• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KEMITRAAN DAN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI KEMITRAAN DAN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT"

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KEMITRAAN DAN ANALISIS PENDAPATAN

USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI

BERSERTIFIKAT

(Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I

Sukamandi, Kabupaten Subang)

SKRIPSI

AMELIA KARTIKA YUSTIARNI H34070041

(2)

RINGKASAN

AMELIA KARTIKA YUSTIARNI. “Evaluasi Kemitraan dan Analisis

Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi Bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I Sukamandi, Kabupaten Subang)”. Di bawah bimbingan RACHMAT PAMBUDY.

Indonesia merupakan negara terpadat keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk Indonesia terus meningkat dan pada tahun 2010 mencapai 237,56 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia diikuti oleh peningkatan jumlah konsumsi beras, karena 95 persen penduduk Indonesia menkonsumsi beras sebagai makanan pokok. Hal ini mendorong pemerintah untuk terus meningkatkan produksi beras dengan meningkatkan produksi padi. Produksi padi dapat ditingkatkan melalui penggunaan benih padi bersertifikat. Salah satu perusahaan benih padi bersertifikat di Indonesia adalah PT. Sang Hyang Seri (PT.SHS). Dalam memproduksi benih padi, PT. SHS melakukan kerjasama dengan petani penangkar benih yang berada di daerah sekitar.

PT. SHS melakukan program kemitraan penangkaran benih padi dengan petani sekitar untuk memenuhi kebutuhan produksi benih padinya. Program kemitraan disamping memberikan keuntungan bagi perusahaan, juga memberikan keuntungan bagi petani mitra, diantaranya mendapatkan kepastian pasar, mendapatkan harga jual benih yang lebih tinggi sehingga pendapatan mereka meningkat dan mendapatkan tambahan ilmu serta teknologi yang efisien dari perusahaan tersebut. Evaluasi kemitraan dapat dilakukan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra telah berjalan, sehingga dapat diketahui masalah-masalah yang dihadapi selama pelaksanaan kemitraan. Dengan mengetahui permasalahannya, maka diharapkan dapat dilakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan kinerja kemitraan.

Selain mengevaluasi pelaksanaan kemitraan berdasarkan peraturan yang telah disepakati, kesuksesan dari pelaksanaan kemitraan dapat dicapai dengan mengetahui tingkat kepuasan petani terhadap jalannya kemitraan. Peningkatan pendapatan juga menjadi salah satu tolak ukur kesuksesan pelaksanaan kemitraan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani penangkar benih padi mitra, (2) Menganalisis tingkat kepuasan petani penangkar benih padi mitra terhadap jalannya kemitraan, dan (3) Menganalisis tingkat pendapatan petani penangkar benih yang melakukan kemitraan dengan PT. SHS bila dibandingkan dengan petani penangkar benih padi non mitra.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Subang, dimana petani mitra pada penelitian ini adalah petani penangkar benih padi yang melakukan kemitraan dengan PT. SHS Sukamandi, sedangkan petani non mitra adalah petani penangkar benih padi yang berada di Kecamatan Subang, Kabupaten Subang. Petani penangkar benih pada penelitian ini adalah petani penangkar benih padi yang menghasilkan benih padi kelas benih sebar (BR). Pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena PT. SHS merupakan salah satu

produsen benih padi terbesar di Indonesia, dimana lokasi lahan penangkaran benih padi milik PT. SHS berada di Sukamandi, Kabupaten Subang. Untuk petani non

(3)

mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih padi yang menghasilkan benih padi kelas benih sebar di Kabupaten Subang hanya berada di Kecamatan Subang. Pemilihan petani responden dilakukan secara purposive untuk petani mitra dan simple random sampling untuk petani non mitra dengan mengambil sampel

masing-masing sebanyak 30 orang. Penelitian dilakukan untuk musim tanam 2010/2011. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis keragaan usahatani penangkaran benih padi mitra dan non mitra serta mengevaluasi jalannya kemitraan antara petani penangkar benih padi dengan PT. SHS. Sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan petani mitra terhadap jalannya kemitraan serta menganalis tingkat pendapatan usahatani petani mitra bila dibandingkan dengan usahatani petani non mitra berdasarkan penerimaaan dan biaya usahatani. R/C rasio digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi usahatani. Data yang diperoleh berasal dari kuisioner dan diolah menggunakan bantuan software

komputer Microsoft Excel dan Minitab 14. Untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas digunakan SPSS 17,0.

Kemitraan yang terjalin antara PT. SHS dengan petani mitra termasuk ke dalam kemitraan inti plasma. Hasil analisis matriks evaluasi kemitraan menunjukkan bahwa terdapat enam poin kerjasama yang tidak memiliki kesesuaian antara kesepakatan kerjasama dengan realisasi. Poin-poin tersebut adalah penjualan hasil panen, penyediaan sarana produksi, kegiatan pembasmian tikus, respon terhadap keluhan, pengangkutan hasil panen dan pembayaran hasil panen. Walaupun begitu, kemitraan memberikan beberapa manfaat, diantaranya yaitu mendapatkan bantuan modal, mendapatkan jaminan pasar, meningkatkan pendapatan serta mendapatkan tambahan pengetahuan, ketrampilan serta teknologi. Berdasarkan metode Importance Performance Analysis (IPA) dapat

diketahui atribut-atribut yang berada pada prioritas utama adalah atribut harga sarana produksi, ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi, respon inti terhadap keluhan, penyediaan sarana transportasi untuk panen, harga beli hasil panen, serta ketepatan waktu pembayaran hasil panen. Secara keseluruhan, berdasarkan metode Customer Satisfaction Index (CSI) petani

mitra dinyatakan cukup puas, karena nilai CSI yang diperoleh adalah 62,08.

Dari analisis pendapatan usahatani penangkaran benih padi diketahui bahwa usahatani penangkaran benih padi pada petani mitra memberikan pendapatan atas biaya tunai dan biaya total yang lebih tinggi dibandingkan pada petani non mitra. R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total pada petani mitra yaitu 1,219 dan 1,120. Sedangkan R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total pada petani non mita yaitu 1,063 dan 1,024. Dari nilai R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra memberikan keuntungan bagi petani mitra. Pelaksanaan kemitraan dapat diteruskan, terutama dengan adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.

(4)

EVALUASI KEMITRAAN DAN ANALISIS PENDAPATAN

USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI

BERSERTIFIKAT

(Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I

Sukamandi, Kabupaten Subang)

AMELIA KARTIKA YUSTIARNI H34070041

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi Bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I Sukamandi, Kabupaten Subang)

Nama : Amelia Kartika Yustiarni

NRP : H34070041

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS

NIP. 19591223 198903 1 002

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi Bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I Sukamandi, Kabupaten Subang)” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2011

Amelia Kartika Yustiarni H34070041

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 11 Mei 1989. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Rodip Sukarman, SH dan Ibunda Ir. Dyah Mardiani Herdanaratri.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD N Kranji I Purwokerto pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP N I Purwokerto. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA N I Purwokerto diselesaikan pada tahun 2007.

Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007.

Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis pada Departemen d’Prime (Departemen of Public Relation and Information Media) periode tahun 2008-2009

dan sebagai kepala Departemen d’Prime (Departemen of Public Relation and Information Media) pada periode tahun 2009-2010.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi Bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I Sukamandi, Kabupaten Subang)”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan kemitraan antara PT. Sang Hyang Seri RM I dengan petani penangkar benih padi mitra, menganalisis tingkat kepuasan petani penangkar benih padi mitra terhadap jalannya kemitraan selama ini, serta menganalisis tingkat pendapatan petani penangkar benih padi mitra bila dibandingkan dengan petani penangkar benih padi non mitra.

Namun demikian, sangatlah disadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Desember 2011 Amelia Kartika Yustiarni

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Kedua orang tuaku yang terhebat, papa Rodip Sukarman, SH, mama Ir. Dyah Mardiani Herdanaratri dan adikku Bintang Wicaksono Ajie serta keluarga tercinta untuk setiap dukungan, cinta, kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

2. Dr. Ir. Rachmat Pambudy MS selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

3. Anita Primaswari W, SP. MSi selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Yeka Hendra F, SP selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

5. Febriantina Dewi, SE. MM. MSc selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa Departemen Agribisnis.

6. Seluruh staf pengajar, sekretariat Departemen Agribisnis, Komdik, Dekanat FEM, perpustakaan FEM, perpustakaan LSI terutama Ibu Ida dan Mbak Dian atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan, penyusunan skripsi, seminar, dan sidang.

7. Ibu Elda D Adiningrat selaku Ketua Umum Asosiasi Benih Indonesia, Dr. Nizwar Safaat selaku Direktur Litbang PT. Sang Hyang Seri, Bapak Bachrudin SP, serta pihak PT. Sang Hyang Seri lainnya, atas waktu, kesempatan, informasi, dukungan serta bantuannya selama ini. Terima kasih untuk petani mitra PT. Sang Hyang Seri serta petani anggota kelompok tani

(10)

9. Abdul Ghofir, atas masukan, bantuan, dukungan, dan doa yang diberikan selama penyusunan skripsi ini, serta waktu yang telah diluangkan untuk menemani penulis menyelesaikan penelitian. Terima kasih untuk selalu mendengarkan keluh kesah penulis dan menjadi tempat berbagi.

10. Anggriani Putri, Dini Amrilla Utomo, Indah Soekma, dan Anggie Millanisa, atas masukan, bantuan, dukungan dan doa yang diberikan. Terima kasih atas persahabatan yang indah.

11. Desi Natalis Singarimbun selaku pembahas seminar, Hata Madia K, Oktiarachmi Budiningrum, Ardie Aryono, Adi Febrian, Pandu Aditama, Risa Maya P, Citra Sari, Astri Yulita, Annisa Milky dan Febriandini Harvina S. Terima kasih atas bantuan serta masukan-masukan yang diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi.

12. Teman-teman seperjuangan HIPMA khususnya d’Prime, Jauhar Samudera N,

Listia Nur Isma, Decy Ekaningtyas, Anindha Paramastri dan Jihan Kartika D. Terima kasih atas persahabatan dan pengalaman berharga.

13. Tim Gladikarya Cileungsi, Hengky Agustian, Sri Lestari, Arini Ungki, dan Ayu Triwidyaratih yang membuat penulis belajar akan banyak hal.

14. Teman-teman Agribisnis angkatan 44. Terima kasih untuk hari-hari yang penuh kenangan, semangat, tawa dan optimisme.

15. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Desember 2011

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Kemitraan ... 12

2.1.1 Pola dan Aturan Kemitraan ... 12

2.1.2 Manfaat dan Kendala dalam Kemitraan ... 14

2.1.3 Evaluasi Kemitraan ... 15

2.2. Kepuasan Petani Terhadap Kemitraan ... 16

2.3. Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Petani ... 17

2.4. PT. Sang Hyang Seri sebagai Produsen Benih Padi ... 19

2.5. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya ... 21

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 23

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 23

3.1.1 Definisi Benih ... 23 3.1.2. Industri Benih ... 23 3.1.3. Penangkaran Benih ... 25 3.1.4. Sertifikasi Benih ... 26 3.1.5. Sistem Perbenihan ... 29 3.1.6. Konsep Kemitraan ... 31 3.1.7. Konsep Kepuasan ... 38

3.1.8. Analisis Pendapatan Usahatani ... 42

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 46

IV METODE PENELITIAN ... 50

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 50

4.3. Teknik Penentuan Sampel ... 51

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 51

4.4.1. Struktur Penerimaan dan Biaya Usahatani ... 52

(12)

4.8. Definisi Operasional ... 62

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 63

5.1. Gambaran Umum PT. Sang Hyang Seri ... 63

5.3.1. Sejarah Singkat PT. Sang Hyang Seri ... 63

5.3.2. Budaya Perusahaan ... 64

5.3.3. Visi, Misi dan Motto Perusahaan ... 64

5.3.4. Struktur Organisasi Perusahaan ... 65

5.2. Gambaran Umum Kabupaten Subang ... 66

5.3. Karakteristik Petani Responden ... 67

5.3.1. Umur Responden ... 67

5.3.2. Jenis Kelamin Responden ... 68

5.3.3. Tingkat Pendidikan ... 69

5.3.4. Pengalaman Usahatani Penangkaran Benih Padi ... 69

5.3.5. Luas Lahan dan Status Kepemilikan ... 70

VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI ... 72

6.1. Gambaran Kemitraan PT. Sang Hyang Seri dengan Petani Penangkar Benih ... 72

6.2. Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan ... 74

6.3. Surat Perjanjian Kerjasama ... 76

6.4. Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan ... 78

6.5. Kendala-kendala di Dalam Pelaksanaan Kemitraan ... 84

6.6. Manfaat Kemitraan ... 85

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN ... 88

7.1. Analisis Kepuasan Petani Mitra ... 88

7.1.1. Tingkat Kesesuaian Atribut ... 88

7.1.2. Importance Performance Analysis ... 90

7.1.3. Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Keseluruhan Pelayanan dalam Kemitraan ... 98

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA ... 100

8.1. Gambaran Usahatani Penangkaran Benih Padi ... 100

8.1.1. Pengolahan Lahan ... 102 8.1.2. Persemaian (Pembibitan) ... 104 8.1.3. Penanaman ... 104 8.1.4. Pemeliharaan Tanaman ... 105 8.1.5. Pemupukan ... 107 8.1.6. Penggunaan Obat-obatan ... 109 8.1.7. Roguing (Seleksi) ... 110 8.1.8. Pemanenan ... 110

8.2. Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi .. 111

8.2.1. Penerimaan Usahatani ... 111

8.2.2. Biaya Usahatani ... 113

(13)

8.2.4. Analisis Imbangan Terhadap Biaya (R/C Rasio) ... 125

IX KESIMPULAN DAN SARAN ... 129

9.1. Kesimpulan ... 129

9.2. Saran ... 131

DAFTAR PUSTAKA ... 133

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional 2005-2010 ... 1

2. Konversi Lahan Pertanian di Indonesia 1983-2003 ... 2

3. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Indonesia 2005-2011 ... 3

4. Kebutuhan Benih Padi Potensial dan Total Produksi Benih Padi (Ton) 2002-2008 ... 4

5. Produksi Benih Padi Inbrida PT. Sang Hyang Seri 2007-2010 ... 7

6. Luas Lahan Kerjasama dan Jumlah Penangkar Benih Padi Mitra Per Musim Tanam ... 8

7. Standar Lapangan Kelas Benih Bersertifikat ... 27

8. Standar Lapangan Kelas Benih Bersertifikat ... 27

9. Kelas Benih dan Warna Label Benih Sertifikasi ... 28

10.Contoh Perhitungan Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio ... 54

11.Atribut Pelayanan Kemitraan ... 56

12.Skala Likert Pengukuran Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Terhadap Kinerja ... 57

13.Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index (CSI) ... 62

14.Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Umur Musim Tanam 2010/2011 ... 68

15.Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Jenis Kelamin Musim Tanam 2010/2011 ... 68

16.Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pendidikan Musim Tanam 2010/2011 ... 69

17.Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pengalaman Menjadi Petani Penangkar Benih Padi Musim Tanam 2010/2011 ... 70

18.Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Luas Lahan Usahatani Musim Tanam 2010/2011 ... 71

19.Status Kepemilikan Lahan Responden Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 ... 71

20.Pembagian Areal Lahan PT. SHS Cabang Khusus Sukamandi Musim Tanam 2010/2011 ... 73

21.Pembagian Areal Lahan Kerjasama Musim Tanam 2010/2011... 75

22.Manfaat Kemitraan PT. Sang Hyang Seri dengan Petani Mitra ... 85

(15)

24.Koordinat Atribut Kepuasan ... 90 25.Customer Satisfaction Index (CSI) ... 99

26.Alasan Petani Responden Melakukan Usahatani Penangkaran

Benih Padi ... 101 27.Kegiatan Pengolahan Lahan Petani Mitra dan Non Mitra

Musim Tanam 2010/2011 ... 103 28.Kegiatan Penanaman Pada Petani Mitra dan Non Mitra

Musim Tanam 2010/2011 ... 105 29.Kegiatan Penyulaman Pada Petani Mitra dan Non Mitra

Musim Tanam 2010/2011 ... 106 30.Kegiatan Pengontrolan Tanaman Pada Petani Mitra dan Non

Mitra Musim Tanam 2010/2011 ... 107 31.Kegiatan Pemupukan Pada Petani Mitra dan Non Mitra

Musim Tanam 2010/2011 ... 107 32.Penggunaan Pupuk Pada Petani Mitra dan Non Mitra

Musim Tanam 2010/2011 ... 108 33.Penggunaan Obat-obatan Pada Petani Mitra dan Non Mitra

Musim Tanam 2010/2011 ... 109 34.Penerimaan Usahatani pada Petani Mitra dan Petani Non Mitra

Musim Tanam 2010/2011 ... 112 35.Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga Pada Petani Mitra dan

Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 ... 114 36.Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Mesin Pada Petani Mitra

dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 ... 115 37.Biaya Pemupukan Pada Petani Mitra dan Non Mitra

Musim Tanam 2010/2011 ... 117 38.Biaya Pestisida Pada Petani Mitra dan Non Mitra

Musim Tanam 2010/2011 ... 118 39.Biaya Pembuatan Pagar Plastik Pada Petani Mitra dan Non

Mitra Musim Tanam 2010/2011 ... 120 40.Biaya Penyusutan Peralatan Pertanian Pada Petani Mitra dan

Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 ... 121 41.Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pada Petani Mitra dan

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pola Kemitraan Inti Plasma ... 33

2. Pola Kemitraan Sub Kontrak ... 33

3. Pola Kemitraan Dagang Umum ... 34

4. Pola Kemitraan Keagenan ... 35

5. Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis ... 35

6. Pola Kemitraan Sederhana (Pemula) ... 36

7. Pola Kemitraan Tahap Madya ... 37

8. Pola Kemitraan Tahap Utama ... 37

9. Model Diskonfirmasi Harapan dari Kepuasan dan Ketidakpuasan ... 38

10.Kerangka Pemikiran Operasional ... 49

11.Diagram Kartesius Metode Importance Performance Analysis ... 59

12.Peta Kabupaten Subang... 66

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 136

2. Atribut dan Indikator Kinerja Pelayanan Kemitraan ... 138

3. Matriks Evaluasi Kemitraan PT. Sang Hyang Seri dan Petani Mitra Berdasarkan Kesepakatan Kerjasama ... 141

4. Kendala-kendala Kemitraan Berdasarkan Kesepakatan Kerjasama ... 143

5. Kuisioner Penelitian Usahatani ... 145

6. Kuisioner Kepuasan Petani Mitra ... 157

7. Kuisioner Kemitraan untuk PT. Sang Hyang Seri ... 161

8. Surat Perjanjian Kerjasama ... 166

(18)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat dan pada tahun 2010 mencapai 237.556.363 jiwa penduduk (BPS 2010)1. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia diikuti oleh peningkatan konsumsi beras nasional. Hampir 95 persen penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras. Selama program diversifikasi belum berjalan dengan optimal, maka permintaan terhadap beras akan terus meningkat. Perkembangan produksi beras dan konsumsi beras tahun 2005-2010, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, 2005-2010

Tahun Produksi Beras

(Juta Ton) Konsumsi Beras (Juta Ton)* Impor (Juta Ton) 2005 34,96 35,74 0,54 2006 35,30 35,90 2,00 2007 37,00 36,35 0,35 2008 38,31 37,10 0,25 2009 36,37 38,00 1,15 2010 38,00 38,55 0,95

Sumber : BPS2 dan *USDA3, 2011 (diolah)

Peningkatan konsumsi beras ternyata tidak diimbangi oleh peningkatan produksi beras. Pada tahun 2009 terjadi penurunan produksi beras sebesar 1,94 juta ton dibanding tahun 2008. Hal ini mempengaruhi jumlah impor beras ke Indonesia. Peningkatan produksi beras dapat dilakukan melalui perluasan lahan pertanian dan peningkatan kualitas tanaman padi. Namun cara pertama memiliki banyak halangan, mengingat setiap tahunnya lahan subur semakin berkurang karena adanya alih fungsi (konversi) lahan pertanian untuk keperluan non

       1 http://bps.go.id/ [28 Oktober 2010]  2  http://bps.go.id/ [18 Oktober 2011]  3  http://www.usda.gov/ [15 November 2011] 

(19)

pertanian, terutama di daerah Jawa, seperti pembuatan daerah industri, daerah perkantoran, daerah wisata dan daerah pemukiman. Berdasarkan Sensus Pertanian (SP) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik selama 10 tahun sekali yaitu tahun 1973, 1983, 1993 dan 2003 diketahui bahwa selama periode 1983-1993 konversi lahan pertanian mencapai 1.280.268 hektar dan sebagian besar terjadi di Jawa. Selama periode berikutnya yaitu tahun 1993-2003 besaran konversi lahan yang terjadi adalah 1.264.109 hektar dan sebagian besar terjadi di Sumatera. Konversi lahan pertanian di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Konversi Lahan Pertanian di Indonesia, 1983-2003

Wilayah Total Lahan Pertanian (ha) Konversi Lahan (ha) SP 19831) SP 19932) SP 20033) 1983-1993 1993-2003

Jawa 5.422.449 4.407.029 4.019.887 -1.015.420 -387.142 Bali & Nusa

Tenggara 1.208.164 1.060.218 1.095.551 -147.946 +35.333 Sumatera 5.668.811 5.416.601 4.249.706 -252.210 -1.166.895 Sulawesi 1.637.811 1.772.444 2.184.508 +134.693 +412.064 Kalimantan 2.222.153 2.191.596 2.096.230 -30.557 -95.366 Maluku 378.662 400.339 351.970 +21.717 -48.369 Irian Jaya 166.322 175.777 142.043 +9.455 -33.734 INDONESIA 16.704.272 15.424.004 14.139.895 -1.280.268 -1.284.109

Sumber: Badan Pusat Statistik, dalam Lokollo et al. 2007 (diolah) 1)Sensus Pertanian Seri J3, 1983

2)Sensus Pertanian Seri J3, 1993 3)Sensus Pertanian Seri A3, 2003

Selama kurun waktu 1983-2003, luas areal pertanian di Jawa mengalami pengurangan sebanyak 1.402.562 hektar atau sekitar 70.128,1 hektar per tahun dan terus menurun setiap tahunnya. Luas areal pertanian tersebut termasuk di dalamnya luas lahan tanaman padi. Pada tahun 2008 luas lahan padi nasional diketahui seluas 12,66 juta hektar. Penurunan luas lahan pertanian berpengaruh terhadap penurunan produksi pertanian termasuk padi. Untuk itulah perlu dilakukan usaha peningkatan produksi melalui peningkatan kualitas tanaman padi seperti pengembangan varietas dan penggunaan benih bersertifikat. Luas panen,

(20)

Tabel 3. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Padi di Indonesia 2005-2011

Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (ku/Ha) Produksi (ton) Pertumbuhan Produksi (%)

2005 11 839 060 45,74 54 151 097 - 2006 11 786 430 46,20 54 454 937 0,561 2007 12 147 637 47,05 57 157 435 4,963 2008 12 327 425 48,94 60 325 925 5,543 2009 12 883 576 49,99 64 398 890 6,752 2010 13 253 450 50,15 66 469 394 3,215 2011 13 224 379 49,44 65 385 183 -1,631 Sumber: BPS (2011)4 Keterangan :

Data Tahun 2011 adalah Angka Ramalan III

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa telah terjadi peningkatan produksi padi selama periode tahun 2005-2010. Walaupun telah terjadi penurunan produktivitas padi pada tahun 2011, namun tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia terus berusaha memenuhi permintaan padi dalam negeri. Kenaikan produksi padi dalam lima tahun terakhir tidak terlepas dari semakin banyaknya penggunaan benih padi bersertifikat oleh petani. Produksi benih padi di Indonesia terdiri dari benih bersertifikat dan benih tidak bersertifkat berlabel merah jambu. Sejak tahun 2008, produksi benih label merah jambu dihentikan karena mutunya yang kurang baik. Benih bersertifikat adalah benih yang pada proses produksinya diterapkan cara dan persyaratan tertentu sesuai dengan ketentuan sertifikasi benih (Kartasapoetra 1992). Benih yang memenuhi standar mutu ditandai dengan Label Benih Bersertifikat. Proses penangkaran benih bersertifikat diawasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB).

Perbedaan antara benih bersertifikat dengan benih tidak bersertifikat terletak pada proses sertifikasi, dimana benih bersertifikat diproses dan dipelihara sedemikian rupa sehingga tingkat kemurnian varietas dapat terpelihara dan memenuhi standar mutu benih yang ditetapkan serta telah disertifikasi oleh BPSB. Sedangkan benih tidak bersertifikat merupakan benih dari varietas lokal atau dari hasil penangkaran sendiri yang telah dipilih dan dianggap memenuhi syarat untuk dijadikan benih padi oleh petani tanpa melalui proses pengawasan dan sertifikasi dari BPSB. Volume produksi benih padi dapat dilihat pada Tabel 4.

       4

(21)

Tabel 4. Kebutuhan Benih Padi Potensial dan Total Produksi Benih Padi (Ton) Tahun 2002-2008

No Tahun Kebutuhan Benih

Potensial (Ton)

Produksi Benih Total (Ton) 1 2002 296.397 113.634 2 2003 295.808 114.540 3 2004 312.978 119.482 4 2005 310.246 120.375 5 2006 317.053 121.412 6 2007 N 147.524 7 2008 360.000 181.400

Sumber : Deptan, 2010 (diolah) Keterangan: N = Data tidak tersedia

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kebutuhan benih potensial terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan kebutuhan benih potensial diikuti oleh produksi benih total. Penggunaan benih padi bersertifikat oleh petani pada tahun 2006 diketahui sebanyak 39 persen dari total benih yang dibutuhkan atau sekitar 120.000 ton. Pada tahun 2007, penggunaan benih bersertifikat adalah sebesar 49 persen atau sekitar 148.000 ton. Penggunaan benih bersertifikat terus meningkat setiap tahunnya, dimana pada tahun 2008 mencapai 53,20 persen dan pada tahun 2009 penggunaan benih bersertifikat mencapai 62,8 persen dari total kebutuhan benih nasional (Deptan 2010)5. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa penggunaan benih bersertifikat oleh petani setara dengan produksi benih bersertifikat nasional sehingga produksi benih harus ditingkatkan.

Penggunaan benih padi bersertifikat mendatangkan banyak keuntungan diantaranya meningkatkan produksi per satuan luas dan satuan waktu serta meningkatkan mutu hasil, yang nantinya akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani. Penggunaan benih padi bersertifikat memberikan produktivitas yang tinggi dikarenakan benih padi bersertifikat disiapkan dengan perlakuan khusus, seperti persiapan lahan yang baik, penggunaan benih unggul, pemeliharaan tanaman padi dengan baik dan terkontrol, waktu dan pelaksanaan

(22)

atas 80 persen, varietas yang homogen, pertumbuhan tanaman yang serentak dan benih padi yang disiapkan terhindar dari gangguan hama penyakit karena diperlukan perlakuan khusus untuk memproduksi benih padi bersertifikat (Deptan 2010).

Kegiatan penangkaran benih bersertifikat merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara terprogram, terarah, terpadu dan berkesinambungan mulai dari hulu hingga hilir, yaitu mulai dari aspek penelitian untuk menghasilkan varietas unggul yang baru, pelepasan varietas, perencanaan perbanyakan benih, sertifikasi, pemasaran, hingga pengawasan pemasaran. Kegiatan tersebut melibatkan institusi pemerintah, pengawas, penelitian dan pengembangan, produsen maupun pedagang benih.

Di Indonesia, usaha penangkaran benih padi bersertifikat dilakukan oleh BUMN, swasta, maupun kelompok tani penangkar benih. Usaha penangkaran benih padi terutama varietas unggul akan meningkatkan pendapatan petani penangkar benih. Dengan memproduksi benih padi varietas unggul bersertifikat berarti harga jual yang diterima oleh petani penangkar lebih tinggi jika dibandingkan dengan padi konsumsi. Selain itu, penangkaran benih bertujuan untuk menjaga ketersediaan benih di musim tanam dan meningkatkan kesadaran petani untuk menggunakan benih padi varietas unggul bersertifikat. Petani penangkar benih padi tersebar di seluruh Indonesia. Umumnya para petani penangkar benih padi melakukan penangkaran benih di lahan usahataninya sendiri, dimana lahannya memenuhi syarat untuk dijadikan penangkaran benih padi bersertifikat.

PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) merupakan salah satu produsen benih padi yang telah berkembang di Indonesia dan merupakan penyumbang terbesar bagi pemenuhan kebutuhan benih bersertifikat nasional. PT. SHS didirikan oleh pemerintah pada tahun 1971 dengan status semi-swasta sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), untuk mendampingi balai-balai benih dalam memproduksi benih. Salah satu lokasi penangkaran benih padi PT. SHS terletak di Sukamandi, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Ciri utama benih padi produksi PT. SHS adalah berlabel sertifikasi.

(23)

Dalam memproduksi benih padi bersertifikat, PT. SHS bermitra dengan para petani penangkar yang berada di daerah sekitar. Program kemitraan ini tentunya sangat diharapkan oleh petani untuk memberikan manfaat yang lebih dibandingkan dengan melakukan penangkaran sendiri. Untuk itu perlu dikaji mengenai pelaksanaan kemitraan, tingkat kepuasan petani mitra serta tingkat pendapatan petani mitra, agar diketahui apakah pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra telah sesuai dengan kesepakatan yang ditentukan dan memberikan keuntungan lebih bila dibandingkan dengan tidak melakukan kemitraan.

1.2 Perumusan Masalah

PT. SHS melakukan program kemitraan penangkaran benih padi dengan petani sekitar untuk memenuhi kebutuhan produksi benih padinya. Selain kemitraan, dalam memproduksi benih padi bersertifikat PT. SHS melakukan sistem swakelola, dimana perusahaan mengelola lahan sendiri untuk menghasilkan benih padi. Terdapat dua bentuk kemitraan antara petani dengan PT. SHS, yaitu Kemitraan Kerjasama Dalam dan Kemitraan Kerjasama Luar. Kerjasama Dalam merupakan kemitraan dengan sistem inti plasma dimana PT. SHS menyewakan lahan kepada petani di sekitar wilayah PT. SHS dengan sistem bagi hasil dan petani diwajibkan untuk melakukan budidaya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Sedangkan Kerjasama Luar merupakan sistem kemitraan yang terjalin antara PT. SHS dengan Kelompok Tani atau Gapoktan di luar daerah PT. SHS dimana PT. SHS membeli hasil panen Poktan atau Gapoktan tersebut. Kontrak kerjasama luar terjalin ketika produksi PT. SHS tidak memenuhi target.

Produksi benih padi PT. SHS terdiri dari produksi benih inbrida dan benih hibrida. Kelas benih inbrida yang dihasilkan oleh PT. SHS dengan sistem Kemitraan baik Kerjasama Dalam maupun Kerjasama Luar adalah kelas Benih Sebar (BR). Produksi benih inbrida PT. SHS selama empat tahun terakhir dapat

(24)

Tabel 5. Produksi Benih Padi Inbrida PT. Sang Hyang Seri Tahun 2007-2010

Kegiatan Tahun

2007 2008 2009 2010 INBRIDA

1. Kerjasama Dalam ‐ Luas Panen (ha) ‐ Produksi GKP (kg) ‐ Produktivitas (kg/ha) 4.817,32 14.302.384 2.968,95 5.438,89 20.393.803 3.749,63 4.304,32 15.021.988 3.489,98 2.971,90 7.341.130 2.470,18 2. Swakelola

‐ Luas Panen (ha) ‐ ProduksiGKP (kg) ‐ Produktivitas (kg/ha) 1.462,32 5.619.845 3.843,10 1.673,92 6.609.710 3.948,64 1.107,33 3.850.594 3.477,37 845,85 3.709.735 4.385,81 3. Kerjasama Luar

‐ Luas Panen (ha) ‐ Produksi GKP (kg) ‐ Produktivitas (kg/ha) 110,57 81.396 736,15 - - - - - - - - -

Sumber: PT. Sang Hyang Seri, 2011

Penurunan luas lahan panen serta produksi benih padi pada tahun 2010 disebabkan adanya serangan hama wereng. Selama dua musim tanam, yaitu musim tanam 2009/2010 dan musim tanam 2010, banyak petani mitra yang tidak dapat melakukan panen, karena tanaman padinya yang rusak. PT. SHS sebagai perusahaan inti memberikan keringanan dengan tidak menarik sewa lahan dalam bentuk bagi hasil pada dua musim tanam tersebut. Petani dapat membayar bagi hasil pada musim tanam 2010/2011 secara bertahap. Disinilah peranan perusahaan inti sebagai perusahaan mitra yang membantu petani mitra. Walaupun pada peraturan tidak tertulis disepakati bahwa risiko budidaya ditanggung oleh petani mitra, namun apabila kegagalan panen disebabkan oleh iklim, cuaca, ataupun serangan hama, maka risiko ditanggung bersama.

Kegagalan panen yang dialami petani pada musim tanam 2009/2010 menyebabkan turunnya jumlah petani penangkar benih mitra pada musim tanam 2010 dari 1482 petani menjadi 1184 petani. Namun pada musim tanam selanjutnya, yaitu musim tanam 2010/2011 jumlah petani mitra kembali meningkat menjadi 1490 petani mitra. Jumlah petani penangkar benih padi mitra dapat dilihat pada Tabel 6.

(25)

Tabel 6. Luas Lahan Kerjasama dan Jumlah Penangkar Benih Padi Mitra Per Musim Tanam

No Musim Tanam Luas Lahan (ha) Jumlah Petani (Orang)

1 2008/2009 2240,87 1470

2 2009 2275,76 1491

3 2009/2010 2274,60 1482

4 2010 1832,42 1184

5 2010/2011 2283,15 1490

Sumber: PT. Sang Hyang Seri, 2011

Dengan adanya kemitraan, petani penangkar benih berharap mendapatkan manfaat seperti adanya jaminan pasar, mendapatkan harga jual benih yang lebih tinggi sehingga pendapatan mereka meningkat dan mendapatkan tambahan ilmu serta teknologi yang efisien dari perusahaan tersebut. Sebelum menjalin kemitraan dengan dengan PT. SHS, sebagian besar petani merupakan buruh tani yang bekerja untuk orang lain. PT. SHS menawarkan kerjasama dengan menyediakan lahan dengan sistem bagi hasil. Selain itu, sebelumnya para petani ini tidak pernah melakukan usahatani penangkaran benih padi. Pelaksanaan kemitraan ini secara tidak langsung juga membantu dalam peningkatan jumlah petani penangkar benih padi bersertifikat.

Walaupun demikian, masih terdapat banyak masalah di dalam pelaksanaan kemitraan, karena masih terdapat banyak penyimpangan dalam menjalankan peraturan yang telah disepakati kedua belah pihak. Penyimpangan dari pihak petani terkait dengan kedisiplinan petani dalam mematuhi peraturan, seperti penjualan hasil panen dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang tidak dipatuhi oleh petani. Sedangkan penyimpangan dari pihak PT. SHS terutama terkait dengan pembayaran hasil panen yang tidak tepat waktu, serta penyimpangan-penyimpangan lainnya yang mempengaruhi kepuasan petani terhadap jalannya kemitraan.

Evaluasi kemitraan dapat dilakukan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra telah berjalan,

(26)

mengevaluasi pelaksanaan kemitraan berdasarkan peraturan yang telah disepakati, kesuksesan dari pelaksanaan kemitraan dapat dicapai dengan mengetahui tingkat kepuasan petani terhadap jalannya kemitraan. Kemitraan dianggap sukses apabila petani mitra merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh PT. SHS sebagai perusahaan inti serta masing pihak telah menjalankan perannya masing-masing sesuai dengan peraturan. Peningkatan pendapatan juga menjadi salah satu tolak ukur kesuksesan pelaksanaan kemitraan. Karena dengan adanya kemitraan, petani mengharapkan beberapa manfaat, salah satunya adalah adanya peningkatan dalam pendapatan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1) Bagaimanakah pelaksanaan kemitraan antara PT. Sang Hyang Seri dengan petani penangkar benih padi mitra?

2) Bagaimanakan tingkat kepuasan petani penangkar benih padi mitra terhadap jalannya kemitraan selama ini?

3) Bagaimanakah tingkat pendapatan petani penangkar benih padi yang melakukan kemitraaan dengan PT Sang Hyang Seri bila dibandingkan dengan petani penangkar benih padi non mitra?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini antara lain :

1) Mengidentifikasi pelaksanaan kemitraan antara PT. Sang Hyang Seri dengan petani penangkar benih padi mitra.

2) Menganalisis tingkat kepuasan petani penangkar benih padi mitra terhadap jalannya kemitraan selama ini.

3) Menganalisis tingkat pendapatan petani penangkar benih padi yang melakukan kemitraan dengan PT. Sang Hyang Seri bila dibandingkan dengan petani penangkar benih padi non mitra.

(27)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Bagi Penangkar Benih Padi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai manfaat dari sertifikasi benih terutama benih padi dan dapat memotivasi petani untuk menghasilkan benih padi bersertifikat. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai manfaat yang dapat diperoleh jika petani penangkar benih melakukan kemitraan yang ideal dengan perusahaan produsen benih.

2) Bagi PT. SHS

Penelitian ini diharapkan menjadi evaluasi bagi pelaksanaan kemitraan yang dilakukan perusahaan serta memberikan informasi yang membantu dalam penetapan kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan kemitraan yang dilakukan dengan petani penangkar benih padi.

3) Bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan pembinaan kelembagaan petani, pengembangan kemitraan, serta kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan industri benih di Indonesia.

4) Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya maupun penelitian yang terkait.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada lingkup regional yaitu di Kabupaten Subang, dengan benih padi sebagai komoditi yang akan diteliti. Petani yang dijadikan contoh dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu petani mitra dan petani non mitra. Petani mitra yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah petani

(28)

dilakukan karena responden dalam penelitian ini dikhususkan pada penangkar benih padi bersertifikat kelas Benih Sebar, dimana untuk wilayah Kabupaten Subang kelompok tani yang memproduksi benih padi bersertifikat kelas benih sebar berada pada daerah tersebut.

Analisis kajian dibatasi untuk melihat perbandingan tingkat pendapatan usahatani penangkaran benih padi pada petani mitra dan petani non mitra, mengevaluasi mekanisme kemitraan yang diterapkan oleh PT. SHS serta melihat tingkat kepuasan petani penangkar benih terhadap jalannya kemitraan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis pendapatan usahatani berdasarkan penerimaaan dan biaya usahatani, analisis R/C rasio untuk melihat tingkat efisiensi usahatani penangkar benih padi serta metode Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk melihat

kinerja atribut kepuasan kemitraan serta tingkat kepuasan petani mitra terhadap jalannya kemitraan secara keseluruhan.

(29)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemitraan

2.1.1 Pola dan Aturan Kemitraan

Bentuk serta pola kemitraan yang terjadi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari perusahaan tersebut. Pada penelitian Damayanti (2009) yang berjudul “Kajian Keberhasilan Pelaksanaan Kemitraan dalam Meningkatkan Pendapatan Antara Petani Semangka di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dengan CV Bimandiri” diketahui bahwa jenis kontrak kemitraan yang terjalin antara CV Bimandiri dengan petani semangka ini adalah kontrak harga, dimana perusahaan menerapkan harga flat atau harga datar.

Kemitraan yang berlangsung antara kedua belah pihak tidak dalam bentuk pemberian modal. CV Bimandiri hanya memberikan bantuan suplai bibit semangka serta pembinaan petani dalam hal budidaya, pengendalian hama serta menjamin pasar dari semangka Baby Black yang dihasilkan oleh petani.

Aturan kemitraan yang diterapkan perusahaan ini dirumuskan ke dalam memo kesepakatan dimana di dalamnya telah dirumuskan hak dan kewajiban CV Bimandiri sebagai perusahaan mitra serta hak dan kewajiban petani mitra. Hak petani mitra antara lain adalah mendapatkan harga jual sesuai dengan yang disepakati serta mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari perusahaan. Sedangkan kewajiban petani mitra adalah menanam semangka sesuai dengan jumlah dan kriteria yang ditetapkan perusahaan.

Pola kemitraan lainnya diantaranya adalah kemitraan yang terjalin antara perusahaan agribisnis peternakan Rudi Jaya PS dengan peternak plasma ayam broiler di Kecamatan Sawangan kota Depok yang diidentifikasi oleh Firwiyanto (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler. Pola kemitraan yang dikembangkan oleh perusahaan tersebut adalah kemitraan inti

(30)

Sistem kemitraan yang diterapkan Rudi Jaya SP berdasarkan rasa saling percaya, tanpa ada perjanjian kontrak secara tertulis. Peternak hanya disyaratkan menyediakan kandang, baik kandang milik sendiri ataupun kandang sewa, serta semua peralatan kandang. Sedangkan perusahaan menyediakan seluruh input yang dibutuhkan oleh peternak dalam proses budidaya ayam broiler, seperti DOC, pakan dan obat-obatan.

Sistem kemitraan inti plasma juga diidentifikasi oleh Lestari (2009) dalam penelitiannya mengenai Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternakan Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada PT X di Yogyakarta. Pola Kemitraan yang dijalankan oleh PT X merupakan kemitraan tertutup dimana pihak peternak plasma tidak diperbolehkan menjual hasil panen atau memasok sarana produksi ternak dari pihak selain PT X. Kontrak kemitraan PT X dengan peternak plasma ayam broiler terdiri dari kontrak perjanjian kerjasama, kontrak harga sapronak dan kontrak harga panen.

Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA) diterapkan oleh PT Sierad Produce. Deshinta (2006) dalam penelitiannya mengenai Peranan Kemitraan terhadap Peningkatan Pendapatan Peternak Ayam Broiler mengidentifikasi bahwa kerjasama kemitraan diatur dalam dokumen tertulis yang disebut surat kesepakatan. Kesepakatan dalam kontrak maupun surat perjanjian haruslah dipatuhi dan dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Deshinta (2006) dalam penelitiannya mengidentifikasi bahwa apabila dalam kesepakatan antara PT Sierad Produce dengan peternak mitra terjadi perselisihan maka akan ditempuh dengan jalan musyawarah. Apabila peternak menimbulkan kerugian, maka akan dikenakan sanksi yang sesuai dengan kesepakatan.

Kemitraan yang terjalin antara PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) dengan petani penangkar benih padi mitra merupakan kemitraan inti plasma dimana PT. SHS menyediakan lahan, sarana produksi, bantuan biaya panen serta memberikan pembinaan kepada petani plasma sementara petani menyediakan tenaga kerja dan melakukan kegiatan budidaya. Kemitraan ditandai dengan penandatanganan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) yang berisi kesepakatan yang harus ditaati oleh kedua belah pihak. Selain melalui SPK, kemitraan antara PT. SHS dengan petani penangkar benih mitra diatur dalam peraturan tidak tertulis yang telah disepakati

(31)

bersama. Pelanggaran terhadap kesepakatan yang dilakukan oleh petani mitra akan dikenakan sanksi dimana petani bersedia dikeluarkan dari kemitraan.

2.1.2 Manfaat dan Kendala dalam Kemitraan

Pelaksanaan kemitraan memberikan manfaat bagi perusahaan mitra maupun petani mitra yang melaksanakannya. Pada kasus kemitraan yang dilaksanakan oleh perusahaan CV Bimandiri dalam penelitian Damayanti (2009), manfaat yang diperoleh perusahaan adalah ketersediaan produk sesuai dengan kriteria yang diterapkan secara kontinyu, sehingga kebutuhan akan produk untuk pasar terpenuhi. Selain itu, CV Bimandiri juga mendapatkan nilai lebih dari pelanggan karena dapat menyediakan produk yang berkualitas dan kontinyu sehingga permintaan dari pelanggan terus meningkat. Sedangkan manfaat yang diperoleh petani mitra diantaranya adalah mendapatkan bimbingan teknis oleh tim penyuluh dari CV Bimandiri mengenai cara-cara bercocok tanam semangka yang baik, cara penanggulangan hama dan informasi-informasi pertanian, sehingga petani beranjak menjadi petani yang maju dan berwawasan, sehingga dapat menghasilkan produk yang baik dan berkualitas. Manfaat yang paling utama didapat oleh petani adalah adanya jaminan pasar yang pasti.

Pelaksanaan kemitraan tidak terlepas dari kendala-kendala. Kendala yang dihadapi oleh CV Bimandiri dalam melaksanakan kemitraan adalah kegagalan panen akibat kondisi cuaca yang tidak menentu, serta keterbatasan modal petani. Hal ini disebabkan tidak adanya bantuan oleh CV Bimandiri dalam bentuk modal. Kendala utama yang dihadapi adalah munculnya pesaing baru semangka Baby Black.

Pada kasus PT. Garudafood yang diidentifikasi oleh Aryani (2009) mengenai Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, kemitraan memberikan manfaat bagi perusahaan maupun petani mitra. Manfaat yang diperoleh perusahaan adalah dapat memenuhi kebutuhan bahan baku.

(32)

melalui pembinaan. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kemitraan di antaranya adalah masih adanya petani mitra yang menjual hasil produksinya ke perusahaan lain, penggunaan pupuk yang tidak sesuai anjuran, panen lebih awal dari yang dianjurkan, serta PT. Garudafood yang juga membeli kacang tanah dari petani non mitra dengan harga yang sama dari petani mitra. Manfaat lain dari kemitraan yang diidentifikasi oleh Deshinta (2006) terutama bagi peternak antara lain adalah mendapatkan pinjaman sapronak, menambah ilmu dan pengetahuan, pemasaran hasil panen, serta adanya kontrol dari perusahaan dan bimbingan teknis mengenai budidaya.

Pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani penangkar benih mitra memberikan manfaat baik bagi perusahaaan maupun bagi petani mitra. Walaupun demikian, pelaksanaan kemitraan juga menghadapi berbagai macam kendala dan permasalahan terutama mengenai pembayaran hasil panen dan penjualan hasil panen yang menyimpang dari kesepakatan kerjasama yang telah ditentukan sebelumnya.

2.1.3 Evaluasi Kemitraan

Evaluasi kemitraan dilakukan dengan melihat kesesuaian antara ketentuan dan realisasi dari atribut yang digunakan dalam penelitian. Dengan adanya evaluasi diharapkan dapat dilihat sejauh mana kedua belah pihak telah menjalankan hak dan kewajibannya. Prastiwi (2010) mengidentifikasi bahwa berdasarkan hasil analisis matriks evaluasi kemiitraan diketahui bahwa sebagian besar atribut kemitraan yang dianalisis pada PT Galih Estetika tidak memiliki kesesuaian antara ketentuan dengan realisasi. Dari sepuluh atribut yang dianalisis, enam atribut memiliki ketidaksesuaian antara ketentuan dengan realisasi.

Hasil penelitian Aryani (2009) menunjukkan bahwa pihak PT Garudafood maupun petani mitra berusaha untuk menjalankan kewajibannya sebaik mungkin sesuai dengan surat perjanjian kerjasama. Dari ketujuh belas atribut, hanya terdapat tiga atribut yang masih tidak sesuai dengan ketentuan. Melalui penelitiannya, Deshinta (2006) menilai pelaksanaan kemitraan antara PT. Sierad Produce dengan peternak ayam broiler telah berjalan dengan baik, karena dari dua

(33)

belas atribut yang tercantum dalam kesepakatan hak dan kewajiban terdapat tiga aspek yang pelaksanaannya masih belum sesuai.

Dalam mengevaluasi pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani penangkar benih padi mitra dilakukan dengan melihat kesesuaian antara realisasi pelaksanaan kemitraan dengan kesepakatan kerjasama. Kesepakatan kerjasama dalam penelitian ini merupakan kesepakatan yang tertulis dalam SPK serta kesepakatan tidak tertulis yang telah ditentukan sebelumnya. Kesepakatan kerjasama dirumuskan ke dalam enam belas atribut evaluasi kemitraan. Berdasarkan keenam belas atribut tersebut dianalisis permasalahan yang terjadi di dalam kemitraan. Selain itu, dengan melihat tanggapan masing-masing pelaku terhadap pelaksanaan kemitraan dapat diketahui manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan kemitraan tersebut.

2.2 Kepuasan Petani terhadap Kemitraan

Dalam pelaksanaan kemitraan perlu pula dikaji tingkat kepuasan petani mitra. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan kemitraan dilihat dari sisi konsumen produk kemitraan, yaitu petani mitra. Firwiyanto (2008) melakukan penelitian mengenai tingkat kepuasan peternak terhadap kemitraan ayam broiler. Perhitungan dilakukan untuk menemukan indeks tingkat kepuasan peternak terhadap pelayanan sarana produksi, pelayanan teknis budidaya dan pelayanan pasca panen dengan penentuan bobot berdasarkan metode Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Melalui

analisis IPA diketahui atribut dari kemitraan yang berada pada kuadran I, dimana atribut tersebut tingkat kinerjanya belum optimal dan harus menjadi prioritas untuk ditingkatkan. Disamping itu, kinerja atribut pada kuadran II harus tetap dipertahankan, dan meningkatkan kinerja atribut kuadran III setelah perbaikan kinerja atribut kuadran I. Secara keseluruhan peternak mitra merasa puas terhadap kinerja atribut kemitraan yang dilaksanakan oleh perusahaan inti. Hal ini dilihat dari nilai CSI sebesar 0,74 atau 74 persen.

(34)

kepentingan yang tinggi akan tetapi kinerjanya dinilai masih rendah oleh peternak plasma sehingga digolongkan ke dalam Kuadran I, yaitu kualitas DOC, kualitas pakan, kecepatan pencairan hasil panen, dan pemberian bonus. Hasil analisis kesesuain juga menunjukkan bahwa keempat atribut tersebut memiliki nilai kesesuaian yang rendah. Walaupun begitu, secara keseluruhan peternak plasma merasa puas terhadap kinerja atribut-atribut yang terdapat dalam kemitraan. Hal ini diketahui dari nilai CSI sebesar 63,38 persen, dimana nilai ini berada pada skala puas.

Metode IPA dan CSI juga digunakan untuk melihat tingkat kepuasan petani mitra terhadap jalannya kerjasama dengan PT. SHS. Melalui metode IPA diketahui tingkat kepentingan dan kepuasan masing-masing petani terhadap atribut kepuasan yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga nantinya dapat diperoleh atribut yang menjadi prioritas utama dalam memperbaiki kinerja pelaksanaan kemitraan. Atribut yang menjadi atribut kepuasan dalam penelitian ini adalah prosedur penerimaan mitra, kualitas benih pokok, harga benih pokok, harga sarana produksi, ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi, frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma, pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan plasma, respon inti terhadap keluhan petani, bantuan inti dalam menanggulangi hama dan penyakit tanaman, pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping, pendamping mudah ditemui dan dihubungi, bantuan biaya panen, ketepatan waktu pemberian biaya panen, penyediaan sarana transportasi untuk panen, harga beli hasil panen serta ketepatan waktu pembayaran hasil panen. Dengan menggunakan metode CSI dapat diketahui kepuasan petani mitra terhadap pelaksanaan kemitraan secara keseluruhan.

2.3 Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Petani

Penelitian terdahulu mengenai pengaruh kemitraan terhadap pendapatan petani telah beberapa kali dilaksanakan. Sebagian besar penelitian tersebut bertujuan untuk mengevaluasi kemitraan yang telah dilakukan, mengetahui pengaruh dari kemitraan itu sendiri terhadap pendapatan usahatani dari pelaku kemitraan tersebut, serta perbandingannya dengan pelaku usahatani mandiri. Penelitian terdahulu mengenai perbandingan tingkat pendapatan antara petani

(35)

mitra dengan petani non mitra telah dilakukan oleh Aryani (2009), Puspitasari (2009), Dhesinta (2006) dan Firwiyanto (2008).

Penelitian Aryani (2009) mengenai Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, membandingkan tingkat pendapatan petani yang bermitra dengan PT Garudafood dan petani yang melakukan usahatani Kacang Tanah secara mandiri (petani non mitra). Berdasarkan penelitian, diketahui R/C rasio atas biaya tunai pada petani mitra sebesar 2,77 sedangkan pada petani non mitra sebesar 1,92. Dari kedua nilai rasio tersebut diketahui bahwa usahatani kacang tanah yang dilakukan petani mitra dan petani non mitra sama-sama menguntungkan. Namun keuntungan yang diperoleh petani mitra lebih besar dibandingkan dengan keuntungan petani non mitra.

Apabila dilihat dari R/C rasio atas biaya total, R/C rasio atas biaya total petani mitra sebesar 1,47 sedangkan petani non mitra sebesar 0,96. Dari R/C rasio atas biaya total, diketahui bahwa petani mitra mendapatkan keuntungan, sebaliknya R/C rasio atas biaya total pada petani mitra menggambarkan adanya kerugian. Selain itu, berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, diketahui bahwa pendapatan atas biaya tunai dan biaya total petani mitra lebih besar, bila dibandingkan dengan petani non mitra. Berdasarkan analisis usahatani serta R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total disimpulkan bahwa dengan mengikuti kemitraan, maka petani akan mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan tidak bermitra.

Pengaruh positif kemitraan juga ditemukan pada penelitian Puspitasari (2009) mengenai Pengaruh Kemitraan Terhadap Produktivitas dan Pendapatan Petani Kakao di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola kemitraan inti plasma yang dilakukan oleh PT. Pagilarang dengan petani kakao anggota kelompok tani Ngupadikoyo meningkatkan penerimaan petani mitra, dimana penerimaan petani mitra lebih besar apabila dibandingkan dengan pendapatan petani non mitra. Kemitraan juga

(36)

Kedua penelitian terdahulu tersebut menunjukkan bahwa kemitraan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani. Hal sebaliknya ditemukan pada penelitian Deshinta (2006) dan Firwiyanto (2008), dimana kemitraan memberikan pengaruh negatif terhadap pendapatan petani. Deshinta (2006) mengidentifikasi bahwa jumlah pendapatan peternak mitra lebih rendah dibandingkan peternak mandiri, karena peternak mitra menanggung biaya yang lebih besar dari peternak mandiri. Selain itu, dari hasil uji terhadap pendapatan total didapat hasil bahwa kemitraan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak. Sedangkan Firwiyanto (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa walaupun tingkat pendapatan yang diperoleh peternak mitra lebih kecil dibandingkan dengan peternak mandiri, namun hal tersebut cukup sepadan bagi peternak yang tidak memiliki modal. Kemitraan masih menjadi solusi untuk mengatasi masalah permodalan karena peternak mitra masih dapat tetap berusaha dan memperoleh pendapatan walaupun tidak memiliki modal.

Kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petani terutama dalam peningkatan pendapatan. Untuk melihat pengaruh dari pelaksanaan kemitraan terhadap pendapatan petani mitra dilakukan analisis pendapatan terhadap petani penangkar benih mitra dan kemudian dibandingkan dengan pendapatan petani penangkar benih padi non mitra.

2.4 PT. Sang Hyang Seri sebagai Produsen Benih Padi

Beberapa penelitian terkait dengan PT. Sang Hyang Seri telah dilakukan sebelumnya, diantaranya oleh Alviah (2007), Noviyanty (2005) dan Roslinawati (2007). Penelitian tersebut difokuskan pada kegiatan PT. Sang Hyang Seri terutama yang berhubungan dengan benih padi.

Alviah (2007) meneliti mengenai Analisis Efektifitas Strategi Promosi Benih Padi dan Palawija pada PT. Sang Hyang Seri (PERSERO), di Desa Dukuh, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi promosi PT. Sang Hyang Seri menampilkan keunggulan dari produk dan dilakukan secara gencar ketika hampir tiba masa tanam. Bentuk-bentuk promosi yang dilakukan oleh PT. Sang Hyang Seri adalah promosi secara Above The Line

(37)

(ATL) menggunakan media cetak (koran, majalah, kemasan luar, brosur, buklet, poster, billboard, dan spanduk) maupun media elektronik (radio dan televisi) serta

Below The Line (BTL) melalui promosi penjualan (demplot, Farm Field Day,

pameran dan expo, hadiah), humas dan publisitas, penjualan pribadi serta pemasaran langsung.

Efektifitas promosi PT. Sang Hyang Seri diukur melalui dampak komunikasi dan penjualan. Dampak komunikasi promosi benih Sang Hyang Seri dengan menggunakan tingkat brand awarness, diperoleh hasil bahwa produk

benih PT. Sang Hyang Seri telah menjadi top of mind di benak responden. Hasil

EPIC Model menunjukkan hasil dimana responden menilai promosi yang dilakukan PT. Sang Hyang Seri sudah efektif. Namun bila dilihat masing-masing dimensi, hanya dimensi dampak serta dimensi empati yang termasuk kategori efektif, sedangkan dimensi persuasi dan komunikasi masih tergolong kriteria cukup efektif. Untuk mengukur kecenderungan hubungan biaya promosi dengan jumlah penjualan, digunakan analisis korelasi dan analisis linear berganda. Hasil analisis korelasi menunjukkan hubungan positif dan searah antara biaya promosi dengan jumlah penjualan. Selain itu, dari hasil analisis linier berganda diketahui bahwa model layak dan biaya promosi mempengaruhi jumlah penjualan secara nyata.

Penelitian lain dilakukan oleh Noviyanty (2005) mengenai Analisis Efisiensi Supply Chain Produk Benih Padi pada PT. Sang Hyang Seri

(PERSERO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Sang Hyang Seri (PERSERO) berada dalam kondisi supply chain yang belum optimal. Hal ini

disebabkan oleh belum adanya kerjasama dengan mata rantai di hilir seperti distributor dan kios. Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan model SCOR, diketahui bahwa elemen sumber untuk pesanan merupakan elemen yang sangat kritikal untuk proses pelaksanaan.

Untuk dapat mengoptimalkan aliran-aliran informasi mulai dari jadwal pengiriman calon benih padi, penerimaan calon benih padi, verifikasi calon benih

(38)

Berdasarkan hasil penelitian setiap aliran informasi memiliki ukuran pelaksanaan yang berbeda-beda.

Berbeda dengan kedua penelitian sebelumnya, Roslinawati (2007) melakukan penelitian mengenai Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Benih Padi pada PT. Sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa metode perusahaan dalam menentukan harga pokok produksi tidak termasuk ke dalam metode Full Costing, Variabel Costing maupun Activity Based Costing. Rata-rata harga pokok produksi dengan

menggunakan metode full costing maupun variable costing memiliki nilai yang

lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan metode perusahaan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan dalam menganalisis biaya. Pada metode perusahaan, biaya pengemasan yang merupakan biaya pemasaran dimasukkan ke dalam perhitungan harga pokok produksi (biaya produksi).

Metode full costing yang menghasilkan harga pokok produksi di bawah

harga pokok produksi metode perusahaan dan di atas harga pokok produksi dengan metode variable costing, dianggap paling tepat karena berada di

tengah-tengah, artinya tidak terlalu tinggi maupun rendah. Harga pokok produksi yang terlalu tinggi akan menghasilkan harga jual yang tinggi dan menyulitkan petani. Sedangkan harga pokok produksi yang terlalu rendah akan menyebabkan dicabutnya subsidi karena perusahaan dianggap mampu berdiri sendiri.

2.5 Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya

Penelitian-penelitian terdahulu mengenai pengaruh kemitraan terhadap pendapatan petani menunjukkan bahwa kemitraan memberikan pengaruh positif terhadap pendapatan, dimana petani mitra memperoleh pendapatan lebih tinggi dibandingkan petani non mitra. Walaupun beberapa penelitian menunjukkan hasil sebaliknya, namun kemitraan tetap memberikan manfaat dan menjadi solusi bagi petani dalam hal ketersediaan modal dan pendapatan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada komoditas yang akan diteliti. Penelitian ini akan meneliti mengenai perbandingan tingkat pendapatan antara petani mitra dengan petani non mitra yang melakukan penangkaran benih padi, dimana penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Benih padi merupakan

(39)

komoditi sentral, dimana kualitas tanaman padi sangat bergantung dari kualitas benih padi yang digunakan. Karena itu, kegiatan penangkaran benih padi perlu mendapat perhatian. Salah satu perusahaan yang melakukan usaha penangkaran benih padi adalah PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS).

Selain itu, penelitian-penelitian terdahulu mengenai PT. SHS, belum pernah membahas mengenai kemitraan yang diterapkan pada perusahaan tersebut. Penelitian ini berusaha mengkaji mengenai pola kemitraan yang diterapkan oleh PT. SHS, kinerja atribut kepuasan kemitraan, serta melihat perbandingan pendapatan antara penangkar benih padi mitra dengan penangkar benih padi non mitra.

(40)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Benih

Menurut Sadjad et al. (1975) yang dimaksud dengan benih ialah biji

tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usahatani, memiliki fungsi agronomis atau merupakan komponen agronomi. Sedangkan menurut Peraturan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan No. 01/Kpts/HK.310/C/1/2009 mengenai Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan, benih tanaman, yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman.

Pengertian benih berbeda dengan biji, karena benih dikembangkan untuk tujuan tertentu yaitu mengembangbiakkan tanaman. Hal ini berbeda dengan fungsi biji, dimana biji tidak dimaksudkan untuk ditanam melainkan digunakan sebagai bahan pangan ataupun pakan ternak dan unggas serta fungsi lainnya seperti bahan dasar produk industri, kepentingan penelitian maupun sebagai bahan baku untuk kerajinan. Benih di sini dimaksudkan sebagai biji tanaman yang dipergunakan untuk tujuan pertanaman, bukan untuk dikonsumsi.

Benih merupakan komoditi pertanian yang paling berpengaruh pada proses usahatani. Berdasarkan Teori Kesejajaran Sadjad terdapat kesejajaran antara tataran usahatani dengan kinerja mutu benih. Artinya tataran usahatani meningkat apabila benih yang digunakan sebagai produk teknologi juga semakin maju tingkatannya. Jadi dengan kata lain, tataran usahatani sejajar dengan tingkat teknologi yang diterapkan untuk memproduksi benih.

3.1.2 Industri Benih

Industri benih di dunia terdiri dari beberapa tipe. Ada yang sepenuhnya merupakan swasta, sebaliknya ada yang sepenuhnya merupakan usaha pemerintah. Selain itu, terdapat tipe industri yang merupakan campuran antara tipe swasta dan usaha pemerintah. Industri benih berkembang di suatu negara

(41)

tergantung pada ideologi masing-masing negara, serta faktor ekonomi yang berbeda. Dalam satu negara dapat ditemukan lebih dari satu tipe industri benih.

Industri benih tipe swasta dikelola oleh pemilikan individual, korporasi, koperasi, asosiasi, ataupun suatu bentuk kemitraan. Perusahaan swasta tidak bergantung terhadap pemerintah dan umumnya memiliki PDB yang mandiri. Campur tangan pemerintah hanya sebatas pembuatan perundangan yang umumnya bersifat melindungi produsen maupun konsumen. Tipe lain yaitu industri benih yang pengelolaannya swasta tetapi masih mendapatkan bantuan dari pemerintah di segenap lini usaha, baik dalam hal PDB, pelaksanaan perbanyakan benih bersertifikat, pengawasan internal ataupun pemasarannya.

Disesuaikan dengan konsumennya industri benih dapat diklasifikasikan dari tingkatan yang teknologinya masih sederhana sampai yang canggih. Berdasarkan Teori Kesejajaran Sadjad, industri benih diklasifikasikan ke dalam lima tingkatan dari tingkat I hingga tingkat V dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Industri Benih Tingkat I, dimana teknologi yang digunakan merupakan teknologi sederhana

2. Industri Benih Tingkat II, merupakan industri yang telah menggunakan mesin-mesin pembersih

3. Industri Benih Tingkat III, merupakan industri benih yang melaksanakan pemilahan benih yang sudah bersih. Benih ini dipilah berdasarkan besar butiran, panjang, lebar, tebal atau berat. Industri ini menghasilkan kinerja fisik benih yang prima

4. Industri Benih Tingkat IV, Industri pada tingkat ini selain memproduksi sebagaimana pada industri tingkat III juga selalu berhubungan dengan lembaga litbang (selaku penghasil varetas dan mulai memasuki program sertifikasi), meski belum memilikinya sendiri untuk lebih terjamin kelangsungan industrinya

5. Industri tingkat V, Industri ini memiliki kemampuan memproduksi benih hasil litbang sendiri. Litbang ini selain memproduksi varietas hibrida yang

(42)

Klasifikasi industri benih didasarkan pada teknologi yang digunakan serta kebutuhan konsumen akan mutu genetiknya. Apabila teknologi yang digunakan sama, tetapi tuntutan jaminan mutu teknologi oleh konsumen meningkat, maka industri benih yang mampu melayani benih bermutu sesuai tuntutan konsumen lebih tinggi tingkatannya. Industri benih yang memiliki PDB secara mandiri juga akan lebih tinggi tingkatannya dibandingkan indutri yang tidak memiliki PDB sendiri.

PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) sebagai salah satu produsen benih di Indonesia termasuk ke dalam golongan industri benih tingkat V, karena telah memiliki Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang) sendiri. Bahkan kini, PT. SHS telah terakreditasi, sehingga dapat melakukan proses sertifikasi sendiri tanpa pngawasan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). Berdasarkan tipenya, PT. SHS merupakan perusahaan milik negara (BUMN). Pada awal pendiriannya PT. SHS difokuskan pada produksi benih padi sawah. Produksi padi mengambil posisi yang sangat strategis dan pemerintah menjadikannya sebagai strategi utama pembangunan. Komoditas padi sawah merupakan komoditas ekonomis dimana pedagang tidak dapat dengan leluasa tanpa campur tangan pemerintah. Hal ini disebabkan oleh karena beras merupakan bahan pangan pokok yang sangat rentan untuk menjaga stabilitas politik negara.

3.1.3 Penangkaran Benih

Penangkaran benih merupakan upaya menghasilkan benih unggul sebagai benih sumber maupun benih sebar yang akan digunakan untuk menghasilkan tanaman varietas unggul. Pada penangkaran benih, benih sumber yang digunakan untuk penanaman produksi benih haruslah satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akan diproduksi. Untuk memproduksi benih kelas BD (benih dasar), maka benih sumbernya haruslah benih padi kelas BS (benih penjenis). Untuk memproduksi benih kelas BP (benih pokok), maka benih sumbernya berasal dari benih dasar atau benih penjenis. Sedangkan untuk memproduksi benih kelas BR (benih sebar) benih sumbernya dapat berasal dari benih pokok, benih dasar atau benih penjenis.

(43)

Pada dasarnya budidaya penangkaran benih padi hampir sama dengan budidaya padi pada umumnya. Yang membedakan di sini adalah adanya seleksi atau roguing. Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat

kemurnian genetik yang tinggi, oleh karena itu roguing perlu dilakukan dengan

benar dan dimulai dari fase vegetatif sampai akhir pertanaman. Roguing dilakukan

untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang diproduksi benihnya.

Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau apabila sekitar 90-95 persen malai telah menguning. Benih padi ketika baru dipanen masih tercampur dengan kotoran fisik dan benih jelek. Karena itu, bila pertanaman benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan, masalah mutu benih padi setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih. Lahan pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen apabila sudah dinyatakan lulus sertifikasi lapangan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). Sebelum panen dilakukan, semua malai dari kegiatan roguing

harus dikeluarkan dari areal yang akan dipanen. Kegiatan ini dilakukan untuk menghindari tercampurnya calon benih dengan malai sisa roguing.

3.1.4 Sertifikasi Benih

Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan No. 01/Kpts/HK.310/C/1/2009 tentang Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan, sertifikasi benih merupakan proses pemberian sertifikat benih tanaman setelah melalui pemeriksaan lapangan dan atau pengujian, pengawasan serta memenuhi semua persyaratan dan standar benih bina. Sertifikasi benih merupakan suatu sistem atau mekanisme pengujian benih berkala untuk mengarahkan, mengendalikan, dan mengorganisasi perbanyakan serta produksi benih (Mugnisjah dan Setiawan 1995).

Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan No. 01/Kpts/HK.310/C/1/2009 tentang Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi Benih

Gambar

Tabel 2. Konversi Lahan Pertanian di Indonesia, 1983-2003
Tabel 4. Kebutuhan Benih Padi Potensial dan Total Produksi Benih Padi (Ton)
Tabel 5. Produksi Benih Padi Inbrida PT. Sang Hyang Seri Tahun 2007-2010
Tabel 6. Luas Lahan Kerjasama dan Jumlah Penangkar Benih Padi Mitra Per
+7

Referensi

Dokumen terkait

Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Immanuel Syam Naek Nababan : Studi Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan Tambahan (Overlay) Pada Proyek Peningkatan Jalan Propinsi Jurusan Binjai – Timbang Lawang (STA 61+000

A- 81.01-85 Merupakan perolehan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan sangat baik, memahami materi dengan sangat baik, memiliki tingkat proaktif dan kreatifitas tinggi

Penyebab kaki, tangan dan mulut (KTM) yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan Analisis of Variance (ANOVA) dan dilakukan UjiBNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf α = 5%. Hasil

otomatis dengan memperhatikan tujuan dan fungsi dari masing masing bagian dari alat yang akan dibuat, yaitu untuk menggerakkan layar penangkap bayangan yang akan

Sebagai salah satu perusahaan otomotif besar di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam mengembangkan masa depan perusahaan ke arah yang lebih baik

Deskripsi : Mata kuliah ini merupakan mata kuliah fakulter yang wajib ditempuh oleh setiap mahasiswa FIP UNY dalam rangka membekali mereka berupa kemampuan memahami