• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Metode-Metode Peramalan Kuantitatif Time Series

3. Collaborative Replenishment

Pembuatan rencana pengiriman untuk seluruh perusahaan yang berkolaborasi, menyelesaikan pengecualian dan melakukan generalisasi pesanan aktual untuk memenuhi keinginan konsumen.

Ada tiga elemen penting dalam CPFR yaitu: 1. Kolaborasidemand planning

CPFR menekankan pentingnya berbagi data secara transparan antara konsumen dengan rantai pasok, sejak tahap penyusunan marketing plan hingga

forecast per stock keeping unit (sku) dalam unti per satuan waktu dimana telah harus dipertimbangkan pengaruh dari promosi yang mungkin direncanakan untuk sku tertentu.

2. Joint capacity planning

Estimasi penjualan dari demand planning kemudian akan dikonversikan sebagai rencana produksi, dimana pihak pabrik akan merencanakan kapasitas berdasarkan estimasi penjualan.

3. Sinkronisasi order fullfillment

Pihak pelanggan akan menempatkan ke sana sesuai dengan estimasi penjualan. Seberapa dari pesanan ini bisa dipenuhi akan tergantung kemampuan pabrik untuk memenuhi pesanan. Pihak pbrik memiliki kewajiban untuk mengkomunikasikan kembali realisasi pemenuhan pesanan sehingga pihak distributor bisa meneruskan ke pengecer.

Menurut bisnis CPFR ketiga sub sistem diatas beribteraksi secara 2 arah sehingga setiap perubahan dapat langsug diketahui oleh setiap anggota rantai pasok. Kolaborasi yang berdasarkan keterbukaan berbagi data semacam ini akan meningkatkan kualitas peramalan permintaan di sepanjang rantai pasok dan dengan demikin juga akurasi dalam order fullfillment. Menurut bisnis CPFR proses dimulai dengan penetapan garis besar kesepakatan dengan antara seluruh pihak yang terkait. Kemudian dilaknjukan dengan menyusun rencana bisnis. Berdasarkan rencana dasar ini, dibuat perkiraan penjualan dan dikenali adanya kemungkinan masalah dan hal-hal khusus dalam penjualan. Dari sini akan diperoleh data yang lebih pasti mengenai ketersediaan produk yang selanjutnya menjadi dasar membuat perkiraan pesanan. Bila ternyata tidak ada masalah dalam pemenuhan pesanan, maka pesanan akan ditempatkan secara resmi.

CPFR terdiri dari 3 tahap yaitu tahap planning, forecasting, dan

replenishment. Pada tahap planning terdiri dari dua langkah yaitu penyelenggaraan kerja sama (langkah 1) dan pembuatan rencana bisnis bersama (langkah 2). Tahap forecasting juga terdiri dari 2 langkah yaitu sales forecast

(langkah 3-5) dan order forecast (langkah 6-8). Masing – masing forecast terdiri dari 3 tahap yaitu menghitung ramalan, mengidentifikasi exception dalam peramalan, dan memecahkan exception yang ada. Dan yang terakhir adalah tahap

replenishment. Pada tahap ini jumlah terdapat proses pengiriman barang hasil perhitungan dari order forecast (langkah 9). Proses CPFR dari langkah 1 – langkah 9 dapat dilihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.8Langkah – langkah CPFR (Sumber: Tenhiala, 2003)

Gambar 2.8 adalah diagram alir yang menggambarkan langkah – langkah dalam melakukan CPFR. Terdapat 9 langkah untuk melakukan CPFR. Berikut ini akan diuraikan langkah – langkah dalam melakukan CPFR:

1. Penyelenggaraan kerja sama (develop collaboration arrangement)

bonus maupun penalti finansial. Hasilnya adalah Memorandum of Understanding

(MoU) yang berisi hal – hal di bawah ini:

Confidentiality

Goals & objectives

 Ukuran keberhasilan

 Persetujuan perihal kompetensi, sumber daya, dan sistem

 Orang – orang dan departemen yang bertanggung jawab

 Pembagian informasi

Service & ordering commitments, dan

Resolution of disagreements

2. Membuat rencana bisnis bersama

Rencana bisnis yang dibuat bersama berkenaan dengan hal – hal di bawah ini:

 Rencana bisnis untuk promosi, perubahan kebijakan inventori, jadwal buka / tutup toko, perubahan produk untuk masing –masing kategori produk, dan lain – lain.

 Pihak organisasi buyer(purchasing manager) dan organisasi seller (marketing manager) bersama – sama mengembangkan:

a. Corporate strategies

b. Partnership strategies

c. Category roles and objectives

d. Exception criteria

e. Item management profile.

3. Membuat sales forecast

Organisasi buyer (forecast analyst) membuat sales forecast dan mengkomunikasikan hasilnya kepada organisasi seller (sales analyst). Hasil peramalan ini digunakan untuk menghitung order forecast.

4. Mengidentifikasi exceptiondalam sales forecast

Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap hal – hal yang mempengaruhi penjualan namun tidak dapat dihitung dalam sales forecast.

5. Memecahkan / mengkolaborasikan exception

Pada gambar 2.5 akan dijelaskan bahwa informasi exception yang ada pada produsen maupun distributor dibagi untuk kemudian dipecahkan bersama

sehingga perubahan pada sales forecast diketahui kedua belah pihak. Berikut ini adalah proses memecahkan atau mengkolaborasikan exception:

Gambar 2.9Mengkolaborasikan exception

(Sumber: Tenhiala, 2003) 6. Membuat order forecast

Jika organisasi buyer adalah produsen/manufacturing, maka sales forecast

didefinisikan sebagai MPS (Master Production Scheduling) dan order forecast

dilaksanakan berdasarkan MPS, status inventori, struktur produk, manufacturing

lead time, dan strategi lot sizing.

Jika organisasi buyer adalah distributor / retailer, maka sales forecast

didefinisikan sebagai order forecast yang berdasarkan pada status inventori dan strategi pada inventori.

7. Mengidentifikasi exceptiondalam order forecast

Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap hal – hal yang mempengaruhi penjualan namun tidak dapat dihitung dalam sales forecast.

8. Memecahkan / mengkolaborasikan exception

Informasi exception yang ada pada produsen maupun distributor dibagi untuk kemudian dipecahkan bersama sehingga perubahan pada sales forecast

diketahui kedua belah pihak. Untuk memecahkan exception dapat dilakukan peramalan tambahan.

9. Generate order

Setelah hasil order forecastditetapkan, maka jumlah order digenerate untuk kemudian dilakukan proses pemesanan dan proses pengiriman (delivery

2.2.5 Referensi Lainnya

Wibawa (2008) merancang sistem informasi yang termasuk di dalamnya adalah pembuatan laporan keuangan, pembuatan database penjualan, serta pembuatan program peramalan penjualan untuk membantu proses pengadaan barang pada periode berikutnya. Metode peramalan yang digunakan adalah metode Winter.

Referensi yang lainnya adalah sebuah paper yang ditulis oleh Kim dan Mahoney (2006) yang berisi tentang bagaimana CPFR memungkinkan trading partner untuk meningkatkan efisiensi operasional melalui proses pembagian dan penggunaan informasi yang terstruktur. Di sini juga dijelaskan peranan teknologi informasi dalam melakukan CPFR. Paper ini juga memberikan contoh studi kasus di Wal-Mart dan P&G dalam melaksanakan CPFR.

Tenhiala (2003) dalam sebuah seminar memaparkan bagaimana mengimplementasikan CPFR di Eropa. Studi kasus dilakukan pada 8 kasus yaitu antara Eroski dan Henkel, Condis dan Henkel, Metro dan Procter & Gamble (P&G), Ketjuetu dan Valio, Delhaize dan Vandemoortele, Sainsbury’s dan Unilever, dan di dalam The Co-operative Group, dan dalam kelompok perusahaan Veropoulos, Elgeka, P&G Hellas, serta Unilever. Pada jurnal ini juga dipaparkan model proses CPFR.

Sancar (2003) mengadakan penelitian tentang penyebab bullwhip effect

serta bagaimana cara menghitung bullwhip effect. Kesimpulan yang ditarik dari penelitiannya bahwa bullwhip effectdapat dikurangi namun tidak bisa dihilangkan sama sekali.

BAB III

Dokumen terkait