• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Intervensi Dengan Konsep dan Penelitian Terkait

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 39-43)

4. PEMBAHASAN

4.3. Analisis Intervensi Dengan Konsep dan Penelitian Terkait

Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat yaitu dengan membina hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya dan sikap menerima dari perawat merupakan modal untuk terjalinnya hubungan terapeutik antara klien dan perawat. Perawat memberi kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya telah membuka hubungan yang baik diantara perawat dengan klien dan keluarga. Hal ini sesuai dengan teknik komunikasi terapeutik yang harus dilakukan oleh perawat saat berkomunikasi dengan klien (Potter & Perry, 2005). Pemberian reinforcement positif dilakukan untuk meningkatkan harga diri klien. Harga diri yang tinggi diharapkan dapat memberikan aspek positif terhadap konsep diri klien sehingga membantu klien untuk menerima tindakan perawatan yang akan dilakukan.

Tindakan perawatan lain yang dilakukan terhadap pasien adalah dengan pemberian informasi tentang kondisi dan rencana tindakan yang akan dilakukan. Pemberian informasi tentang kondisi pasien merupakan hal yang penting dilakukan oleh perawat. Karena salah satu pemicu ansietas pada pasien dengan penyakit kronis adalah kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan prognosis (Potter & Perry, 2005). Perawat memberikan penjelasan tentang kondisi klien kepada pasien dan keluarganya, terutama yang berhubungan dengan masalah keperawatan yang dialami oleh klien. Informasi tentang kondisi klien dan penjelasan tentang prosedur pada setiap tindakan yang akan dilakukan merupakan bentuk pemberian informasi yang dibutuhkan untuk peningkatan pengetahuan klien. Pemberian informasi juga dapat meningkatkan perasaan aman dan menumbuhkan kepercayaan pasien terhadap perawat. Pemenuhan rasa aman klien dapat dipenuhi dengan memenuhi kebutuhan dasar klien, menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang, serta kesiapan perawat dalam membantu klien.

Pasien lansia secara fungsional telah mengalami beberapa perubahan yang menyebabkan kemunduran kognitif, sensoris maupun motorik (Stanley & Beare, 2007). Sehingga terjadi penurunan dalam fungsi penglihatan, pendengaran dan fungsi tubuh secara umum. Kondisi seperti ini memerlukan pendekatan khusus dan kesabaran dari perawat. Dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien Tn. U, perawat melakukan pendekatan dengan cara berbicara dengan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti oleh klien, berbicara dengan posisi berhadapan dengan klien dan berbicara dengan suara yang agak keras dan mendekatkan diri ke telinga klien saat berkomunikasi dengan klien.

Pasien lansia tidak mudah mempercayai orang yang baru dikenal, sehingga perawat benar-benar perlu untuk membina hubungan yang baik dengan pasien agar dapat melakukan intervensi yang telah direncanakan. Perawat menggunakan sentuhan dan sikap terbuka dan selalu merespon panggilan pasien dengan cepat, untuk membina hubungan saling percaya dengan klien.

Pemilihan intervensi yang tepat menjadi faktor pendukung kemajuan kesehatan klien. Pada pasien lansia, perlu digunakan intervensi yang simple dan mudah dilakukan. Intervensi untuk mengontrol ansietas yang dilakukan terhadap pasien adalah latihan mengontrol ansietas dengan latihan relaksasi nafas dalam. Intervensi ini dipilih karena merupakan latihan yang sederhana dan mudah untuk dipraktekkan oleh klien lansia. Perawat memilih teknik ini agar klien dapat melakukannya sendiri tanpa perlu bantuan dari orang lain.

Chiang et all (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa relaksasi latihan nafas dalam dapat menurunkan ansietas pada anak-anak dengan status asmatikus di Taiwan. Sehingga latihan nafas dalam yang dilakukan perawat kepada klien diharapkan dapat menurunkan kecemasan dan ketegangan yang dialami oleh klien. Hasil penelitian tersebut juga ditunjang penelitian Tarwoto, Irawaty, Kuntarti, Waluyo, & Mulyatsih (2011) yang menemukan adanya perbedaan yang signifikan antara intensitas nyeri pada kelompok yang diberikan intervensi slow deep breathing dengan kelompok kontrol, dimana kelompok yang diberikan intervensi memiliki intensitas nyeri yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol.

Pemilihan terapi yang dilakukan terhadap klien harus memperhatikan respon dan kondisi klien. Teknik relaksasi nafas dalam pada pasien dengan dispneu yang berat mungkin akan sulit untuk dilakukan. Pengaturan nafas dengan menarik nafas panjang akan membuat pasien merasa semakin sesak. Teknik ini hanya bisa digunakan pada pasien PPOK dengan kondisi sesak yang tidak terlalu berat. Pemantauan ketat selama intervensi juga diperlukan pada pasien lansia dengan PPOK, karena latihan nafas dalam mungkin akan memperberat usaha klien dalam bernafas.

Selain latihan relaksasi, perawat melakukan latihan mengontrol ansietas dengan distraksi. Teknik distraksi yang dilakukan yaitu dengan mengajak klien menceritakan pengalaman hidup yang menyenangkan. Sebuah penelitian eksperimental yang dilakukan di Korea terhadap 18 pasien kanker stadium lanjut menemukan bahwa dengan mengingat kembali perjalanan hidup atau pengalaman hidup, dapat menurunkan tingkat ansietas dan depresi (Ahn, An, Yoo, Ando, & Yoon, 2012). Dengan menceritakan pengalaman yang menyenangkan, perhatian klien menjadi teralihkan kepada hal-hal yang lebih menyenangkan. Penelitian Ko & Lin (2011) mendapatkan bahwa relaksasi/ distraksi dengan mendengarkan music secara signifikan dapat menurunkan tingkat ansietas dan perubahan tanda vital yang berhubungan dengan kecemasan pada pasien yang menjalani operasi di rumah sakit Taiwan. Hasil evaluasi yang didapatkan yaitu penurunan tingkat kecemasan dengan berkurangnya ketegangan pada klien dan sikap klien yang menunjukan rasa senang.

Selain menggunakan terapi relaksasi dan distraksi, perawat melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan terhadap klien. Yusra (2011) menyebutkan bahwa dukungan keluarga sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis. Hasil penelitan yang dilakukan terhadap pasien Diabetes Melitus menunjukan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien, dan penurunan ansietas serta depresi pada pasien. Hasil penelitian menunjukkan 65,3% dari 75 pasien. Lebih lanjut, Tjahjono (2011) menyebutkan bahwa sebagian besar pasien PPOK memiliki penurunan nafsu makan, dan variabel dominan yang berhubungan dengan penurunan nafsu makan adalah dukungan keluarga, dimana pasien yang mempunyai dukungan keluarga kurang akan mempunyai nafsu makan kurang 3,44 kali dibandingkan dengan pasien yang memiliki dukungan keluarga yang baik.

Evaluasi yang didapat setelah menjalani perawatan selama 7 hari didapatkan kemajuan pada klien. Klien menunjukan penurunan tingkat kecemasan dari ansietas sedang menjadi ansietas ringan dengan ditandai oleh sikap klien yang lebih tenang dan relaks, ungkapan perasaan yang menyatakan ketenangan, serta tanda vital yang menunjukan batas yang normal. Penurunan sesak yang dialami oleh klien juga mungkin salah satu dampak dari latihan relaksasi yang diajarkan. Karakteristik dari respons relaksasi ditandai oleh menurunnya denyut nadi, jumlah pernapasan, penurunan tekanan darah, dan konsumsi oksigen (Potter & Perry, 2005).

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 39-43)

Dokumen terkait