• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Analisis Instrumen

Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami organisasinya. Hal ini mencakup identifikasi bagian-bagian, analisis hubungan antar bagian dan mengenali prinsip-prinsip pengorganisasian. Hasil belajar ini mencerminkan tingkat intelektual lebih tinggi daripada pemahaman dan penerapan, karena memerlukan pemahaman isi dan bentuk struktur materi pembelajaran yang telah dipelajari.

e. Sintesis

Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. Hal ini mencakup produksi komunikasi yang unik (tema atau percakapan), perencanaan operasional (proposal), atau seperangkat hubungan yang abstrak (skema untuk mengklasifikasi informasi). Hasil belajar bidang ini menekankan perilaku kreatif, dengan penekanan dasar pada pembentukan struktur atau pola-pola baru.

f. Penilaian

Penilaian mengacu pada kemampuan membuata keputusan tentang nilai materi pembelajaran (pernyataan, novel, puisi, laporan) untuk tujuan tertentu. Keputusan ini didasarkan pada kriteria tertentu. Kriteria itu mungkin berupa kriteria internal (organisasi)

atau kriteria eksternal (relevansi terhadap tujuan) dan pembelajar dapat menerapkan kriteria sendiri. Hasi belajar di bidang ini adalah paling tinggi di dalam hierarki kognitif karena berisi unsur-unsur seluruh kategori tersebut dan ditambah dengan keputusan tentang nilai yang didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan secra jalas.

2. Ranah Afektif

Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini mencerminkan hierarki yang bertentangan dari keinginan untuk menerima sampai pembentukan pola hidup. Kategori tujuan pembelajaran afektif adalah sebagai berikut:

a. Penerimaan

Penerimaan mengacu pada keinginan siswa untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu (aktivitas kelas, buku teks, musik, dan sebagainya). Dari sudut pandang pembelajaran, ia berkaitan dengan memperoleh, menangani, dan mengarahkan perhatian siswa. Hasil belajar ini bertentangan dari kesadaran sederhana tentang adanya sesuatu sampai pada perhatian selektif yang menjadi bagian milik individu siswa. Penerimaan ini mencerminkan tingkat hasil belajar paling rendah di dalam ranah afektif.

b. Penanggapan

Penanggapan mengacu pada partisipasi aktif pada diri siswa. Pada tingkat ini siswa tidak hanya menghadirkan fenomena tertentu

tetapi juga mereaksikannya dengan berbagai cara. Hasil belajar di bidang ini adalah penekanan pada kemahiran merespon (membaca materi pembelajaran), keinginan merespon (mengerjakan tugas secara suka rela), atau kepuasan dalam merespon (membaca untuk hiburan). Tingkat yang lebih tinggi dari kategori ini adalah mencakup tujuan pembelajaran yang umumnya diklasifikasikan ke dalam minat siswa, yakni minat yang menekankan pencarian dan penikmatan kegiatan tertentu.

c. Penilaian

Penilaian berkaitan dengan harga atau nilai yang melekat pada objek, fenomena atau perilaku tertentu pada diri siswa. Penilaian ini bertentangan dari penerimaan nilai yang lebih sederhana (keinginan memperbaiki keterampilan kelompok), sampai pada tingkat kesepakatan yang kompleks (bertanggung jawab agar berfungsi secara efektif pada kelompok). Penilaian didasarkan pada internalisasi seperangkat nilai tertentu, namun menunjukkan nilai-nilai yang diungkapkan di dalam perilaku yang ditampakkan oleh siswa. Hasil belajar di bidang ini dikaitkan dengan situasi yang konsisten dan cukup stabil di dalam membuat nilai yang dapat dikenali secara jelas. Tujuan pembelajaran yang diklasifikasikan ke dalam sikap dan apresiasi akan masuk dalam kategori ini.

d. Pengorganisasian

Pengorganisasian berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda, memecahkan kembali konflik-konflik antar nilai, dan mulai menciptakan sistem nilai yang konsisten secara internal. Hasil belajar ini dapat berkaitan dengan konseptualisasi nilai (mengenali tanggung jawab setiap individu untuk memperbaiki hubungan antar manusia) atau pengorganisasian sistem nilai (mengembangkan rencana kerja yang memenuhi kebutuhan sendiri baik dalam hal peningkatan ekonomi maupun pelayanan sosial). Tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan pengembangan pandangan hidup dapat dimasukkan ke dalam kategori ini.

e. Pembentukan Pola Hidup

Pada tingkat ranah afektif ini, individu siswa memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya. Perilaku pada tingkat ini adalah bersifat persuasif, konsisten dan dapat diramalkan. Hasil belajar pada tingkat ini mencakup berbagai aktivitas yang luas, namun penekanan dasarnya adalah pada kekhasan perilaku siswa atau siswa memiliki karakteristik yang khas,

3. Ranah Psikomotorik

Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi

obyek, dan koordinasi syaraf. Terdapat beberapa kategori untuk menjelaskan jenis perilaku untuk ranah psikomotorik adalah sebagai berikut:

a. Persepsi

Persepsi ini berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik. Kategori ini bertentangan dari rangsangan penginderaan (kesadaran akan adanya stimulus), melalui memberi petunjuk pemilihan (memilih petunjuk yang relevan dengan tugas), sampai penerjemahan (menghubungkan persepsi pada petunjuk dengan tindakan di dalam suatu perbuatan tertentu).

b. Kesiapan

Kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu. Kategori ini mencakup kesiapan mental (kesiapan mental untuk bertindak), kesiapan jasmani (kesiapan jasmani untuk bertindak), dan kasiapan mental (keinginan untuk bertindak). Pada tingkat ini persepsi terhadap petunjuk itu menjadi prasyarat penting.

c. Gerakan Terbimbing

Gerakan terbimbing berkaitan dengan tahap-tahap awal di dalam belajar keterampilan kompleks. Ia meliputi peniruan (mengulangi tindakan yang didemonstrasikan oleh guru) dan mencoba-coba (dengan menggunakan pendekatan gerakan ganda

untuk mengidentifikasi gerakan yang baik). Kecukupan unjuk kerja ditentukan oleh guru atau oleh seperangkat kriteria yang sesuai.

d. Gerakan Terbiasa

Gerakan terbiasa berkaitan dengan tindakan unjuk kerja gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat meyakinkan dan mahir. Hasil belajar pada tingkat ini berkaitan dengan keterampilan unjuk kerja dari berbagai tipe, namun pola-pola gerakannya kurang kompleks dibandingkan dengan tingkatan berikutnya yang lebih tinggi.

e. Gerakan Kompleks

Gerakan kompleks berkaitan dengan kemahiran unjuk kerja dari tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks. Kecakapan ditunjukkan melalui kecepatan, kehalusan, keakuratan, dan yang memerlukan energi minimum. Kategori ini mencakup pemecahan hal-hal yang tidak menentu (bertindak tanpa ragu-ragu) dan unjuk kerja otomatis (gerakan dilakukan dengan mudah dan pengendalian yang baik). Hasil belajar pada tingkat ini mencakup kegiatan motorik yang sangat terkoordinasi.

f. Penyesuaian

Penyesuaian berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sangat baik sehingga individu siswa dapat memodifikasi pola-pola gerakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan baru atau ketika menemui situasi masalah baru.

g. Kreativitas

Kreativitas mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu. Hasil belajar pada tingkat ini menekankan aktivitas yang didasarkan pada keterampilan yang benar-benar telah dikembangkan.

F. Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar

Menurut Surakhmad (1982:17), sistem belajar siswa aktif akan lebih efektif jika diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. Artinya, sistem belajar mengajar menekankan pada keaktifan siswa secara fisik, intelektual, dan emosioanal guna mendapatkan hasil belajar yang merupakan perpaduan antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemudian mengajar dikatakan sukses apabila ada keterlibatan siswa secara aktif untuk belajar, dan keberhasilan atau kesuksesan guru dalam mengajar ditentukan oleh aktivitas siswa dalam belajar.

Menurut Triandita dalam (riwayat@telkom.net,2011), keaktifan siswa dalam pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa yang dapat melibatkan kemampuan maksimal mereka. Aktivitas belajar siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang mengarah pada peningkatan hasil belajar siswa. Jadi, siswa yang aktif dalam pembelajaran akan semakin banyak menyerap materi, sehingga kemungkinan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik menjadi lebih tinggi.

G. Penginderaan Jauh

1. Pengertian Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh berasal dari dua kata dasar yaitu indera berarti melihat dan jauh berarti dari jarak jauh. Jadi berdasarkan asal katanya (epistimologi), penginderaan jauh berarti melihat obyek dari jarak jauh. Lillesand dan Kiefer dalam (Kosumowidagdo, 2007: 5) mendefinisikan penginderaan jauh sebagai ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis menggunakan kaidah ilmiah data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji.

Obyek, daerah, atau gejala yang dikaji dalam definisi tersebut dapat berada di permukaan bumi, di atmosfer, atau planet di luar angkasa. Dalam kenyataannya kajian inderaja luar angkasa tidak dibahas secara lengkap, pembahasan inderaja lebih banyak di permukaan bumi. Obyek di permukaan bumi akan disadap informasinya menggunakan alat yang disebut sensor. Sensor tersebut dipasang di sebuah wahana ynag berada di angkasa, seperti balon udara, pesawat terbang, satelit atau wahana lainnya. Sensor yang digunakan dapat berupa kamera, scanner, magnetometer, maupun radiometer. Sensor tersebut menerima/merekam sinyal dari tenaga pantulan obyek yang diukurnya, berupa tenaga gelombang elektromagnetik, yakni tenaga elektrisitas dan magnetisme yang bergerak dengan kecepatan sinar (3x100.000.000 m/det), pada

frekuensi dan panjang gelombang yang sangat bervariasi. Semakin tinggi frekuensi gelombang sinar tersebut maka semakin tinggi pula tenaganya. Hasil pemotretannya disebut sebagai data inderaja yang dapat berupa foto udara, citra satelit, citra radar, dan lainnya.

2. Sistem Penginderaan Jauh dan Komponennya

Sistem ialah serangkaian obyek atau komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama secara terkoordinasi untuk melaksanakan tujuan tertentu. Sistem penginderaan jauh ialah serangkaian komponen yang digunakan untuk penginderaaan jauh. Komponen-komponen tersebut meliputi sumber tenaga, atmosfer, obyek, sensor dengan wahana, pengolahan data dan pengguna (user) (Kusumowidagdo, 2007: 6).

Sumber: Kusumowidagdo, 2007: 6)

a. Sumber Tenaga

Dalam penginderaan jauh harus ada sumber tenaga, baik sumber tenaga alamiah (sistem pasif) maupun sumber tenaga buatan (sistem aktif). Tenaga ini mengenai objek di permukaan bumi yang kemudian dipantulkan ke sensor. Jumlah tenaga matahari yang mencapai bumi dipengaruhi oleh waktu (jam, musim), lokasi, dan kondisi cuaca. Jumlah tenaga yang diterima pada siang hari lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah pada pagi atau sore hari.

Kedudukan matahari terhadap tempat di bumi berubah sesuai dengan perubahan musim. Pada musim di saat matahari berada tegak lurus di atas suatu tempat, jumlah tenaga yang diterima lebih besar bila dibanding dengan pada musim lain di saat matahari kedudukannya condong terhadap tempat itu. Di samping itu, jumlah tenaga yang diterima juga dipengaruhi oleh letak tempat di permukaan bumi. Tempat-tempat di ekuator menerima tenaga lebih banyak bila dibandingkan terhadap tempat-tempat di lintang tinggi.

Kondisi cuaca juga berpengaruh terhadap jumlah sinar yang mencapai bumi. Semakin banyak penutupan oleh kabut, asap, dan awan, maka akan semakin sedikit tenaga yang dapat mencapai bumi.

b. Atmosfer

Sebelum mengenai obyek, energi yang dihasilkan sumber tenaga merambat melewati atmosfer. Atmosfer membatasi bagian sektrum elektromagnetik yang dapat digunakan dalam penginderaan

jauh. Pengaruh atmosfer merupakan fungsi panjang gelombang dan bersifat selektif terhadap panjang gelombang. Karena pengaruh yang selektif inilah maka timbul istilah jendela atmosfer yaitu bagian spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Dalam jendela atmosfer ada hambatan atmosfer, yaitu kendala yang disebabkan oleh hamburan pada spektrum tampak dan serapan yang terjadi pada spektrum inframerah termal (Sutanto, 1986: 56).

c. Obyek

Tenaga elektromagnetik(TEM) yang sampai ke permukaan bumi akan berinteraksi dengan segala obyek yang ada. Obyek di permukaan bumi mempunyai karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya. Ada obyek yang mempunyai sifat daya serapnya (absorpsi) terhadap TEM tinggi dan pantulannya rendah, sebaliknya ada obyek yang mempunyai daya serap rendah dan daya pantulnya tinggi. Pada citra hitam putih mempunyai tingkat rona dan kecerahan yang berbeda obyek satu dengan lainnya. Karakteristik obyek terhadap sinar ini disebut sebagai karakteristik spektral. Justru karena setiap obyek mempunyai karakteristik spektral yang berbeda maka dapat dibedakan obyek satu dengan lainnya.

d. Sensor dengan Wahana

Tenaga yang datang dari objek di permukaan bumi diterima dan direkam oleh sensor yang dipasang dalam wahana tertentu du udara. Tiap sensor mempunyai kepekaan tersendiri terhadap bagian

spektrum elektromagnetik. Di samping itu juga kepekaan berbeda dalam mereka obyek terkecil yang masih dapat dikenali dan dibedakan terhadap obyek lain atau terhadap lingkungan sekitarnya. Kemampuan sensor untuk menyajikan gambaran obyek terkecil ini disebut resolusi spasial. Semakin kecil obyek yang dapat direkam oleh sensor menandakan semakin baik kualitas sensor tersebut. Pada awal perkembangannya inderaja diawali dengan sensor yang dipasang di wahana berupa balon. Kemudian ditemukan pesawat terbang (tahun 1903) dan sensornyapun dicoba dipasang di bawah badan pesawat.

Perkembangan teknologi di bidang sensor dan wahana sudah semakin maju. Sekarang sudah bisa pemotretan dengan kualitas (dapat diukur dari ukuran piselnya) yang semakin baik. Di samping itu, jenis dan macam satelit yang digunakan untuk membawa sensor juga semakin banyak seperti MOS, Landsat, SPOT, Ikonos, Quickbird.

e. Pengolahan Data

Data penginderaan jauh yang beredar di pasaran pada umumnya merupakan produk standar, yaitu data yang memiliki kualitas standar. Data sudah dapat dianalisis (interpretasi) untuk memenuhi kebutuhan penggunanya. Pengolahan data mentah (hasil rekaman sensor yang dikirim ke stasiun bumi) menjadi produk standar dilakukan oleh operator di stasiun bumi atau unit yang menangani

distribusi produk inderaja. Koreksi yang dilakukan adalah meliputi eliminasi distorsi radiometrik (nilai radiansi hasil pengukuran) dan geometrik (posisi lintang dan bujur) obyek-obyek yang diindera. Melalui koreksi-koreksi tersebut kualitas data sudah dapat dipertanggungjawabkan.

f. Pengguna (user)

Pengguna merupakan komponen terakhir sistem inderaja, penggunalah yang tahu dengan pasti tentang kebenaran, manfaat bahkan seberapa besar ketelitian informasi inderaja yang telah dipakainya. Maka pengguna merupakan penilai sekaligus yang dapat memberikan saran-saran untuk lebih menyempurnakan sistem inderaja dalam memenuhi kebutuhan penggunanya.

H. Penelitian Terdahulu

Untuk memperluas daftar pustaka peneliti menambahkan penelitian terdahulu sebagai pembanding, yang dilihat mulai tujuan penelitian, variabel penelitian dan hasil penelitian. Untuk lebih jelasnya mengenai penelitian terdahulu bisa dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Tujuan Variabel Hasil

1 2. 3. 4. Khoridah Kunthum Ria Anggraheny Anggit Wianti Julia Suci Nurani

1. Mengetahui aktivitas belajar mahasiswa dalam praktikum kartografi tematik pada mahasiswa geografi semester II tahun

2009/2010.

2. Mengetahui pengaruh aktivitas

belajar mahasiswa dalam praktikum terhadap hasil belajar mata kuliah praktikum kartografi tematik pada mahasiswa geografi semester II tahun 2009/2010.

1. Untuk mengetahui seberapa besar

aktivitas belajar siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share(TPS).

2. Untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh aktivitas belajar siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share(TPS) terhadap hasil belajar siswa.

1. Untuk mengetahui bentuk aktivitas

belajar siswa di kelas dan di rumah pada SMA di Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen.

2. Untuk mengetahui pengaruh dari

aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar Geografi pada SMA di Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen.

1. Mengetahui bentuk aktivitas mahasiswa dalam Praktikum Penginderaan Jauh semester II tahun 2008/2009.

2. Mengetahui kadar PBAS dalam

Praktikum Penginderaan Jauh pada mahasiswa Pendidikan Geografi semester II tahun 2008/2009.

3. Mengetahui pengaruh kadar PBAS

dalam praktikum terhadap hasil belajar mata kuliah Praktikum Penginderaan Jauh pada mahasiswa semester II tahun 2008/2009. - Aktivitas belajar - Hasil belajar - Aktivitas belajar siswa dalam model pembelajaran TPS - Hasil Belajar IPS - Aktivitas Belajar Kognitif (di kelas dan di rumah) - Hasil Belajar Kognitif - Kadar PBAS dalam Praktikum Penginderaan Jauh - Hasil belajar Praktikum Penginderaan Jauh Aktivitas belajar berpengaruh terhadap hasil belajar sebesar 25,59% Aktivitas belajar model TPS berpengaruh terhadap hasil belajar sebesar 55,4% Aktivitas belajar siswa di kelas dan di rumah berpengaruh terhadap hasil belajar sebesar 7,9% Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kadar PBAS dalam Praktikum Penginderaan Jauh dengan hasil belajar Penginderaan Jauh

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dalam penelitian ini peneliti mencoba mengungkapkan aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh secara lebih rinci yaitu:

1. Dengan menganalisis dan menggambarkan setiap sub aktivitas belajar ke dalam grafik sehingga diketahui secara jelas setiap aktivitas mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh yang meliputi aktivitas berbicara, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas motorik, aktivitas mental dan aktivitas emosional.

2. Dalam pengambilan data aktivitas mahasiswa dan analisis data digunakan 5 kriteria (sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, sangat rendah) sehingga diharapkan data hasil penelitian lebih halus.

I. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

“Ada pengaruh aktivitas belajar mahasiswa terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh”

J. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

HASIL BELAJAR MAHASISWA PEMBELAJARAN PENGINDERAAN

JAUH AKTIVITAS BELAJAR 1. Aktivitas Berbicara 2. Aktivitas Mendengarkan 3. Aktivitas Menulis 4. Aktivitas Motorik 5. Aktivitas Mental 6. Aktivitas Emosional

BAB III

METODE PENELITIAN

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2007: 3). Adapun yang termasuk dalam penelitian ini adalah:

A. Penentuan Obyek Penelitian 1. Populasi

Menurut Arikunto (2006: 130), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan dikenai generalisasi dari penelitian tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi semester II tahun 2010/2011 yang mengambil mata kuliah Penginderaan Jauh yaitu 109 mahasiswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 131). Jika subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika subyeknya lebih dari seratus seperti populasi dalam penelitian ini, maka jumlah sampel dapat diambil sebanyak 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

random sampling yaitu cara pengambilan sampel secara acak dengan memberikan hak yang sama pada setiap subjek dalam populasi untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 30% dari populasi yaitu 32 mahasiswa.

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Prodi Pendidikan Geografi, Jurusan Geografi, FIS, UNNES.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118). Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “Aktivitas Belajar Mahasiswa dalam Mata Kuliah Penginderaan Jauh”. Adapun sub variabel

dan indikator aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh adalah sebagai berikut:

a. Aktivitas Berbicara

1) Kemampuan mahasiswa dalam mengajukan pertanyaan

2) Kemampuan mahasiswa dalam memberikan tanggapan atau jawaban dari pertanyaan Dosen

3) Kemampuan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat/gagasan

b. Aktivitas Mendengarkan

1) Aktivitas mahasiswa dalam mendengarkan penjelasan materi 2) Aktivitas mahasiswa dalam mendengarkan percakapan atau

diskusi kelompok

3) Aktivitas mahasiswa dalam mendengarkan petunjuk, kritik dan saran dari Dosen

c. Aktivitas Menulis

1) Aktivitas mahasiswa dalam mencatat materi 2) Aktivitas mahasiswa dalam merangkum materi

3) Aktivitas mahasiswa dalam menyelesaikan tugas mata kuliah

d. Aktivitas Motorik

1) Kemampuan mahasiswa berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok

2) Kemampuan mahasiswa dalam interpretasi citra

3) Pengetahuan mahasiswa dalam interpretasi citra secara benar

e. Aktivitas Mental

1) Kemampuan mahasiswa dalam mencari data-data penunjang 2) Kemampuan mahasiswa untuk menghargai orang lain (tidak

egois)

f. Aktivitas Emosional

1) Minat mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah

2) Keberanian mahasiswa bertanya, berpendapat, menjawab pertanyaan, memberikan saran, dll

3) Ketenangan mahasiswa dalam pembelajaran

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh” yang berupa nilai akhir. Nilai akhir tersebut dianggap telah mewakili ketiga aspek hasil belajar yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik karena dalam nilai akhir terdapat penilaian pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu dengan menggunakan metode dokumentasi dan metode observasi dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Metode Dokumentasi

Menurur Arikunto (2006: 231), metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui:

1) Nama dan jumlah mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi semester II yang mengikuti mata kuliah Penginderaan Jauh.

2) Nilai akhir mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi yang mengikuti mata kuliah Penginderaan Jauh.

b. Metode Observasi

Metode observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung. Observasi adalah memperhatikan suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2006: 156). Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis yaitu observasi yang dilakukan dengan menggunakan pedoman/panduan berupa lembar aktivitas belajar mahasiswa sebagai instrumen pengamatan.

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan mahasiswa selama mengikuti mata kuliah Penginderaan Jauh yang meliputi aktivitas berbicara, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas motorik, aktivitas mental dan aktivitas emosional.

D. Analisis Instrumen

Sebelum lembar observasi digunakan untuk mengukur aktivitas belajar maka tiap-tiap aspek aktivitas terlebih dahulu harus di uji cobakan. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas lembar observasi. Setelah lembar observasi valid dan reliabel, barulah kemudian lembar observasi dapat digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh .

1. Analisis Validitas

Menurut Arikunto (2006: 168), suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui validitas butir lembar observasi maka digunakan rumus

Dokumen terkait