• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bab ini penulis menyajikan analisis data, yaitu penyusunan secara sistematis data yang melalui hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengelompokkan data berdasarkan kategori menjabarkannya kedalam unit-unit dan menyusunnya kedalam pola sehingga dapat dipahami oleh penulis maupun orang lain sehingga akhirnya menghasilkan suatu kesimpulan akan fenomena yang sedang diamati.

Dalam penelitian ini penulis mengamati implementasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan (PNPM MP) di dolok hataran kecamatan siantar kabupaten simalungundengan menggunakan empat variabel implementasi kebijakan yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi, keempat variabel-variabel tersebut tentunya memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan atau implementasi dari suatu kebijakan dan program.

5.1 Implementasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan (PNPM MP)

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan defenisi dari teori George Edward III yang mengatakan bahwa implementasi kebijakan adalah tahap yang paling menentukan dari keseluruhan proses kebijakan. Keberhasilan implementasi dapat dilihat dari isi kebijakan tersebut dan konsekuensi atau dampak apa saja yang diberikan kepada masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor-faktor didalamnya yaitu komunikasi, sumberdaya,disposisi, struktur birokrasi. Faktor tersebut saling berinteraksi didalam pelaksanaanya, menurut Edward tidak ada faktor tunggal dalam implementasi kebijakan. Suatu kondisi akan di pengaruhi oleh kondisi lain yang disebabkan oleh faktor-faktor yang saling berinteraksi. Jika suatu kebijakan

53 tidak dapat atau tidak bisa mengurangi suatu masalah yang merupakan sasaran kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan tersebut diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu suatu kebijakan yang cemerlang mungkin juga akan mengalami kegagalan jika kurang diimplementasikan dengan baikoleh para pelaksanan kebijakan.

Dalam hal implementasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan di desa dolok hataran kecamatan siantar kabupaten simalungun ini yang yang telah berjalan kurang lebih enam tahun terakhir ini peneliti merasakan sudah baik dalam pelaksanaanya sesuai yang dilihat didalam masyarakat.

5.1.1 Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, melalui komunikasi suatu suatu kebijakan dapat tersalurkan pada berbagai pihak yang terlibat dan pihak yang merupakan sasaran dari komunikasi tersebut. Dalam implementasi kebijakan seperti peraturan pemerintahan komunikasi terjadi dalam bentuk sosialisasi , bertujuan supaya pihak-pihak yang melaksanakan maupun dikenakan kebijakan mengetahui informasi mengenai kebijakan tersebut. Implementor dari kebijakan tersebut harus paham dengan apayang mereka kerjakan , bagaimana cara mengerjakannya dan apa tujuan dan sasaran yang ingin mereka capai.

Komunikasi pada program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan dapat dilihat dari penyampaian informasi yang dilakukan oleh implementor program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan, kejelasan informasi dan penyaluran informasi kepada pihak yang terlibat.

54 Pihak kepala desa juga melakukan sosialisasi sehingga informasi tentang program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pekotaan dapat tersampaikan kepada kelompok sasaran dalam hal ini warga masyarakat dolok hataran itu sendiri, petugas pelaksana program juga telah memahami dengan baik petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis.

Berdasarkan teori George Edward III ada tiga dimensi yang mempengaruhi komunikasi yaitu penyampaian informasi, kejelasan dan konsistensi. Penyampaian informasi yang disampaikan kepada koordinasi sudah baik dan dapat dipahami apa saja ketentuan yang harus dipenuhi dan para pekerja tanpa harus diingatkan lagi. konsistensi mengenai penyampaian program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan dapat dilihat dari komitmen kebijakan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri yang berisi mematuhi peraturan perundang-undangan, dalam hal kejelasan sangat ditekankan sehingga tidak membingungkan. Para implementor akan mendapatkan diskresi yang lebih banyak lagi dalam menginteprestasikan kebijakan jika ketidakjelasan informasi tersebut terjadi.

5.1.2 Sumber Daya

Sumber daya sebagai pelaksana dari suatu kebijakan tentu kualitas dan ketersediaan sumberdaya sangat diperhatikan, kualitas sumberdaya menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan suatu kebijakan, selain itu juga harus diiringi dengan jumlah sumber daya yang memadai. Berdasarkan teori George Edward III ada tiga dimensi sumber daya dalam implementasi kebijakan publik yaitu dimensi sumber daya manusia, peralatan serta informasi dan kewenangan. Pada dimensi sumber daya manusia (staff) efektivitas pelaksanaan kebijakan sangat bergantung pada sumber daya manusia (aparatur) yang melaksanakan kebijakan. Dimensi peralatan (fasilitas) adalah sarana yg

55 digunakan untuk operasionalisasi pelaksanaan suatu kebijakan. Dimensi informasi dan kewenangan yaitu diperlukannya informasi yang relevan dan berkaitan dengan cara pelaksanaan kebijakan.

Berdasarkan kualitas sumber daya manusia yang berperan dalam implementasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan sangat memperhatikan kualitas sumber daya manusia dan ketersediaan fasilitas juga sangat diperhatikan. Penyampaian informasi yang relevan disampaikan melalui via internetkepada pusat program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan.

Dalam implementasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan semua dimensi yang berpengaruh pada sumber daya manusia sudah cukup baik kualitas dan kuantitasnya dalam menjalankan suatu program sehingga mendukung implementasi kebijakan yang sedang dilaksanakan, dalam hal ini petugas pelaksana telah melakukan dengan baik dan bersikap ramah tamah kepada kepada masyarakat.

Anggaran merupakan rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan dan merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam suatu moneter untuk jangka waktu tertentu

Pendapatan ini juga diutarakan oleh Bapak Amiruddin pada tahun 2014 pada tahap pertama untuk dolok hataran APBN 60%, pada tahap kedua APBN 35% dan APBD 5%. Pembiayaan kegiatan yang tercantum dalam PJM Pronangkis dialokasikan sejumlah Rp282.576.000,- dengan komposisi swadaya sebesar Rp 59.572.000,- BLM P2KP sebesar Rp 225.000.000,- APBD sebesar Rp 9.900.000,- dan kontribusi pihak-pihak lain (kelompok peduli) sebesar Rp.0,-

56 5.1.3 Disposisi

Dalam pelaksanaan kebijakan atau program para implementor kebijakan tentunya meniliki persepsi atau penilaian yang berbeda terhadap kebijakan yang akan dilaksanakan. Sikap mereka baik itu menerima atau pun menolaksangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publi. Jika penilaian akan suatu kebijakan atau program berbeda antara pembuat kebijakan dengan pelaksana kebijakan dan cenderung berlawanan arah maka otomatis kebijakan ataupun program tersebut akan sulit untuk dilaksanakan. Bahkan dengan adanya perbedaan penilaian yang begitu terlihat jelas kemungkinan akan menciptakan keengganan dari para pelaksana sehingga menghambat pelaksanaan kebijakan atau program.

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan pandangan semua pihak yang terlibat di program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan sangat menyambut dengan baik dengan adanya program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan yang dari pemerintah, karena mereka berpendapat bahwa dengan adanya program PNPM ini sangat memudahkan serta membantu masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan.

Selainmempertanggungjawabkan kepada masyarakat, Badan Kesewadayaan Masyarakat (BKM) juga menginformasikan perkembangan kegiatannya kepada Pemerintah Daerah dalam bentuk laporan rutin melalui Pangulu dan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) Kecamatan.

57 Strukruk birokrasi yang mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh signifikan dalam implementasi, salah satu struktur birokrasi yaitu Standart Operasional Prosedur (SOP) yang akan menjadi pedoman pelaksana dalam melaksanakan kebijakan.

Dalam proses implementasi kebijakan pastinya melibatkan para implementor atau pelaksana sehingga sasaran dan tujuan kebijakan program tersebut dapat tercapai dengan baik, struktur birokrasi yang banyak dan tidak nyaman akan mengakibatkan tidak didapatnya efektif dan efisien dalam proses implementasi kebijakan. Hal ini yang menjadi paling penting menurut George Edwards ketika membahas struktur birokrasi dalam kebijakan publik adalah mengenai standar operasional prosedur dan frugmentasi.

Dalam pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan di desa dolok hataran kecamatan siantar kabupaten simalungun sudah dijalankan sesuai dengan standar operasional prosedur. Dalam standar operasional prosedur sudah setara dengan buku pedoman program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan telah tergambarkan dengan jelas disebuah standar operasional prosedur.

Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melaksanakan rembug atau rapat tahunan dalam rangka pertanggungjawaban kinerja dan pelaksanaan amanah program jangka menengah (PJM) Pronangkis kepada masyarakat secara rutin. Papan Pengumuman dipasang diberbagai titik untuk memudahkan control masyarakat, yang terletak di 5 titik strategis.

5.2 Analisis Hubungan semua variabel dengan masing-masing Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

58 Analisis dari masing-masing variabel telah penulis paparkan selanjutnya peneliti akan menganalisis hubungan antara variabel yang diteliti sesuai dengan model implementasi George Edward III seperti yang tertera pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.1 Hubungan variabel dalam implementasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan (PNPM MP) di desa dolok hataran kecamatan siantar kabupaten simalungun.

Komunikasi

Sumber Daya

Disposisi

Struktur Birokrasi

George Edward menjelaskan bahwa tidak ada satu variabel pun yang yang dapat berdiri sendiri atau tidak ada variabel tunggal seperti yang terlihat pada gambar, selain itu juga tidak ada variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya ke semua variabel-variabel yang

I M P L E M E N T A S I

59 ada, komunikasi yang baik dalam pelaksanaan kebijakan dipengaruhi oleh sumber daya dan disposisi yang baik.

Begitu juga pada struktur birokrasi pelaksana kebijakan yang baik juga dipengaruhi oleh sumber daya dan disposisi yang baik. Sumber daya yang baik juga menghasilkan sikap pelaksana yang baik, sehingga keempat variabel ini saling berkaitan dan membutuhkan satu sama lain.

Sumber daya menjadi hal yang paling utama dalam implementasi kebijakan terutama dalam ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu dan memiliki loyalitas yang baikuntuk menjalankan kebijakan tersebut baik itu meliputi dari sumber daya manusia yang memadai maupun sumber daya yang lainnya seperti fasilitas, sarana dan prasaran. Penggunaan sumber daya manusia yang tersedia secara maksimal yang mempunyai kemampuan mengarahkan komunikasi dalam melakukan koordinasi dengan setiap bagian-bagian yang berkait dengan penentuan keberhasilan implementasi kebijakan maupun program.

Jika dilihat dari petugas program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan yang ada di desa dolok hataran kecamatan siantar kabupaten simalungun ini sudah memiliki loyalitas yang tinggi, cara berkomunikasi yang sangat baik dengan masyarakat dan melakukan koordinasi dengan penanggung jawab program selain itu juga petugas pelaksana program bekerja secara maksimal hal ini dapat dilihat dengan kepedulian mereka terhadap masyarakat.

Peneliti lihat semua kegiatan yang telah berjalan di desa dolok hataran ini sudah jelas dan sesuai dengan acuan standar operasional prosedur yang tersedia. Semua berjalan dengan baik dan sudah sesuai dengan SOP kalaupun tidak ada yang sesuai dengan hal tersebut dikarenakan karena kurangnya waktu para pelaksana dalam melakukan pembangunan.

60 Dari sisi variabel disposisi atau sikap para pelaksana dari hasil analisis dijelaskan bagaimana sikap para pelaksana dalam menentukan keberhasilan dari suatu kebijakan maupun program yang diimplementasikan. Program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan ini mendapat respon yang sangat baik oleh pihak kepala desa dan masyarakat sendiri karena dengan adanya program ini untuk beberapa masyarakat yang kurang mampu sangat terbantu dengan adanya kegiatan sosia, dan juga kegiatan pembangunan jalan umum maupun jalan kecil yang diperbaiki untuk jalan yang akan dilewati masyarakat setempat.

Dengan demikian keempat factor yang disebutkan pada George Edward III dalam implementasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan di desa dolok hataran kecamatan siantar kabupaten simalungun yang telah dijelaskan oleh peneliti terkait dengan saling mempengaruhinya setiap variabel yang satu dengan variabel yang lainnya.

Komunikasi yang baik antara implementor akan didukung oleh Standar Operasional Prosedur (SOP) dan tanggung jawab yang jelas dan tegas. Kemudian kualitas ataupun kompetensi petugas pelaksanaan program sudah baik dengan didukung komunikasi antar petugas pelaksana dengan konsultan program yang baik pula dalam implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP).

Secara keseluruhan Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun ini dipengaruhi oleh semua faktor yang saling berkaitan seperti yang telah dijelaskan diatas. Dalam mengimplementasikan program ini seluruh pihak yang terkait didalam program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan ini terus-menerus melakukan rembug atau rapat dan melakukan kegiatan tersebut agar masyarakat senang dan tidak lagi sulit dalam penanggulangan kemiskinan.

61 BAB VI

Dokumen terkait