• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Hasil percobaan pemberian pakan dengan perlakuan kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang berbeda dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan batak. Perubahan bobot biomassa ikan batak disajikan pada Gambar 1, sedangkan perubahan bobot biomasa rata-rata ikan setiap perlakuan dan ulangan selama pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 5.

0 25 50 75 100 A (1.3;0,2) B (0.9;0,6) C (1,2;0,6) D (1,4;1,0) E (0,6;1,0) Perlakuan R a ta -r a ta bob ot b iom a s a ( g ) Aw al Akhir

Gambar 1. Rata-rata bobot biomasa ikan batak pada awal dan akhir percobaan.

Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa pada setiap perlakuan terjadi peningkatan rata-rata bobot biomasa ikan. Peningkatan rata-rata bobot biomasa ikan selama pemeliharaan adalah : A = 90,30g; B = 89,15g; C = 92,30g; D = 88,50g dan E = 83,35g.

Pemberian pakan dengan kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang berbeda dalam pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan relatif, konsumsi pakan dan efisiensi pakan, data disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pertumbuhan relatif (PR), konsumsi pakan (KP) dan efisiensi pakan (EP)

Parameter

Perlakuan

Kadar asam lemak n-6 dan n-3 (%) A (1,3;0,2) B (0,9;0,6) C (1,2;0,6) D (1,4;1,0) E (0,6;1,0) PR (%) 74,47 +5,01b 69,52 + 2,00b 73,87 + 3,97b 66,52 + 0,57b 55,61 + 4,36a KP (g) 241,85 + 4,65c 209,60+ 7,22b 190,81+ 2,11a 184,15+ 7,62a 190,96+ 1,92a EP (%) 16,45 + 0,27ab 17,45 + 0,57b 20,55 + 0,89c 19,21 + 0,68c 15,58 + 0,64a

Keterangan: Huruf superskrip dibelakang nilai standard deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan adanya perbedaan nyata antara perlakuan (p<0,05).

Tabel 5 menunjukkan pertumbuhan relatif tertinggi diperoleh pada perlakuan A, B, C dan D. Sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan E (p<0,05; Lampiran 6). Perlakuan A memiliki konsumsi pakan paling tinggi, kemudian diikuti oleh perlakuan B sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan C, D dan E (p<0,05; Lampiran 7). Efisiensi pakan paling tinggi terdapat pada perlakuan C dan D, kemudian diikuti oleh perlakuan B dan yang terendah terdapat pada perlakuan A dan E (p<0,05; Lampiran 8).

Hasil analisa proksimat tubuh ikan pada awal dan akhir penelitian menunjukkan bahwa secara umum terjadi peningkatan kandungan protein dan lemak tubuh selama pemberian pakan perlakuan. Pengaruh pakan percobaan terhadap komposisi proksimat tubuh ikan pada setiap perlakuan dan tingkat hemolisis butir darah merah disajikan pada Tabel 6. Data proksimat dan tingkat hemolisis butir darah merah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

Secara umum penambahan asam lemak n-6 dan asam lemak n-3 yang berbeda dalam pakan tidak mempengaruhi kandungan protein tubuh (Lampiran 10). Namun memberikan pengaruh terhadap kandungan lemak, kandungan air tubuh, dan tingkat hemolisis butir darah merah. Kandungan lemak tubuh tertinggi terdapat pada perlakuan A, B, dan C dan terendah pada perlakuan D dan E (p<0,05; Lampiran 11). Kandungan air tubuh tertinggi terdapat pada perlakuan D, dan yang terendah pada perlakuan A, B, C, dan E (p<0,05; Lampiran 12). Dari analisa proksimat hati diperoleh nilai kandungan protein tertinggi terdapat pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan E dan berturut-turut diikuti oleh kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan D, A, B dan C. Sedangkan kandungan lemak tertinggi terdapat pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan C dan

diikuti kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan B, D, A dan E. Sementara tingkat hemolisis butir darah merah tertinggi terdapat pada perlakuan A dan E, dan yang terendah terdapat pada perlakuan B, C dan D (Lampiran 13 ).

Tabel 6. Komposisi proksimat tubuh dan hati (% bobot basah) dan tingkat hemolisis butir darah merah ikan batak

Parameter Awal

Perlakuan

Kadar asam lemak n-6 dan n-3 (%) A (1,3;0,2) B (0,9;0,6) C (1,2;0,6) D (1,4;1,0) E (0,6;1,0) Tubuh : Protein 13,23 14,44±0,42a 13,99±0,23a 14,19±1,12a 14,95±0,04a 14,86±0,26a Lemak 12,13 16,24±0,90b 16,41±0,64b 16,28±0,63b 14,32±0,69a 15,84±0,40ab Air 67,28 66,00±0,08ab 65,84±0,06a 65,60±1,33ab 66,88±0,79b 66,08±0,99ab Hati : Protein * 14,19 13,20 13,44 14,00 14,43 Lemak * 12,35 13,99 14,97 13,45 10,74 Air * 66,94 68,15 67,11 67,60 69,96

Tingkat hemolisis butir darah merah

* 83,57±7,87b 69,29±5,05a 79,11±6,89ab 79,82±6,98 ab 86,79±9,63b

Keterangan : Huruf superskrip dibelakang nilai standard deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan adanya perbedaan nyata antara perlakuan (p<0,05).

* = Tidak dianalisa.

Komposisi asam lemak tubuh pada awal dan akhir penelitian dari ikan batak ditampilkan pada Tabel 7. Terlihat adanya peningkatan total kadar asam lemak jenuh dan kadar asam lemak monoenoat pada setiap perlakuan pada akhir percobaan dibandingkan dengan awal percobaan. Sementara kadar asam lemak n-6 pada akhir percobaan terdapat penurunan pada semua perlakuan dibanding dengan awal percobaan. Sedangkan kadar asam lemak n-3 terjadi peningkatan pada perlakuan C dan E, sama pada perlakuan D dan menurun pada perlakuan A dibandingkan awal penelitian seiring dengan rendahnya kadar asam lemak n-3 dalam pakan.

Peningkatan total asam lemak jenuh dan asam lemak monoenoat tertinggi terdapat pada perlakuan A, dimana komposisi asam lemak jenuh didominasi oleh asam lemak palmitat (16:0) dan monoenoat adalah asam lemak oleat (19:1n-9).

Tabel 7. Komposisi asam lemak ikan pada awal dan akhir penelitian (% area)

Asam lemak

Perlakuan

Kadar asam lemak n-6 dan n-3 (%) Awal A (1,3;0,2) B (0,9;0,6) C (1,2;0,6) D (1,4;1,0) E (0,6;1,0) 12:0 0,1 5,0 2,3 0,2 3,2 2,0 14:0 3,4 6,5 4,9 3,3 5,8 4,9 16:0 25,2 24,6 24,7 24,1 25,0 25,0 18:0 5,3 6,5 6,2 5,6 6,0 5,9 20:0 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 16:1 4,7 3,7 4,3 4,6 4,4 4,9 18:1n-9 30,0 34,6 31,9 31,1 31,0 31,3 18:2n-6 14,6 12,0 12,2 13,6 11,0 10,1 20:2n-6 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 20:3n-6 0,5 0,7 0,5 0,5 0,5 0,4 20:4n-6 0,8 0,7 0,5 0,5 0,5 0,5 22:4n-6 0,1 * 0,1 0,1 0,1 0,1 22:5n-6 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 18:3n-3 2,4 0,6 2,3 2,6 2,2 2,5 20:4n-3 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,3 20:5n-3 1,1 0,5 0,8 1,2 0,8 1,3 22:5n-3 0,5 0,3 0,5 0,6 0,5 0,7 22:6n-3 3,4 1,6 2,5 3,0 2,8 3,3 ∑ Al** Jenuh 34,2 42,7 38,2 33,3 40,1 37,9 ∑Monoenoat 34,7 38,3 36,2 35,7 35,4 36,2 ∑ Al** n-6 16,2 13,6 13,5 14,9 12,3 11,3 ∑ Al** n-3 7,5 3,1 6,3 7,6 6,5 8,1 Rasio Al**. n-6/Al. n-3 2,2 4,4 2,1 2,0 1,9 1,4 Keterangan: * = tidak terdeteksi.

** Al = asam lemak.

Pembahasan

Kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang berbeda dalam pakan percobaan dapat mempengaruhi kadar asam lemak tubuh ikan batak. Secara umum profil asam lemak tubuh ikan didominasi oleh asam lemak jenuh (16:0) dan asam lemak monoenoat (18:1n-9) (Tabel 6). Asam lemak n-9 cenderung rendah dengan adanya penambahan kadar asam lemak n-3 dalam pakan yang tinggi, sebaliknya akan naik apabila kadar asam lemak n-3 dalam pakan rendah. Ini terlihat pada perlakuan A, dimana pada perlakuan A yang pakan asam lemak n-3-nya paling rendah mengakibatkan peningkatan asam lemak n-9 tubuh yang paling tinggi bila dibanding perlakuan lain yang sedikit lebih tinggi asam lemak n-3 pakannya. Sebaliknya pada perlakuan E yang kadar n-3 dalam pakannya tinggi,

mengakibatkan asam lemak n-9 dalam tubuh menjadi rendah. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Furuichi(1988); Greene dan Selivonchick (1990) yang menjelaskan bahwa ikan yang pakannya defisiensi akan asam lemak n-3 akan mengalami peningkatan asam lemak n-9 dalam tubuhnya, tetapi sebaliknya bila asam lemak n-3 tinggi dalam pakannya maka asam lemak n-9 dalam tubuh menjadi rendah. Keberadaan asam lemak n-6 dan n-3 dalam tubuh akan menekan asam lemak n-9 (Bautista dan de la Cruz, 1988), karena setiap seri asam lemak tersebut bersaing menggunakan sistem enzim yang sama untuk bergabung membentuk trigliserida dan fosfolipid, dan afinitasnya berkurang dari seri asam lemak n-3 ke n-9 (Martin et al., 1990).

Dari Tabel 7 terlihat bahwa ikan yang diberi pakan asam lemak 18:2n-6, kandungan asam lemak 18:2n-6 tubuh juga tinggi pada semua perlakuan dan adanya perpanjangan rantai karbon asam lemak C18 menjadi C20 dan C22. Hal ini menunjukkan bahwa ikan batak mampu memperpanjang rantai karbon asam lemak. Pada umumnya ikan air tawar dapat memperpanjang rantai karbon asam lemak karena dalam tubuh ikan air tawar tersedia enzim elongase dan desaturase yang dapat memperpanjang dan mendesaturasikan rantai karbon asam lemak (Sargent et al., 1999). Selanjutnya pada Tabel 7 juga terlihat bahwa asam lemak n-6 tubuh pada akhir penelitian cenderung turun di semua perlakuan tetapi tetap lebih tinggi dari asam lemak n-3. Jadi terlihat bahwa ikan batak membutuhkan asam lemak n-6 dan n-3 dalam pakannya. Takeuchi (1996) menyatakan bahwa pada umumnya ikan air tawar membutuhkan asam lemak n-6 atau kombinasinya dengan n-3, namun untuk setiap spesies ikan membutuhkan kadar asam lemak yang berbeda. Pada ikan batak proporsi kadar asam lemak n-6 mungkin lebih besar dibanding asam lemak n-3. Ini terlihat pada semua perlakuan, dimana kadar asam lemak n-6 lebih tinggi dari asam lemak n-3 pada tubuh ikan di akhir penelitian. Namun demikian apabila kadar asam lemak n-3 tinggi dalam pakan sampai 1% pada perlakuan D dan E, maka kadar asam lemak n-6 sedikit lebih rendah dari perlakuan A, B dan C. Hal ini disebabkan karena adanya afinitas yang berbeda antara asam lemak n-3 dan asam lemak n-6.

Kadar asam lemak esensial dalam pakan optimal, maka fungsi membran sel juga optimal. Peranan asam lemak esensial tersebut dalam tubuh ikan batak

dibuktikan dari tingkat hemolisis butir darah merah ikan (Tabel 5). Dimana pakan B, C dan D memiliki sel darah merah yang lisis paling rendah. Kiron et al (1994) menyatakan bahwa jumlah sel darah merah yang lisis dapat dijadikan indikator tingkat permeabilitas membran sel. Tingkat hemolisis butir darah merah yang rendah pada perlakuan B, C dan D dibandingkan perlakuan A dan E menunjukkan bahwa pada saat butir darah merah berada pada lingkungan cairan yang hipotonik, membran sel dari perlakuan B, C dan D dapat berfungsi lebih baik.

Asam lemak esensial yang merupakan bagian dari fospolipid terdapat pada membran sel. Keberadaan asam lemak esensial pada membran sel akan mempengaruhi sifat fluiditas membran dan memperbaiki fungsi membran (Bell et al., 1986). Selanjutnya fluiditas membran akan berpengaruh terhadap aktivitas enzim yang terdapat pada membran, antara lain Na+/K+ ATP-ase (Hepher, 1990). Adanya peranan asam lemak esensial tersebut di atas secara keseluruhan dapat meningkatkan metabolisme dalam sel, yang secara tidak langsung akan menghasilkan penyimpanan protein tubuh yang lebih tinggi. Keadaan ini terlihat dari kandungan protein tubuh pada akhir penelitian yang cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan kandungan protein tubuh pada awal penelitian. Dalam penelitian ini semua perlakuan A sampai E terjadi peningkatan kandungan protein tubuh sehingga terjadi pertumbuhan. Namun kalau dilihat dari pertumbuhan relatif pada akhir penelitian, walaupun pada semua perlakuan terdapat peningkatan kadar protein tubuh, ternyata perlakuan A, B dan C memiliki pertumbuhan relatif lebih tinggi dibanding perlakuan D dan E (Tabel 5). Dan dari ke tiga perlakuan A, B dan C tersebut, perlakuan C memiliki efisiensi pakan yang terbaik yang berarti bahwa pakan dengan kadar asam lemak n-6 1,2% dan asam lemak n-3 0,6% ; serta rasio asam lemak n-6 dan asam lemak n-3 ( 2 : 1) adalah yang terbaik bagi ikan batak.

Dokumen terkait