• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI ANALISA DATA

VI.2 Analisis Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa di

1. Komunikasi

Sebagai mana telah dikatakan sebelumnya, komunikasi memegang peranan penting dalam proses pelaksanaan sebuah kebijakan. Hampir sama pada desa-desa yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara pada umumnya, pelaksanaan sosialisasi kebijakan Alokasi Dana Desa di Desa Lontung Jae II dilakukan setelah acara sosialiasi kebijakan Alokasi Dana Desa di wilayah IV Kabupaten Tapanuli Utara yang diadakan di Desa Pakpahan, Ibukota Kecamatan Pangaribuan. Sosialisasi musrenbangdes diadakan pada akhir Bulan April hingga pada awal Mei. Proses sosialisasi ini dilakukan selama dua minggu.

Pemerintah Desa Lontung Jae II menyosialisasikan acara musrenbangdes yang akan diadakan pada tanggal 5 Mei 2013 silam kepada masyarakat dengan cara menyampaikan surat undangan musrenbangdes kepada pengurus gereja-gereja yang ada di wilayahnya guna diwartakan/diumumkan kepada jemaat yang datang, ajakan secara langsung untuk mengikuti acara musrenbangdes kepada setiap warga yang dijumpai, baik di acara adat maupun kedai kopi, kepala desa mengintruksikan kepada tiap kepala dusun untuk mengajak masyarakatnya turut hadir pada acara musrenbangdes, serta menempelkan secarik kertas di papan inforasi atau papan pengumuman di dua dusun yakni Dusun Hadataran dan Dusun Parratusan. Acara musrenbangdes dihadiri oleh 25 orang.

Berdasarkan penjelasan Kepala Desa Lontung Jae II, Desa Lontung Jae II dibagi menjadi dua kawasan pembangunan. Kawasan pertama meliputi Dusun Hadataran, Hapesong dan Dusun Parratusan, sedangkan kawasan kedua meliputi Dusun Huta Sirumambe, Dusun Huta Baru, Dusun Sibio-Bio dan Dusun Sileang-Leang. Pembagian kawasan ini dikarenakan letak antara dusun yang satu dengan dusun lainnya sangat berjauhan, dan itu pun hanya dilalui dengan menggunakan jalan kaki. Kalau pun ingin menggunakan kendaraan beroda dua, pada saat musim kemarau panjanng saja. Pembagian kawasan ini bertujuan agar terjadinya pemerataan pembangunan di kedua kawasan apabila ada program bantuan dari pemerintah, termasuk program bantuan alokasi dan desa. Jadi, untuk tahun 2013, program bantuan Alokasi Dana Desa difokuskan untuk daerah kawasan pertama. Pembangunan tujuh unit gorong-gorong dibangunan di tiga dusun yang menjadi bagian dari kawasan pertama, yakni Dusun Hadataran, Hapesong dan Parratusan.

Dengan adanya pembagian kawasan ini, masyarakat yang hadir dan turut berpatisipasi dalam setiap proses program bantuan dari pemerintah ialah masyarakat yang berada di kawasan yang mendapat bantuan sesuai giliran. Jadi, untuk pelaksanaan program Alokasi Dana Desa tahun anggaran 2013 yang terlibat atau yang menyelesaikannya ialah masyarakat yang berada di kawasan pertama, yakni Dusun Hadataran, Hapesong dan Parratusan.

Dikaitkan dengan kehadiran jumlah penduduk pada acara musrenbangdes yang dihadiri oleh 25 orang, menurut penulis ini tidak merupakan bukti tidak berhasilnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah desa. Jika dilihat dari daftar absensi musrenbangdes, yang menghadiri mayoritas masyarakat biasa (tani) yang berjumlah 20 orang, selebihnya adalah aparat desa dan anggota kelompok lainnya. Hal ini tentu menunjukkan bahwa antusias warga untuk berpartisipasi dalam musrenbangdes sangat baik, apalagi jika melihat dengan jarak antara dusun yang satu dengan dusun yang lainnya berjauhan.

Pada saat acara musrenbangdes, kepala desa menyosialisasikan kebijakan Alokasi Dana Desa. Sosialisasi tersebut meliputi apa itu Alokasi Dana Desa, berapa besaran dan Alokasi Dana Desa yang diterima oleh Desa Lontung Jae II, apa tujuan Alokasi Dana Desa dan apa – apa saja larangannya. Menurut ketua tim pelaksana kegiatan kebijakan Alokasi Dana Desa dan salah seorang warga yang menghadiri acara musrenbang desa, hal – hal yang disampaikan oleh kepala desa selaku komunikator dapat dimengerti dengan baik.

Berdasarkan kejelasan informasi yang disampaikan oleh kepala desa selaku komunikator terkait dengan sosialisasi kebijakan Alokasi Dana Desa pada acara musrenbang, menurut penulis sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan

terbentuknya Tim Pengelola Kegiatan dan Tim Pelaksana Kegiatan Alokasi Dana Desa Desa Lontung Jae II serta disepakatinya pembangunan tujuh unit goronggorong di tiga dusun, yakni di Dusun Hadataran, Hapesong dan Parratusan sebagai Daftar Usulan Rencana Kerja.

2. Sumber Daya

Dalam hal sumber daya manusia sebagai pelaksana kebijakan Alokasi Dana Desa di Desa Lontung Jae II ialah Tim Pengelola Kegiatan dan Tim Pelaksana Kegiatan. Tim Pengelola berfungsi sebagai tim pendamping yang memberi arahan kepada Tim Pelaksana Kegiatan dalam melaksanakan proses kebijakan setelah terpilih di acara musrenbangdes hingga pada pertanggungjawaban, sedangkan tugas dari Tim Pelaksana Kegiatan sebagai mana telah dijelaskan yakni melaksanakan kegiatan Alokasi Dana Desa yang telah disepakati bersama pada saat acara musrenbangdes hingga pada tahap penyampaian laporan pertanggungjawaban.

Tim Pelaksana Kegiatan terdiri dari lima orang anggota, dan tingkat pendidikan mereka sangat rendah. Hal ini sangat mempengaruhi proses pengerjaan Alokasi Dana Desa, terutama dalam hal administratif. Apalagi dengan tidak didukungnya dengan alat-alat perkantoran di kantor desa sebagaimana yang dimiliki oleh kantor desa pada umumnya di Kabupaten Tapanuli Utara. Bila ada keperluan menyangkut administrasi dan menggunakan surat menyurat, Tim Pelaksana Kegiatan melakukannya dengan tulis tangan. Namun, apabila berkas harus dikerjakan dengan menggunakan komputer, maka Tim Pelaksana Kegiatan menggunakan jasa pengetikan orang lain dan itu pun lokasinya berada di desa ibukota kecamatan.

Namun demikian, meskipun dari segi pendidikan Tim Pengelola dan Tim Pelaksana Kegiatan sangatlah rendah, hal itu tidak mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengajak masyarakat untuk berpartisipasi/bergotong royong membantu pembangunan gorong-gorong plat beton di tiga dusun yang ada di Desa Lontung Jae II. Dalam pengerjaan pembangunan tujuh buah gorong-gorong, masyarakat sangat antusias membantu Tim Pelaksana Kegiatan, baik itu berupa tenaga, pikiran, materi dan bantuan lainnya. Sifat gotong royong masih kental di Desa Lontung Jae II. Seluruh masyarakat sangat antusias membantu pemerintah desa dalam hal pembangunan desa, baik itu dari program Alokasi Dana Desa ataupun program bantuan pemerintah lainnya. Masyarakat memahami betul bahwa Desa Lontung Jae II sangat jauh tertinggal kondisinya dari desa-desa lain yang ada di Kecamatan Garoga. Hal ini menumbuhkan pemikiran di masyarakat untuk saling topang menopang apabila ada bantuan dari pemerintah karena bantuan tersebut dirasa sangatlah perlu untuk pembangunan desa.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, penulis menganalisa bahwa memang betul tingkat pendidikan anggota Tim Pelaksana Kegiatan yang rendah berpengaruh terhadap kemampuan dalam mengerjakan program kegiatan Alokasi Dana Desa terutama dalam hal yang bersifat administratif. Namun demikian, hal tersebut tidak mempengaruhi kemampuan mereka dalam hal menumbuhkan partisipasi masyarakat untuk ikut aktif dalam setiap proses Alokasi Dana Desa. Hal ini dibuktikan dengan adanya bantuan yang dilakukan oleh masyarakat, baik berupa bantuan tenaga, pikiran, dan bantuan lainnya.

Terkait dengan sumber daya modal, Desa Lontung Jae II menerima dana pemberdayaan masyarakat sebesar Rp. 52.012.000,-. Hal ini sesuai sebagaimana yang tertuang dalam Keputusan Bupati Tapanuli Utara No. 59 tahun 2003. Pencairan biaya pemberdayaan masyarakat diterima oleh Desa Lontung Jae II pada awal Bulan November. Dengan pencairan yang diterima desa pada awal November, pelaksana kebijakan menyatakan bahwa Tim Pengelola dan Pelaksana Kegiatan merasa sangat kerepotan dalam mengerjakan program kegiatan Alokasi Dana Desa. Hal ini dikarenakan waktu yang dimiliki sangat terbatas, yakni Bulan November hingga Desember, belum lagi dengan letak geografisnya yang jauh dan hanya bisa dilewati dengan berjalan kaki saja. Dengan demikian, dana 52 juta yang diterima oleh Desa Lontung Jae II tidak semua digunakan untuk membeli bahan material dan upah kerja, tetapi juga untuk membayar biaya jasa transport yang mengantarkan bahan material dari toko bangunan yang berada di ibukota kecamatan hingga ke Desa Lontung Jae II. Belum lagi dalam hal pengisian dan penyusunan laporan pertanggungjawaban seluruh anggaran bantuan alokasi Dana Desa ke pihak kabupaten.

Untuk itu, Tim Pelaksana Kegiatan menyiasati pengerjaan tujuh unit gorong-gorong di tiga dusun tersebut dengan cara mengupah masyarakat yang memiliki kompetensi dibidang bangunan dan membagi para pekerja menjadi tiga grup dan masing-masing grup mengerjakan pembangunan di tiga dusun yang telah dibagi oleh Tim Pelaksana Kegiatan. Hal ini disebabkan jarak antar dusun satu dengan dusun lainnya jauh. Hal ini bertujuan untuk menghemat waktu pengerjaan pembangunan tujuh buah gorong-gorong di Desa Lontung Jae II.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, penulis menganalisa pencairan dana biaya pemberdayaan masyarakat yang diterima oleh Desa Lontung Jae II pada Bulan November memang betul sangat merepotkan Tim Pelaksana Kegiatan dalam mengerjakan pembangunan tujuh unit gorong-gorong hingga pada penyampaian laporan pertanggungjawaban bantuan Alokasi Dana Desa secara menyeluruh. Waktu yang dimiliki oleh Tim Pelaksana Kegiatan dalam mengerjakan program Alokasi Dana Desa mulai dari pembangunan tujuh unit gorong-gorong di tiga dusun hingga pada penyampaian laporan pertanggungjawaban bantuan Alokasi Dana Desa secara menyeluruh adalah Bulan November hingga Desember.

Tanggal 31 Desember merupakan batas akhir penyampaian laporan pertanggungjawaban ke pihak kabupaten melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Tapanuli Utara. Apabila desa tidak menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Tapanuli Utara hingga tanggal yang telah ditentukan dalam Perbup No. 3 tahun 2013, maka desa yang bersangkutan akan diberikan peringatan berupa bahan pertimbangan untuk mendapatkan dana bantuan Alokasi Dana Desa tahun anggaran berikutnya. Inilah yang menjadi kesan paksaan dari pemerintah kabupaten kepada pelaksana kebijakan di tingkat desa. Pelaksana kebijakan ditingkat desa mau tidak mau harus mengerjakan atau menyelesaikan bantuan dana Alokasi Dana Desa yang diterima dengan batas waktu per 31 Desember. Jika desa tidak menyampaikan laporan pertanggungjawaban ke pihak kabupaten hingga pada batas waktu yang ditentukan, maka desa yang bersangkutan akan mendapat peringatan berupa bahan

pertimbangan untuk mendapatkan dana bantuan Alokasi Dana Desa tahun anggaran berikutnya. Dengan keterbatasan waktu yang dimiliki, maka Tim Pelaksana mengupah masyarakat yang memiliki keahlian dibidang bangunan agar tetap konsisten dalam mengerjakan pembangunan tujuh unit gorong-orong di tiga dusun serta membagi tim pekerja menjadi tiga bagian dengan tujuan menghemat waktu pengerjaan. Terakhir, dana 52 juta yang seharusnya dibelanjakan untuk membeli bahan-bahan material dan upah, tidak semuanya digunakan untuk itu. Ada sebagian digunakan untuk biaya jasa transport.

Dalam proses pengerjaan kebijakan Alokasi Dana Desa dari awal sosialisasi hingga pada penyampaian laporan pertanggungajawaban ke pihak kabupaten, tidak terlepas dari adanya kesediaan fasilitas-fasilitas yang mendukung, baik meliputi kendaraan dinas kepala desa, kantor desa godung borotan, peralatan kantor yang ada di kantor desa dan tentunya sumbangsih bantuan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan adanya bantuan fasilitas-fasilitas yang mendukung, membantu para pelaksana kebijakan dalam melakukan kebijakan Alokasi Dana Desa di Desa Lontung Jae II.

3. Struktur Birokrasi

Birokrasi menunjuk pada suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mengerahkan tenaga dengan teratur untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam mengimplementasikan sebuah kebijakan, struktur organisasi turut mendukung dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan di dalam kebijakan yang ada. Organisasi pelaksana kebijakan Alokasi Dana Desa ialah Tim Pengelola Kegiatan dan Tim Pelaksana Kegiatan. Pembentukan organisasi pelaksana kebijakan Alokasi Dana Desa di Desa Lontung Jae II diadakan pada acara musrenbangdes.

Tim Pelaksana Kegiatan dipilih secara bersama oleh aparat desa dan masyarakat yang menghadiri acara musrenbangdes dari unsur aparat desa, anggota Badan Permusyawaratan Desa, unsur Lembaga Partungkoan Masyarakat, tokoh masyarakat, dan Tim Penggerak PKK. Beda halnya dengan Tim Pengelola Kegiatan. Tim pengelola kegiatan sudah ditentukan orang-orangnya oleh kabupaten. Tim Pengelola Kegiatan terdiri dari kepala desa, Penanggung Jawab Administrasi Kegiatan yaitu bendahara desa dan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan adalah sekretaris desa.

Kedua organisasi ini merupakan pelaksana dan bertanggung jawab atas pelaksanaan Alokasi Dana Desa. Tim Pengelola Kegiatan bertanggung jawab terhadap seluruh penggunaan dana Alokasi Dana Desa, sedangkan Tim Pelaksana Kegiatan bertugas menyusun Usulan Rencana Kerja, Rencana Anggaran biaya, melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Tim Pengelola. Dalam hal pengambilan dana biaya pemberdayaan yang bertugas ialah Penanggung Jawab Administrasi Kegiatan. Pencairan dana diterima oleh penanggung Jawab Administrasi Kegiatan melalui rekening desa Lontung Jae II di ibukota Kecamatan Garoga, yakni di Desa Garoga Sibargot, dan diterima dari pihak Bank Sumut selaku mitra Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara dalam hal pencairan dana. Begitu dana biaya pemberdayaan diterima oleh desa, barulah Tim Pelaksana Kegiatan melakukan pembangunan tujuh unit gorong-gorong di tiga dusun, yakni Dusun Hadataran, Hapesong dan Parratusan.

Dalam pelaksanaan kebijakan Alokasi Dana Desa, kedua organisasi pelaksana melakukan koordinasi. Apabila Tim Pelaksana mengalami kesulitan dalam mengerjakan sesuatu hal, maka Tim Pengelola menjadi pendamping yang

memberi solusi atas kesulitan yang dihadapi. Hal ini bertujuan agar pelaksanaan bantuan alokasi dana desa dapat berjalan dengan baik.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis menganalisa dalam hal organisasi pelaksana sudahlah tepat sebagaimana yang termuat dalam Peraturan Bupati Tapanuli Utara Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Alokasi Dana Desa/Kelurahan (ADD/K) Kabupaten Tapanuli Utara tahun Anggaran 2013 mulai tentang pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan yang dipilih pada saat acara musrenbangdes yang diatur pada pasal 9 ayat (2), pasal 1 ayat (11) sampai (14) yang menyebutkan pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa adalah kepala desa, Penanggung jawab Administrasi Kegiatan dan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan dipilih oleh kepala desa, Penanggung Jawab Administrasi Kegiatan ialah bendahara desa serta Penanggung Jawab Operasional Kegiatan ialah sekretaris desa serta pasal 8 ayat (1) yang menyebutkan tim pelaksana kegiatan tingkat desa dipilih dari perangkat desa, anggota BPD, anggota LPM, Tim Penggerak PKK, dan tokoh masyarakat.

Untuk pembagian tugas juga telah dijelaskan pada perbup dan telah dijalankan oleh masing-masing organisasi pelaksana, yakni Tim Pengelola dan Tim Pelaksana Kegiatan. Demikian juga hal nya dengan koordinasi diantara para organisasi pelaksana telah dilakukan dengan baik.

4. Sikap

Terkait dengan persepsi pelaksana terhadap bantuan Alokasi Dana Desa, para pelaksana kegiatan menyatakan bantuan Alokasi Dana Desa sangat berguna bagi pembangunan desa terutama dalam hal fisik. Dengan adanya bantuan Alokasi Dana Desa tahun anggaran 2013, pemerintah desa dapat menggunakannya untuk

pembangunan tujuh unit gorong-gorong di tiga dusun, yakni Dusun Hadataran, Hapesong dan Parratusan yang berfungsi untuk kelancaran masyarakat yang hendak melintasi ketiga dusun tersebut, terlebih pada musim penghujan.

Namun, di sisi lain para pelaksana juga mengkritiki pencairan dana Alokasi Dana Desa yang diterima oleh desa pada Bulan November. Menurut para pelaksana dengan pencairan yang dilakukan pihak kabupaten pada akhir-akhir tahun membuat Tim Pelaksana di tingkat desa keteteran. Waktu yang dimiliki oleh Tim Pelaksana sangatlah terbatas. Apalagi jika dilihat letak geografis Desa Lontung Jae II yang memang sangat jauh dan sulit untuk dijangkau/dilintasi. Belum lagi dengan kemampuan Tim Pelaksana Kegiatan yang masih rendah, sangat membuat Tim Pelaksana Kegiatan kewalahan.

Harapan para pelaksana di tingkat desa ialah pencairan dana diberikan beberapa saat setelah desa menyampaikan berkas-berkas yang diperlukan untuk proses pencairan dana, tidak butuh waktu yang lama. Di samping itu, para pelaksana di tingkat desa juga memiliki harapan agar jumlah dana bantuan Alokasi Dana Desa ditambah agar program yang dilakukan oleh pemerintah desa dampaknya dapat dirasakan atau dinikmati oleh banyak masyarakat bahkan seluruh masyarakat.

Selain persepsi, respon para pelaksana kebijakan terhadap bantuan Alokasi Dana Desa sangat respon dan menyambut baik bantuan Alokasi Dana Desa yang diberikan. Hal ini dibuktikan dengan melakukan sosialisasi acara musrenbangdes. Pemerintah desa memberikan surat undangan musrenbang kepada tiap pengurus gereja yang berada di wilayah Desa Lontung Jae II guna dibacakan kepada jemaat yang hadir untuk menghadiri acara musrenbang yang akan diadakan pada tanggal

5 Mei 2013. Selain surat undangan, beliau juga menambahkan cara yang digunakan untuk mengajak masyarakat untuk menghadiri acara musrenbang yaitu dengan pendekatan kepada masyarakat secara langsung yang ditemui di kedai kopi maupun di acara adat, menempelkan secarik kertas pengumuman di papan informasi, menyusun Usulan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Biaya, pembangunan tujuh unit gorong-gorong hingga pada penyampaian laporan pertnggungjawaban yang tepat waktu. Begitu juga dengan bimbingan dan pendampingan yang dilakukan oleh Tim Pengelola Kegiatan kepada Tim Pelaksana Kegiatan merupakan bukti respon yang baik dari pelaksana kebijakan di tingkat desa.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menganalisa memang bantuan Alokasi Dana Desa sangatlah baik untuk pembangunan desa, meskipun pada umumnya dananya digunakan oleh para pelaksana kebijakan untuk pembangunan fisik desa. Namun demikian, alangkah lebih baiknya lagi jika pencairan dana Alokasi Dana Desa diberikan pemerintah kabupaten beberapa saat setelah desa menyiapkan berkas-berkas yang menjadi syarat pencairan dana biaya pemberdayaan, bukan di akhir-akhir tahun. Hal ini bertujuan agar para pelaksana kebijakan mampu mengerjakan kegiatan Alokasi Dana Desa dengan baik dan maksimal dengan waktu yang cukup. Dengan pencairan yang dilakukan pada Bulan November, hal ini mendapat kritikan dari para pelaksana kebijakan di tingkat desa karena dengan demikian Tim Pelaksana Kegiatan tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengerjakan pembangunan tujuh unit gorong-gorong dan kegiatan lain ke depannya dalam proses kegiatan Alokasi Dana Desa.

Namun di samping itu, para pelaksana kebijakan berharap kepada pemerintah kabupaten agar jumlah dana bantuan Alokasi Dana Desa untuk tahun anggaran berikutnya dinaikkan agar program yang dilakukan oleh pemerintah desa dampaknya dapat dirasakan atau dinikmati oleh banyak masyarakat bahkan seluruh masyarakat, terutama pembangunan akses jalan ke Desa Lontung Jae II dari Desa Gonting Salak.

Terkait respon, para pelaksana kebijakan di Desa Lontung Jae II merespon bantuan Alokasi Dana Desa dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan segeranya pemerintah desa melakukan sosialisasi acara musrenbangdes, menyusun Usulan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Biaya, pembangunan tujuh unit gorong-orong hingga pada penyampaian laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu. Begitu juga dengan bimbingan dan pendampingan yang dilakukan oleh Tim Pengelola Kegiatan kepada Tim Pelaksana Kegiatan merupakan bukti respon yang baik dari pelaksana kebijakan di tingkat desa.

5. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Terkait dengan ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan di Desa Lontung Jae II, informan menyatakan dana bantuan Alokasi Dana Desa dipergunakan untuk pembangunan tujuh unit gorong-gorong di tiga dusun dan hal ini sesuai dengan tujuan pemberiannya yaitu peningkatan infrastruktur desa. Hal ini dilakukan juga dengan melihat kesesuaian dana yang diterima oleh desa dan kegiatan apa yang cocok untuk dilakukan dan tentunya juga melihat sisi prioritasnya. Jadi, pembangunan tujuh unit gorong-gorong di tiga dusun merupakan pembangunan yang lahir berdasarkan atas kekuatan dana yang dimiliki diikuti/ditimbang dengan skala prioritas dan juga sesuai dengan Daftar

Usulan Rencana Kerja sebagai mana disepakati bersama pada acara musrenbangdes.

Menurut analisa penulis, pembangunan tujuh unit gorong-gorong di tiga dusun merupakan program kerja yang tepat. Hal ini melihat dana yang diterima oleh desa dengan skala prioritas kebutuhan masyarakat. Dengan dibangunnya tujuh unit gorong-gorong tersebut masyarakat mengalami kemudahan untuk melintasi dusun yang satu dengan dusun lainnya ditiga dusun yang menjadi lokasi pembangunan.

Untuk pengalokasian dana Alokasi Dana Desa dilakukan sesuai dengan perbup. Biaya honor dipergunakan untuk membayar honor kepala desa, kepala urusan, ketua BPD, wakil ketua BPD, dan anggota BPD. Hal ini juga dinyatakan oleh ketua BPD yang mengungkapkan bahwa BPD menerima honor dari post dana Alokasi Dana Desa dan penerimaannya diterima tiap triwulan. Biaya operasional pemerintahan dipergunakan untuk membiayai kebutuhan rapat, membeli keperluan alat tulis, biaya transport dan lain sebagainya yang memang dianggap perlu dan memang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan kegiatan program Alokasi Dana Desa dan biaya pemberdayaan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dipergunakan untuk kegiatan program-program pembangunan desa, termasuk pembayaran biaya jasa transport barang bahan bangunan dari ibukota kecamatan ke Desa Lontung Jae II.

VI.3 Analisa pelaksanaa kebijakan Alokasi Dana Desa di Kabupaten

Dokumen terkait