• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saran

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 45-74)

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil asuhan keperawatan ansietas pada lansia dengan PPOK, ada beberapa hal yang dapat direkomendasikan untik keperluan pengembangan asuhan keperawatan masalah psikososial khususnya ansietas pada pasien dengan masalah fisik PPOK.

5.2.1. Aplikasi keperawatan

a. Perawat hendaknya melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan memperhatikan aspek boi-psiko-sosial dan spiritual pasien.

b. Perawat hendaknya memiliki kemampuan dalam melakukan asuhan keperawatan psikososial terhadap pasien dengan keluhan sakit fisik. Sehingga perlunya sosialisasi asuhan keperawatan psikososial kepada seluruh perawat.

c. Perlunya dikembangkan format pengkajian untuk mengkaji masalah psikososial pada pasien dengan keluhan fisik.

5.2.2. Pelayanan di Rumah Sakit

a. Perlunya sosialisasi, atau pelatihan tentang asuhan keperawatan masalah psikososial khususnya ansietas kepada seluruh perawat khususnya yang bertugas di ruang perawatan umum.

b. Perlu ditetapkannya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) masalah psikososial untuk menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan.

c. Pihak rumah sakit mengembangkan format pengkajian yang telah ada agar lebih menggali masalah psikososial yang dihadapi oleh pasien dengan keluhan fisik.

DAFTAR PUSTAKA

Ahn, An, Yoo, Ando, and Yoon, (2012). Effects of a Short-term Life Review on Spiritual Well-being, Depression, and Anxiety in Terminally Ill Cancer Patients. Journal Korean Academic Nursing. Feb;42(1):28-35.

Brenes, (2003). Anxiety and Chronic Obstructive Pulmonary Disease: Prevalence, Impact, and Treatment. Psychosomatic Medicine Journal. 65:963–970 .

Capernito, L.J. (2010). Nursing Diagnosis: Application to Clinical Practice. 13th Edition. Philadelphia: Lippincott.

Corwin, E. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Depkes RI. (2008). Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronis

(PPOK). Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian dan Penyehatan

Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

Eisner, M.D., Blanc, P.D., Yelin, E.H., Katz,P.P., Sanchez, B., Iribarren, & Omachi. (2010). Influence of anxiety on health outcomes in COPD. Thorax 2010;65:229-234.

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease(GOLD). (2013).Global

strategy for the diagnosis, management, and Prevention of chronic obstructive pulmonary disease (updated 2013). June 20, 2013. Global

Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, Inc. www.goldcopd.org. Gudmundsson, G., et al,. (2005). Risk factors for rehospitalisation in COPD: role

of health status, anxiety and depression. Eur Respir J 2005; 26: 414–419

Hill, K., Geist, R., Goldstein, R.S., & Lacasse, Y. (2008). Anxiety and depression in end-stage COPD. Series ‘‘comprehensive management of end-stage

copd’’ Eur Respir J 2008; 31: 667–677.

http://bp.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=print&sid=522, 15-4-2009, jam 15.24wib

Keliat, Budi Anna (ed). (2009). Modul IC-CMHN manajemen keperawatan

psikososial dan pelatihan kader kesehatan jiwa. Fakultas Ilmu

Keperawatan Univesitas Indonesia-World Health Organization Indonesia. Li Chi Chiang, Wei-Fen Ma, Jing-Long Huang, Li Feng Tseng, & Kai-chung

Hsueh. (2009). Effect of relaxation-breathing training on anxiety and asthma signs/symptoms of children with moderate-to-severe asthma: A randomized controlled trial. International Journal of Nursing Studies, 46, 1061-1070.

Yi-Li Ko, Pi-Chu Lin. (2011). The effect of using a relaxation tape on pulse, respiration, blood pressure and anxiety levels of surgical patients. Journal

of Clinical Nursing, 21, 689-697.

Tarwoto. Irawaty, D., Kuntarti, Waluyo, A., & Mulyatsih, E. (2011). Tesis:

pengaruh latihan slow deep breathing terhadap intensitas nyeri kepala akut pada Pasien cedera kepala ringan. Program Magister Ilmu

Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Kunik M.E., et al., (2005). Surprisingly High Prevalence of Anxiety and Depression in Chronic Breathing Disorder. Chest Journal. 2005; 127:1205– 1211

Nugroho, W. (2000). Keperawatan gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC .

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2003). Penyakit Paru Obstruksi Kronik

(PPOK) : pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta :

IDI.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,

Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.

Videbeck, S.L (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Price, SA., & Wilson, LM. (2005). Patofisiologi. Konsep klinis proses-proses

penyakit, ed. 6. Alih Bahasa Brahm U. Pendit. Jakarta : EGC.

Rejeh, Karimooi, Vaismoradi, & Jasper. (2013). Effect of systematic relaxation techniques on anxiety and pain in older patients undergoing abdominal surgery. Wiley Publishing Asia Pty Ltd. DOI: 10.1111/ijn.12088

Smeltzer. S.C, Bare. B. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical bedah Brunner

& Sudarth. (Ed.8). Jakarta: ECG.

Stanley, M & Beare, P. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.

Stuart, G. W. & Sundeen, S. J. (2005). Pocket guide to psychiatric nursing, 3/E. (A. Y. S. Hamid, Penerjemah). St. Louis: Mosby Year Book, Inc. (Sumber asli diterbitkan 1995)

Suhartini. (2008). Effectiveness of music therapy toward reducing patient’s anxiety in intensive care unit. Media Ners, Volume 2, Nomor 1, Mei 2008, hlm 1-44

Townsend, M.C. (2008). Psychiatric Mental Health Nursing: Concept of Care. Philadelphia: F.A. Davis Company

WHO (2009). Global health risks: mortality and burden of disease attributable to

selected major risks. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.

Willgoss TG., Yohanes AM., Goldbart J., & Fatoye F. (2012). "Everything Was Spiraling Out of Control": Experiences of Anxiety in People With Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Heart Lung Journal, 41, 562-571.

Yenny & Herwana. (2006). Prevalensi penyakit kronis dan kualitas hidup pada lanjut usia di Jakarta Selatan. Jurnal Universa Medicira Fakultas

Lampiran

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN. U DENGAN PPOK

A. PENGKAJIAN 1. Identitas Klien

Nama : Tn. U

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 69 Tahun

Status Perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Pensiunan

Ruang Rawat : Gayatri

Diagnosa Medis : PPOK

Tgl Pengkajian : 8 Mei 2013 Jam 13.00

2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama

Sesak nafas disertai pusing, mudah lelah saat beraktivitas , batuk. Dan tidak nafsu makan. Sesak bertambah saat klien melakukan aktivitas.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat pangkajian klien baru masuk dari Poli Paru jam 13.00 wib dengan keadaan klien tampak sesak, frekuensi nafas 28 x/menit, terpasang oksigen nasal kanul 4 lt/mnt, infuse D5% + Aminophilin 1½ ampul. Klien tampak lemah, wajah tampak pucat dan berkeringat dingin.

Klien mengatakan keluhan sesak diserta badan lemes dirasakan memberat sejak 3 hari SMRS, nafsu makan klien menurun, dan menurut keluarga badan klien terlihat semakin kurus. klien sudah berobat ke klinik 24 jam, namun keluhan bertambah berat, sehingga keluarga membawa klien ke Poli Paru RSMM.

c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien pernah menjalani perawatan sebanyak 2 kali dengan keluhan dan diagnosa medis yang sama yaitu tahun 2010 dan tahun 2011. Riwayat hipertensi (-), Diabetes (-), alergi (-). Riwayat merokok lebih dari 20 tahun sebanyak 3 bungkus perhari.

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital

Keadaan umum tampak lemah, penampilan klien tampak rapi, Kesadaran compos mentis, GCS 15 E4V5M6, klien tampak terbaring lemah, dan sesak. TD: 128/87 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 36,8 ºC dan frekuensi nafas 28 x/menit.

b. Sisten Pernafasan

Inspeksi : tampak sesak, Pernafasan cuping hidung (-). Bibir pucat (+), cianosis (-). bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris, retraksi dada (+), klien menggunakan otot bantu pernafasan saat bernafas. Klien tampak sesak, terpasang oksigen 4 lt/mnt dengan nasal kanul. Batuk (+) berdahak. hemaptoe (-)

Palpasi : ekspansi dada simetris kanan dan kiri, taktil premitus menurun.

Perkusi : suara perkusi paru hipersonor

Auskultasi : terdengan Ronchi (+) dan wheezing (+).

c. Sistem Pencernaan

Penurunan nafsu makan/ anorexia (+), mual (+), muntah (-), BAB 1x/hari konsistensi lembek. Diare (-), konstipasi (-).

Inspeksi : konjunctiva tidak anemis, mukosa mulut kering, abdomen cekung, badan klien tampak kurus.

Perkusi : terdengan tympani

Palpasi : abdomen teraba lunak, nyeri tekan (-), acites (-),kembung (-),

d. Sistem kardiovaskuler

Inspeksi: konjungtiva tidak anemis, cianosis (-), edema (+) pada kedua ekstremitas bawah, klien tampak lemah dan berkeringat dingin, clubbing finger (-),

Palpasi : thrill (-)

Perkusi : batas jantung tidak membesar

Auskltasi : bunyi jantung murni regular, murmur (-), gallop (-).

e. System genitourinaria

Inspeksi : Klien tidak menggunakan urine cateter, BAK 4-5 x / hari, warna kuning jernih.

Palpasi : blas teraba kosong. Ginjal tidak teraba Perkusi : perkusi ginjak tidak terdapat nyeri ketuk.

f. System Neuromuskular

Penampilan klien tinggi kurus, pergerakan ekstremitas bebas, bentuk ekstremitas simetris, lesi (-), atropi otot (-). Tremor (-), reflex fisiologis (+), reflex patologis (-), klien menggunakan kacamata baca, klien mengalami gangguan pendengaran sejak satu tahun yang lalu.

kekuatan otot

4. Data Psikososial

Pengkajian masalah psikososial dilakukan pada tanggal 9 Mei 2013. Berdasarkan hasil wawancara dengan klien dan istrinya, didapatkan data Klien adalah seorang pensiunan pegawai negeri sipil pada departemen pertanian. Klien mengatakan saat masih aktif bekerja, klien tidak pernah

5555 5555

sakit, klien aktif bekerja dan melakukan olahraga setiap hari. Klien pensiun pada usia 55 tahun, menurut klien, sejak pensiun klien mulai merasakan kondisi badannya menurun. Klien menjadi sering sakit, dan badannya terasa semakin lama semakin melemah. Klien mengatakan tidak ada aktivitas yang dilakukan semenjak pensiun, klien banyak diam dirumah dengan sesekali mengikuti kegiatan ibadah di mesjid yang berada di depan rumahnya, hal ini membuat klien sering merasa jenuh dan kesepian. Klien mengatakan tidak bisa bepergian jauh karena kondisi fisiknya yang terus menurun. Klien mengatakan semenjak pensiun klien mulai merasakan sering batuk, sesak dan mudah lelah saat beraktivitas. Keluarga mengatakan klien pernah menjalani 2 kali perawatan dengan keluhan yang sama. Keluarga mengatakan klien mengalami gangguan pendengaran sejak 1 tahun terakhir, dan emosi klien menjadi labil dan sering marah-marah kepada istrinya. Menurut istri klien merupakan orang yang tertutup, dan tidak pernah menceritakan masalahnya kepada istri atau anak-anaknya. Klien memiliki 5 orang anak yang semuanya sudah berkeluarga. Klien tinggal bersama anak bungsu dan 1 orang cucu. Klien mengatakan anak-anaknya sibuk bekerja, sehingga setiap hari klien lebih banyak berinteraksi hanya dengan istrinya saja.

Klien mengatakan saat ini merasa sangat sesak dan merasa cape karena sudah 3 hari tidak bisa tidur. Klien mengatakan sejak sakit tidak dapat melakukan aktivitas apapun sendiri, sehingga semua kebutuhan nya dibantu oleh istrinya. Klien mengatakan sudah menjaga makanan yang dimakan dan sudah berhenti merokok namun tetap saja masih kambuh. Klien menanyakan apakah dapat sembuh dan dapat kembali melakukan aktivitas seperti dulu. klien sering merasa sedih karena memikirkan penyakitnya. Keluarga klien mengatakan merasa khawatir dengan kondisi klien terutama saat klien terlihat sesak dan sulit bernafas. Saat pengkajian klien tampak sesak, tegang, ekspresi wajah murung dan kontak mata

kurang namun klien masih dapat mengikuti arahan dari mahasiswa saat mahasiswa akan melakukan tindakan..

5. Data Spiritual

Klien adalah seorang pemeluk agama Islam, keluarga mengatakan saat sehat, klien rajin melaksanakan ibadah. klien mengatakan bahwa sakitnya sekarang adalah akibat dari gaya hidupnya saat klien masih muda yaitu sering merokok.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium tanggal 8-5-2013

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hb 14,3 g/dl 13-18 Leukosit 9880 /mm3 4000 – 10000 Eritrosit 5,32 /mm3 4,5 – 6 Trombosit 211000 mm3 150000 – 400000 Hematokit 45 % 40 – 54 LED 14 mm 0 – 20 SGOT 106 U/l < 42 SGPT 88 U/l < 47 Ureum 54,2 mg/dl 10 – 50 Creatinin 1,72 mg/dl 0,67 – 1,36 Albumin 3,71 g/dl 3,5 – 5,3 GDS 88 mg/dl < 140 Natrium 142 Kalium 4,4 Clorida 95 7. Terapi - Oksigen 4 ltr/menit

- Infuse D5% + Aminophilin 1 ½ ampul / 12 jam - Ranitidine 2 x 1 ampul

- Furosemid 2 x 1 ampul

Analisa Data

No Data Masalah

1 DS:

- Klien mengeluh sesak, disertai pusing, rasa lelah dan batuk berdahak

- Riwayat merokok (+) > 20 tahun 3 bungkus/hari DO:

- Klien tampak sesak - Retraksi dada (+)

- Penggunaan otot tambahan pernafasan (+) - Ronchi (+)

- Wheezing (+)

Bersihan jalan nafas tidak efektif

2 DS:

- Klien mengatakan tidak nafsu makan - Klien mengatakan mual

- menurut keluarga badan klien terlihat semakin kurus DO

- Penampilan klien tampak tinggi, kurus - Klien tampak pucat

- Bibir pucat

- Mucosa mulut kering - Abdomen tampak cekung

Ketidakseimbang an nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3 DS:

- Klien mengatakan sejak pensiun klien mulai merasakan kondisi badannya menurun.

- Keluarga mengatakan klien pernah menjalani 2 kali perawatan dengan keluhan yang sama.

- Keluarga mengatakan klien mengalami gangguan pendengaran sejak 1 tahun terakhir, dan emosi klien menjadi labil dan sering marah-marah kepada istrinya. - Menurut istri klien merupakan orang yang tertutup, dan

tidak pernah menceritakan masalahnya kepada istri atau anak-anaknya.

- Klien mengatakan saat ini merasa sangat sesak dan merasa cape karena sudah 3 hari tidak bisa tidur.

- Klien mengatakan sejak sakit tidak dapat melakukan aktivitas apapun sendiri, sehingga semua kebutuhannya dibantu oleh istrinya.

- Klien mengatakan sudah menjaga makanan yang dimakan dan sudah berhenti merokok namun tetap saja masih kambuh.

- Klien menanyakan apakah dapat sembuh dan dapat kembali melakukan aktivitas seperti dulu.

- klien sering merasa sedih karena memikirkan penyakitnya. - Keluarga klien mengatakan merasa khawatir dengan

kondisi klien terutama saat klien terlihat sesak dan sulit

bernafas. DO:

- Saat pengkajian klien tampak sesak, - Ekspresi wajah tegang,

- kontak mata kurang.

- Klien tampak pucat dan berkeringat dingin. - Anorexia

- Klien mengalami gangguan tidur

- klien masih dapat mengikuti arahan dari mahasiswa saat mahasiswa akan melakukan tindakan.

4 DS:

- Klien mengatakan, sejak pensiun kondisi badannya menurun dan sering sakit.

- Klien menjadi sering sakit, dan badannya terasa semakin lama semakin melemah.

- Klien mengatakan tidak ada aktivitas yang dilakukan sejak pensiun, klien banyak diam dirumah

- klien sering merasa jenuh dan kesepian

- Klien mengatakan sering merasa jenuh dan kesepian karena tidak ada aktivitas yang dilakukan

- Klien mengatakan sering batuk, sesak dan mudah lelah saat beraktivitas.

- Riwayat menjalani 2 kali perawatan dengan keluhan yang sama.

- klien mengatakan sangat sesak dan merasa cape, sudah 3 hari tidak bisa tidur karena sesak.

- Klien mengatakan sejak sakit tidak dapat melakukan aktivitas apapun sendiri,

- semua kebutuhan klien dibantu oleh istrinya. DO:

- terpasang infus D5% + Aminophilin 1½ ampul - terpasang Oksigen 4 lt dengan nasal canul - klien tampak sesak

- klien tampak terbaring lemah

Ketidakberdayaan

3.1. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 3. Ansietas Sedang

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn U No RM : 196956

Umur : 69 tahun Ruangan : Gayatri RSMM Bogor

Diagnosa keperawatan

Rencana Tindakan keperawatan Rasional

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Bersihan jalan nafas tidak efektif Jalan nafas klien efektif setelah dilakukan tindakan perawatan 5x 24 jam - Keluhan sesak berkurang - Klien dapat mengeluarkan secret tanpa kesulitan - Tanda vital dalam

batas normal - bunyi nafas yang

jernih dan ronch - Pasien bebas dari

dispneu - Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas Mandiri

1. Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya 2. Observasi penurunan

pengembangan dada dan peningkatan fremitus 3. Catat karakteristik suara

nafas

4. Catat karakteristik dari batuk

5. Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila perlu 6. Kaji kemampuan batuk,

latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan suction bila ada

1.Penggunaan otot-otot interkostal /abdominal/ leher dapat meningkatkan usaha dalam bernafas

2.Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan dan adanya cairan dapat meningkatkan fremitus

3.Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang tracheo branchial dan adanya cairan, mukus atau sumbatan lain dari saluran nafas 4.Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan

pada penyebab dan etiologi dari jalan nafas. 5.Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan

paten

6.Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan predisposisi perkembangan atelektasis dan infeksi paru

indikasi

7. Peningkatan oral intake jika memungkinkan Kolaboratif

8. Berikan oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar humidifier sesuai indikasi 9. Berikan therapi aerosol,

ultrasonik nabulasasi 10. Berikan fisiotherapi dada

misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi jika ada indikasi

11. Berikan bronchodilator misalnya : aminofilin, albuteal dan mukolitik

7.Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan sputum

8.Mengeluarkan sekret dan meningkatkan transport oksigen

9.Dapat berfungsi sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan secret

10. Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan efisiensi penggunaan otot-otot pernafasan

11. Diberikan untuk mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas sekret dan meningkatkan ventilasi Ketidakseimbanga n nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Nutrisi klien adekuat setelah dilakukan - Mendemonstrasikan BB stabil, penambahan BB progresif ke arah Mandiri:

1. Pantau masukan makanan setiap hari

1. Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi. 2. Membantu dalam identifikasi malnutrisi

protein-tindakan keperawatan selama 5x24 jam tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi. - Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat. - Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang napsu makan/peningkatan masukan diet.

2. Ukur tinggi, BB, dan ketebalan lipatan kulit trisep (atau pengukuran antropometrik lain sesuai indikasi).

3. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan cairan adekuat. 4. Kontrol faktor lingkungan

(mis., bau kuat/tidak sedap atau kebisingan). Hindari makanan terlalu manis, berlemak, atau pedas. 5. Ciptakan suasana makan

malam yang menyenangkan.

6. Motivasi makan dengan porsi kecil tapi sering Kolaborasi

7. Berikan antiemetic

8. Tinjau ulang pemeriksaan

kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antropometrik kurang dari normal.

3. Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan, begitu juga cairan (untuk menghilangkan produk sisa). Suplemen dapat memainkan peran penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat.

4. Keefektifan penilaian diet sangat individual dalam penghilangan mual pascaterapi. Pasien harus mencoba untuk menemukan

solusi/kombinasi terbaik.

5. Dapat mentriger respons mual/muntah.

6. meng urangi respon mual dan mencegah terjadinya muntah

7. Kebanyakan antiemetik bekerja untuk

mempengaruhi stimulasi pusat muntah sejati dan kemoreseptor mentriger agen zona juga bertindak secara perifer untuk menghambat peristaltik balik.

laboratorium sesuai indikasi mis., jumlah limfosit total, transferin serum, dan albumin. 9. Rujuk pada ahli diet/tim

pendukung nutrisi.

10. Pasang/pertahankan selang NGT atau pemberian makan untuk makanan enteral, atau jalur sentral untuk hiperalimentasi parenteral bila diindikasikan.

keadaan status nutrisi klien

9. Memfasilitasi pemberian diet sesuai dengan kondisi penyakitnya

10. NGT mungin diperukan pada pasien dengan low intake yang berat dengan ketidak mamuan klien untuk menelan.

Ansietas sedang Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 5x 24 jam Klien akan menunjukkan cara koping adaptif terhadap stres klien menunjukkan tanda-tanda percaya terhadap perawat  Wajah cerah, tersenyum  Mau berkenalan  Ada kontak mata  Bersedia

menceritakan perasaannya

Bina hubungan saling percaya :

1. Beri salam setiap interaksi 2. Perkenalkan nama, nama

panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan 3. Tanyakan dan panggil

nama kesukaan klien 4. Tunjukkan sikap jujur dan

menepati janji setiap berinteraksi dengan klien 5. Tanyakan perasaan klien

dan masalah yang dihadapi klien

Hubungan saling percaya merupakan dasar dari terjadinya komunikasi teraupetik sehingga akan memfasilitasi dalam

Klien

mengungkapkan perasaan ansietas, penyebab ansietas, dan perilaku akibat ansietas

Klien mampu mendemonstrasikan cara mengatasi ansietas dengan:

6. Buat kontrak interaksi yang jelas

7. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien

1.Penuhi kebutuhan dasar klien

2.Beri waktu yang cukup pada klien untuk berespons 3. diskusikan tentang perasaan

klien saat sedang

menghadapi masalah atau tekanan.

4.Beri dukungan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya

5.identifikasi situasi yang membuat klien ansietas 6.bersama klien identifikasi

perilaku akibat ansietas 7.reinforcement positif 8.Bantu klien untuk

mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya. 1.Ajarkan klien teknik

distraksi : pengalihan situasi

2.Ajarkan Klien teknik

Dengan mengenal ansietasnya, klien akan lebih kooperatif terhadap tindakan keperawatan.

Menyamakan persepsi bahwa ansietas terjadi pada klien.

Di dapatkannya cara lain yang sehat yang akan membantu klien untuk mencari cara yang adaptif dalam mengurangi atau menghilangkan ansietasnya

- Relaksasi nafas dalam

- Distraksi

- Hipnotis lima jari

Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan ansietas dengan latihan relaksasi

relaksasi nafas dalam 3.Dorong klien untuk

menggunakan relaksasi dalam menurunkan tingkat ansietas.

4.Ajarkan teknik relaksasi hipnotis lima jari 5.Dorong klien untuk

mengunakan teknik yang dilatih untuk menurunkan ansietasnya

1. diskusikan masalah yang dihadapi keluarga 2. jelaskan proses tejadi,

tanda gejala, penyebab ansietas pada anggota keluarga

3. ajarkan cara merawat anggota keluarga dengan latihan relaksasi

4. diskusikan tanda-tanda anggota keluarga harus dirujuk

5. beri reinforcement

positif

Dukungan keluarga, mendukung proses perubahan perilaku ansietas klien. Dan mempersiapkan keluarga agar dapat merawat klien saat di rumah

Ketidakberdayaan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien dapat melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk mengendalika n situasi kehidupannya dengan demikian menurunkan perasaan rendah diri Selama 1x45 menit interaksi, klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat :

a. Ekspresi wajah bersahabat. b. Menunjukkan rasa

senang

c. Ada kontak mata d. Bersedia berjabat tangan e. Bersedia menyebutkan nama f. Bersedia menjawab salam g. Bersedia duduk berdampingan bersama perawat h. Bersedia menungkapkan masalah yang sedang dihadapi. Selama 1x45 menit interaksi, klien menyebutkan sedikitnya tiga

Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik: a. sapa klien dengan ramah

baik verbal maupun nonverbal,

b. perkenalkan diri dengan sopan,

c. tanyakan nama lengkapdan nama panggilan yang disukai klien,

d. Jelaskan tujuan pertemuan, e. Jujur dan menepati janji, f. Tunjukkan sikap empati

danmenerima klien apa adanya,

g. Beri perhatian dan

perhatikan kebutuhan dasar klien.

a. Kaji masalah-masalah yang sering ditemui klien baik dari diri sendiri, keluarga, sekolah, lingkungan tempat

Hubungan saling percaya yang baik merupakan dasar yang kuat bagi keluarga dalam mengekspresikan perasaannya.

a. menunjukkan keramahan dan bersahabat

b. menunjukkan bahwa perawat ingin kenal dengan klien

c. agar klien tidak ragu dengan perawat d. agar klien percaya kepada perawat

e. menghargai klien sebagai seorang manusia yang memiliki kekurangan

f. membuat klien merasa dihargai dan disayangi sehingga klien akan lebih dekat dengan perawat.

Diharapkan klien dapaat mempersiapkan diri saat menghadapi masalah yang sama.

Meningkatkan kepuasan klien mengemukakan perasaannya.

Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi klien untuk berbagi perasaannya.

Meningkatkan harga diri dan percaya diri klien. Untuk mengetahui mekanisme koping klien.

Meningkatkan kepuasan klien dalam mengemukakan perasaannnya.

Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi klien untuk berbagi perasaannya.

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 45-74)

Dokumen terkait