• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab analisis dan interpretasi hasil akan dilakukan analisis dan interpretasi hasil perancangan sistem. Analisis dan interpretasi hasil dilakukan terhadap perbandingan hasil peramalan sistem awal dan sistem usulan serta implementasi sistem pendukung keputusan.

5.1 Perbandingan Sistem Awal dan Sistem Usulan

PT. Sinar Niaga Sejahtera merencanakan pengadaan barang dengan menggunakan data historis permintaan dari outlet ke distributor sebagai data historis untuk melakukan peramalan. Sedangkan pada penelitian ini diusulkan untuk menggunakan data historis penjualan dari outlet ke konsumen yang digunakan sebagai data historis dalam melakukan peramalan. PT Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta melakukan pemesanan barang sebanyak 8.026.500 unit barang kepada pihak produsen pada bulan Agustus 2009. Alternatif keputusan pengadaan barang berdasarkan hasil perhitungan SPK adalah sebesar 7.334.171 unit barang. Penjualan outlet pada bulan Agustus 2009 yang sesungguhnya adalah sebesar 7.561.238 unit barang. Berikut adalah hasil perhitungan selisih kebutuhan barang antara sistem awal dengan sistem usulan:

Tabel 5.1Perbandingan Selisih Kebutuhan Barang pada Sistem Awal dan Sistem Usulan (dalam unit produk) dengan Kebutuhan Aktual

Sistem Pengadaan Barang Selisih

Sistem Awal 465.262

Sistem Usulan - 277.068

Berdasarkan hasil perhitungan selisih di atas dapat dilihat bahwa error pada sistem usulan lebih kecil daripada error pada sistem awal. Hal ini dikarenakan pada sistem awal pengadaan barang dilakukan berdasarkan data historis permintaan outlet kepada PT. Sinar Niaga Sejahtera. Biasanya outlet memesan lebih banyak daripada kebutuhannya dalam sebulan. Selisih barang yang banyak ini tersimpan sebagai stok barang di gudang outlet maupun di

gudang PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta. Sedangkan pada sistem usulan selisihnya lebih kecil daripada sistem awal karena perencanaan pengadaan barang dilakukan dengan menggunakan data aktual penjualan outlet sebagai data historis. Tentu saja hal ini mengurangi variansi yang terjadi dalam permintaan konsumen. Tanda negatif menunjukkan bahwa hasil perhitungan SPK tidak dapat memenuhi kebutuhan barang untuk bulan Agustus 2009. Hasil perhitungan SPK belum ditambah dengan pertimbangan manajerial mengingat pada bulan Agustus biasanya permintaan bertambah karena terdapat perayaan Hari Kemerdekaan RI dan masa liburan sekolah. Apabila pertimbangan manajerial telah ditambahkan dalam tabel koreksi dalam SPK maka hasil perhitungan SPK dapat lebih mendekati kebutuhan konsumen yang sesungguhnya.

Berdasarkan uraian di atas SPK usulan dapat dikatakan valid karena dapat mengakomodir kebutuhan dalam merencanakan pengadaan barang yaitu menggunakan data penjualan outlet sebagai data historis penjualan, menggunakan metode peramalan yang valid serta dapat memberikan peringatan satu bulan sebelum terjadi event promo dan event reguler yang dijadikan sebagai pertimbangan manajerial dalam menentukan keputusan pengadaan barang.

5.2 Analisis Collaborative Planning and Forecastingterhadap Bullwhip Effect

Bullwhip effect adalah meningkatnya variabilitas permintaan pada jalur rantai pasok yang mengarah ke hulu. Terdapat 4 faktor yang menjadi penyebab

bullwhip effectyaitu pembaharuan peramalan, order batching, fluktuasi harga, dan sikap spekulatif outlet (rationing and shortage gaming). Harga produk yang didistribusikan oleh PT. Sinar Niaga Sejahtera relatif stabil. Pembaharuan peramalan dan sikap spekulatif outlet menjadikan terjadinya selisih permintaan outlet dengan kebutuhan produk PT. Sinar Niaga Sejahtera. Peramalan yang dilakukan secara masing – masing dengan metode yang berbeda-beda membuat variansi error menjadi besar. Penumpukan error karena pembaharuan peramalan inilah yang menyebabkan terjadinya bullwhip effectdi PT. Sinar Niaga Sejahtera. Sikap spekulatif outlet juga menjadi salah satu penyebab terjadinya bullwhip effect. Outlet selalu memesan barang lebih banyak daripada kebutuhannya dalam

permintaan konsumen ataupun jika distributor melakukan rationing atau membatasi order dari outlet. Rationing dilakukan apabila terjadi gangguan dalam proses distribusi produk dari supplier ke distributor sehingga persediaan barang di gudang distributor menjadi terbatas jumlahnya. Rationing jarang dilakukan oleh PT. Sinar Niaga Sejahtera karena persediaan di gudang selalu dapat memenuhi order dari outlet. Kelebihan barang yang tersimpan di gudang outlet pada akhirnya akan menjadi rusak atau kadaluarsa dan harus dikembalikan ke PT. Sinar Niaga Sejahtera.

Terdapat lima cara untuk mengatasi bullwhip effect. Harga barang diasumsikan stabil.Lead time untuk setiap produk adalah sama, yaitu 3 hari kerja untuk pengiriman dari supplier ke PT. Sinar Niaga Sejahtera dan 1 hari kerja untuk pengiriman dari PT. Sinar Niaga Sejahtera ke outlet. Banyaknya retur yang terjadi di PT. Sinar Niaga Sejahtera dapat diatasi melalui pembagian informasi penjualan dari outlet ke PT. Sinar Niaga Sejahtera serta informasi lainnya yang mempengaruhi penjualan produk dari dan ke PT. Sinar Niaga Sejahtera.

5.3 Implementasi Sistem Pendukung Keputusan Collaborative Planning and Forecasting

Sistem pendukung keputusan yang dirancang akan memberikan perbaikan kepada perusahaan apabila diimplementasikan dengan baik. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk mengimplementasikan sistem pendukung keputusan CPF, yaitu sebagai berikut:

1. Dokumentasi data historis penjualan outlet sebagai input data dalam melakukan peramalan permintaan konsumen selanjutnya. Semakin banyak jumlah data historis yang dimiliki akan semakin meningkatkan akurasi peramalan.

2. Teknologi informasi untuk mendukung sistem pendukung keputusan yang dirancang. Informasi penjualan outlet yang real time akan didapatkan apabila distem pendukung keputusan di perusahaan diintegrasikan dengan sistem informasi outlet dengan bantuan teknologi informasi. Teknologi informasi yang digunakan dapat berupa sistem barcode maupun EDI (Electronic Data Interchange).

3. Perangkat keras sistem pendukung keputusan CPF. Sistem pendukung keputusan CPF dapat bekerja secara maksimal apabila didukung dengan perangkat keras komputer yang baik. Spesifikasi perangkat keras yang dianjurkan adalah minimal prosesornya Pentium 4 ataupun merk prosesor lain yang setara dengannya. Perangkat keras untuk server sebaiknya memiliki kapasitas hard disk yang besar dan memory ram minimal 512 kb.

4. Pengoptimalan komunikasi dan aliran informasi antara PT. Sinar Niaga Sejahtera dengan outlet.

5. Pelatihan tenaga kerja inptu data untuk mengoperasikan sistem pendukung keputusan CPF.

6. Kepekaan kepala cabang dalam menanggapi perubahan permintaan dan memberikan koreksi peramalan.

BAB VI

Dokumen terkait