• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Imbangan Penerimaan Terhadap Biaya (R/C Rasio)

PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

9. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK)

8.2.4 Analisis Imbangan Penerimaan Terhadap Biaya (R/C Rasio)

Selain pendapatan usahatani, dapat diketahui pula R/C rasio petani mitra dan non mitra. R/C rasio pada penelitian ini terdiri dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. R/C rasio atas biaya tunai diperoleh dari pembagian antara penerimaan tunai dengan biaya tunai. Sedangkan R/C atas biaya total diperoleh dari pembagian antara penerimaan total dengan biaya total.

Tabel 43. Analisis Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio Usahatani Penangkaran Benih Padi pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011

Uraian Satuan Petani Mitra Petani Non Mitra A. Penerimaan a. Penerimaan Tunai b. Penerimaan Diperhitungkan c. Penerimaan Total Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha 15.441.299,37 438.732,84 15.880.032,21 13.118.858,00 655.904,50 13.774.762,50 B. Biaya a. Biaya Tunai b. Biaya Diperhitungkan c. Biaya Total Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha 12.671.144,45 1.505.313,32 14.176.457,77 12.337.522,15 1.120.557,36 13.458.079,51 C. Pendapatan Atas Biaya Tunai Rp/Ha 2.770.154,92 781.335,85 D. Pendapatan Atas Biaya Total Rp/Ha 1.703.574,44 316.682,99 E. R/C Rasio Atas Biaya Tunai 1,219 1,063 F. R/C Rasio Atas Biaya Total 1,120 1,024

Pada petani mitra, berdasarkan analisis R/C rasio diketahui bahwa R/C rasio atas biaya tunai pada petani mitra sebesar 1,219. Ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan petani mitra akan memberikan penerimaan kepada petani mitra sebesar Rp1,219. Sedangkan R/C rasio atas biaya total pada petani mitra diketahui sebesar 1,120. Ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan petani mitra akan memberikan penerimaan kepada petani mitra sebesar Rp 1,120.

Pada petani non mitra diketahui R/C rasio atas biaya tunai sebesar 1,063. Ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan petani non mitra akan memberikan penerimaan kepada petani non mitra sebesar Rp 1,063. Sedangkan R/C rasio atas biaya total pada petani non mitra diketahui sebesar 1,024. Ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan petani non mitra akan memberikan penerimaan kepada petani mitra

Analisis R/C atas biaya tunai dan total baik pada petani mitra dan non mitra menunjukkan bahwa kedua usahatani layak untuk diusahakan. Hal ini dapat dilihat dari nilai R/C keduanya yang bernilai lebih dari satu (R/C > 1). Suatu usahatani dinyatakan layak apabila R/C lebih dari satu. Nilai R/C petani mitra baik R/C atas biaya tunai maupun biaya total lebih besar dibandingkan petani non mitra. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani mitra lebih menguntungkan.

Dari Tabel 43 juga diketahui bahwa walaupun biaya tunai serta biaya total yang dikeluarkan petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra, namun pendapatan petani mitra baik tunai maupun total jauh lebih tinggi dibandingkan petani non mitra. Hal ini disebabkan karena penerimaan petani mitra baik tunai maupun total juga lebih besar dibandingkan petani non mitra. Penerimaan petani mitra yang tinggi disebabkan karena rata-rata hasil produksi petani mitra yang lebih tinggi, sehingga memberikan nilai penerimaan yang tinggi juga, walaupun harga beli PT. SHS lebih rendah dibanding pasaran. Tingginya pendapatan petani mitra menunjukkan bahwa usahatani yang dijalankan petani mitra lebih menguntungkan dibanding petani non mitra. Hal ini senada dengan hasil analisis R/C yang telah dijelaskan sebelumnya.

Walaupun begitu tetap harus diperhatikan mengenai biaya yang dikeluarkan, dimana biaya tunai dan biaya total yang dikeluarkan oleh petani mitra masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan petani non mitra. Disinilah peran kemitraan sebaiknya ditingkatkan. Salah satunya dengan menyediakan sarana produksi dengan harga yang lebih murah atau dengan menetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) mengenai penggunaan sarana produksi seperti pupuk serta pestisida dan obat-obatan agar tidak berlebihan dalam penggunaannya. Bila dilihat, tingginya penerimaan petani mitra disebabkan oleh tingginya hasil panen bukan dari harga beli. Hal ini harus diwaspadai, karena apabila hasil panen petani mitra sedang mengalami penurunan, maka pendapatan yang diterima petani mitra menjadi rendah. Selain itu, penyebab rendahnya hasil panen pada petani non mitra disebabkan karena adanya serangan hama dan penyakit, salah satunya adalah wereng. Apabila penelitian dilakukan ketika lahan penangkaran benih pada petani

non mitra dalam keadaan normal, tidak menutup kemungkinan bahwa hasil pendapatan petani non mitra lebih tinggi dibandingkan pada petani mitra.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kemitraan yang terjalin antara petani mitra dengan PT. SHS memberikan manfaat bagi petani mitra terutama dalam pemberian bantuan modal biaya panen, adanya kepastian pasar, peningkatan pendapatan petani serta peningkatan pengetahuan dan teknologi bagi petani mitra. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat permasalahan-permasalahan yang merugikan PT. SHS maupun petani mitra serta mempengaruhi kepuasan petani mitra terhadap jalannya kemitraan. Kemitraan masih dapat diteruskan apabila kedepannya PT. SHS terus memperbaiki kinerja pelayanan kemitraan, mencari solusi nyata mengenai segala keluhan petani serta lebih memperhatikan kesejahteraan petani mitra. Walaupun demikian, kemitraan tetap menjadi pilihan, karena kemitraan merupakan solusi bagi petani yang memiliki masalah permodalan serta tidak memiliki lahan pertanian.

IX KESIMPULAN DAN SARAN

 

9.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan uraian hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal dari hasil penelitian antara lain:

1. Pelaksanaan kemitraan yang terjalin antara PT. Sang Hyang Seri dengan petani penangkar benih padi di daerah sekitar perusahaan merupakan kemitraan inti plasma. Kemitraan memberikan beberapa manfaat bagi PT. SHS dan petani mitra. Manfaat yang diperoleh PT. SHS adalah pemenuhan kebutuhan bahan baku dan tenaga kerja. Sedangkan manfaat yang diperoleh petani mitra adalah mendapatkan bantuan modal dalam panen, mendapatkan jaminan pasar, meningkatkan pendapatan petani serta mendapatkan tambahan pengetahuan, ketrampilan serta teknologi dalam budidaya. Berdasarkan matriks evaluasi kemitraan masih terdapat enam poin dari enam belas poin kerjasama yang dalam pelaksanaannya masih belum sesuai dengan kesepakatan, sehingga menimbulkan masalah. Keenam poin tersebut adalah 1) Penjualan hasil panen, 2) Penyediaan sarana produksi, 3) Kegiatan pembasmian tikus, 4) Respon terhadap keluhan, 5) Pengangkutan hasil panen dan 6) Pembayaran hasil panen. Permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan kemitraan diantaranya adalah kurangnya pertemuan rutin untuk pembinaan, masih terdapat petani yang menjual hasil panennya selain ke PT. SHS, banyaknya penggunaan pupuk anorganik yang menurunkan kesuburan tanah, kurangnya ketersediaan sarana produksi yang dibutuhkan petani serta harganya yang tinggi, masih banyak petani yang tidak mengikuti kegiatan pembasmian tikus, belum adanya solusi nyata dari keluhan petani seperti keterlambatan pembayaran hasil panen, kurangnya sarana pengangkutan hasil panen serta keterlambatan pembayaran hasil panen oleh PT. SHS. Permasalahan ini disebabkan karena kurangnya kontrol perusahaan terhadap pelaksanaan kemitraan, kesepakatan kerjasama yang kurang rinci sehingga menciptakan celah, serta tidak adanya evaluasi kemitraan yang dilakukan oleh PT. SHS.