang, yang merupakan forum formal yang ditentukan dan telah dijadwalkan oleh pemerintah sebagai forum perencanaan pembangunan di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan lebih berperan sebagai forum penampung aspirasi masyarakat dan tidak memiliki

bargaining position yang kuat sebagai forum yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi pemerintah kabupaten/kota dalam melaksanakan pembangunan. Sebagai akibatnya, penyelenggaraan musrenbang sebagai forum yang kurang diminati oleh masyarakat. Bahkan banyak masyarakat yang kurang antusias dengan penyelenggaraan musrenbang itu sendiri.

Pengorganisasian Penyelenggaraan Musrenbang (Pedoman Musrenbang Desa) Dalam rangka mengorganisir penyelenggaraan musrenbang desa, mulai dari tahap pra, pelaksanaan sampai pasca, kepala desa membentuk panitia yang disebut Tim Penyelenggara Musrembang (TPM) atau dengan sebutan lain Tim Perencana Desa/Pokja Perencana Desa/ Tim Penyusun RKP Desa. Materi atau topik yang dibahas dalam musyawarah adalah terkait perencanaan pembangunan desa yang dibiayai swadaya masyarakat dan pihak ketiga, perencanaan pembangunan desa yang ada dananya tahun 2012, agenda panduan kegiatan antara swadaya dan dana yang sudah ada, rencana pembangunan jangka menengah (RPJM-Desa), peningkatan usulan kegiatan perencanaan pembangunan desa berdasarkan RPJM-Desa tahun 2012-2015, indikasi perencanaan pembangunan desa dari RPJM-Desa serta perencanaan pembangunan desa (RKP-Desa) tahunan lingkungan /dusun/kampung/RT/RW. Dalam menyusun dan melaksanakan perencanaan pembangunan desa, pemerintah desa wajib melibatkan Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKM) yang salah satu tugas/fungsinya adalah membantu Pemdes sebagai penyusun rencana, pelaksana, dan pengelola pembangunan serta pemanfaat, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif.

Peran/tugas Tim Penyelenggara Musrenbang desa, yaitu:

1. Melakukan pertemuan/rapat panitia (pembagian peran dan tugas, menyusun jadwal keseluruhan proses persiapan, pelaksanaan, dan pasca musrenbang) 2. Membentuk Tim Pemandu

3. Menyepakati tata cara menentukan dan mengundang peserta

4. Mengelola anggaran penyelenggaraan musrenbang secara terbuka, efektif, dan efisien

5. Mengorganisasikan seluruh proses musrenbang desa, mulai dari tahap persiapan, plekasanaan dan pasca-pelaksanaan sampai selesai penyusunan RKP Desa.

6. Menyusun daftar periksa dan mengkoordinir persiapan peralatan, bahan (materi), tempat, alat dan bahan yang diperlukan

7. Menyusun jadwal dan agenda pelaksanaan musrenbang desa

(26)

10

permintaan materi yang diperinci apa saja yang diharapkan untuk dipaparkan atau berbincang langsung dengan narasumber

9. Apabila dibutuhkan menyelenggarakan pekatihan atau simulasi musrenbang desa dalam rangka penguatan kapasitas warga

10.Kepala desa berperan/bertugas menjadi Pembina dan pengendali dari keluruhan pelaksanaan musrenbang desa.

Prinsip-Prinsip Musrenbang Desa (Pedoman Musrenbang Desa)

Prinsip musrenbang desa berlaku bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan musrenbang baik untuk pemandu, peserta, maupun narasumber. Prinsip-prinsip ini tidak boleh dilanggar agar musrenbang desa benar-benar menjadi forum musyawarah pengambilan keputusan bersama dala rangka menyusun program kegiatan pembangunan desa. 1) prinsip kesetaraan, peserta musyawarah adalah warga desa, baik laki-laki, perempuan, kaya, miskin, tua maupun muda, dengan hak yang setara untuk menyampaikan pendapat, berbicara, dan dihargai meskipun terjadi perbedaan pendapat. Sebaliknya, juga memiliki kewajiban yang setara untuk mendengarkan pandangan orang lain, menghargai perbedaan pendapat, dan menjunjung tinggi hasil keputusan forum meskipun tidak sependapat. 2) Prinsip musyawarah. Peserta musyawarah memiliki keberagaman tingkat pendidikan, latar belakang, kelompok usia, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi. Perbedaan dan berbagai sudut pandang tersebut diharapkan menghasilkan keputusan terbaik bagi kepentingan masyarakat banyak dan desa diatas kepentingan individu atau golongan. 3) prinsip anti-dominasi. Dalam musyawarah tidak boleh ada individu/kelompok yang mendominasi sehingga keputusan-keputusan yang dibuat tidak lagi melalui proses musyawarah semua komponen secara seimbang. 4) Prinsip keberpihakan. Dalam proses musyawarah, dilakukan upaya untuk mendorong individu dan kelompok yang paling diam untuk menyampaikan aspirasi dan pendapatnya, kelompok miskin, perempuan dan generasi muda. 5) Prinsip anti-diskriminasi. Semua warga desa memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam menjadi peserta musrenbang. 6) Prinsip pembangunan desa secara holistik. Musrenbang desa dimaksudkan untuk menyusun rencana pembangunan desa, bukan rencana kegiatan kelompok atau sector tertentu saja. Musrenbang desa dilakukan sebagai upaya mendorong kemajuan dan meningkatkan kesejahteraan desa secara utuh dan menyeluruh sehingga tidak boleh muncul egosektor dan egowilayah dalam menentukan prioritas kegiatan pembangunan desa.

(27)

11

mendiskusikannya dan melontarkan beberapa pertanyaan kunci, pemandu juga mengatur lalu lintas diskusi sambil mengajak peserta melengkapi dan mengkoreksi gambar. Selanjutnya setelah diskusi cukup memadai, pemandu kemudian mengajak peserta mengidentifikasi permasalahan dan potensi desa sesuai dengan topik diskusi yang dilakukan. Terakhir penutupan, pemandu menyampaikan pokok-pokok penting hasil diskusi kepada peserta. Akan lebih baik apabila pemandu meminta peserta menyampaikan hal-hal penting hasil diskusi.

Partisipasi Masyarakat

Secara sederhana partisipasi biasanya diartikan sebagai peran serta seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan, yang bila dikaitkan dengan pembangunan maka yang dimaksud adalah peran serta dalam pembangunan. Menurut Slamet (1992) Besarnya manfaat pembangunan yang dapat dinikmati oleh pelaku partisipasi sangat tergantung pada besar dan mutu sumbangannya pada pembangunan, sedangkan besar dan mutu sumbangannya dalam pembangunan sangat tergantung pada tingkat kemampuan serta kesempatan yang diperolehnya untuk berpartisipasi dalam proses pembanguna tersebut.

Partisipasi masyarakat menurut penjelasan pasal 2 ayat 4 huruf d UU no 25 adalah keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasi kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Partisipasi mencakup suatu pengertian luas, karena itu beberapa rumusan definisi dari berbagai ahli sering kurang menetap. Namun secara umum partisipasi diartikan sebagai gejala dimana seseorang diikutsertakan dalam perrencanaan serta pelaksanaan dari segala sesuatu yang berpusat pada kepentingannya dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan atau kewajiban (Kurniawan 2008).

Conyers dalam Arifin (2007) menyebutkan bahwa ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Pertama; partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi engenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta priyek-proyek akan gagal. Kedua; bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki. Kepercayaan semacam ini adalah penting khususnya bila mempunyai tujuan agar diterima oleh masyarakat. Ketiga; merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri. Menurut Nasdian dalam Wijaksana (2012) partisipasi adalah proses aktif, inisiatif yang diambil warga sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan control secara efektif.

(28)

12

menyatakan bahwa partisipasi vertikal berlangsung bilamana masyarakat berperan serta dalam suatu program dari atas, yakni masyarakat pada posisi sebagai bawahan atau pengikut, sedangkan partisipasi horizontal bilamana masyarakat mampu berprakarsa, yakni setiap anggota masyarakat secara horizontal satu dengan yang lain berperanserta dalam kegiatan-kegiatan pembangunan. Jika dimensi partisipasi masyarakat dikonstruksikan secara logis mengikuti tahapan proses pembangunan, maka bisa saja seorang atau sekelompok masyarakat berpartisipasi sepanjang proses pembangunan, dan dapat pula berpartisipasi hanya pada satu atau beberapa fase dari proses pembangunan.

Menurut Ndraha (1990), partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan dapat dipilahkan sebagai berikut: 1) Partisipasi melalui kontak dengan pihak lain sebgai titik awal perubahan sosial. 2) partisipasi dalam memperhatikan/ menyerap dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima, mengiyakan, menerima dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya. 3) partisipasi dalam perencanaan termasuk pengambilan keputusan 4) partisiapsi dalam perencanaan operasional. 5) partisipasi dalam menerima, memelihara, dan mengembangkan hasil pembangunan. 6) partisipasi dalam menilai pembangunan yaitu keterlibatan masyarakat dalam menilai tingkat pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan tingkatan hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Partisipasi juga merupakan suatu bentuk khusus dalam pembagian kekuasaan, tugas dan tanggung jawab dalam komunitas. Selain itu partisipasi dipengaruhi oleh kebutuhan motivasi, struktur sosial, stratifikasi sosial dalam masyarakat, orang akan berpartisipasi menyangkut adanya kebutuhan akan kepuasan, mendapatkan keuntungan, dan eningkatkan status. Menurut Madrie (1986) partisipasi dapat dibedakan lagi menjadi beberapa jenis yaitu:

1. Partisipasi dalam menerima hasil pembangunan

a. Mau menerima, bersikap menyetujui hasil-hasil pembangunan yang ada b. Mau memelihara, menghargai hasil pembangunan yang ada

c. Mau memanfaatkan dan mengisi kesempatan pada hasil pembangunan d. Mau mengembangkan hasil-hasil pembangunan

2. Partisipasi dalam memikul beban pembangunan a. Ikut menyumbang tenaga

b. Ikut menyumbang uang, bahan serta fasilitas lainnya c. Ikut menyumbang pemikiran, gagasan dan ketrampilan d. Ikut menyumbang waktu, tanah dan lain sebagainya

3. Partisipasi dalam pertanggungjawaban pelaksanaan pembangunan a. Ikut menerima informasi dan memberikan informasi yang diperlukan b. Ikut dalam kelompok-kelompok yang melaksanakan pembangunan c. Ikut mengambil keputusan tentang pembangunan yang dilaksanakan d. Ikut merencanakan dan melaksanakan pembangunan

(29)

13

Jenis-jenis Partisipasi

Uphoff (1977) mengungkapakan bahwa terdapat empat tahap partisipasi masyarakat dalam pembangunan pedesaan, yaitu:

1. Tahap perencanaan, ditandai dengan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan perencanaan program pembangunan yang akan dilaksanakan di desa, serta menyusun rencana kerjanya.

2. Tahap pelaksanaan, dilihat dari keikutsertaan masyarakat dalam bentuk sumbangan pemikiran, bantuan tenaga, materi serta keikutsertaan secara langsung dalam kegiatan pembngunan.

3. Tahap menikmati hasil, merupakan segala sesuatu yang bisa diperoleh masyarakat setelah adanya program pembangunan, yang mana tidak bisa mereka dapatkan sebelum adanya program pembangunan di pedesaan.

4. Tahap evaluasi , merupakan tahap pengumpulan data mengenai seberapa besar hasil dari suatu proyek pembangunan, dan bagaimana sistem pengawasan untuk menjalankan arah serta dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan proyek pembangunan tersebut. Evaluasi dilaksanakan oleh pihak yang berwenang, seperti pemerintah dan bisa juga dari swasta dengan mengacu pada data yan dikumpulkan dari masyarakat yang terkena sasaran proyek.

Arstein juga memberikan model delapan anak tangga partisipasi masyarakat (Eight Rungs on Ladder Citizen Participation) yang bertujuan untuk mengukur sampai sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat di sebuah negara.

Sumber: Arnstein (1969)

(30)

14

Tingkat partisipasi Arstein dalam Muliani (2011) dijelaskan sebagai berikut: 1. Pasif/manipulatif, yakni partisipasi yang tidak perlu menuntut respon

partisipan untuk terlibat banyak. Pengelola program akan meminta anggota komunitas untuk mengikuti program yang sudah diselenggarakan tanpa melihat maksud dan tujuan si anggota dalam keikutsertaan program. Pada tingkat partisipasi ini bisa diartikan realtif tidak ada komunikasi apalagi dialog.

2. Terapi (therapy), yakni partisipasi yang melibatkan anggota komunitas lokal dan anggota komunitas lokal memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan tetapi jawaban anggota komunitas tidak memberikan pengaruh terhadap kebijakan dan tidak ada pengaruh dalam mempengaruhi keadaan. Merupakan kegiatan dengar pendapat dengan mengumpulkan beberapa penduduk desa untuk saling tanya jawab dengan penyelenggara program yang sedang berjalan. Pada level ini sudah ada komunikasi namun bersifat terbatas. Inisiatif datang dari pemerintah dan hanya satu arah.

3. Pemberitahuan (informing) adalah kegiatan yang dilakukan oleh instansi penyelenggaraan program sekedar melakukan pemberitahuan searah atau sosialisasi ke komunitas sasaran program. Pada jenjang ini komunitas sudah mulai banyak terjadi tapi masih bersifat satu arah dan tidak ada sarana timbale balik. Informasi telah diberikan kepada masyarakat tetapi masyarakat tidak diberikan kesempatan melakukan tanggapan balik

(feedback).

4. Konsultasi (consultation), anggota komunitas diberikan pendampingan dan konsultasi dari semua pihak (pemerintah, perusahaan dan instansi lain terkait) sehingga pandangan-pandangan diberitahukan dan tetap dilibatkan dalam penentuan keputusan. Modal ini memberikan kesempatan dan hak kepada wakil dari penduduk lokal (misalnya pemuka adat, agama, aparat desa) untuk menyampaikan pandangan terhadap wilayahnya (sistem perwakilan). Komunikasi telah bersifat dua arah, tapi masih bersifat partisipasi ritual. Sudah ada penjaringan aspirasi, telah ada aturan pengajuan usulan, telah ada harapan bahwa aspirasi masyarakat akan didengarkan, tapi belum ada jaminan apakah aspirasi tersebut akan dilaksanakan ataupun perubahan akan terjadi.

(31)

15

6. Kemitraan (partnership) atau partisipasi fungsional dimana semua pihak mewujudkan keputusan bersama (pemerintah, perusahaan/instansi dan komunitas). Suatu bentuk artisipasi yang melibatkan tokoh komunitas dan atau ditambah lagi oleh warga komunitas “duduk berdampingan” secara bersama-sama merancang sebuah program yang aka diterapkan pada komunitas.

7. Pendelegasian wewenang (delegated power), suatu bentuk partisipasi yang aktif dimana anggota komunitas melakukan perencanaan, implementasi dan monitoring. Anggota komunitas diberikan kekuasaan untuk elaksanakan sebuah program dengan cara ikut memberikan proposal bagi pelaksanaan program bahkan pengutamaan pembuatan proposal oleh komunitas yang bersangkutan dengan program itu sendiri.

8. Pengawasan oleh komunitas (citizen control), dalam bentuk ini sudah diadakan kegitan untuk melihat apakah pelaksanaan pemberdayaan sesuai dengan yang direncanakan, sejak input sampai proses pelaksanaan, oleh komunitas lokal terhadap pemerintah dan perusahaan/instansi penyelenggara program. Dalam tingkatan partisipasi ini, masyarakat sepenuhnya mengelola berbagai kegiatan untuk kepentingannya sendiri, yang disepakati bersama, dan tanpa campur tangan pemerintah/pihak penyelenggara program.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia, terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Angell dalam Lappin (1967) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi yaitu:

1. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dengan kelompok usia menengah keatas dengan ketertarikan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka dengan kelompok usia lainnya.

2. Jenis kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah di dapur yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai perean perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi wanita dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

3. Pendidikan

(32)

16

4. Pekerjaan dan penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasiln yang baik memenuhi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatsn-kegiatan masyarakat

5. Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dala setiap kegiatan lingkungan tersebut.

Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Perdesaan Partisipasi bukanlah proses alami, tetapi melalui proses pembelajaran sosialisasi. Ada beberapa bentuk partisipasi, antara lain: 1) inisiatif/ spontan, yaitu masyarakat secara spontan melakukan aksi bersama. Ini adalah bentuk partisipasi paling alami. Bentuk partisipasi secara spontan ini terjadi karena termotivasu oleh suatu keadaan tang tiba-tiba, seperti bencana atau krisis, 2) fasilitasi, yaitu suatu partisipasi masyarakat disengaja, yang durancang dan didorong sebagai prose belajar dan berbuat oleh masyarakat untuk membantu menyelesaikan masalah bersama, 3) induksi, yaitu masyarakat dibujuk untuk berpartisipasi melalui propaganda atau mempengaruhi melalui emosi dan patriotisme, 4) kooptasi, yaitu masyarakat dimotivasi untuk berpartisipasi untuk keuntungan-keuntungan materi dan pribadi yang telah disediakan untuk mereka, 5) dipaksa, yaitu masyarakat berpartisipasi dibawah tekanan atau sanksi-sanksi yang dapat diberikan penguasa. Memilih proses no 3, 4 dan 5 hasilnya akan relative bersifat sementara dan partisipasi tidak akan banyak bermanfaat bagi masyarakat. Bentuk partisipasi yang baik adalah fasilitasi. Dengan fasilitasi masyarakat diposisikan sebagai dirinya, sehingga dia termotivasi untuk berpartisipasi.

(33)

17

Penelitian Makmur (2005) dapat diketahui bahwa, secara keseluruhan pelaksanaan program pengembangan prasarana pedesaan (P2D) di Desa Lok Gabang telah berjalan dengan baik. Prasarana jalan yang dibangun sesuai dengan aspirasi masyarakat. Organisasi Masyarakat Setempat (OMS) sebagai pihak pengelola proyek P2D, telah memanfaatkan dana P2D untuk kepentingan kemajuan desa Lok Gabang semaksimal, ini dibuktikan dengan berhasilnya OMS Tunas karya bersama masyarakat membangun jalan tanah dengan panjang 0,447 kilometer dan lebar 2 meter sesuai dengan target yang direncanakan. Pada prinsipnya perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang mengisyaratkan keterlibatan komponen civil society dalam merencanakan program pembangunan dan pengembangan masyarakatnya. Lebih luas lagi komponen civil society itu diuraikan dalam gambar berikut:

Gambar 2 Komponen perencanaan

Perumusan rencana pembangunan daerah perlu dilakukan secara demokratis, professional dan terukur artinya dapat mewujudkan kebutuhan masa depan, handal, teruji dan dapat dipertanggungjawabkan kepada semua

stakeholder. Untuk itu pembangunan daerah harus menganut prinsip-prinsip: 1. Partisipasi: seluruh anggota masyarakat diharapkan berperan aktif dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan seluruh kegiatan pembangunan. 2. Transparansi: setiap kegiatan dari awal (perencanaan), pelaksanaan,

pengawasan dari seluruh kegiatan dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan.

3. Akuntabilitas: setiap kegiatan dapat dipertanggungjawabkan baik secara teknis maupun administratif.

4. Keberlanjutan: pembangunan kepada masyarakat harus berkelanjutan dari generasi ke generasi dan ditumbuhkembangkan oleh masyarakat sendiri melalui wadah institusi masyarakat yang mandiri dan professional.

5. Professional: melaksanakan pekerjaan sesuai dengan keahlian bidang masing-masing, tetapi mengenali keterkaitan dan keterpaduan dengan bidang-bidang lain.

Pemerintah

Masyarakat

Media Massa

DPRD

(34)

18

Kerangka Pemikiran

Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/ daerah dalam jangka waktu tertentu. Salah satu bentuk perencanaan pembangunan adalah melalui musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang). Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah bertujuan untuk mencapai masyarakat yang sejahtera. Sehingga posisi masyarakat merupakan posisi yang penting dalam proses pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan. Pembangunan tidak akan mencapai tujuannya jika selalu meninggalkan masyarakat. Sebaliknya, akan dinilai berhasil jika pembangunan tersebut membawa perubahan kesejahteraan dalam masyarakat. oleh karena itu dalam pelaksanaan pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah, partisipasi masyarakat merupakan hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembangunan itu sendiri.

Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa tidak cukup hanya dengan menyampaikan pesan-pesan pembangunan, tetapi masyarakat desa yang penuh dengan keterbatasan-keterbatasan perlu didorong atau digerakkan. Keberadaan Musrenbang secara resmi dalam proses perencanaan adalah satu kesempatan untuk benar-benar menerapkan prinsip pendekatan bottom up yakni partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional diawali dari tingkat desa hingga tingkat provinsi dimana masyarakat desa terlibat aktif dalam menyampaikan usulan-usulan program di desanya. Dengan musrenbang ini, rakyat diharapkan bisa berpartisipasi dalam proses pembangunan yang digagas dari bawah karena prinsip bottom up menekankan partisipasi masyarakat.

(35)

19

Gambar 3 Kerangka pemikiran partisipasi masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan di Desa Cihideung Ilir

Hipotesis

Berdasarkan penelitian di atas dapat disusun hipotesis uji sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara faktor internal dengan tingkat partisipasi dalam

tahap perencanaan

2. Terdapat hubungan antara faktor eksternal dengan tingkat partisipasi dalam tahap perencanaan

(36)

20

Definisi Operasional

Tabel 1 Definisi operasional penelitian partisipasi masyarakat

No Variabel Definisi Operasional Indikator Pengukuran

Faktor Internal

1 Umur

Seseorang yang terlibat dalam

kegiatan musrenbang yang

(37)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dengan dukungan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode survey dengan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang diberikan kepada responden yang telah dipilih. Penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi responden (Singarimbun 1989). Sementara pendekatan kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam kepada responden kunci serta data dari hasil observasi lapang.

Lokasi dan Waktu

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di Kecamatan Ciampea yang menjalankan musyawarah desa. Lokasi ini dipilih karena perkembangan pembangunan desa beberapa tahun terakhir berjalan lambat padahal partisipasi masyarakat cukup baik, selain itu dari seluruh kecamatan di Bogor Kecamatan Ciampea memiliki arsip data musyawarah tingkat desa dan kecamatan yang lebih lengkap dibanding yang lain, disamping karena jarak lokasi dan kemudahan akses transportasi dalam menjangkaunya. Penelitian ini berlangsung pada bulan Agustus sampai Oktober 2012.

Teknik Penentuan Responden

Terdapat dua subjek penelitian dalam penelitian ini, yakni responden dan informan. Responden adalah pihak yang memberi keterangan atau informasi mengenai keadaan dirinya dan kegiatan yang dilaksanakan dengan mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Jumlah penduduk Desa Cihideung Ilir secara keseluruhan berjumlah 9836 orang namun yang dijadikan populasi dari penelitian ini hanyalah masyarakat yang berpartisipasi dalam program musrenbang desa yakni sebanyak 50 orang. Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja atau purposive sampling. Jumlah ukuran sampel dalam penelitian ini menggunakan Rumus Slovin dengan taraf signifikansi 0,05.

�= �

+ ��

n = Jumlah sampel

N = Jumlah seluruh anggota populasi e = Toleransi terjadinya galat

(38)

22

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuisioner pada responden. Data yang diperoleh mencakup karakteristik individu, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi responden dalam tahap perencanaan serta tingkat kepuasan masyarakat terhadap hasil musyawarah. Responden didefinisikan sebagai pihak yang memberi keterangan tentang diri dan kegiatan yang dilaksanakannya. Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan Rumus Slovin. Responden yang akan dipilih berjumlah 44 responden dari satu kecamatan. Pemilihan responden dilakukan dengan kiteria responden yakni warga Kecamatan Ciampea yang turut berpartisipasi dalam musyawarah perencanan pembangunan di tingkat desa. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuisioner dan wawancara secara langsung. Pemilihan informan akan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa karakteristik informan yang dipilih adalah yang berpartisipasi aktif dalam musyawarah perencanan pembangunan. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen dan arsip-arsip yang terkait dengan musyawarah pereancanaan pembangunan di Desa Ciampea yang dapat diperoleh dari kantor Kecamatan Dramaga dan Kantor Bappeda Kabupaten Bogor.

Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

Data kuantitatif yang diperoleh melalui kuisioner kemudian diolah dengan cara mengkode data, kemudian dianalisis dengan menggunakan komputer. Dalam hal ini program komputer yang digunakan adalah SPSS, di mana program ini berguna untuk merekam data yang bersifat ordinal, nominal dan interval, membuat tabulasi silang dan mengoreksi data. Pengolahan pada data kuantitatif adalah dengan menggunakan skor pada setiap pertanyaan yang diajukan. Skor ini kemudian dihitung secara kumulatif kemudian dikategorikan. Dari situ kemudian dibuat tabulasi silang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara dua variabel atau lebih, baik variabel pengaruh, variabel terpengaruh maupun variabel kontrol, dan mempermudah dalam membaca serta memahami data. Data tersebut kemudian diinterpretasikan dan ditarik kesimpulan berdasarkan hipotesis yang ada. Pengolahan data dilakukan dengan tabulasi silang didukung dengan Uji Korelasi Pearson untuk mengukur hubungan antara faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tingkat partisipasi serta mengukur tingkat kepuasan terhadap hasil musyawarah yang telah dilakukan.

(39)

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum penelitian yang dilihat dari gambaran umum Desa Cihideung Ilir yang merupakan salah satu dari sekian banyak desa di Kecamatan Ciampea yang menyelenggarakan musyawarah desa dilihat dari kondisi kependudukan dan kondisi geografisnya. Gambaran umum desa berisi tentang penjelasan keadaan wilayah, kondisi demografi, potensi wilaya, aksesibilitas ke ibukota kecamatan maupun kabupaten.

Gambaran Umum Desa Cihideung Ilir Keadaan Wilayah

Secara geografis, Desa Cihideung Ilir terletak 25 kilometer dari Ibukota Bogor dengan jarak tempuh sebesar 90 menit dari Kota Bogor. Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa yang terletak di sebelah barat Kabupaten Bogor tepatnya di Kecamatan Ciampea. Secara administratif desa Cihideung Ilir terdiri dari lima dusun atau Rukun Warga (RW) dan dua puluh empat Rukun Tetangga (RT). Sebelah utara berbatasan dengan Desa Cibanteng, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cihideung Udik, sebelah timur berbatasan dengan Desa Babakan, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cihideung udik dan Desa Cibanteng. Peta wilayah Desa Cihideung Ilir dapat dilihat pada Lampiran 1.

Desa Cihideung Ilir memiliki luas keseluruhan sebesar 327 ha. Sebagian besar lahan digunakan untuk pemukiman seluas 79 ha, persawahan seluas 80 ha, pekarangan 5 ha, pemakaman 1.5 ha, hutan rakyat 0.5 ha. Dari sisi infrastruktur Desa Cihideung Ilir merupakan desa yang memiliki akses jalan yang cukup baik, mudah diakses kendaraan umum maupun pribadi, serta letaknya yang dilalui jalan yang lebar dan sudah beraspal. Selain itu, infrastruktur lainnya seperti bangunan pendidikan, perumahan atau pemukiman warga, dan bangunan lainnya cukup banyak ditemui.

Pada umumnya, mata pencaharian pokok penduduk Desa Cihideung Ilir sebagian besar petani 400 orang laki-laki dan 148 orang perempuan, buruh tani 250 orang laki-laki dan 160 orang perempuan, PNS 100 orang laki-laki dan 60 orang perempuan. Rincian mata pencaharian penduduk Cihideung Ilir dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah dan persentase penduduk Desa Cihideung Ilir berdasarkan mata pencaharian, 2009

No Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 558 24,73

2 Buruh 472 20,92

3 Pegawai Negeri Sipil 247 10,94

4 Pegawai Swasta 519 23,00

5 Pedagang 460 20,39

(40)

24

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Cihideung Ilir adalah petani, disusul pegawai swasta, kemudian buruh, pedagang dan PNS. Meskipun sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Cihideung Ilir adalah petani, namun yang terlibat dalam musyawarah desa sebagian besar adalah PNS dan IRT 31,82%, disusul wiraswasta dan buruh sebesar 25% dan 11,36%. Jumlah penduduk Desa Cihideung Ilir tahun 2009 sebanyak 9.386 orang dengan sekitar 2.490 kepala keluarga. Rata-rata rumah tangga berisikan 4 jiwa. Tersaji data yang lebih lengkap pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk Desa Cihideung Ilir berdasarkan jenis kelamin, 2010

No Karakter Penduduk Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Jumlah Penduduk 10.686 -

2 Jumlah KK 2534 -

3 Jumlah Penduduk Perempuan 4980 46.60

4 Jumlah Penduduk Laki-laki 5706 53.39

Sumber: Profil Desa Cihideung Ilir tahun 2010.

Tabel 3 menunjukkan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari jumlah penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki yaitu sebesar 4867 jiwa (48,67%) dan jumlah penduduk perempuan yaitu 4519 jiwa (45,19%).

Penduduk Desa Cihideung Ilir dilihat dari aspek pendidikan rata-rata tingkat pendidikan penduduk tidak tamat SD sebanyak 2901 orang laki-laki dan 2846 orang perempuan. Tamat SMP atau sederajat sebanyak 1500 orang laki-laki dan 1150 orang perempuan. Laki-laki yang tamat SMA atau sederajat sebanyak 2100 orang dan 1100 orang perempuan. Lulus Diploma sebanyak 60 orang, S1 atau sederajat sebanyak 65 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Cihideung Ilir dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk Desa Cihideung Ilir berdasarkan tingkat pendidikan, 2009

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Tidak tamat SD 150 2.08

2 Tamat SD/sederajat 965 13.41

3 Tamat SLTP/sederajat 2650 36.83

4 Tamat SLTA/sederajat 3200 44.47

5 Tamat Akademi Diploma 80 1.11

6 Tamat Universitas 150 2.08

Jumlah (orang) 7195 100%

(41)

25

Karakteristik Responden Peserta Musrenbang Desa Umur

Berbagai fenomena dalam kehidupan terkait dengan jenis kelamin dan umur. Umpamanya fenomena biologis, ekonomi, sosial dan politik terkait dengan karakteristik umur dan jenis kelamin penduduk. Rusli (2004) menyatakan “profil penduduk suatu wilayah (daerah) dapat ditunjukkan antara lain oleh gambaran komposisi penduduk menurut berbagai karakteristik yang tergolong sangat penting adalah umur dan jenis kelamin”. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa selang umur responden berkisar antara 18-72 tahun. Usia responden paling muda 30 tahun dan responden paling tua berusia 72 tahun Peneliti mengkategorikan umur kedalam tiga kategori yaitu umur 18-40 tahun dewasa muda, 41-65 tahun dewasa muda, dan lebih dari 66 tahun dewasa madya. Pengkategorian umur dilakukan berdasarkan kategori umur yang telah ditentukan merupakan tahap perkembangan manusia berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mengikuti musyawarah perencanaan pembangunan desa termasuk dalam kategori usia dewasa madya (lihat gambar 4).

Gambar 4. Persentase usia responden yang mengikuti musrenbang

Umur mempengaruhi bentuk partisipasi yang diberikan dimana responden usia 32-48 tahun memiliki presentase lebih besar yakni 52,27%, dilanjutkan dengan responden pada usia 49 tahun ke atas sebesar 43,18 % dan terakhir 4,25 % pada responden usia kurang dari 31 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden pada usia produktif lebih banyak berpartisipasi dalam tahap perencanaan musrembang desa.

Jenis Kelamin

(42)

26

Tabel 5 Jumlah dan persentase responden responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Jumlah (n=44)

N (%)

Laki-laki 27 61.36

Perempuan 17 38.63

Total 44 100

Berdasarkan tabel diatas keterlibatan perempuan sebesar 38.63% dalam musrenbang menunjukkan tingkat partisipasi yang baik. Para perempuan ini adalah mereka dengan pekerjaan sebagai bidan desa, kader posyandu dan ibu rumag tangga. Salah seorang bidan misalnya mengatakan dia harus hadir dalam musrenbang karena sudah menjadi keharusan. Setiap tahunnya ibu rumah tangga sekaligus bidan ini menjadi perwakilan musrenbang dari unsur kesehatan. Bidan ini bertugas memberi laporan hal-hal terkait kesehatan ibu dan anak di Desa Cihideung Ilir. Adapula ibu SKA yang menjadi penggerak ibu-ibu lain di desanya, ibu SKA memberdayakan ibu-ibu desa untuk membuat kerajinan yang kemudian dijual. Kegiatan pemberdayaan ini tidak menjadi penghasilan utama, hanya sekedar menjadi ajang berkumpul para perempuan desa sekaligus meningkatkan

softskill. Terdapat seorang staf perempuan yang sudah hampir 21 tahun mejadi staf desa yakni Ibu Nun, beliau tergolong perempuan aktif yang sehari-hari bekerja di kantor desa.

Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan adalah kegiatan yang langsung memperoleh penghasilan berupa uang. Faktor pekerjaan mempengaruhi bentuk sumbangan yang diberikan berupa tingkat kesadaran. Tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan, karena pengetahuan dapat memobilisasi tindakan bagi perubahan. Gambar 6 menunjukkan bahwa responden dengan pekerjaan sebagai IRT memiliki persentase keikutsertaan lebih besar dibanding yang lain, yakni sebesar 31,7% disusul kemudian dengan PNS sebesar 25 % kemudian wiraswasta dan buruh sebesar 22,73% dan 11,36 %.

(43)

27

Mata pencaharian dari responden menunjukkan pengaruhnya terhadap keikutsertaan dalam musyawarah desa. Persentase buruh yang hadir sedikit bukan berarti buruh tidak berminat hadir, namun disebabkan yang diundang dalam musyawarah desa adalah mereka yang dinilai cukup mewakili saja yakni PNS sedangkan IRT memiliki kesempatan berpartisipasi lebih besar karena mereka memiliki ketersediaan waktu lebih banyak dibandingkan profesi lain. Dalam musyawarah desa tahapan partisipasi yang dilakukan adalah partisipasi dalam tahap perencanaan sehingga bentuk partisipasi yang dinilai adalah masyarakat yang diundang dalam musyawarah desa kemudian mereka terlibat aktif dalam mengungkapkan pendapat dan juga terlibat aktif dalam mengambil keputusan. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah lama pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh responden. Sebaran tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh responden pada penelitian ini adalah tamat SD, tamat SMP, tamat SMA/STM dan sarjana. Pendidikan yang dimiliki oleh anggota masyarakat akan mempengaruhi cara mereka berpikir. Anggota masyarakat dengan pendidikan yang relatif tinggi akan lebih dinamis dan mempunyai pola pikir yang lebih luas, jika dibandingkan dengan anggota masyarakat yang berpendidikan rendah. Pendidikan dapat diperoleh dari pendidikan formal melalui bangku sekolah dan pendidikan informal misalnya melalui kursus-kursus atau pelatihan. Kebanyakan penduduk Desa Cihideung Ilir hanya mengikuti sekolah-sekolah formal saja, hal ini dikarenakan sekolah formal lebih familiar didapati ketimbang sekolah informal. Berdasarkan data tingkat pendidikan warga Desa Cihideung Ilir sebagian besar tamat SLTA sebesar 3200 orang, kemudian SLTP sebesar 2650 orang, tamat SD 965 orang, disusul tamat Akademi dan Perguruan tinggi sebesar 89 dan 150 0rang terakhir tidak tamat SD sebesar 150 orang.

Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu tamat SD disebut tingkat pendidikan rendah, tamat SMP disebut tingkat pendidikan sedang, dan tamat SMA dan sarjana digolongkan kedalam tingkat pendidikan tinggi. Adapun jumlah persentase responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada gambar berikut:

(44)

28

Ikhtisar

Desa sebagai salah satu entitas paling rendah menjadi arena paling tepat bagi masyarakat untuk mengaktualisasikan guna menjawab kebutuhan kolektif masyarakat. Persentase terbesar yang mengikuti musrenbang adalah kelompok dewasa madya dan didukung dengan tingkat pendidikan 65% lulus perguruan tinggi diharapakan dapat memberikan efek positif dalam musyawarah. Mereka diharapakan dapat memetakan prioritas usulan yang sesuai dengan kebutuhan desa, dan memberikan ide-ide baru untuk kemajuan desa. Musyawarah desa ini pun dihadiri oleh keterwakilan perempuan sebesar 38.63% yang sebagian besar diantaranya berprofesi sebagai IRT.

(45)
(46)

Gambar

Gambar 1  Delapan tingkatan dalam tangga partisipasi masyarakat
Gambar 3 Kerangka pemikiran partisipasi masyarakat dalam musyawarah
Tabel 1 Definisi operasional penelitian partisipasi masyarakat
Gambar 5 Persentase pekerjaan responden yang mengikuti musrenbang
+5

Referensi

Dokumen terkait

(3) bagi Dinas Pendidikan dan Kantor Lingkungan Hidup Kota Batu: penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan kebijakan yaitu menetapkan

memperlihatkan bahwa pemberian perlakuan tandan kosong kelapa sawit 10 kg/tanaman, serbuk gergaji 10 kg/tanaman dan alang-alang 10 kg/tanaman memberikan hasil yang

Pokja Barang/Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit

Sebagian besar ibu balita berpengetahuan rendah sebanyak 54,9% tentang cuci tangan pakai sabun (CTPS) di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang,

User dapat meminta data atau informasi yang diinginkan dengan memilih menu dari web Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Jaringan Pipa PDAM Kabupaten Klaten,

(3) Kreativitas siswa memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa kognitif pada materi kinematika garis lurus (4) Pembelajaran diskusi kelompok dengan media peta konsep

dengan model pembelajaran tersebut?; (4) apakah rata-rata kemampuan berpikir kreatifnya lebih baik dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model ekspositori?; (5)

Tekanan intrakranial adalah merupakan keadaan dimana jumlah total dari tekanan yang diberikan oleh otak, darah, dan cairan cerebrospinal ( cerebrospinal fluid / CSF) di dalam