• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh Mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi Tahun Akademik 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh Mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi Tahun Akademik 2010 2011"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR

MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH MAHASISWA

SEMESTER II PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI

TAHUN AKADEMIK 2010/2011

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Geografi Strata 1

Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Wawan Setiawan

3201407039

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada:

Hari : Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Heri Tjahjono, M.Si. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si. NIP 19680202 1999031 001 NIP 19620904 1989011 001

Mengetahui: Ketua Jurusan Geografi

(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi dengan Judul Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh Mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi Tahun Akademik 2010/2011, telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji Utama

Drs.Suroso, M.Si NIP 19600402 1986011 001

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Heri Tjahjono, M.Si. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si. NIP 19680202 1999031 001 NIP 19620904 1989011 001

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Sosial,

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2011

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Tugas kita bukanlah

untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena

di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan

untuk berhasil”

(Mario Teguh).

Belum pernah ada seorang pun dalam sejarah kita yang menuntut kehidupan

serba mudah yang namanya layak dikenang (Theodore Roosevelt).

Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan yang ia

lakukan, dan akan mencoba kembali untuk melakukan dalam suatu cara yang

berbeda (Dale Carnegie).

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :

1.

Bapak dan Ibuku tercinta, yang selalu

memberi semangat, selalu mendo’akanku, dan

menyayangiku.

2.

Almamaterku.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya serta kamudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh Mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi Tahun Akademik 2010/2011”.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat kerjasama, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dan membantu kelancaran penelitian.

(7)

vii

5. Drs. Suroso, M. Si., penguji utama yang telah meluangkan waktu, arahan dan koreksi dalam penyempurnaan skripsi.

6. Dosen mata kuliah Penginderaan Jauh atas bantuan, dukungan, dan kerjasamanya dalam penelitian.

7. Mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi semester II yang telah menjadi objek dalam penelitian ini.

8. Para Dosen Jurusan Geografi yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama menempuh studi di Jurusan Geografi.

9. Ibu Kuswati, Ibu Yuni, dan Ibu Kuntaswati, serta seluruh pegawai Jurusan Geografi atas bantuan dan motivasinya.

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih untuk semuanya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian khususnya Geografi.

(8)

viii

SARI

Setiawan, Wawan. 2010. Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh Mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi Tahun Akademik 2010/2011. Skripsi, Jurusan Geografi, FIS UNNES. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.

Kata kunci: Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, Penginderaan Jauh

Mahasiswa Pendidikan Geografi sebagai calon pendidik yang terampil dibidang geografi dianggap penting untuk mengetahui dan menguasai keterampilan dasar tentang seluk beluk dan pemanfaatan citra penginderaan jauh. Parameter penguasaan suatu pengetahuan terkadang hanya dilihat dari hasil belajar pada akhir perkuliahan dalam bentuk angka. Tetapi dalam mempelajari penginderaan jauh terdapat beberapa aktivitas yang dapat dilakukan mahasiswa untuk dapat dikatakan menguasai pengetahuan penginderaan jauh. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas berbicara, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas motorik, aktivitas mental, aktivitas emosional dll. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Triandita yang menyebutkan “Aktivitas belajar siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang mengarah

pada peningkatan hasil belajar siswa”. Pada mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi tahun akademik 2009/2010 aktivitas belajar mahasiswa termasuk dalam kriteria tinggi. Hal ini dapat diketahui dari aktivitas mahasiswa pada saat mengikuti pembelajaran, diantaranya aktivitas bertanya ketika ada materi yang masih kurang dipahami, mahasiswa dapat menjawab pertanyaan dari Dosen dengan baik, mengerjakan tugas dan mengumpulkannya tepat waktu, selalu mencatat materi kuliah, presentasi di depan kelas dengan baik dll. Dengan aktivitas belajar yang tinggi tersebut, seharusnya mahasiswa dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan tentang penginderaan jauh dengan baik pula yang ditandai dengan hasil belajar yang baik. Tetapi dalam kenyataannya, masih banyak mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi tahun akademik 2009/2010 memperoleh hasil belajar yang kurang baik yaitu sekitar 22%. Berdasarkan latar belakang tersebut timbul permasalahan yaitu (1) Sejauh manakah aktivitas belajar mahasiswa Geografi dalam mata kuliah Penginderaan Jauh?, (2) Apakah ada pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh mahasiswa semester II Prodi Pendidikan Geografi, Jurusan Geografi, FIS UNNES tahun akademik 2010/2011?. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui sejauh manakah aktivitas belajar mahasiswa Geografi dalam mata kuliah Penginderaan Jauh. (2) Mengetahui pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi tahun akademik 2010/2011.

(9)

ix

acak dengan memberikan hak yang sama pada setiap subjek dalam populasi untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas yaitu aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh dan variabel terikat yaitu hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Penginderaan Jauh. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif persentase untuk mengetahui sejauh mana aktivitas belajar mahasiswa dan regresi linier sederhana untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) secara umum atau klasikal aktivitas belajar mahasiswa termasuk dalam kriteria tinggi yaitu sebesar 74%. (2) berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa ada pengaruh aktivitas belajar mahasiswa terhadap hasil belajar yaitu sebesar 49,66%. Hal ini berarti bahwa kenaikan hasil belajar dipengaruhi 49,66% oleh aktivitas belajar mahasiswa, sedangkan 50,54% dipengaruhi oleh faktor lain seperti tingkat kecerdasan, fasilitas penunjang pembelajaran dan lingkungan.

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan ... 3

D. Manfaat ... 4

E. Penegasan Istilah ... 4

F. Sistematika Skripsi ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

(11)

xi

B. Unsur-Unsur Belajar ... 12

C. Aktivitas Belajar ... 13

D. Komponen-Komponen Pembelajaran ... 15

E. Hasil Belajar ... 17

F. Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar... 25

G. Penginderaan Jauh ... 26

H. Penelitian Terdahulu ... 31

I. Hipotesis ... 33

J. Kerangka Pemikiran ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 34

A. Penentuan Obyek Penelitian ... 34

1. Populasi ... 34

2. Sampel Penelitian ... 34

3. Tempat Penelitian ... 35

B. Variabel Penelitian ... 35

1. Variabel Bebas... 35

2. Variabel Terikat ... 37

C. Metode Pengumpulan Data ... 37

D. Analisis Instrumen ... 38

E. Metode Analisis Data ... 41

F. Diagram Alir Penelitian ... 50

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

(12)

xii

1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 52

2. Deskripsi Aktivitas Belajar Mahasiswa dalam Mata Kuliah Penginderaan Jauh ... 54

3. Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh ... 70

4. Uji Normalitas Data ... 71

5. Uji Kelinieran Regresi ... 74

6. Uji Hipotesis ... 75

B. Pembahasan ... 77

BAB V PENUTUP ... 83

A. Simpulan ... 83

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 31

Tabel 3.1 Parameter Aktivitas Belajar Mahasiswa ... 44

Tabel 3.2 Parameter Sub Aktivitas Belajar Mahasiswa ... 46

Tabel 3.3 Persiapan Analisis Regresi ... 49

Tabel 4.1 Kriteria Deskripsi Persentase ... 54

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Mahasiswa dalam Mata Kuliah Penginderaan Jauh... 55

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Aktivitas Berbicara ... 57

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Aktivitas Mendengarkan ... 57

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Aktivitas Menulis ... 61

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Aktivitas Motorik ... 64

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Aktivitas Mental ... 66

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Aktivitas Emosional ... 68

Tabel 4.9 Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh ... 70

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Variabel Aktivitas Belajar Mahasiswa ... 72

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Data Variabel Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh ... 73

Tabel 4.12 Uji Kelinieran Regresi ... 74

(14)

xiv

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Sistem Inderaja ... 27

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ... 33

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 51

Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian Jurusan Geografi UNNES ... 53

Gambar 4.2 Aktivitas Belajar Mahasiswa dalam Mata Kuliah Penginderaan Jauh ... 56

Gambar 4.3 Aktivitas Berbicara Mahasiswa ... 57

Gambar 4.4 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Berbicara ... 58

Gambar 4.5 Aktivitas Mendengarkan Mahasiswa ... 59

Gambar 4.6 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Mendengarkan ... 60

Gambar 4.7 Aktivitas Menulis Mahasiswa ... 61

Gambar 4.8 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Menulis ... 63

Gambar 4.9 Aktivitas Motorik Mahasiswa ... 63

Gambar 4.10 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Motorik ... 65

Gambar 4.11 Aktivitas Mental Mahasiswa ... 65

Gambar 4.12 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Mental ... 67

Gambar 4.13 Aktivitas Emosional Mahasiswa ... 68

Gambar 4.14 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Emosional ... 69

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi ... 88

Lampiran 2 Lembar Observasi ... 90

Lampiran 3 Panduan Observasi Aktivitas Belajar Mahasiswa dalam Mata Kuliah Penginderaan Jauh ... 92

Lampiran 4 Daftar Nama Responden ... 99

Lampiran 5 Tabel Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Ujicoba Instrumen Penelitian ... 100

Lampiran 6 Perhitungan Validitas Ujicoba Instrumen Penelitian ... 101

Lampiran 7 Perhitungan Reliabilitas Ujicoba Instrumen Penelitian ... 102

Lampiran 8 Skor Aktivitas Belajar Mahasiswa Pada Observasi 1 ... 103

Lampiran 9 Skor Aktivitas Belajar Mahasiswa Pada Observasi 2 ... 105

Lampiran 10 Skor Aktivitas Belajar Mahasiswa Pada Observasi 3 ... 107

Lampiran 11 Skor Aktivitas Belajar Mahasiswa Pada Observasi 4 ... 109

Lampiran 12 Data Observasi 1 Pada Masing-Masing Sub Variabel... 111

Lampiran 13 Data Observasi 2 Pada Masing-Masing Sub Variabel... 112

Lampiran 14 Data Observasi 3 Pada Masing-Masing Sub Variabel... 113

Lampiran 15 Data Observasi 4 Pada Masing-Masing Sub Variabel... 114

Lampiran 16 Rata-Rata Skor Aktivitas Berbicara ... 115

Lampiran 17 Rata-Rata Skor Aktivitas Mendengarkan ... 116

(17)

xvii

Lampiran 19 Rata-Rata Skor Aktivitas Motorik ... 118

Lampiran 20 Rata-Rata Skor Aktivitas Mental ... 119

Lampiran 21 Rata-Rata Skor Aktivitas Emosional ... 120

Lampiran 22 Persentase Skor Aktivitas Berbicara... 121

Lampiran 23 Persentase Skor Aktivitas Mendengarkan ... 122

Lampiran 24 Persentase Skor Aktivitas Menulis ... 123

Lampiran 25 Persentase Skor Aktivitas Motorik ... 124

Lampiran 26 Persentase Skor Aktivitas Mental ... 125

Lampiran 27 Persentase Skor Aktivitas Emosional ... 126

Lampiran 28 Persentase Skor Total Aktivitas Belajar Mahasiswa ... 127

Lampiran 29 Rata-Rata Skor Aktivitas Belajar Mahasiswa ... 128

Lampiran 30 Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Mahasiswa ... 129

Lampiran 31 Uji Normalitas Data Aktivitas Belajar... 130

Lampiran 32 Uji Normalitas Data Hasil Belajar ... 131

Lampiran 33 Analisis Regresi Antara Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar ... 132

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penginderaan Jauh atau disingkat Inderaja termasuk ilmu yang relatif baru, berkembang sesudah pertengahan abad ke 20. Penginderaan Jauh merupakan terjemahan dari istilah remote sensing, yaitu ilmu, teknologi dan seni dalam memperoleh informasi mengenai objek atau fenomena di permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji, melainkan melalui media perekam objek atau fenomena yang memanfaatkan energi yang berasal dari gelombang elektromagnetik dan mewujudkan hasil perekaman tersebut dalam bentuk citra. Karena wujud dan letak objek yang tergambar pada citra mirip wujud dan letaknya di permukaan bumi maka citra merupakan alat yang baik sekali untuk pembuatan peta, baik sebagai sumber data maupun sebagai kerangka letak. Berbeda dengan peta yang merupakan model simbolik, citra (terutama foto udara) merupakan model ikonik karena wujud gambar mirip objek sebenarnya.

Mahasiswa Pendidikan Geografi sebagai calon pendidik yang terampil dibidang geografi dianggap penting untuk mengetahui dan menguasai keterampilan dasar tentang seluk beluk dan pemanfaatan citra penginderaan jauh. Untuk itulah jurusan geografi memasukkan penginderaan jauh sebagai mata kuliah yang wajib diambil dalam Program Studi Pendidikan Geografi. Mata kuliah ini diharapkan mampu membekali mahasiswa dengan

(19)

pengetahuan dan keterampilan dasar segala hal yang berkaitan dengan penginderaan jauh terutama analisis dan interpretasi foto udara.

Parameter penguasaan suatu pengetahuan terkadang hanya dilihat dari hasil belajar pada akhir perkuliahan dalam bentuk angka. Tetapi dalam mempelajari penginderaan jauh terdapat beberapa aktivitas yang dapat dilakukan mahasiswa untuk dapat dikatakan menguasai pengetahuan penginderaan jauh. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas berbicara, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas motorik, aktivitas mental, aktivitas emosional dll. Aktivitas-aktivitas tersebut penting dilakukan untuk dapat menguasai penginderaan jauh dan pada akhirnya akan menentukan hasil belajar mahasiswa. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh

Surakhmad “sistem belajar mengajar menekankan pada keaktifan siswa

secara fisik, intelektual, dan emosioanal guna mendapatkan hasil belajar yang

tinggi” dan Triandita yang menyebutkan “Aktivitas belajar siswa akan

mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang mengarah

pada peningkatan hasil belajar siswa”

(20)

tinggi tersebut, seharusnya mahasiswa dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan tentang penginderaan jauh dengan baik pula yang ditandai dengan hasil belajar yang baik. Tetapi dalam kenyataannya, masih banyak mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi tahun akademik 2009/2010 memperoleh hasil belajar yang kurang baik yaitu sekitar 22%.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui aktivitas belajar dalam mata kuliah Penginderaan Jauh dan adakah pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh mahasiswa Pendidikan Geografi semester II sehingga penulis mengambil judul: “Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh Mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi Tahun Akademik 2010/2011”.

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Sejauh manakah aktivitas belajar mahasiswa Geografi dalam mata kuliah

Penginderaan Jauh?

2. Apakah ada pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh mahasiswa semester II Prodi Pendidikan Geografi, Jurusan Geografi, FIS UNNES tahun akademik 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:

(21)

2. Mengetahui pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi tahun akademik 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Manfaat Praktis

Dapat memberikan masukan kepada mahasiswa agar lebih optimal dalam aktivitas belajarnya, baik aktivitas fisik maupun aktivitas mental sehingga diperoleh hasil belajar secara optimal.

2. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan gambaran besarnya pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh.

E. Penegasan Istilah

1. Aktivitas Belajar

(22)

2. Penginderaan Jauh

Penginderaan Jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan citra satelit dan citra foto udara tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand dan Kiefer dalam Sutanto,1986: 2).

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2007: 5). Jadi yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang diperoleh atau dicapai oleh mahasiswa semester II Prodi Pendidikan Geografi setelah menempuh mata kuliah Penginderaan Jauh dan terwujud dalam nilai akhir semester. Nilai akhir semester ini dianggap telah mencakup tiga aspek hasil belajar yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik karena dalam menentukan nilai akhir terdapat penilaian pada aspek pengetahuan, sikap dan keaktifan mahasiswa.

F. Sistematika Skripsi

Sistematika skripsi terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal skripsi, bagian isi skripsi, dan bagian akhir skripsi. Secara sistematis disajikan sebagai berikut.

1. Bagian Awal Skripsi

(23)

b. Lembar berlogo (sebagai halaman pembatas) c. Halaman judul

d. Persetujuan pembimbing e. Pengesahan kelulusan

f. Pernyataan (keaslian karya ilmiah) g. Motto dan persembahan

h. Kata Pengantar i. Sari

j. Daftar isi

k. Daftar tabel, gambar, dan lampiran

2. Bagian Isi Skripsi

Bagian isi skripsi terdiri atas beberapa bagian.

a. BAB I. Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi.

(24)

c. BAB III. METODE PENELITIAN, menguraikan tentang populasi dan sampel, tempat penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

d. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, berisi tentang uraian hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum obyek penelitian, aktivitas belajar dan pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mahasiwa pada mata kuliah Penginderaan Jauh.

e. BAB V. PENUTUP, terdiri dari simpulan tentang hasil penelitian dan saran-saran yang diharapkan berguna bagi pihak lain yang berhubungan dengan hasil penelitian.

3. Bagian Akhir Skripsi

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Belajar

Pengertian balajar sangat beragam, dan antara ahli yang satu dengan lainnya mendefinisikan tentang belajar berbeda-beda. Pengertian dari belajar dapat didefinisikan secara umum maupun khusus.

1. Pengertian Belajar Secara Umum

Pengertian belajar secara umum ialah pengertian belajar yang disepakati oleh semua ahli-ahli yang menyelidiki tentang belajar. Pada umumnya ahli-ahli tersebut mempunyai pendapat yang sama bahwa hasil dari suatu aktivitas belajar adalah perubahan.

2. Pengertian Belajar Secara Khusus

Pengertian belajar secara khusus adalah pengertian belajar yang dikemukakan oleh ahli-ahli yang menganut aliran psikologi tertentu. Para penganut aliran psikologi tersebut setuju bahwa hakikat belajar adalah perubahan, namun bagaimana bagaimana proses perubahan tersebut terjadi berbeda antara ahli yang satu dengan ahli yang lain. Perbedaan itu disebabkan aliran psikologi yang dipakai sebagai landasan untuk menjelaskan perilaku manusia, termasuk perubahannya, tidak sama (Darsono, 2001: 2). Ada empat aliran psikologis yang mendasari pengertian balajar secara khusus yaitu Behavioristik, Kognitif, Gestalt, dan Humanistik.

(26)

a. Belajar Menurut Aliran Behavioristik

Kaum behavioristik berasumsi bahwa manusia adalah makhluk pasif, tidak mempunyai potensi psikologis yang berhubungan dengan kegiatan belajar, antara lain pikiran, persepsi, motivasi dan emosi. Kaum behavioristik tidak meyakini adanya perubahan tingkah laku misalnya perubahan dalam pemahaman (mengerti), perubahan dalam persepsi (pandangan terhadap suatu obyek), karena perubahan semacam itu tidak dapat disaksikan dan diukur. Itulah sebabnya pengertian belajar yang terlalu mendasarkan pada terjadinya perbuatan (behavior) dinamakan belajar behavioristik.

b. Belajar Menurut Aliran Kognitif

Ahli-ahli yang menganut aliran kognitif berpendapat bahwa belajar adalah peristiwa internal, artinya belajar baru dapat terjadi bila ada kemampuan dalam diri orang yang belajar. Kemampuan tersebut ialah kemampuan mengenal yang disebut dengan istilah kognitif.

c. Belajar Menurut Aliran Gestalt

(27)

d. Belajar Menurut Aliran Humanistik

Pendapat teori humanistik tentang belajar sangat berbeda atau bahkan berlawanan dengan pendapat behavioristik. Penganut humanistik beranggapan bahwa tiap orang menentukan sendiri tingkah lakunya. Orang bebas memilih sesuai dengan kebutuhannya. Berdasarkan pandangan para ahli dalam mendefinisikan pengertian belajar, telah disepakati bahwa hakikat belajar adalah terjadinya perubahan. Perubahan yang terjadi pada seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar (Daryanto, 2010: 2). Ciri-ciri perubahan yang terjadi akibat proses belajar adalah:

1. Perubahan terjadi secara sadar

Suatu perubahan digolongkan sebagai perubahan sebagai hasil dari belajar apabila pelaku menyadari terjadinya perubahan tersebut atau sekurang-kurangnya merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya misalnya menyadari pengetahuannya bertambah. Oleh karena itu perubahan yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar tidak termasuk dalam pengertian belajar.

2. Perubahan dalam belajar bersifat continue dan fungsional

(28)

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Perubahan merupakan hasil dari proses belajar apabila perubahan-perubahan itu bersifat positif dan aktif. Dikatakan positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Makin banyak usaha belajar yang dilakukan maka makin baik dan makin banyak perubahan yang diperoleh. Perubahan dalam belajar bersifat aktif berarti bahwa perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara (permanen)

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Misalnya kecakapan seorang anak dalam bermain sepeda setelah belajar tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih.

5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

Perubahan dalam belajar mensyaratkan adanya tujuan yang akan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

(29)

laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

B. Unsur-Unsur Belajar

Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku (Gagne dalam Anni, 2007:4). Beberapa unsur yang dimaksud adalah sebagai berukut:

1. Pembelajar

Pembelajar dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta pelatihan. Pembelajar memiliki organ penginderaan yang digunakan untuk menangkap rangsangan, otak yang digunakan untuk mentransformasikan hasil penginderaannya ke dalam memori yang komplek dan syaraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukan apa yang telah dipelajari.

2. Rangsangan (Stimulus)

Peristiwa yang merangsang penginderaan pembelajaran disebut situasi stimulus. Dalam kehidupan seseorang terdapat banyak stimulus yang berada di lingkungannya. Suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman, gedung, dan orang adalah stimulus yang selalu berada di lingkungan seseorang.

3. Memori

(30)

4. Respon

Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut respon. Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada di dalam dirinya kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon pada pembelajaran diamati pada akhir proses belajar yang disebut perubahan perilaku atau perubahan kinerja (performance).

Keempat unsur belajar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Aktivitas belajar akan terjadi pada diri pembelajar apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus dengan isi memori sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum dan setelah adanya situasi stimulus tersebut. Perubahan perilaku pada diri pembelajar itu menunjukkan bahwa pembelajar telah melakukan aktivitas belajar.

C. Aktivitas Belajar

Thomas M, Risk dalam (Rohani, 2004: 6) mengemukakan tentang belajar-mengajar sebagai berikut: Teaching is the guidance of learning experiences (mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar). Pengalaman itu sendiri hanya mungkin diperoleh jika peserta didik itu dengan keaktifannya sendiri bereaksi terhadap lingkungannya.

(31)

kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pengajaran yang optimal sekaligus mengikuti proses pengajaran secara aktif. Pada saat peserta didik aktif jasmaninya dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu juga sebaliknya.

Paul B. Diedrich dalam (Rohani, 2004: 9) menyebutkan terdapat delapan macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan rohani, antara lain sebagai berikut:

[image:31.595.134.514.216.569.2]

1. Aktivitas melihat (visual activities) meliputi membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya. 2. Aktivitas berbicara (oral activities) meliputi menyatakan, merumuskan,

bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, san sebagainya.

3. Aktivitas mendengarkan ( listening activities) meliputi mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya.

4. Aktivitas menulis (writing activities) meliputi menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin, dan sebagainya.

5. Aktivitas menggambar (drawing activities) meliputi menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.

(32)

7. Aktivitas mental (mental activities) meliputi menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.

8. Aktivitas emosional (emotional activities) meliputi menaruh minat, merasa bosan, tenang, gugup, dan sebagainya.

Aktivitas-aktivitas tersebut tidaklah terpisah satu sama lain. Dalam setiap aktivitas motoris terkandung aktivitas mental disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, dan seterusnya. Pada setiap pelajaran terdapat berbagai aktivitas yang dapat diupayakan.

D. Komponen-Komponen Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang saling terkait. Sebagai suatu sistem pembelajaran memiliki beberapa komponen yaitu tujuan, subyek belajar, materi belajar, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan penunjang (Sugandi, 2006: 28). Penjelasan dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut:

1. Tujuan

Tujuan yang secara eksplisit diupayakan pencapaiannya melalui kegiatan pembalajaran adalah “ intructional effect” biasanya itu berupa pengetahuan, dan keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam tujuan pembelajaran khusus.

2. Subyek Belajar

(33)

karena siswa adalah individu yang melakukan proses belajar-mengajar. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subyek belajar.

3. Materi Belajar

Materi belajar juga merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran, karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran. Maqteri pelajaran yang komprehensif, terorganisir secara sistematis dan dideskripsikan dengan jelas akan berpengaruh juga terhadap intensitas proses pembelajaran.

4. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektifitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penerapan strategi pembelajaran guru perlu memilih, model-model pembelajaran yang tepat, metode mengajar yang sesuai dan teknik-teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan metode mengajar. Untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat guru mempertimbangkan akan tujuan, karakteristik siswa, materi pelajaran dan sebagainya agar strategi pembelajaran tersebut dapat berfungsi maksimal.

5. Media Pembelajaran

(34)

pembelajaran menjadi salah satu komponen pendukung strategi pembelajaran disamping komponen waktu dan metode mengajar.

6. Penunjang

Komponen penunjang yang dimaksud dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran dan semacamnya. Komponen penunjang berfungsi memperlancar, melengkapi dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran.

E. Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjukan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar dilakukan untuk untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Wingkel dalam Purwanto, 2009: 45). Aspek perubahan itu mengacu pada taksonomi tujuan pengajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

(35)

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori berikut:

a. Pengetahuan

Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi pembelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan ini meliputi pengingatan kembali tentang rentangan materi yang luas, mulai dari fakta spesifik sampai teori yang kompleks. Pengetahuan mencerminkan tingkat hasil belajar paling rendah pada ranah kognitif.

b. Pemahaman

Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran. Hal itu ditunjukkan melalui penerjemahan materi pembelajaran, dan melalui mengestimasikan kecenderungan masa depan. Hasil belajar ini berada pada satu tahap di atas pengingatan materi sederhana dan mencerminkan tingkat pemahaman paling rendah.

c. Penerapan

(36)

memerlukan tingkat pemahaman yang lebih tinggi daripada tingkat pemahaman sebelumnya.

d. Analisis

Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami organisasinya. Hal ini mencakup identifikasi bagian-bagian, analisis hubungan antar bagian dan mengenali prinsip-prinsip pengorganisasian. Hasil belajar ini mencerminkan tingkat intelektual lebih tinggi daripada pemahaman dan penerapan, karena memerlukan pemahaman isi dan bentuk struktur materi pembelajaran yang telah dipelajari.

e. Sintesis

Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. Hal ini mencakup produksi komunikasi yang unik (tema atau percakapan), perencanaan operasional (proposal), atau seperangkat hubungan yang abstrak (skema untuk mengklasifikasi informasi). Hasil belajar bidang ini menekankan perilaku kreatif, dengan penekanan dasar pada pembentukan struktur atau pola-pola baru.

f. Penilaian

(37)

atau kriteria eksternal (relevansi terhadap tujuan) dan pembelajar dapat menerapkan kriteria sendiri. Hasi belajar di bidang ini adalah paling tinggi di dalam hierarki kognitif karena berisi unsur-unsur seluruh kategori tersebut dan ditambah dengan keputusan tentang nilai yang didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan secra jalas.

2. Ranah Afektif

Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini mencerminkan hierarki yang bertentangan dari keinginan untuk menerima sampai pembentukan pola hidup. Kategori tujuan pembelajaran afektif adalah sebagai berikut:

a. Penerimaan

Penerimaan mengacu pada keinginan siswa untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu (aktivitas kelas, buku teks, musik, dan sebagainya). Dari sudut pandang pembelajaran, ia berkaitan dengan memperoleh, menangani, dan mengarahkan perhatian siswa. Hasil belajar ini bertentangan dari kesadaran sederhana tentang adanya sesuatu sampai pada perhatian selektif yang menjadi bagian milik individu siswa. Penerimaan ini mencerminkan tingkat hasil belajar paling rendah di dalam ranah afektif.

b. Penanggapan

(38)

tetapi juga mereaksikannya dengan berbagai cara. Hasil belajar di bidang ini adalah penekanan pada kemahiran merespon (membaca materi pembelajaran), keinginan merespon (mengerjakan tugas secara suka rela), atau kepuasan dalam merespon (membaca untuk hiburan). Tingkat yang lebih tinggi dari kategori ini adalah mencakup tujuan pembelajaran yang umumnya diklasifikasikan ke dalam minat siswa, yakni minat yang menekankan pencarian dan penikmatan kegiatan tertentu.

c. Penilaian

(39)

d. Pengorganisasian

Pengorganisasian berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda, memecahkan kembali konflik-konflik antar nilai, dan mulai menciptakan sistem nilai yang konsisten secara internal. Hasil belajar ini dapat berkaitan dengan konseptualisasi nilai (mengenali tanggung jawab setiap individu untuk memperbaiki hubungan antar manusia) atau pengorganisasian sistem nilai (mengembangkan rencana kerja yang memenuhi kebutuhan sendiri baik dalam hal peningkatan ekonomi maupun pelayanan sosial). Tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan pengembangan pandangan hidup dapat dimasukkan ke dalam kategori ini.

e. Pembentukan Pola Hidup

Pada tingkat ranah afektif ini, individu siswa memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya. Perilaku pada tingkat ini adalah bersifat persuasif, konsisten dan dapat diramalkan. Hasil belajar pada tingkat ini mencakup berbagai aktivitas yang luas, namun penekanan dasarnya adalah pada kekhasan perilaku siswa atau siswa memiliki karakteristik yang khas,

3. Ranah Psikomotorik

(40)

obyek, dan koordinasi syaraf. Terdapat beberapa kategori untuk menjelaskan jenis perilaku untuk ranah psikomotorik adalah sebagai berikut:

a. Persepsi

Persepsi ini berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik. Kategori ini bertentangan dari rangsangan penginderaan (kesadaran akan adanya stimulus), melalui memberi petunjuk pemilihan (memilih petunjuk yang relevan dengan tugas), sampai penerjemahan (menghubungkan persepsi pada petunjuk dengan tindakan di dalam suatu perbuatan tertentu).

b. Kesiapan

Kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu. Kategori ini mencakup kesiapan mental (kesiapan mental untuk bertindak), kesiapan jasmani (kesiapan jasmani untuk bertindak), dan kasiapan mental (keinginan untuk bertindak). Pada tingkat ini persepsi terhadap petunjuk itu menjadi prasyarat penting.

c. Gerakan Terbimbing

(41)

untuk mengidentifikasi gerakan yang baik). Kecukupan unjuk kerja ditentukan oleh guru atau oleh seperangkat kriteria yang sesuai.

d. Gerakan Terbiasa

Gerakan terbiasa berkaitan dengan tindakan unjuk kerja gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat meyakinkan dan mahir. Hasil belajar pada tingkat ini berkaitan dengan keterampilan unjuk kerja dari berbagai tipe, namun pola-pola gerakannya kurang kompleks dibandingkan dengan tingkatan berikutnya yang lebih tinggi.

e. Gerakan Kompleks

Gerakan kompleks berkaitan dengan kemahiran unjuk kerja dari tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks. Kecakapan ditunjukkan melalui kecepatan, kehalusan, keakuratan, dan yang memerlukan energi minimum. Kategori ini mencakup pemecahan hal-hal yang tidak menentu (bertindak tanpa ragu-ragu) dan unjuk kerja otomatis (gerakan dilakukan dengan mudah dan pengendalian yang baik). Hasil belajar pada tingkat ini mencakup kegiatan motorik yang sangat terkoordinasi.

f. Penyesuaian

(42)

g. Kreativitas

Kreativitas mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu. Hasil belajar pada tingkat ini menekankan aktivitas yang didasarkan pada keterampilan yang benar-benar telah dikembangkan.

F. Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar

Menurut Surakhmad (1982:17), sistem belajar siswa aktif akan lebih efektif jika diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. Artinya, sistem belajar mengajar menekankan pada keaktifan siswa secara fisik, intelektual, dan emosioanal guna mendapatkan hasil belajar yang merupakan perpaduan antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemudian mengajar dikatakan sukses apabila ada keterlibatan siswa secara aktif untuk belajar, dan keberhasilan atau kesuksesan guru dalam mengajar ditentukan oleh aktivitas siswa dalam belajar.

(43)

G. Penginderaan Jauh

1. Pengertian Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh berasal dari dua kata dasar yaitu indera berarti melihat dan jauh berarti dari jarak jauh. Jadi berdasarkan asal katanya (epistimologi), penginderaan jauh berarti melihat obyek dari jarak jauh. Lillesand dan Kiefer dalam (Kosumowidagdo, 2007: 5) mendefinisikan penginderaan jauh sebagai ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis menggunakan kaidah ilmiah data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji.

(44)

frekuensi dan panjang gelombang yang sangat bervariasi. Semakin tinggi frekuensi gelombang sinar tersebut maka semakin tinggi pula tenaganya. Hasil pemotretannya disebut sebagai data inderaja yang dapat berupa foto udara, citra satelit, citra radar, dan lainnya.

2. Sistem Penginderaan Jauh dan Komponennya

Sistem ialah serangkaian obyek atau komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama secara terkoordinasi untuk melaksanakan tujuan tertentu. Sistem penginderaan jauh ialah serangkaian komponen yang digunakan untuk penginderaaan jauh. Komponen-komponen tersebut meliputi sumber tenaga, atmosfer, obyek, sensor dengan wahana, pengolahan data dan pengguna (user) (Kusumowidagdo, 2007: 6).

[image:44.595.134.510.198.676.2]

Sumber: Kusumowidagdo, 2007: 6)

(45)

a. Sumber Tenaga

Dalam penginderaan jauh harus ada sumber tenaga, baik sumber tenaga alamiah (sistem pasif) maupun sumber tenaga buatan (sistem aktif). Tenaga ini mengenai objek di permukaan bumi yang kemudian dipantulkan ke sensor. Jumlah tenaga matahari yang mencapai bumi dipengaruhi oleh waktu (jam, musim), lokasi, dan kondisi cuaca. Jumlah tenaga yang diterima pada siang hari lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah pada pagi atau sore hari.

Kedudukan matahari terhadap tempat di bumi berubah sesuai dengan perubahan musim. Pada musim di saat matahari berada tegak lurus di atas suatu tempat, jumlah tenaga yang diterima lebih besar bila dibanding dengan pada musim lain di saat matahari kedudukannya condong terhadap tempat itu. Di samping itu, jumlah tenaga yang diterima juga dipengaruhi oleh letak tempat di permukaan bumi. Tempat-tempat di ekuator menerima tenaga lebih banyak bila dibandingkan terhadap tempat-tempat di lintang tinggi.

Kondisi cuaca juga berpengaruh terhadap jumlah sinar yang mencapai bumi. Semakin banyak penutupan oleh kabut, asap, dan awan, maka akan semakin sedikit tenaga yang dapat mencapai bumi.

b. Atmosfer

(46)

jauh. Pengaruh atmosfer merupakan fungsi panjang gelombang dan bersifat selektif terhadap panjang gelombang. Karena pengaruh yang selektif inilah maka timbul istilah jendela atmosfer yaitu bagian spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Dalam jendela atmosfer ada hambatan atmosfer, yaitu kendala yang disebabkan oleh hamburan pada spektrum tampak dan serapan yang terjadi pada spektrum inframerah termal (Sutanto, 1986: 56).

c. Obyek

Tenaga elektromagnetik(TEM) yang sampai ke permukaan bumi akan berinteraksi dengan segala obyek yang ada. Obyek di permukaan bumi mempunyai karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya. Ada obyek yang mempunyai sifat daya serapnya (absorpsi) terhadap TEM tinggi dan pantulannya rendah, sebaliknya ada obyek yang mempunyai daya serap rendah dan daya pantulnya tinggi. Pada citra hitam putih mempunyai tingkat rona dan kecerahan yang berbeda obyek satu dengan lainnya. Karakteristik obyek terhadap sinar ini disebut sebagai karakteristik spektral. Justru karena setiap obyek mempunyai karakteristik spektral yang berbeda maka dapat dibedakan obyek satu dengan lainnya.

d. Sensor dengan Wahana

(47)

spektrum elektromagnetik. Di samping itu juga kepekaan berbeda dalam mereka obyek terkecil yang masih dapat dikenali dan dibedakan terhadap obyek lain atau terhadap lingkungan sekitarnya. Kemampuan sensor untuk menyajikan gambaran obyek terkecil ini disebut resolusi spasial. Semakin kecil obyek yang dapat direkam oleh sensor menandakan semakin baik kualitas sensor tersebut. Pada awal perkembangannya inderaja diawali dengan sensor yang dipasang di wahana berupa balon. Kemudian ditemukan pesawat terbang (tahun 1903) dan sensornyapun dicoba dipasang di bawah badan pesawat.

Perkembangan teknologi di bidang sensor dan wahana sudah semakin maju. Sekarang sudah bisa pemotretan dengan kualitas (dapat diukur dari ukuran piselnya) yang semakin baik. Di samping itu, jenis dan macam satelit yang digunakan untuk membawa sensor juga semakin banyak seperti MOS, Landsat, SPOT, Ikonos, Quickbird.

e. Pengolahan Data

(48)

distribusi produk inderaja. Koreksi yang dilakukan adalah meliputi eliminasi distorsi radiometrik (nilai radiansi hasil pengukuran) dan geometrik (posisi lintang dan bujur) obyek-obyek yang diindera. Melalui koreksi-koreksi tersebut kualitas data sudah dapat dipertanggungjawabkan.

f. Pengguna (user)

Pengguna merupakan komponen terakhir sistem inderaja, penggunalah yang tahu dengan pasti tentang kebenaran, manfaat bahkan seberapa besar ketelitian informasi inderaja yang telah dipakainya. Maka pengguna merupakan penilai sekaligus yang dapat memberikan saran-saran untuk lebih menyempurnakan sistem inderaja dalam memenuhi kebutuhan penggunanya.

H. Penelitian Terdahulu

(49)
[image:49.595.133.540.120.673.2]

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Tujuan Variabel Hasil

1 2. 3. 4. Khoridah Kunthum Ria Anggraheny Anggit Wianti Julia Suci Nurani

1. Mengetahui aktivitas belajar mahasiswa dalam praktikum kartografi tematik pada mahasiswa geografi semester II tahun

2009/2010.

2. Mengetahui pengaruh aktivitas

belajar mahasiswa dalam praktikum terhadap hasil belajar mata kuliah praktikum kartografi tematik pada mahasiswa geografi semester II tahun 2009/2010.

1. Untuk mengetahui seberapa besar

aktivitas belajar siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share(TPS).

2. Untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh aktivitas belajar siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share(TPS) terhadap hasil belajar siswa.

1. Untuk mengetahui bentuk aktivitas

belajar siswa di kelas dan di rumah pada SMA di Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen.

2. Untuk mengetahui pengaruh dari

aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar Geografi pada SMA di Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen.

1. Mengetahui bentuk aktivitas mahasiswa dalam Praktikum Penginderaan Jauh semester II tahun 2008/2009.

2. Mengetahui kadar PBAS dalam

Praktikum Penginderaan Jauh pada mahasiswa Pendidikan Geografi semester II tahun 2008/2009.

3. Mengetahui pengaruh kadar PBAS

dalam praktikum terhadap hasil belajar mata kuliah Praktikum Penginderaan Jauh pada mahasiswa semester II tahun 2008/2009.

- Aktivitas belajar - Hasil belajar

- Aktivitas belajar siswa dalam model pembelajaran TPS

- Hasil Belajar IPS

- Aktivitas Belajar Kognitif (di kelas dan di rumah) - Hasil Belajar

Kognitif

- Kadar PBAS

dalam Praktikum Penginderaan Jauh

(50)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dalam penelitian ini peneliti mencoba mengungkapkan aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh secara lebih rinci yaitu:

1. Dengan menganalisis dan menggambarkan setiap sub aktivitas belajar ke dalam grafik sehingga diketahui secara jelas setiap aktivitas mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh yang meliputi aktivitas berbicara, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas motorik, aktivitas mental dan aktivitas emosional.

2. Dalam pengambilan data aktivitas mahasiswa dan analisis data digunakan 5 kriteria (sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, sangat rendah) sehingga diharapkan data hasil penelitian lebih halus.

I. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

“Ada pengaruh aktivitas belajar mahasiswa terhadap hasil belajar mata kuliah

Penginderaan Jauh”

[image:50.595.117.513.193.764.2]

J. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

HASIL BELAJAR MAHASISWA PEMBELAJARAN PENGINDERAAN

JAUH

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2007: 3). Adapun yang termasuk dalam penelitian ini adalah:

A. Penentuan Obyek Penelitian

1. Populasi

Menurut Arikunto (2006: 130), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan dikenai generalisasi dari penelitian tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi semester II tahun 2010/2011 yang mengambil mata kuliah Penginderaan Jauh yaitu 109 mahasiswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 131). Jika subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika subyeknya lebih dari seratus seperti populasi dalam penelitian ini, maka jumlah sampel dapat diambil sebanyak 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.

(52)

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

random sampling yaitu cara pengambilan sampel secara acak dengan memberikan hak yang sama pada setiap subjek dalam populasi untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 30% dari populasi yaitu 32 mahasiswa.

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Prodi Pendidikan Geografi, Jurusan Geografi, FIS, UNNES.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118). Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “Aktivitas Belajar

Mahasiswa dalam Mata Kuliah Penginderaan Jauh”. Adapun sub variabel

dan indikator aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh adalah sebagai berikut:

a. Aktivitas Berbicara

1) Kemampuan mahasiswa dalam mengajukan pertanyaan

(53)

3) Kemampuan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat/gagasan

b. Aktivitas Mendengarkan

1) Aktivitas mahasiswa dalam mendengarkan penjelasan materi 2) Aktivitas mahasiswa dalam mendengarkan percakapan atau

diskusi kelompok

3) Aktivitas mahasiswa dalam mendengarkan petunjuk, kritik dan saran dari Dosen

c. Aktivitas Menulis

1) Aktivitas mahasiswa dalam mencatat materi 2) Aktivitas mahasiswa dalam merangkum materi

3) Aktivitas mahasiswa dalam menyelesaikan tugas mata kuliah

d. Aktivitas Motorik

1) Kemampuan mahasiswa berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok

2) Kemampuan mahasiswa dalam interpretasi citra

3) Pengetahuan mahasiswa dalam interpretasi citra secara benar

e. Aktivitas Mental

1) Kemampuan mahasiswa dalam mencari data-data penunjang 2) Kemampuan mahasiswa untuk menghargai orang lain (tidak

egois)

(54)

f. Aktivitas Emosional

1) Minat mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah

2) Keberanian mahasiswa bertanya, berpendapat, menjawab pertanyaan, memberikan saran, dll

3) Ketenangan mahasiswa dalam pembelajaran

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “Hasil Belajar Mata

Kuliah Penginderaan Jauh” yang berupa nilai akhir. Nilai akhir tersebut

dianggap telah mewakili ketiga aspek hasil belajar yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik karena dalam nilai akhir terdapat penilaian pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu dengan menggunakan metode dokumentasi dan metode observasi dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Metode Dokumentasi

Menurur Arikunto (2006: 231), metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui:

(55)

2) Nilai akhir mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi yang mengikuti mata kuliah Penginderaan Jauh.

b. Metode Observasi

Metode observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung. Observasi adalah memperhatikan suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2006: 156). Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis yaitu observasi yang dilakukan dengan menggunakan pedoman/panduan berupa lembar aktivitas belajar mahasiswa sebagai instrumen pengamatan.

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan mahasiswa selama mengikuti mata kuliah Penginderaan Jauh yang meliputi aktivitas berbicara, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas motorik, aktivitas mental dan aktivitas emosional.

D. Analisis Instrumen

(56)

1. Analisis Validitas

Menurut Arikunto (2006: 168), suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui validitas butir lembar observasi maka digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yaitu:

r

xy

 

 

 

  

 

y

y

x

x

n

n

y x xy n

2 2

2 2

Keterangan:

r

xy : Koefisien korelasi antara x dan y.

x : Skor observasi indikator ke-i

y : Skor yang diujicobakan

n : Jumlah responden

Hasil perhitungan

r

xy dibandingkan dengan tabel kritis r product

moment dengan N=32 dan taraf signifikan 5%. Jika

r

xy> r tabel kritis,

maka instrumen tiap-tiap aspek aktivitas tersebut dinyatakan valid (Arikunto, 2006: 170). Hasil uji coba instrumen penelitian diketahui

r

xy
(57)

2. Analisis Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006: 178). Untuk mengukur reliabilitas digunakan rumus alpha. Rumus alpha ini digunakan karena skor instrumen merupakan rentang 1–5.

                  

2 2

11 1 1

t b k k

r

Keterangan:

r

11 : reliabilitas yang dicari

k : banyaknya butir indikator

2

b : jumlah varians skor tiap-tiap indikator

2

t : varians total

Rumus varians:

 

n n

x

x

   2 2 2

Hasil perhitungan

r

11 dibandingkan dengan tabel kritis r product

moment pada N=32 dan α=5%. Jika

r

hitung

r

tabel maka item yang

diujicobakan reliabel. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (

r

11) yang angkanya berada pada rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin
(58)

reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya.

Jika

r

11≤ 0,20 = sangat rendah

Jika 0,21 ≤

r

11 ≤ 0,40 = rendah

Jika 0,41≤

r

11 ≤ 0,60 = sedang

Jika 0,61≤

r

11 ≤ 0,80 = tinggi

Jika 0,81≤

r

11 ≤ 1,00 = sangat tinggi

(Arikunto, 2006: 196) Hasil uji reliabilitas dengan N=32 dan taraf signifikansi 5% diperoleh

r

hitung

r

tabel (0,916 > 0,349), maka item yang diujicobakan

tersebut reliabel. Hasil perhitungan tersebut termasuk kategori sangat tinggi karena berada pada rentang 0,81 – 1,00. Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 102.

E. Metode Analisis Data

(59)

1. Analisis Deskriptif

Metode yang digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas belajar dalam mata kuliah Penginderaan Jauh adalah dengan analisis frekuensi, maka setiap indikator diungkapkan dalam skor untuk selanjutnya dideskripsikan.

a. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan yaitu membuat kisi-kisi instrumen dan pedoman observasi. Pembuatan kisi-kisi instrumen dan pedoman observasi ini akan membantu mempermudah dalam melakukan penilaian aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh.

b. Tahap Skoring

Tahap ini digunakan untuk mempermudah dalam menganalisis data. Caranya yaitu dengan memberikan skor terhadap pengamatan oleh observer sesuai dengan panduan pengamatan/ observasi. Kriteria pemberian skor yaitu:

Kriteria sangat tinggi diberi skor 5 Kriteria tinggi diberi skor 4 Kriteria cukup diberi skor 3 Kriteria rendah diberi skor 2

(60)

c. Menentukan Parameter Variabel Aktivitas Belajar

Menentukan kriteria dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan skor maksimal

= jumlah item indikator x skor maksimal = 18 x 5

= 90

2) Menentukan skor minimal

= jumlah item indikator x skor minimal = 18 x 1

= 18

3) Menghitung rentang skor

= skor maksimal – skor minimal = 90 – 18

= 72

4) Menentukan kriteria

Kriteria aktivitas belajar ada 5 yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah.

5) Menghitung interval skor

Interval = � �� �

� � ���� ��

= 72 5

(61)
[image:61.595.135.549.170.621.2]

6) Menyusun parameter aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh.

Tabel 3.1 Parameter Aktivitas Belajar Mahasiswa

No. Interval Skor Interval Skor Kriteria 1. 75,70 – 90,00 84,10% – 100% Sangat tinggi 2. 61,30 – 75,60 68,10% – 84,00% Tinggi 3. 46,90 – 61,20 52,00% – 68,00% Sedang 4. 32,50 – 46,80 36,10% – 52,00% Rendah 5. 18,00 – 32,40 20,00% – 36,00% Sangat Rendah

7) Menyusun Tabel Frekuensi

Tabel frekuensi disusun untuk mempermudah dalam menghitung jumlah frekuensi berdasarkan indikator dan kriteria yang ada dalam penelitian ini.

No .

Interval

Kriteria Jumlah Rata-rata

Skor f % Skor Kriteria

1 75,70 – 90,00 Sangat Tinggi - -

- -

2 61,30 – 75,60 Tinggi - - 3 46,90 – 61,20 Sedang - - 4 32,50 – 46,80 Rendah - - 5 18,00 – 32,40 Sangat rendah - -

Jumlah - -

Cara untuk mengetahui analisis frekuensi menggunakan rumus sebagai berikut:

P = x 100%

Keterangan:

P : Angka presentase

f : Frekuensi yang dicari presentasenya

N : Jumlah frekuensi/ banyaknya individu

(62)

8) Deskripsi

Setelah dibuat tabel frekuensi aktivitas belajar mahasiswa, data kemudian dideskripsikan. Deskripsi dimaksudkan untuk memudahkan pembaca dalam membaca tabel.

d. Menentukan Parameter Sub Variabel Aktivitas Belajar

Parameter sub variabel aktivitas belajar disusun untuk mengetahui gambaran umum dari tiap-tiap sub aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh. Parameter ini berlaku untuk semua aktivitas belajar dalam penelitian ini yaitu aktivitas berbicara, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas motorik, aktivitas mental dan aktivitas emosional.

Menentukan kriteria dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan persentase maksimal

=skor maksimal

skor maksimal x 100%

=5

5 x 100%

= 100%

2) Menentukan persentase minimal

= skor minimal

skor maksimal x 100%

=1

5 x 100%

(63)

3) Menghitung rentang persentase

= persentase maksimal−persentase minimal

= 100%−20%

= 80%

4) Menentukan kriteria

Kriteria sub aktivitas belajar ada 5 yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah.

5) Menghitung rentang kriteria

= rentang

banyak kriteria

=80%

5

= 16%

[image:63.595.134.512.178.611.2]

6) Menyusun parameter sub variabel aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh.

Tabel 3.2 Parameter Sub Aktivitas Belajar Mahasiswa

No. Interval Kriteria f %

1. 84,10% – 100% Sangat tinggi - - 2. 68,10% – 84,00% Tinggi - - 3. 52,00% – 68,00% Sedang - - 4. 36,10% – 52,00% Rendah - - 5. 20,00% – 36,00% Sangat rendah - -

Cara untuk mengetahui analisis frekuensi menggunakan rumus sebagai berikut:

(64)

Keterangan:

P : Angka presentase

f : Frekuensi yang dicari presentasenya N : Jumlah frekuensi/ banyaknya individu

(Sudijono, 2008: 43) 7) Deskripsi

Setelah dibuat parameter sub aktivitas belajar mahasiswa, data kemudian dideskripsikan. Deskripsi dimaksudkan untuk memudahkan pembaca dalam membaca tabel.

2. Analisis Statistik

Metode analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier sederhana untuk menguji hipotesis atau mengetahui seberapa besar pengaruh aktivitas belajar mahasiswa terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh pada mahasiswa Pendidikan Geografi semester II, FIS, UNNES tahun akademik 2010/2011.

Analisis statistik dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas Data

(65)

data tersebut harus berdistribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Kuadrat dengan rumus sebagai berikut:

2 = ( � − ��)²

��

�=1

Keterangan:

2 : Chi Kuadrat

� : frekuensi yang diamati, kategori ke-i

�� : frekuensi yang diharapkan dari kategori ke-i

� : jumlah kategori

�= 1 : batas bawah sampel

Hasil perhitungan chi-kuadrat 2 data selanjutnya dikonsultasikan dengan 2 tabel. Jika harga 2 data ≤ 2 tabel pada taraf signifikansi 5% berarti sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Sudjana, 1996: 273).

b. Analisis Regresi Linier Sederhana

Untuk mengetahui arah garis regresi menggunakan rumus persamaan model regresi linier sederhana sebagai berikut:

y = a + bx

Dimana:

=ΣYΣX

2 ΣXΣXY

(66)

= NΣXY− ΣXΣY

ΣX2− (ΣX)2

Keterangan:

x : aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan

Jauh

y : hasil belajar mahasiswa

a,b : koefisien persamaan regresi yang menyatakan perubahan rata-rata variabel Y untuk setiap perubahan variabel X sebesar satu unit (Sudjana, 2005: 315).

c. Uji Keberartian dan Kelinieran Regresi Sederhana

[image:66.595.136.525.178.582.2]

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model linier yang diambil cocok atau tidak dengan keadaan. Untuk analisis ini digunakan tabel sebagai berikut.

Tabel 3.3 Persiapan Analisis Regresi Sumber

Varians Dk JK RK F hitung

Total N JK(T) -

Regresi (a) 1 JK(a) RK(a) = JK(a) : 1

RK(a/b) RK(S)

Regresi (b|a) 1 JK(b|a) RK(a/b) = JK(b|a) : 1

Residu (S) n-2 JK(S) RK(S) = JK(S) : (n-2)

Tuna Cocok

(TC) k-2 JK (TC)

RK(TC) = JK(TC) :

(k-2) RK(TC)

RK(E)

Galat n-k JK (E) RK(E) = JK(E): (n-k)

Keterangan:

JK T = ΣY2

JK a =(ΣY) 2

N

JK(b|a) = b ΣXY− ΣX (ΣY)

(67)

JK S = JK T −JK a −JK(b|a)

JK E =Σ ΣYᵢ²−(ΣYᵢ)²

�ᵢ

JK TC = JK S −JK(E)

Uji keberartian model regresi, apabila Fhitung > Ftabel dengan

dk=(1:n-2) maka dapat disimpulkan bahwa model yang diperoleh signifikan, sedangkan untuk uji kelinieran, apabila Fhitung < Ftabel

dengan dk=(k-2 : n-k), maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut berbentuk linier (Sugiyono, 2007: 265).

F. Diagram Alir Penelitian

(68)
[image:68.595.123.510.131.627.2]

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahap 1

Pra Penelitian

Tahap 2

Pelaksanaan Penelitian

Tahap 3 Pasca Penelitian

Penyusunan Rancangan Penelitian

Pengumpulan data sekunder

Penentuan populasi dan sampel

Membuat in

Gambar

gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.
Gambar 2.1 Sistem Inderaja
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab yang mengikuti mata kuliah Insya’ tahun akademik 2010/2011 dan sebagai sampel

Berdasarkan hal diatas, dapat disimpulkan adalah (1) dalam proses belajar mengajar penggunaan media citra penginderaan jauh pada pokok bahasan fenomena dinamika biosfer

Berdasarkan hal diatas, dapat disimpulkan adalah (1) dalam proses belajar mengajar penggunaan media citra penginderaan jauh pada pokok bahasan fenomena dinamika biosfer

Berdasarkan hal tersebut, jadi dapat dirumuskan bahwa persentase aktivitas positif mahasiswa selama proses pembelajaran mata kuliah Perencanaan Pengajaran Ekonomi

Berdasarkan hal tersebut, jadi dapat dirumuskan bahwa persentase aktivitas positif mahasiswa selama proses pembelajaran mata kuliah Perencanaan Pengajaran Ekonomi

Sandi Mata Kuliah Kls Dosen Pengajar Jadwal Ruang B1A121 Pengantar Akuntansi 1 Prof.. Sri

Sandi Mata Kuliah Kls Dosen Pengajar Jadwal Ruang 2 Merry Citra Sondari, SE,M.Si.. Umi

Hal ini berarti bahwa dari faktor adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, motivasi mahasiswa PJKR FIK UNY mengikuti mata kuliah pilihan sepaktakraw pada semester VI