• Tidak ada hasil yang ditemukan

yang berarti setiap Rp1 hutang lancar dijamin dengan aset lancar sebesar Rp3,59. Peningkatan rasio lancar dikarenakan perusahaan mampu meningkatkan

nilai aset lancarnya untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang dimiliki perusahaan. Adapun penurunan rasio lancar dikarenakan perusahaan tidak mampu meningkatkan nilai aset lancar dari tahun sebelumnya, sehingga kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo juga menurun.

b) Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya menggunakan aset yang lebih likuid. Dalam perhitungan rasio ini, persediaan tidak diikutsertakan, karena persediaan merupakan aset yang sulit diubah menjadi kas.

Rasio ini dikatakan semakin baik apabila nilainya semakin tinggi, karena perusahaan mampu memenuhi hutang lancar menggunakan aset yang lebih likuid yang dimiliki perusahaan. semakin tinggi nilai rasio ini maka akan semakin baik.

Berdasarkan Gambar 4.2 diketahui bahwa rasio cepat PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebelum pandemi covid-19 (2017,2018,2019) dan selama masa pandemi (2020,2021) mengalami peningkatan dan penurunan. Rasio cepat perusahaan tahun 2017 sebesar 224% yang berarti setiap Rp1 hutang lancar dijamin dengan aset yang lebih likuid sebesar Rp2,24. Tahun 2018 rasio lancar mengalami peningkatan yang sebesar 23% yaitu menjadi sebesar 247%, yang berarti setiap Rp1 hutang lancar dijamin dengan aset yang

lebih likuid sebesar Rp2,47. Kemudian pada tahun 2019 rasio cepat perusahaan mengalami kenaikan yang cukup baik yaitu sebesar 37%

dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi 284% yang berarti setiap Rp1 hutang lancar dijamin dengan aset yang lebih likuid sebesar Rp2,84.

Pada tahun 2020 rasio cepat juga mengalami kenaikan menjadi 292% atau sebesar 8% dari tahun sebelumnya, yang berarti setiap Rp1 hutang lancar dijamin dengan aset yang lebih likuid sebesar Rp2,92.

Tahun 2021 rasio cepat mengalami kenaikan 1% saja yaitu menjadi 293%, yang berarti setiap Rp1 hutang lancar dijamin dengan aset yang lebih likuid sebesar Rp2,93. Peningkatan rasio cepat tersebut dikarenakan nilai aset lancar meningkat, persediaan menurun, dan hutang lancar menurun. Sebaliknya, penurunan rasio cepat disebabkan oleh aset lancar yang menurun, persediaan yang meningkat dan hutang lancar yang meningkat.

2. Analisis Rasio Solvabilitas a) Rasio Hutang (Debt Ratio)

Rasio Hutang digunakan untuk menghitung total aset milik perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Rasio ini dikatakan semakin baik apabila nilainya semakin rendah. Karena perusahaan mampu menggunakan aset untuk menjamin total hutang yang dimilikinya.

Berdasarkan Gambar 4.3 diketahui bahwa rasio hutang PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebelum pandemi covid-19 (2017,2018,2019) dan selama masa pandemi covid-19 (2020,2021) mengalami penurunan dan peningkatan. Pada tahun 2017 rasio hutang perusahaan sebesar 28%, artinya 28% dari aset perusahaan didanai oleh hutang, sedangkan

sisanya 72% pendanaan berasal dari pemegang saham. Tahun 2018 rasio hutang perusahaan mengalami penurunan menjadi sebesar 26%, artinya 26% dari aset perusahaan didanai oleh hutang, sedangkan sisanya 74% pendanaan berasal dari pemegang saham. Rasio hutang tahun 2019 tidak mengalami penurunan atau peningkatan, artinya sama dengan rasio tahun sebelumnya yaitu 26%.

Tahun 2020 rasio hutang mengalami peningkatan sebesar 3%

yaitu menjadi 29%, artinya 29% dari aset perusahaan didanai oleh hutang, sedangkan sisanya 71% pendanaan berasal dari pemegang saham. Tahun 2021 rasio hutang tidak mengalami perubahan, yaitu sebesar 29%. Terjadinya kenaikan rasio hutang perusahaan dikarenakan kenaikan total hutang perusahaan yang lebih besar dibandingkan dengan total aset nya. Hal ini tentunya tidak baik bagi perusahaan, karena kenaikan total aset dan total hutang yang tdak sebanding.

b) Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)

Rasio hutang terhadap ekuitas digunakan untuk mengetahui seberapa besar modal sendiri dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Rasio ini dikatakan semakin baik apabila nilainya semakin rendah, karena modal (ekuitas) dapat menjamin total hutang perusahaan.

Berdasarkan Gambar 4.4 diketahui bahwa rasio hutang terhadap ekuitas PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebelum pandemi covid-19 (2017,2018,2019) dan selama masa pandemi covid-19 (2020,2021) mengalami peningkatan. Rasio hutang terhadap ekuitas perusahaan

tahun 2017 sebesar 39%, artinya setiap Rp1 total hutang dijamin dengan ekuitas sebesar Rp0,39. Tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 38,16% yaitu menjadi 0,84%, artinya setiap Rp1 total hutang dijamin dengan ekuitas sebesar Rp0,84. Tahun 2019 rasio hutang terhadap ekuitas meningkat sebesar 34,16% yaitu menjadi 35%, artinya setiap Rp1 total hutang dijamin dengan ekuitas sebesar Rp0,35.

Tahun 2020 rasio hutang terhadap ekuitas meningkat lagi menjadi 42%, artinya peningkatan rasio ini sebesar 7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berarti setiap Rp1 total hutang dijamin dengan ekuitas sebesar Rp0,84. Tahun 2021 rasio hutang terhadap ekuitas dalam keadaan stabil yaitu sebesar 42%, sama dengan tahun sebelumnya. Peningkatan rasio hutang terhadap ekuitas dikarenakan kenaikan total hutang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan total ekuitas (modal) perusahaan. Hal ini tentunya tidak baik bagi perusahaan, karena kenaikan total hutang dan total ekuitas yang tidak sebanding.

3. Analisis Rasio Profitabilitas a) Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan atau pendapatannya. Semakin besar nilai Net Profit Margin berarti semakin baik bagi perusahaan, karena semakin besar keuntungan perusahaan yang didapatkan dari penjualan.

Berdasarkan Gambar 4.5 diketahui bahwa rasio Net Profit Margin (NPM) PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebelum pandemi covid-19

(2017,2018,2019) dan selama masa pandemi covid-19 (2020,2021) mengalami peningkatan dan penurunan. Tahun 2017 nilai Net Profit Margin sebesar 0,72%, yang artinya setiap Rp1 penjualan menghasilkan Rp0,072 laba bersih. Tahun 2018 Net Profit Margin mengalami kenaikan sebesar 10,148% yaitu menjadi sebesar 10,22%, yang artinya setiap Rp1 penjualan menghasilkan Rp0,1022 laba bersih. Kemudian tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar 1,06% yaitu menjadi 11,28%, yang artinya setiap Rp1 penjualan menghasilkan Rp0,1128 laba bersih.

Tahun 2020 perusahaan mengalami kerugian, sehingga Net Profit Margin mengalami penurunan menjadi -0,24% atau sebesar 11,81% dibandingkan tahun sebelumnya, yang berarti setiap Rp1 penjualan menghasilkan Rp0,024 kerugian. Tahun 2021 Net Profit Margin mengalami peningkatan sebesar 0,89% yaitu menjadi 0,65%, yang artinya setiap Rp1 penjualan menghasilkan Rp0,065 laba bersih.

Peningkatan Net Profit Margin dikarenakan besarnya jumlah laba bersih dari total penjualan perusahaan. Sedangkan penurunan Net Profit Margin dikarenakan perusahaan mengalami kerugian dari total penjualan nya di tahun 2020.

b) Return On Asset (ROA)

Return On Asset digunakan untuk mengukur sejauhmana aset perusahaan digunakan untuk menghasilkan laba. Semakin besar nilai ROA maka akan semakin baik bagi perusahaan, yang berarti perusahaan mampu mengelola keseluruhan aset untuk menghasilkan laba.

Berdasarkan Gambar 4.5 diketahui bahwa rasio Return On Asset (ROA) PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebelum pandemi covid-19 (2017,2018,2019) dan selama masa pandemi covid-19 (2020,2021) mengalami peningkatan dan penurunan. Tahun 2017 Return On Asset perusahaan sebesar 0,83%, yang artinya setiap Rp1 total aset berkontribusi untuk menghasilkan Rp0,083 laba bersih. Tahun 2018 Return On Asset perusahaan mengalami kenaikan sebesar 10,36%

yaitu menjadi 11,19%, yang artinya setiap Rp1 total aset berkontribusi untuk menghasilkan Rp0,1119 laba bersih. Tahun 2019 Return On Asset perusahaan mengalami peningkatan 0,27% yaitu menjadi sebesar 11,46%, yang artinya setiap Rp1 total aset berkontribusi untuk menghasilkan Rp0,1146 laba bersih.

Tahun 2020 perusahaan mengalami kerugian, sehingga Return On Asset mengalami penurunan kembali sebesar 11,72 atau menjadi -0,26%, artinya setiap Rp1 total aset berkontribusi untuk menghasilkan Rp0,026 kerugian. Tahun 2021 Return On Asset perusahaan mengalami peningkatan sebesar 0,59% yaitu menjadi 0,33% yang artinya setiap Rp1 total aset berkontribusi untuk menghasilkan Rp0,033 laba bersih.

Peningkatan Return On Asset dikarenakan perusahaan mampu meningkatkan laba bersih dari setiap dana yang terdapat dalam total aset yang dimilikinya. Sedangkan penurunan Return On Asset terjadi karena penurunan laba bersih perusahaan.

c) Return On Equity (ROE)

Return On Equity digunakan untuk mengukur efisiensi penggunakan modal sendiri (ekuitas). Semakin besar angka rasio ini

semakin baik bagi perusahaan, yang berarti perusahaan semakin baik dalam mengelola modal sendiri untuk menghasilkan laba.

Berdasarkan Gambar 4.5 diketahui bahwa rasio Return On Equity (ROE) PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebelum pandemi covid-19 (2017,2018,2019) dan selama masa pandemi covid-19 (2020,2021) mengalami peningkatan dan penurunan. Tahun Return On Equity perusahaan sebesar 11,63%, yang artinya setiap Rp1 total ekuitas berkontribusi untuk menghasilkan Rp0,1163 laba bersih. Tahun 2018 Return On Equity perusahaan mengalami peningkatan sebesar 3,7% yaitu menjadi 15,33% yang artinya setiap Rp1 total ekuitas berkontribusi untuk menghasilkan Rp0,1533 laba bersih. Tahun 2019 Return On Equity perusahaan mengalami peningkatan sebesar 0,22%

yaitu menjadi 15,55%, yang artinya setiap Rp1 total ekuitas berkontribusi untuk menghasilkan Rp0,1555 laba bersih.

Tahun 2020 perusahaan mengalami kerugian, sehingga ROE mengalami penurunan sebesar 15,92 yaitu menjadi -0,37%, artinya setiap Rp1 total ekuitas berkontribusi untuk menghasilkan Rp0,037 kerugian. Peningkatan Return On Equity dikarenakan perusahaan mampu meningkatkan pendapatan dari tahun sebelumnya, yang mengakibatkan peningkatan pada laba bersih perusahaan. Sedangkan penurunan ROE dikarenakan pendapatan perusahaan mengalami penurunan, sehingga Return On Equity juga menurun.

Berdasarkan uraian diatas, menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT Ramayana sebelum pandemi covid-19 (Tahun 2017,2018,2019) mengalami

peningkatan, dan selama masa pandemi covid-19 (Tahun 2020,2021) mengalami penurunan. Hasil penelitian Sunaryono (2021) pada PT Matahari Departemen Store Tbk paska terjadinya pandemi covid-19 di awal tahun 2020 kinerja keuangan perusahaan menjadi tidak efisien,hal ini dibuktikan dengan besarnya penurunan angka rasio-rasio keuangan periode sebelum Pandemi Covid-19 tahun 2019 dengan paska Pandemi Covid-19 tahun 2020.

67 BAB V PENUTUP

Dokumen terkait