i
PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR
MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH MAHASISWA
SEMESTER II PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI
TAHUN AKADEMIK 2010/2011
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Geografi Strata 1
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Wawan Setiawan
3201407039
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada:
Hari : Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Heri Tjahjono, M.Si. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si. NIP 19680202 1999031 001 NIP 19620904 1989011 001
Mengetahui: Ketua Jurusan Geografi
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi dengan Judul Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh Mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi Tahun Akademik 2010/2011, telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji Utama
Drs.Suroso, M.Si NIP 19600402 1986011 001
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Heri Tjahjono, M.Si. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si. NIP 19680202 1999031 001 NIP 19620904 1989011 001
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Sosial,
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Agustus 2011
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Tugas kita bukanlah
untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena
di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan
untuk berhasil”
(Mario Teguh).
Belum pernah ada seorang pun dalam sejarah kita yang menuntut kehidupan
serba mudah yang namanya layak dikenang (Theodore Roosevelt).
Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan yang ia
lakukan, dan akan mencoba kembali untuk melakukan dalam suatu cara yang
berbeda (Dale Carnegie).
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada :
1.
Bapak dan Ibuku tercinta, yang selalu
memberi semangat, selalu mendo’akanku, dan
menyayangiku.
2.
Almamaterku.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya serta kamudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh Mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi Tahun Akademik 2010/2011”.
Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat kerjasama, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dan membantu kelancaran penelitian.
vii
5. Drs. Suroso, M. Si., penguji utama yang telah meluangkan waktu, arahan dan koreksi dalam penyempurnaan skripsi.
6. Dosen mata kuliah Penginderaan Jauh atas bantuan, dukungan, dan kerjasamanya dalam penelitian.
7. Mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi semester II yang telah menjadi objek dalam penelitian ini.
8. Para Dosen Jurusan Geografi yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama menempuh studi di Jurusan Geografi.
9. Ibu Kuswati, Ibu Yuni, dan Ibu Kuntaswati, serta seluruh pegawai Jurusan Geografi atas bantuan dan motivasinya.
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih untuk semuanya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian khususnya Geografi.
viii
SARI
Setiawan, Wawan. 2010. Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh Mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi Tahun Akademik 2010/2011. Skripsi, Jurusan Geografi, FIS UNNES. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Kata kunci: Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, Penginderaan Jauh
Mahasiswa Pendidikan Geografi sebagai calon pendidik yang terampil dibidang geografi dianggap penting untuk mengetahui dan menguasai keterampilan dasar tentang seluk beluk dan pemanfaatan citra penginderaan jauh. Parameter penguasaan suatu pengetahuan terkadang hanya dilihat dari hasil belajar pada akhir perkuliahan dalam bentuk angka. Tetapi dalam mempelajari penginderaan jauh terdapat beberapa aktivitas yang dapat dilakukan mahasiswa untuk dapat dikatakan menguasai pengetahuan penginderaan jauh. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas berbicara, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas motorik, aktivitas mental, aktivitas emosional dll. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Triandita yang menyebutkan “Aktivitas belajar siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang mengarah
pada peningkatan hasil belajar siswa”. Pada mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi tahun akademik 2009/2010 aktivitas belajar mahasiswa termasuk dalam kriteria tinggi. Hal ini dapat diketahui dari aktivitas mahasiswa pada saat mengikuti pembelajaran, diantaranya aktivitas bertanya ketika ada materi yang masih kurang dipahami, mahasiswa dapat menjawab pertanyaan dari Dosen dengan baik, mengerjakan tugas dan mengumpulkannya tepat waktu, selalu mencatat materi kuliah, presentasi di depan kelas dengan baik dll. Dengan aktivitas belajar yang tinggi tersebut, seharusnya mahasiswa dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan tentang penginderaan jauh dengan baik pula yang ditandai dengan hasil belajar yang baik. Tetapi dalam kenyataannya, masih banyak mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi tahun akademik 2009/2010 memperoleh hasil belajar yang kurang baik yaitu sekitar 22%. Berdasarkan latar belakang tersebut timbul permasalahan yaitu (1) Sejauh manakah aktivitas belajar mahasiswa Geografi dalam mata kuliah Penginderaan Jauh?, (2) Apakah ada pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh mahasiswa semester II Prodi Pendidikan Geografi, Jurusan Geografi, FIS UNNES tahun akademik 2010/2011?. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui sejauh manakah aktivitas belajar mahasiswa Geografi dalam mata kuliah Penginderaan Jauh. (2) Mengetahui pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi tahun akademik 2010/2011.
ix
acak dengan memberikan hak yang sama pada setiap subjek dalam populasi untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas yaitu aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh dan variabel terikat yaitu hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Penginderaan Jauh. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif persentase untuk mengetahui sejauh mana aktivitas belajar mahasiswa dan regresi linier sederhana untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) secara umum atau klasikal aktivitas belajar mahasiswa termasuk dalam kriteria tinggi yaitu sebesar 74%. (2) berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa ada pengaruh aktivitas belajar mahasiswa terhadap hasil belajar yaitu sebesar 49,66%. Hal ini berarti bahwa kenaikan hasil belajar dipengaruhi 49,66% oleh aktivitas belajar mahasiswa, sedangkan 50,54% dipengaruhi oleh faktor lain seperti tingkat kecerdasan, fasilitas penunjang pembelajaran dan lingkungan.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
SARI ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan ... 3
D. Manfaat ... 4
E. Penegasan Istilah ... 4
F. Sistematika Skripsi ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
xi
B. Unsur-Unsur Belajar ... 12
C. Aktivitas Belajar ... 13
D. Komponen-Komponen Pembelajaran ... 15
E. Hasil Belajar ... 17
F. Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar... 25
G. Penginderaan Jauh ... 26
H. Penelitian Terdahulu ... 31
I. Hipotesis ... 33
J. Kerangka Pemikiran ... 33
BAB III METODE PENELITIAN... 34
A. Penentuan Obyek Penelitian ... 34
1. Populasi ... 34
2. Sampel Penelitian ... 34
3. Tempat Penelitian ... 35
B. Variabel Penelitian ... 35
1. Variabel Bebas... 35
2. Variabel Terikat ... 37
C. Metode Pengumpulan Data ... 37
D. Analisis Instrumen ... 38
E. Metode Analisis Data ... 41
F. Diagram Alir Penelitian ... 50
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
xii
1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 52
2. Deskripsi Aktivitas Belajar Mahasiswa dalam Mata Kuliah Penginderaan Jauh ... 54
3. Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh ... 70
4. Uji Normalitas Data ... 71
5. Uji Kelinieran Regresi ... 74
6. Uji Hipotesis ... 75
B. Pembahasan ... 77
BAB V PENUTUP ... 83
A. Simpulan ... 83
B. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 85
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 31
Tabel 3.1 Parameter Aktivitas Belajar Mahasiswa ... 44
Tabel 3.2 Parameter Sub Aktivitas Belajar Mahasiswa ... 46
Tabel 3.3 Persiapan Analisis Regresi ... 49
Tabel 4.1 Kriteria Deskripsi Persentase ... 54
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Mahasiswa dalam Mata Kuliah Penginderaan Jauh... 55
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Aktivitas Berbicara ... 57
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Aktivitas Mendengarkan ... 57
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Aktivitas Menulis ... 61
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Aktivitas Motorik ... 64
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Aktivitas Mental ... 66
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Aktivitas Emosional ... 68
Tabel 4.9 Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh ... 70
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Variabel Aktivitas Belajar Mahasiswa ... 72
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Data Variabel Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh ... 73
Tabel 4.12 Uji Kelinieran Regresi ... 74
xiv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Sistem Inderaja ... 27
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ... 33
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 51
Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian Jurusan Geografi UNNES ... 53
Gambar 4.2 Aktivitas Belajar Mahasiswa dalam Mata Kuliah Penginderaan Jauh ... 56
Gambar 4.3 Aktivitas Berbicara Mahasiswa ... 57
Gambar 4.4 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Berbicara ... 58
Gambar 4.5 Aktivitas Mendengarkan Mahasiswa ... 59
Gambar 4.6 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Mendengarkan ... 60
Gambar 4.7 Aktivitas Menulis Mahasiswa ... 61
Gambar 4.8 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Menulis ... 63
Gambar 4.9 Aktivitas Motorik Mahasiswa ... 63
Gambar 4.10 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Motorik ... 65
Gambar 4.11 Aktivitas Mental Mahasiswa ... 65
Gambar 4.12 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Mental ... 67
Gambar 4.13 Aktivitas Emosional Mahasiswa ... 68
Gambar 4.14 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Emosional ... 69
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi ... 88
Lampiran 2 Lembar Observasi ... 90
Lampiran 3 Panduan Observasi Aktivitas Belajar Mahasiswa dalam Mata Kuliah Penginderaan Jauh ... 92
Lampiran 4 Daftar Nama Responden ... 99
Lampiran 5 Tabel Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Ujicoba Instrumen Penelitian ... 100
Lampiran 6 Perhitungan Validitas Ujicoba Instrumen Penelitian ... 101
Lampiran 7 Perhitungan Reliabilitas Ujicoba Instrumen Penelitian ... 102
Lampiran 8 Skor Aktivitas Belajar Mahasiswa Pada Observasi 1 ... 103
Lampiran 9 Skor Aktivitas Belajar Mahasiswa Pada Observasi 2 ... 105
Lampiran 10 Skor Aktivitas Belajar Mahasiswa Pada Observasi 3 ... 107
Lampiran 11 Skor Aktivitas Belajar Mahasiswa Pada Observasi 4 ... 109
Lampiran 12 Data Observasi 1 Pada Masing-Masing Sub Variabel... 111
Lampiran 13 Data Observasi 2 Pada Masing-Masing Sub Variabel... 112
Lampiran 14 Data Observasi 3 Pada Masing-Masing Sub Variabel... 113
Lampiran 15 Data Observasi 4 Pada Masing-Masing Sub Variabel... 114
Lampiran 16 Rata-Rata Skor Aktivitas Berbicara ... 115
Lampiran 17 Rata-Rata Skor Aktivitas Mendengarkan ... 116
xvii
Lampiran 19 Rata-Rata Skor Aktivitas Motorik ... 118
Lampiran 20 Rata-Rata Skor Aktivitas Mental ... 119
Lampiran 21 Rata-Rata Skor Aktivitas Emosional ... 120
Lampiran 22 Persentase Skor Aktivitas Berbicara... 121
Lampiran 23 Persentase Skor Aktivitas Mendengarkan ... 122
Lampiran 24 Persentase Skor Aktivitas Menulis ... 123
Lampiran 25 Persentase Skor Aktivitas Motorik ... 124
Lampiran 26 Persentase Skor Aktivitas Mental ... 125
Lampiran 27 Persentase Skor Aktivitas Emosional ... 126
Lampiran 28 Persentase Skor Total Aktivitas Belajar Mahasiswa ... 127
Lampiran 29 Rata-Rata Skor Aktivitas Belajar Mahasiswa ... 128
Lampiran 30 Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Mahasiswa ... 129
Lampiran 31 Uji Normalitas Data Aktivitas Belajar... 130
Lampiran 32 Uji Normalitas Data Hasil Belajar ... 131
Lampiran 33 Analisis Regresi Antara Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar ... 132
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penginderaan Jauh atau disingkat Inderaja termasuk ilmu yang relatif baru, berkembang sesudah pertengahan abad ke 20. Penginderaan Jauh merupakan terjemahan dari istilah remote sensing, yaitu ilmu, teknologi dan seni dalam memperoleh informasi mengenai objek atau fenomena di permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji, melainkan melalui media perekam objek atau fenomena yang memanfaatkan energi yang berasal dari gelombang elektromagnetik dan mewujudkan hasil perekaman tersebut dalam bentuk citra. Karena wujud dan letak objek yang tergambar pada citra mirip wujud dan letaknya di permukaan bumi maka citra merupakan alat yang baik sekali untuk pembuatan peta, baik sebagai sumber data maupun sebagai kerangka letak. Berbeda dengan peta yang merupakan model simbolik, citra (terutama foto udara) merupakan model ikonik karena wujud gambar mirip objek sebenarnya.
Mahasiswa Pendidikan Geografi sebagai calon pendidik yang terampil dibidang geografi dianggap penting untuk mengetahui dan menguasai keterampilan dasar tentang seluk beluk dan pemanfaatan citra penginderaan jauh. Untuk itulah jurusan geografi memasukkan penginderaan jauh sebagai mata kuliah yang wajib diambil dalam Program Studi Pendidikan Geografi. Mata kuliah ini diharapkan mampu membekali mahasiswa dengan
pengetahuan dan keterampilan dasar segala hal yang berkaitan dengan penginderaan jauh terutama analisis dan interpretasi foto udara.
Parameter penguasaan suatu pengetahuan terkadang hanya dilihat dari hasil belajar pada akhir perkuliahan dalam bentuk angka. Tetapi dalam mempelajari penginderaan jauh terdapat beberapa aktivitas yang dapat dilakukan mahasiswa untuk dapat dikatakan menguasai pengetahuan penginderaan jauh. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas berbicara, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas motorik, aktivitas mental, aktivitas emosional dll. Aktivitas-aktivitas tersebut penting dilakukan untuk dapat menguasai penginderaan jauh dan pada akhirnya akan menentukan hasil belajar mahasiswa. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh
Surakhmad “sistem belajar mengajar menekankan pada keaktifan siswa
secara fisik, intelektual, dan emosioanal guna mendapatkan hasil belajar yang
tinggi” dan Triandita yang menyebutkan “Aktivitas belajar siswa akan
mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang mengarah
pada peningkatan hasil belajar siswa”
tinggi tersebut, seharusnya mahasiswa dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan tentang penginderaan jauh dengan baik pula yang ditandai dengan hasil belajar yang baik. Tetapi dalam kenyataannya, masih banyak mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi tahun akademik 2009/2010 memperoleh hasil belajar yang kurang baik yaitu sekitar 22%.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui aktivitas belajar dalam mata kuliah Penginderaan Jauh dan adakah pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh mahasiswa Pendidikan Geografi semester II sehingga penulis mengambil judul: “Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh Mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi Tahun Akademik 2010/2011”.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Sejauh manakah aktivitas belajar mahasiswa Geografi dalam mata kuliah
Penginderaan Jauh?
2. Apakah ada pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh mahasiswa semester II Prodi Pendidikan Geografi, Jurusan Geografi, FIS UNNES tahun akademik 2010/2011?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:
2. Mengetahui pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi tahun akademik 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Manfaat Praktis
Dapat memberikan masukan kepada mahasiswa agar lebih optimal dalam aktivitas belajarnya, baik aktivitas fisik maupun aktivitas mental sehingga diperoleh hasil belajar secara optimal.
2. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan gambaran besarnya pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh.
E. Penegasan Istilah
1. Aktivitas Belajar
2. Penginderaan Jauh
Penginderaan Jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan citra satelit dan citra foto udara tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand dan Kiefer dalam Sutanto,1986: 2).
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2007: 5). Jadi yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang diperoleh atau dicapai oleh mahasiswa semester II Prodi Pendidikan Geografi setelah menempuh mata kuliah Penginderaan Jauh dan terwujud dalam nilai akhir semester. Nilai akhir semester ini dianggap telah mencakup tiga aspek hasil belajar yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik karena dalam menentukan nilai akhir terdapat penilaian pada aspek pengetahuan, sikap dan keaktifan mahasiswa.
F. Sistematika Skripsi
Sistematika skripsi terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal skripsi, bagian isi skripsi, dan bagian akhir skripsi. Secara sistematis disajikan sebagai berikut.
1. Bagian Awal Skripsi
b. Lembar berlogo (sebagai halaman pembatas) c. Halaman judul
d. Persetujuan pembimbing e. Pengesahan kelulusan
f. Pernyataan (keaslian karya ilmiah) g. Motto dan persembahan
h. Kata Pengantar i. Sari
j. Daftar isi
k. Daftar tabel, gambar, dan lampiran
2. Bagian Isi Skripsi
Bagian isi skripsi terdiri atas beberapa bagian.
a. BAB I. Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi.
c. BAB III. METODE PENELITIAN, menguraikan tentang populasi dan sampel, tempat penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.
d. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, berisi tentang uraian hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum obyek penelitian, aktivitas belajar dan pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mahasiwa pada mata kuliah Penginderaan Jauh.
e. BAB V. PENUTUP, terdiri dari simpulan tentang hasil penelitian dan saran-saran yang diharapkan berguna bagi pihak lain yang berhubungan dengan hasil penelitian.
3. Bagian Akhir Skripsi
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Belajar
Pengertian balajar sangat beragam, dan antara ahli yang satu dengan lainnya mendefinisikan tentang belajar berbeda-beda. Pengertian dari belajar dapat didefinisikan secara umum maupun khusus.
1. Pengertian Belajar Secara Umum
Pengertian belajar secara umum ialah pengertian belajar yang disepakati oleh semua ahli-ahli yang menyelidiki tentang belajar. Pada umumnya ahli-ahli tersebut mempunyai pendapat yang sama bahwa hasil dari suatu aktivitas belajar adalah perubahan.
2. Pengertian Belajar Secara Khusus
Pengertian belajar secara khusus adalah pengertian belajar yang dikemukakan oleh ahli-ahli yang menganut aliran psikologi tertentu. Para penganut aliran psikologi tersebut setuju bahwa hakikat belajar adalah perubahan, namun bagaimana bagaimana proses perubahan tersebut terjadi berbeda antara ahli yang satu dengan ahli yang lain. Perbedaan itu disebabkan aliran psikologi yang dipakai sebagai landasan untuk menjelaskan perilaku manusia, termasuk perubahannya, tidak sama (Darsono, 2001: 2). Ada empat aliran psikologis yang mendasari pengertian balajar secara khusus yaitu Behavioristik, Kognitif, Gestalt, dan Humanistik.
a. Belajar Menurut Aliran Behavioristik
Kaum behavioristik berasumsi bahwa manusia adalah makhluk pasif, tidak mempunyai potensi psikologis yang berhubungan dengan kegiatan belajar, antara lain pikiran, persepsi, motivasi dan emosi. Kaum behavioristik tidak meyakini adanya perubahan tingkah laku misalnya perubahan dalam pemahaman (mengerti), perubahan dalam persepsi (pandangan terhadap suatu obyek), karena perubahan semacam itu tidak dapat disaksikan dan diukur. Itulah sebabnya pengertian belajar yang terlalu mendasarkan pada terjadinya perbuatan (behavior) dinamakan belajar behavioristik.
b. Belajar Menurut Aliran Kognitif
Ahli-ahli yang menganut aliran kognitif berpendapat bahwa belajar adalah peristiwa internal, artinya belajar baru dapat terjadi bila ada kemampuan dalam diri orang yang belajar. Kemampuan tersebut ialah kemampuan mengenal yang disebut dengan istilah kognitif.
c. Belajar Menurut Aliran Gestalt
d. Belajar Menurut Aliran Humanistik
Pendapat teori humanistik tentang belajar sangat berbeda atau bahkan berlawanan dengan pendapat behavioristik. Penganut humanistik beranggapan bahwa tiap orang menentukan sendiri tingkah lakunya. Orang bebas memilih sesuai dengan kebutuhannya. Berdasarkan pandangan para ahli dalam mendefinisikan pengertian belajar, telah disepakati bahwa hakikat belajar adalah terjadinya perubahan. Perubahan yang terjadi pada seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar (Daryanto, 2010: 2). Ciri-ciri perubahan yang terjadi akibat proses belajar adalah:
1. Perubahan terjadi secara sadar
Suatu perubahan digolongkan sebagai perubahan sebagai hasil dari belajar apabila pelaku menyadari terjadinya perubahan tersebut atau sekurang-kurangnya merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya misalnya menyadari pengetahuannya bertambah. Oleh karena itu perubahan yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar tidak termasuk dalam pengertian belajar.
2. Perubahan dalam belajar bersifat continue dan fungsional
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan merupakan hasil dari proses belajar apabila perubahan-perubahan itu bersifat positif dan aktif. Dikatakan positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Makin banyak usaha belajar yang dilakukan maka makin baik dan makin banyak perubahan yang diperoleh. Perubahan dalam belajar bersifat aktif berarti bahwa perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara (permanen)
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Misalnya kecakapan seorang anak dalam bermain sepeda setelah belajar tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
Perubahan dalam belajar mensyaratkan adanya tujuan yang akan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
B. Unsur-Unsur Belajar
Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku (Gagne dalam Anni, 2007:4). Beberapa unsur yang dimaksud adalah sebagai berukut:
1. Pembelajar
Pembelajar dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta pelatihan. Pembelajar memiliki organ penginderaan yang digunakan untuk menangkap rangsangan, otak yang digunakan untuk mentransformasikan hasil penginderaannya ke dalam memori yang komplek dan syaraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukan apa yang telah dipelajari.
2. Rangsangan (Stimulus)
Peristiwa yang merangsang penginderaan pembelajaran disebut situasi stimulus. Dalam kehidupan seseorang terdapat banyak stimulus yang berada di lingkungannya. Suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman, gedung, dan orang adalah stimulus yang selalu berada di lingkungan seseorang.
3. Memori
4. Respon
Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut respon. Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada di dalam dirinya kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon pada pembelajaran diamati pada akhir proses belajar yang disebut perubahan perilaku atau perubahan kinerja (performance).
Keempat unsur belajar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Aktivitas belajar akan terjadi pada diri pembelajar apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus dengan isi memori sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum dan setelah adanya situasi stimulus tersebut. Perubahan perilaku pada diri pembelajar itu menunjukkan bahwa pembelajar telah melakukan aktivitas belajar.
C. Aktivitas Belajar
Thomas M, Risk dalam (Rohani, 2004: 6) mengemukakan tentang belajar-mengajar sebagai berikut: Teaching is the guidance of learning experiences (mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar). Pengalaman itu sendiri hanya mungkin diperoleh jika peserta didik itu dengan keaktifannya sendiri bereaksi terhadap lingkungannya.
kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pengajaran yang optimal sekaligus mengikuti proses pengajaran secara aktif. Pada saat peserta didik aktif jasmaninya dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu juga sebaliknya.
Paul B. Diedrich dalam (Rohani, 2004: 9) menyebutkan terdapat delapan macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan rohani, antara lain sebagai berikut:
[image:31.595.134.514.216.569.2]1. Aktivitas melihat (visual activities) meliputi membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya. 2. Aktivitas berbicara (oral activities) meliputi menyatakan, merumuskan,
bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, san sebagainya.
3. Aktivitas mendengarkan ( listening activities) meliputi mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya.
4. Aktivitas menulis (writing activities) meliputi menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin, dan sebagainya.
5. Aktivitas menggambar (drawing activities) meliputi menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.
7. Aktivitas mental (mental activities) meliputi menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
8. Aktivitas emosional (emotional activities) meliputi menaruh minat, merasa bosan, tenang, gugup, dan sebagainya.
Aktivitas-aktivitas tersebut tidaklah terpisah satu sama lain. Dalam setiap aktivitas motoris terkandung aktivitas mental disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, dan seterusnya. Pada setiap pelajaran terdapat berbagai aktivitas yang dapat diupayakan.
D. Komponen-Komponen Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang saling terkait. Sebagai suatu sistem pembelajaran memiliki beberapa komponen yaitu tujuan, subyek belajar, materi belajar, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan penunjang (Sugandi, 2006: 28). Penjelasan dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
Tujuan yang secara eksplisit diupayakan pencapaiannya melalui kegiatan pembalajaran adalah “ intructional effect” biasanya itu berupa pengetahuan, dan keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam tujuan pembelajaran khusus.
2. Subyek Belajar
karena siswa adalah individu yang melakukan proses belajar-mengajar. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subyek belajar.
3. Materi Belajar
Materi belajar juga merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran, karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran. Maqteri pelajaran yang komprehensif, terorganisir secara sistematis dan dideskripsikan dengan jelas akan berpengaruh juga terhadap intensitas proses pembelajaran.
4. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektifitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penerapan strategi pembelajaran guru perlu memilih, model-model pembelajaran yang tepat, metode mengajar yang sesuai dan teknik-teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan metode mengajar. Untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat guru mempertimbangkan akan tujuan, karakteristik siswa, materi pelajaran dan sebagainya agar strategi pembelajaran tersebut dapat berfungsi maksimal.
5. Media Pembelajaran
pembelajaran menjadi salah satu komponen pendukung strategi pembelajaran disamping komponen waktu dan metode mengajar.
6. Penunjang
Komponen penunjang yang dimaksud dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran dan semacamnya. Komponen penunjang berfungsi memperlancar, melengkapi dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran.
E. Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjukan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar dilakukan untuk untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Wingkel dalam Purwanto, 2009: 45). Aspek perubahan itu mengacu pada taksonomi tujuan pengajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori berikut:
a. Pengetahuan
Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi pembelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan ini meliputi pengingatan kembali tentang rentangan materi yang luas, mulai dari fakta spesifik sampai teori yang kompleks. Pengetahuan mencerminkan tingkat hasil belajar paling rendah pada ranah kognitif.
b. Pemahaman
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran. Hal itu ditunjukkan melalui penerjemahan materi pembelajaran, dan melalui mengestimasikan kecenderungan masa depan. Hasil belajar ini berada pada satu tahap di atas pengingatan materi sederhana dan mencerminkan tingkat pemahaman paling rendah.
c. Penerapan
memerlukan tingkat pemahaman yang lebih tinggi daripada tingkat pemahaman sebelumnya.
d. Analisis
Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami organisasinya. Hal ini mencakup identifikasi bagian-bagian, analisis hubungan antar bagian dan mengenali prinsip-prinsip pengorganisasian. Hasil belajar ini mencerminkan tingkat intelektual lebih tinggi daripada pemahaman dan penerapan, karena memerlukan pemahaman isi dan bentuk struktur materi pembelajaran yang telah dipelajari.
e. Sintesis
Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. Hal ini mencakup produksi komunikasi yang unik (tema atau percakapan), perencanaan operasional (proposal), atau seperangkat hubungan yang abstrak (skema untuk mengklasifikasi informasi). Hasil belajar bidang ini menekankan perilaku kreatif, dengan penekanan dasar pada pembentukan struktur atau pola-pola baru.
f. Penilaian
atau kriteria eksternal (relevansi terhadap tujuan) dan pembelajar dapat menerapkan kriteria sendiri. Hasi belajar di bidang ini adalah paling tinggi di dalam hierarki kognitif karena berisi unsur-unsur seluruh kategori tersebut dan ditambah dengan keputusan tentang nilai yang didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan secra jalas.
2. Ranah Afektif
Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini mencerminkan hierarki yang bertentangan dari keinginan untuk menerima sampai pembentukan pola hidup. Kategori tujuan pembelajaran afektif adalah sebagai berikut:
a. Penerimaan
Penerimaan mengacu pada keinginan siswa untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu (aktivitas kelas, buku teks, musik, dan sebagainya). Dari sudut pandang pembelajaran, ia berkaitan dengan memperoleh, menangani, dan mengarahkan perhatian siswa. Hasil belajar ini bertentangan dari kesadaran sederhana tentang adanya sesuatu sampai pada perhatian selektif yang menjadi bagian milik individu siswa. Penerimaan ini mencerminkan tingkat hasil belajar paling rendah di dalam ranah afektif.
b. Penanggapan
tetapi juga mereaksikannya dengan berbagai cara. Hasil belajar di bidang ini adalah penekanan pada kemahiran merespon (membaca materi pembelajaran), keinginan merespon (mengerjakan tugas secara suka rela), atau kepuasan dalam merespon (membaca untuk hiburan). Tingkat yang lebih tinggi dari kategori ini adalah mencakup tujuan pembelajaran yang umumnya diklasifikasikan ke dalam minat siswa, yakni minat yang menekankan pencarian dan penikmatan kegiatan tertentu.
c. Penilaian
d. Pengorganisasian
Pengorganisasian berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda, memecahkan kembali konflik-konflik antar nilai, dan mulai menciptakan sistem nilai yang konsisten secara internal. Hasil belajar ini dapat berkaitan dengan konseptualisasi nilai (mengenali tanggung jawab setiap individu untuk memperbaiki hubungan antar manusia) atau pengorganisasian sistem nilai (mengembangkan rencana kerja yang memenuhi kebutuhan sendiri baik dalam hal peningkatan ekonomi maupun pelayanan sosial). Tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan pengembangan pandangan hidup dapat dimasukkan ke dalam kategori ini.
e. Pembentukan Pola Hidup
Pada tingkat ranah afektif ini, individu siswa memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya. Perilaku pada tingkat ini adalah bersifat persuasif, konsisten dan dapat diramalkan. Hasil belajar pada tingkat ini mencakup berbagai aktivitas yang luas, namun penekanan dasarnya adalah pada kekhasan perilaku siswa atau siswa memiliki karakteristik yang khas,
3. Ranah Psikomotorik
obyek, dan koordinasi syaraf. Terdapat beberapa kategori untuk menjelaskan jenis perilaku untuk ranah psikomotorik adalah sebagai berikut:
a. Persepsi
Persepsi ini berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik. Kategori ini bertentangan dari rangsangan penginderaan (kesadaran akan adanya stimulus), melalui memberi petunjuk pemilihan (memilih petunjuk yang relevan dengan tugas), sampai penerjemahan (menghubungkan persepsi pada petunjuk dengan tindakan di dalam suatu perbuatan tertentu).
b. Kesiapan
Kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu. Kategori ini mencakup kesiapan mental (kesiapan mental untuk bertindak), kesiapan jasmani (kesiapan jasmani untuk bertindak), dan kasiapan mental (keinginan untuk bertindak). Pada tingkat ini persepsi terhadap petunjuk itu menjadi prasyarat penting.
c. Gerakan Terbimbing
untuk mengidentifikasi gerakan yang baik). Kecukupan unjuk kerja ditentukan oleh guru atau oleh seperangkat kriteria yang sesuai.
d. Gerakan Terbiasa
Gerakan terbiasa berkaitan dengan tindakan unjuk kerja gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat meyakinkan dan mahir. Hasil belajar pada tingkat ini berkaitan dengan keterampilan unjuk kerja dari berbagai tipe, namun pola-pola gerakannya kurang kompleks dibandingkan dengan tingkatan berikutnya yang lebih tinggi.
e. Gerakan Kompleks
Gerakan kompleks berkaitan dengan kemahiran unjuk kerja dari tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks. Kecakapan ditunjukkan melalui kecepatan, kehalusan, keakuratan, dan yang memerlukan energi minimum. Kategori ini mencakup pemecahan hal-hal yang tidak menentu (bertindak tanpa ragu-ragu) dan unjuk kerja otomatis (gerakan dilakukan dengan mudah dan pengendalian yang baik). Hasil belajar pada tingkat ini mencakup kegiatan motorik yang sangat terkoordinasi.
f. Penyesuaian
g. Kreativitas
Kreativitas mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu. Hasil belajar pada tingkat ini menekankan aktivitas yang didasarkan pada keterampilan yang benar-benar telah dikembangkan.
F. Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar
Menurut Surakhmad (1982:17), sistem belajar siswa aktif akan lebih efektif jika diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. Artinya, sistem belajar mengajar menekankan pada keaktifan siswa secara fisik, intelektual, dan emosioanal guna mendapatkan hasil belajar yang merupakan perpaduan antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemudian mengajar dikatakan sukses apabila ada keterlibatan siswa secara aktif untuk belajar, dan keberhasilan atau kesuksesan guru dalam mengajar ditentukan oleh aktivitas siswa dalam belajar.
G. Penginderaan Jauh
1. Pengertian Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh berasal dari dua kata dasar yaitu indera berarti melihat dan jauh berarti dari jarak jauh. Jadi berdasarkan asal katanya (epistimologi), penginderaan jauh berarti melihat obyek dari jarak jauh. Lillesand dan Kiefer dalam (Kosumowidagdo, 2007: 5) mendefinisikan penginderaan jauh sebagai ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis menggunakan kaidah ilmiah data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji.
frekuensi dan panjang gelombang yang sangat bervariasi. Semakin tinggi frekuensi gelombang sinar tersebut maka semakin tinggi pula tenaganya. Hasil pemotretannya disebut sebagai data inderaja yang dapat berupa foto udara, citra satelit, citra radar, dan lainnya.
2. Sistem Penginderaan Jauh dan Komponennya
Sistem ialah serangkaian obyek atau komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama secara terkoordinasi untuk melaksanakan tujuan tertentu. Sistem penginderaan jauh ialah serangkaian komponen yang digunakan untuk penginderaaan jauh. Komponen-komponen tersebut meliputi sumber tenaga, atmosfer, obyek, sensor dengan wahana, pengolahan data dan pengguna (user) (Kusumowidagdo, 2007: 6).
[image:44.595.134.510.198.676.2]Sumber: Kusumowidagdo, 2007: 6)
a. Sumber Tenaga
Dalam penginderaan jauh harus ada sumber tenaga, baik sumber tenaga alamiah (sistem pasif) maupun sumber tenaga buatan (sistem aktif). Tenaga ini mengenai objek di permukaan bumi yang kemudian dipantulkan ke sensor. Jumlah tenaga matahari yang mencapai bumi dipengaruhi oleh waktu (jam, musim), lokasi, dan kondisi cuaca. Jumlah tenaga yang diterima pada siang hari lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah pada pagi atau sore hari.
Kedudukan matahari terhadap tempat di bumi berubah sesuai dengan perubahan musim. Pada musim di saat matahari berada tegak lurus di atas suatu tempat, jumlah tenaga yang diterima lebih besar bila dibanding dengan pada musim lain di saat matahari kedudukannya condong terhadap tempat itu. Di samping itu, jumlah tenaga yang diterima juga dipengaruhi oleh letak tempat di permukaan bumi. Tempat-tempat di ekuator menerima tenaga lebih banyak bila dibandingkan terhadap tempat-tempat di lintang tinggi.
Kondisi cuaca juga berpengaruh terhadap jumlah sinar yang mencapai bumi. Semakin banyak penutupan oleh kabut, asap, dan awan, maka akan semakin sedikit tenaga yang dapat mencapai bumi.
b. Atmosfer
jauh. Pengaruh atmosfer merupakan fungsi panjang gelombang dan bersifat selektif terhadap panjang gelombang. Karena pengaruh yang selektif inilah maka timbul istilah jendela atmosfer yaitu bagian spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Dalam jendela atmosfer ada hambatan atmosfer, yaitu kendala yang disebabkan oleh hamburan pada spektrum tampak dan serapan yang terjadi pada spektrum inframerah termal (Sutanto, 1986: 56).
c. Obyek
Tenaga elektromagnetik(TEM) yang sampai ke permukaan bumi akan berinteraksi dengan segala obyek yang ada. Obyek di permukaan bumi mempunyai karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya. Ada obyek yang mempunyai sifat daya serapnya (absorpsi) terhadap TEM tinggi dan pantulannya rendah, sebaliknya ada obyek yang mempunyai daya serap rendah dan daya pantulnya tinggi. Pada citra hitam putih mempunyai tingkat rona dan kecerahan yang berbeda obyek satu dengan lainnya. Karakteristik obyek terhadap sinar ini disebut sebagai karakteristik spektral. Justru karena setiap obyek mempunyai karakteristik spektral yang berbeda maka dapat dibedakan obyek satu dengan lainnya.
d. Sensor dengan Wahana
spektrum elektromagnetik. Di samping itu juga kepekaan berbeda dalam mereka obyek terkecil yang masih dapat dikenali dan dibedakan terhadap obyek lain atau terhadap lingkungan sekitarnya. Kemampuan sensor untuk menyajikan gambaran obyek terkecil ini disebut resolusi spasial. Semakin kecil obyek yang dapat direkam oleh sensor menandakan semakin baik kualitas sensor tersebut. Pada awal perkembangannya inderaja diawali dengan sensor yang dipasang di wahana berupa balon. Kemudian ditemukan pesawat terbang (tahun 1903) dan sensornyapun dicoba dipasang di bawah badan pesawat.
Perkembangan teknologi di bidang sensor dan wahana sudah semakin maju. Sekarang sudah bisa pemotretan dengan kualitas (dapat diukur dari ukuran piselnya) yang semakin baik. Di samping itu, jenis dan macam satelit yang digunakan untuk membawa sensor juga semakin banyak seperti MOS, Landsat, SPOT, Ikonos, Quickbird.
e. Pengolahan Data
distribusi produk inderaja. Koreksi yang dilakukan adalah meliputi eliminasi distorsi radiometrik (nilai radiansi hasil pengukuran) dan geometrik (posisi lintang dan bujur) obyek-obyek yang diindera. Melalui koreksi-koreksi tersebut kualitas data sudah dapat dipertanggungjawabkan.
f. Pengguna (user)
Pengguna merupakan komponen terakhir sistem inderaja, penggunalah yang tahu dengan pasti tentang kebenaran, manfaat bahkan seberapa besar ketelitian informasi inderaja yang telah dipakainya. Maka pengguna merupakan penilai sekaligus yang dapat memberikan saran-saran untuk lebih menyempurnakan sistem inderaja dalam memenuhi kebutuhan penggunanya.
H. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama Tujuan Variabel Hasil
1 2. 3. 4. Khoridah Kunthum Ria Anggraheny Anggit Wianti Julia Suci Nurani
1. Mengetahui aktivitas belajar mahasiswa dalam praktikum kartografi tematik pada mahasiswa geografi semester II tahun
2009/2010.
2. Mengetahui pengaruh aktivitas
belajar mahasiswa dalam praktikum terhadap hasil belajar mata kuliah praktikum kartografi tematik pada mahasiswa geografi semester II tahun 2009/2010.
1. Untuk mengetahui seberapa besar
aktivitas belajar siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share(TPS).
2. Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh aktivitas belajar siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share(TPS) terhadap hasil belajar siswa.
1. Untuk mengetahui bentuk aktivitas
belajar siswa di kelas dan di rumah pada SMA di Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen.
2. Untuk mengetahui pengaruh dari
aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar Geografi pada SMA di Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen.
1. Mengetahui bentuk aktivitas mahasiswa dalam Praktikum Penginderaan Jauh semester II tahun 2008/2009.
2. Mengetahui kadar PBAS dalam
Praktikum Penginderaan Jauh pada mahasiswa Pendidikan Geografi semester II tahun 2008/2009.
3. Mengetahui pengaruh kadar PBAS
dalam praktikum terhadap hasil belajar mata kuliah Praktikum Penginderaan Jauh pada mahasiswa semester II tahun 2008/2009.
- Aktivitas belajar - Hasil belajar
- Aktivitas belajar siswa dalam model pembelajaran TPS
- Hasil Belajar IPS
- Aktivitas Belajar Kognitif (di kelas dan di rumah) - Hasil Belajar
Kognitif
- Kadar PBAS
dalam Praktikum Penginderaan Jauh
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dalam penelitian ini peneliti mencoba mengungkapkan aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh secara lebih rinci yaitu:
1. Dengan menganalisis dan menggambarkan setiap sub aktivitas belajar ke dalam grafik sehingga diketahui secara jelas setiap aktivitas mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh yang meliputi aktivitas berbicara, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas motorik, aktivitas mental dan aktivitas emosional.
2. Dalam pengambilan data aktivitas mahasiswa dan analisis data digunakan 5 kriteria (sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, sangat rendah) sehingga diharapkan data hasil penelitian lebih halus.
I. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
“Ada pengaruh aktivitas belajar mahasiswa terhadap hasil belajar mata kuliah
Penginderaan Jauh”
[image:50.595.117.513.193.764.2]J. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
HASIL BELAJAR MAHASISWA PEMBELAJARAN PENGINDERAAN
JAUH
BAB III
METODE PENELITIAN
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2007: 3). Adapun yang termasuk dalam penelitian ini adalah:
A. Penentuan Obyek Penelitian
1. Populasi
Menurut Arikunto (2006: 130), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan dikenai generalisasi dari penelitian tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi semester II tahun 2010/2011 yang mengambil mata kuliah Penginderaan Jauh yaitu 109 mahasiswa.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 131). Jika subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika subyeknya lebih dari seratus seperti populasi dalam penelitian ini, maka jumlah sampel dapat diambil sebanyak 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
random sampling yaitu cara pengambilan sampel secara acak dengan memberikan hak yang sama pada setiap subjek dalam populasi untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 30% dari populasi yaitu 32 mahasiswa.
3. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Prodi Pendidikan Geografi, Jurusan Geografi, FIS, UNNES.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118). Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “Aktivitas Belajar
Mahasiswa dalam Mata Kuliah Penginderaan Jauh”. Adapun sub variabel
dan indikator aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas Berbicara
1) Kemampuan mahasiswa dalam mengajukan pertanyaan
3) Kemampuan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat/gagasan
b. Aktivitas Mendengarkan
1) Aktivitas mahasiswa dalam mendengarkan penjelasan materi 2) Aktivitas mahasiswa dalam mendengarkan percakapan atau
diskusi kelompok
3) Aktivitas mahasiswa dalam mendengarkan petunjuk, kritik dan saran dari Dosen
c. Aktivitas Menulis
1) Aktivitas mahasiswa dalam mencatat materi 2) Aktivitas mahasiswa dalam merangkum materi
3) Aktivitas mahasiswa dalam menyelesaikan tugas mata kuliah
d. Aktivitas Motorik
1) Kemampuan mahasiswa berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok
2) Kemampuan mahasiswa dalam interpretasi citra
3) Pengetahuan mahasiswa dalam interpretasi citra secara benar
e. Aktivitas Mental
1) Kemampuan mahasiswa dalam mencari data-data penunjang 2) Kemampuan mahasiswa untuk menghargai orang lain (tidak
egois)
f. Aktivitas Emosional
1) Minat mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah
2) Keberanian mahasiswa bertanya, berpendapat, menjawab pertanyaan, memberikan saran, dll
3) Ketenangan mahasiswa dalam pembelajaran
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “Hasil Belajar Mata
Kuliah Penginderaan Jauh” yang berupa nilai akhir. Nilai akhir tersebut
dianggap telah mewakili ketiga aspek hasil belajar yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik karena dalam nilai akhir terdapat penilaian pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu dengan menggunakan metode dokumentasi dan metode observasi dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Metode Dokumentasi
Menurur Arikunto (2006: 231), metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui:
2) Nilai akhir mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi yang mengikuti mata kuliah Penginderaan Jauh.
b. Metode Observasi
Metode observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung. Observasi adalah memperhatikan suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2006: 156). Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis yaitu observasi yang dilakukan dengan menggunakan pedoman/panduan berupa lembar aktivitas belajar mahasiswa sebagai instrumen pengamatan.
Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan mahasiswa selama mengikuti mata kuliah Penginderaan Jauh yang meliputi aktivitas berbicara, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas motorik, aktivitas mental dan aktivitas emosional.
D. Analisis Instrumen
1. Analisis Validitas
Menurut Arikunto (2006: 168), suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui validitas butir lembar observasi maka digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yaitu:
r
xy
y
y
x
x
nn
y x xy n
2 2
2 2
Keterangan:
r
xy : Koefisien korelasi antara x dan y.x : Skor observasi indikator ke-i
y : Skor yang diujicobakan
n : Jumlah responden
Hasil perhitungan
r
xy dibandingkan dengan tabel kritis r productmoment dengan N=32 dan taraf signifikan 5%. Jika
r
xy> r tabel kritis,maka instrumen tiap-tiap aspek aktivitas tersebut dinyatakan valid (Arikunto, 2006: 170). Hasil uji coba instrumen penelitian diketahui
r
xy2. Analisis Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006: 178). Untuk mengukur reliabilitas digunakan rumus alpha. Rumus alpha ini digunakan karena skor instrumen merupakan rentang 1–5.
2 211 1 1
t b k k
r
Keterangan:r
11 : reliabilitas yang dicarik : banyaknya butir indikator
2b : jumlah varians skor tiap-tiap indikator
2t : varians total
Rumus varians:
n nx
x
2 2 2
Hasil perhitungan
r
11 dibandingkan dengan tabel kritis r product
moment pada N=32 dan α=5%. Jika
r
hitungr
tabel maka item yangdiujicobakan reliabel. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (
r
11) yang angkanya berada pada rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakinreliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya.
Jika
r
11≤ 0,20 = sangat rendahJika 0,21 ≤
r
11 ≤ 0,40 = rendahJika 0,41≤
r
11 ≤ 0,60 = sedangJika 0,61≤
r
11 ≤ 0,80 = tinggiJika 0,81≤
r
11 ≤ 1,00 = sangat tinggi(Arikunto, 2006: 196) Hasil uji reliabilitas dengan N=32 dan taraf signifikansi 5% diperoleh
r
hitungr
tabel (0,916 > 0,349), maka item yang diujicobakantersebut reliabel. Hasil perhitungan tersebut termasuk kategori sangat tinggi karena berada pada rentang 0,81 – 1,00. Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 102.
E. Metode Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Metode yang digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas belajar dalam mata kuliah Penginderaan Jauh adalah dengan analisis frekuensi, maka setiap indikator diungkapkan dalam skor untuk selanjutnya dideskripsikan.
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan yaitu membuat kisi-kisi instrumen dan pedoman observasi. Pembuatan kisi-kisi instrumen dan pedoman observasi ini akan membantu mempermudah dalam melakukan penilaian aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh.
b. Tahap Skoring
Tahap ini digunakan untuk mempermudah dalam menganalisis data. Caranya yaitu dengan memberikan skor terhadap pengamatan oleh observer sesuai dengan panduan pengamatan/ observasi. Kriteria pemberian skor yaitu:
Kriteria sangat tinggi diberi skor 5 Kriteria tinggi diberi skor 4 Kriteria cukup diberi skor 3 Kriteria rendah diberi skor 2
c. Menentukan Parameter Variabel Aktivitas Belajar
Menentukan kriteria dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan skor maksimal
= jumlah item indikator x skor maksimal = 18 x 5
= 90
2) Menentukan skor minimal
= jumlah item indikator x skor minimal = 18 x 1
= 18
3) Menghitung rentang skor
= skor maksimal – skor minimal = 90 – 18
= 72
4) Menentukan kriteria
Kriteria aktivitas belajar ada 5 yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah.
5) Menghitung interval skor
Interval = � �� �
� � ���� ��
= 72 5
6) Menyusun parameter aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh.
Tabel 3.1 Parameter Aktivitas Belajar Mahasiswa
No. Interval Skor Interval Skor Kriteria 1. 75,70 – 90,00 84,10% – 100% Sangat tinggi 2. 61,30 – 75,60 68,10% – 84,00% Tinggi 3. 46,90 – 61,20 52,00% – 68,00% Sedang 4. 32,50 – 46,80 36,10% – 52,00% Rendah 5. 18,00 – 32,40 20,00% – 36,00% Sangat Rendah
7) Menyusun Tabel Frekuensi
Tabel frekuensi disusun untuk mempermudah dalam menghitung jumlah frekuensi berdasarkan indikator dan kriteria yang ada dalam penelitian ini.
No .
Interval
Kriteria Jumlah Rata-rata
Skor f % Skor Kriteria
1 75,70 – 90,00 Sangat Tinggi - -
- -
2 61,30 – 75,60 Tinggi - - 3 46,90 – 61,20 Sedang - - 4 32,50 – 46,80 Rendah - - 5 18,00 – 32,40 Sangat rendah - -
Jumlah - -
Cara untuk mengetahui analisis frekuensi menggunakan rumus sebagai berikut:
P = x 100%
Keterangan:
P : Angka presentase
f : Frekuensi yang dicari presentasenya
N : Jumlah frekuensi/ banyaknya individu
8) Deskripsi
Setelah dibuat tabel frekuensi aktivitas belajar mahasiswa, data kemudian dideskripsikan. Deskripsi dimaksudkan untuk memudahkan pembaca dalam membaca tabel.
d. Menentukan Parameter Sub Variabel Aktivitas Belajar
Parameter sub variabel aktivitas belajar disusun untuk mengetahui gambaran umum dari tiap-tiap sub aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh. Parameter ini berlaku untuk semua aktivitas belajar dalam penelitian ini yaitu aktivitas berbicara, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas motorik, aktivitas mental dan aktivitas emosional.
Menentukan kriteria dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan persentase maksimal
=skor maksimal
skor maksimal x 100%
=5
5 x 100%
= 100%
2) Menentukan persentase minimal
= skor minimal
skor maksimal x 100%
=1
5 x 100%
3) Menghitung rentang persentase
= persentase maksimal−persentase minimal
= 100%−20%
= 80%
4) Menentukan kriteria
Kriteria sub aktivitas belajar ada 5 yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah.
5) Menghitung rentang kriteria
= rentang
banyak kriteria
=80%
5
= 16%
[image:63.595.134.512.178.611.2]6) Menyusun parameter sub variabel aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh.
Tabel 3.2 Parameter Sub Aktivitas Belajar Mahasiswa
No. Interval Kriteria f %
1. 84,10% – 100% Sangat tinggi - - 2. 68,10% – 84,00% Tinggi - - 3. 52,00% – 68,00% Sedang - - 4. 36,10% – 52,00% Rendah - - 5. 20,00% – 36,00% Sangat rendah - -
Cara untuk mengetahui analisis frekuensi menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
P : Angka presentase
f : Frekuensi yang dicari presentasenya N : Jumlah frekuensi/ banyaknya individu
(Sudijono, 2008: 43) 7) Deskripsi
Setelah dibuat parameter sub aktivitas belajar mahasiswa, data kemudian dideskripsikan. Deskripsi dimaksudkan untuk memudahkan pembaca dalam membaca tabel.
2. Analisis Statistik
Metode analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier sederhana untuk menguji hipotesis atau mengetahui seberapa besar pengaruh aktivitas belajar mahasiswa terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh pada mahasiswa Pendidikan Geografi semester II, FIS, UNNES tahun akademik 2010/2011.
Analisis statistik dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas Data
data tersebut harus berdistribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Kuadrat dengan rumus sebagai berikut:
2 = ( � − ��)²
��
�
�=1
Keterangan:
2 : Chi Kuadrat
� : frekuensi yang diamati, kategori ke-i
�� : frekuensi yang diharapkan dari kategori ke-i
� : jumlah kategori
�= 1 : batas bawah sampel
Hasil perhitungan chi-kuadrat 2 data selanjutnya dikonsultasikan dengan 2 tabel. Jika harga 2 data ≤ 2 tabel pada taraf signifikansi 5% berarti sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Sudjana, 1996: 273).
b. Analisis Regresi Linier Sederhana
Untuk mengetahui arah garis regresi menggunakan rumus persamaan model regresi linier sederhana sebagai berikut:
y = a + bx
Dimana:
=ΣYΣX
2− ΣXΣXY
= NΣXY− ΣXΣY
ΣX2− (ΣX)2
Keterangan:
x : aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan
Jauh
y : hasil belajar mahasiswa
a,b : koefisien persamaan regresi yang menyatakan perubahan rata-rata variabel Y untuk setiap perubahan variabel X sebesar satu unit (Sudjana, 2005: 315).
c. Uji Keberartian dan Kelinieran Regresi Sederhana
[image:66.595.136.525.178.582.2]Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model linier yang diambil cocok atau tidak dengan keadaan. Untuk analisis ini digunakan tabel sebagai berikut.
Tabel 3.3 Persiapan Analisis Regresi Sumber
Varians Dk JK RK F hitung
Total N JK(T) -
Regresi (a) 1 JK(a) RK(a) = JK(a) : 1
RK(a/b) RK(S)
Regresi (b|a) 1 JK(b|a) RK(a/b) = JK(b|a) : 1
Residu (S) n-2 JK(S) RK(S) = JK(S) : (n-2)
Tuna Cocok
(TC) k-2 JK (TC)
RK(TC) = JK(TC) :
(k-2) RK(TC)
RK(E)
Galat n-k JK (E) RK(E) = JK(E): (n-k)
Keterangan:
JK T = ΣY2
JK a =(ΣY) 2
N
JK(b|a) = b ΣXY− ΣX (ΣY)
JK S = JK T −JK a −JK(b|a)
JK E =Σ ΣYᵢ²−(ΣYᵢ)²
�ᵢ
JK TC = JK S −JK(E)
Uji keberartian model regresi, apabila Fhitung > Ftabel dengan
dk=(1:n-2) maka dapat disimpulkan bahwa model yang diperoleh signifikan, sedangkan untuk uji kelinieran, apabila Fhitung < Ftabel
dengan dk=(k-2 : n-k), maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut berbentuk linier (Sugiyono, 2007: 265).
F. Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahap 1
Pra Penelitian
Tahap 2
Pelaksanaan Penelitian
Tahap 3 Pasca Penelitian
Penyusunan Rancangan Penelitian
Pengumpulan data sekunder
Penentuan populasi dan sampel
Membuat in