BENIH IKAN BATAK (Labeobarbus soro)
HENDRIKO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN
Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Batak (Labeobarbus soro). Dibimbing oleh ING MOKOGINTA, M. AGUS SUPRAYUDI dan DEDI JUSADI.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang terbaik dalam pakan yang dapat memacu kinerja pertumbuhan ikan batak
(Labeobarbus soro). Penelitian ini menggunakan 5 macam pakan dengan
isoprotein, isolipid dan isoenergi yaitu: pakan A dengan kadar asam lemak n-6 1,3% dan asam lemak n-3 0,2%; B 0,9% dan 0,6%; C 1,2% dan 0,6%; D 1,4% dan 1,0%; dan pakan E 0,6% dan 1,0%. Bobot awal individu ikan uji 5,30±0,12 g per ekor dengan kepadatan 10 ekor per akuarium. Ikan diberi pakan tiga kali sehari secara at satiation, selama 75 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang berbeda dalam pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan relatif, efisiensi pakan, tingkat hemolisis butir darah merah ikan (p<0,05) dan kandungan lemak tubuh ikan. Pemberian kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang berbeda dalam pakan dapat mempengaruhi kadar asam lemak n-6 dan n-3 tubuh ikan batak. Penggunaan kadar asam lemak n-6 1,2% dan n-3 0,6% menghasilkan kinerja pertumbuhan yang terbaik untuk ikan batak.
Performance of Batak Fish (Labeobarbus soro). Under supervision by ING MOKOGINTA, M. AGUS SUPRAYUDI and DEDI JUSADI.
This experiment was conducted to determine the effect of dietary n-6 and n-3 fatty acid level on the growth performance of batak fish (Labeobarbus soro). Five experimental diets were used in this experiment. Diet A containing n-6 fatty acid 1.3 % and n-3 fatty acid 0.2%, B 0.9% and 0,6%, C 1.2% and 0.6%, D 1.4% and 1.0% and E 0.6% and 1.0%. Fish with an initial body weight of 5.30±0.12 g were placed in aquarium, at the density of 10 ind/aquarium. Fish fed on the experimental diets three times dailly at satiation for 75 days. Results showed that different dietary level of n-6 and n-3 fatty acid of the fingerling significantly affect the relative growth rate, feed consumtion, feed efficiency and the red blood cells hemolysis (p<0.05). It was found that diet C with 1.2% n-6 fatty acid and 0.6% n-3 fatty acid produce the best growth performance of batak fish.
BENIH IKAN BATAK (Labeobarbus soro)
HENDRIKO
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada
Program Studi Ilmu Perairan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama : Hendriko
NIM : C151030141
Disetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ing Mokoginta Ketua
Dr. Dedi Jusadi Anggota
Dr. M. Agus Suprayudi Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Perairan
Prof. Dr. Enang Harris
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Pengaruh Kadar Asam Lemak n-6 dan n-3 yang Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Batak (Labeobarbus soro) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, April 2007
Hendriko
Penulis dilahirkan di Padang Sumatera Barat pada tanggal 28 Februari 1976 dari pasangan Ayahanda Julis dan Ibunda Yusnety. Penulis merupakan putra ke lima dari 5 bersaudara.
i DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... ii
DAFTAR GAMBAR ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... iv
PENDAHULUAN Latar belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 2
Hipotesis ... 3
Tujuan ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Lemak dan Asam Lemak Esensial... 4
BAHAN DAN METODE Pakan Uji . ... 8
Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data... 10
Analisis Kimia…………. ... 11
Analis Data ... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 13
Pembahasan ... 16
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 19
Saran ... 19
DAFTAR PUSTAKA ... 20
ii DAFTAR TABEL
Halaman 1. Kebutuhan asam lemak esensial pada benih dan ikan dewasa ... 6 2. Komposisi pakan uji (g/100g pakan) ... 9 3. Komposisi proksimat pakan uji (% bobot kering) dan energi pakan ... 9 4. Komposisi asam lemak pakan (% bobot kering) ... 10 6. Pertumbuhan relatif (PR), konsumsi pakan (KP) dan
efisiensi pakan (EP) ... 15 6. Komposisi proksimat tubuh, hati dan tingkat hemolisis butir darah
merah ikan batak ... 15 7. Komposisi asam lemak ikan pada awal dan akhir penelitian (% area). 16
iii DAFTAR GAMBAR
BENIH IKAN BATAK (Labeobarbus soro)
HENDRIKO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN
Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Batak (Labeobarbus soro). Dibimbing oleh ING MOKOGINTA, M. AGUS SUPRAYUDI dan DEDI JUSADI.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang terbaik dalam pakan yang dapat memacu kinerja pertumbuhan ikan batak
(Labeobarbus soro). Penelitian ini menggunakan 5 macam pakan dengan
isoprotein, isolipid dan isoenergi yaitu: pakan A dengan kadar asam lemak n-6 1,3% dan asam lemak n-3 0,2%; B 0,9% dan 0,6%; C 1,2% dan 0,6%; D 1,4% dan 1,0%; dan pakan E 0,6% dan 1,0%. Bobot awal individu ikan uji 5,30±0,12 g per ekor dengan kepadatan 10 ekor per akuarium. Ikan diberi pakan tiga kali sehari secara at satiation, selama 75 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang berbeda dalam pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan relatif, efisiensi pakan, tingkat hemolisis butir darah merah ikan (p<0,05) dan kandungan lemak tubuh ikan. Pemberian kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang berbeda dalam pakan dapat mempengaruhi kadar asam lemak n-6 dan n-3 tubuh ikan batak. Penggunaan kadar asam lemak n-6 1,2% dan n-3 0,6% menghasilkan kinerja pertumbuhan yang terbaik untuk ikan batak.
Performance of Batak Fish (Labeobarbus soro). Under supervision by ING MOKOGINTA, M. AGUS SUPRAYUDI and DEDI JUSADI.
This experiment was conducted to determine the effect of dietary n-6 and n-3 fatty acid level on the growth performance of batak fish (Labeobarbus soro). Five experimental diets were used in this experiment. Diet A containing n-6 fatty acid 1.3 % and n-3 fatty acid 0.2%, B 0.9% and 0,6%, C 1.2% and 0.6%, D 1.4% and 1.0% and E 0.6% and 1.0%. Fish with an initial body weight of 5.30±0.12 g were placed in aquarium, at the density of 10 ind/aquarium. Fish fed on the experimental diets three times dailly at satiation for 75 days. Results showed that different dietary level of n-6 and n-3 fatty acid of the fingerling significantly affect the relative growth rate, feed consumtion, feed efficiency and the red blood cells hemolysis (p<0.05). It was found that diet C with 1.2% n-6 fatty acid and 0.6% n-3 fatty acid produce the best growth performance of batak fish.
BENIH IKAN BATAK (Labeobarbus soro)
HENDRIKO
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada
Program Studi Ilmu Perairan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama : Hendriko
NIM : C151030141
Disetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ing Mokoginta Ketua
Dr. Dedi Jusadi Anggota
Dr. M. Agus Suprayudi Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Perairan
Prof. Dr. Enang Harris
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Pengaruh Kadar Asam Lemak n-6 dan n-3 yang Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Batak (Labeobarbus soro) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, April 2007
Hendriko
Penulis dilahirkan di Padang Sumatera Barat pada tanggal 28 Februari 1976 dari pasangan Ayahanda Julis dan Ibunda Yusnety. Penulis merupakan putra ke lima dari 5 bersaudara.
i DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... ii
DAFTAR GAMBAR ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... iv
PENDAHULUAN Latar belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 2
Hipotesis ... 3
Tujuan ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Lemak dan Asam Lemak Esensial... 4
BAHAN DAN METODE Pakan Uji . ... 8
Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data... 10
Analisis Kimia…………. ... 11
Analis Data ... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 13
Pembahasan ... 16
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 19
Saran ... 19
DAFTAR PUSTAKA ... 20
ii DAFTAR TABEL
Halaman 1. Kebutuhan asam lemak esensial pada benih dan ikan dewasa ... 6 2. Komposisi pakan uji (g/100g pakan) ... 9 3. Komposisi proksimat pakan uji (% bobot kering) dan energi pakan ... 9 4. Komposisi asam lemak pakan (% bobot kering) ... 10 6. Pertumbuhan relatif (PR), konsumsi pakan (KP) dan
efisiensi pakan (EP) ... 15 6. Komposisi proksimat tubuh, hati dan tingkat hemolisis butir darah
merah ikan batak ... 15 7. Komposisi asam lemak ikan pada awal dan akhir penelitian (% area). 16
iii DAFTAR GAMBAR
iv DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Metode ekstraksi lemak dari tepung ikan ... 23
2. Prosedur analisa kimia bahan pakan dan ikan uji (Takeuchi, 1988) ... 23
3. Prosedur pengukuran asam lemak (Takeuchi 1988) ... 26
4. Prosedur pengukuran tingkat hemolisis darah merah ikan ... 27
5. Rata-rata bobot biomasa, pertumbuhan relatif, konsumsi pakan dan efisiensi pakan ... 27
6. Analisis ragam pertumbuhan relatif ... 28
7. Analisis ragam konsumsi pakan ... 28
8. Analisis ragam efisiensi pakan ... 29
9. Komposisi proksimat tubuh dan hati ikan batak (% bobot basah) ... 30
10.Analisis ragam kandungan protein tubuh ... 31
11.Analisis ragam kandungan lemak tubuh ... 31
12.Analisis ragam kandungan air tubuh ... 32
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan batak (Labeobarbus soro) adalah salah satu jenis ikan air tawar lokal
yang mempunyai nilai ekonomis penting, dan ikan ini dikalangan masyarakat
Sumatera Utara dikenal dengan “Ihan”. Di perairan umum keberadaan ikan ini
sangat jarang ditemukan lagi (hampir langka) akibatkan penangkapan yang
berlebihan, serta adanya desakan lingkungan tempat ikan-ikan ini berkembang
biak menjadi rusak (Kottelat et al., 1993).
Usaha untuk pelestarian ikan ini telah mulai dilakukan melalui pemijahan
secara alami yang telah dilakukan oleh Instalasi Penelitian Plasma Nutfah
Perikanan Air Tawar Bogor, dan telah berhasil diperoleh anakannya. Sulhi et al.,
(2004) dalam penelitiannya juga berhasil melakukan pemijahan ikan batak melalui
teknologi kawin suntik. Usaha yang dilakukan ini diharapkan dapat menyediakan
benih ikan batak yang berkesinambungan dan terkontrol agar dapat menunjang
kegiatan budidaya.
Dalam budidaya ikan, selain kebutuhan benih yang cukup, juga diperlukan
pakan yang memadai. Namun informasi yang ada sehubungan dengan kebutuhan
nutrien pada tingkat benih dari spesies ikan ini masih sangat sedikit. Untuk
tumbuh ikan memerlukan materi dari luar seperti, protein, karbohidrat, lemak,
vitamin dan mineral. Asam lemak esensial merupakan bagian dari lemak adalah
salah satu komponen penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Ikan
tidak mampu mensintesis asam lemak esensial di dalam tubuhnya, sehingga asam
lemak esensial ini harus disuplai dari pakan. Seperti spesies ikan yang lain, ikan
batak juga memerlukan asam-asam lemak esensial (essential fatty acid = EFA) yaitu asam lemak n-6 dan n-3 yang berguna bagi pertumbuhannya yang normal
dan optimum. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan asam
lemak esensial secara kualitatif maupun kuantitatif sangat bergantung pada jenis
ikan (Arai et al., 1971; Castell et al., 1972). Kebutuhan asam lemak esensial ikan
air tawar dapat dipenuhi dengan asam lemak n-6 atau asam lemak n-6 dan n-3.
n-3. Kisaran kebutuhan asam lemak n-6 ikan air tawar berkisar antara 0,5 – 1,0%
(Takeuchi dan Watanabe, 1977).
Penelitian tentang kebutuhan asam lemak esensial ikan batak belum
dilakukan, oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk menentukan kebutuhan
kadar asam lemak n-6 dan asam lemak n-3 yang terbaik dalam pakan untuk
pertumbuhan ikan batak.
Pendekatan Masalah
Lemak pakan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ikan. Sebagai
sumber energi, lemak pakan mempunyai sparring effect bagi protein. Peranan
lemak pakan yang lain adalah sebagai sumber asam lemak esensial yang tidak
dapat disintesis dalam tubuh sehingga harus diperoleh melalui pakan. Asam lemak
esensial berperan sebagai bagian struktur membran sel yang akan mempengaruhi
fluiditas membran serta enzim-enzim tertentu pada membran sel. Kadar asam
lemak esensial optimum dapat meningkatkan fluiditas membran sel dan
mengaktifkan enzim-enzim pada membran sel tersebut, yang akhirnya akan
menunjang proses metabolisme secara keseluruhan. Asam lemak esensial juga
sebagai bahan dasar dalam produksi senyawa-senyawa prostanoid seperti
prostaglandin, tromboksan, prostasiklin dan leukotrien (Mayes et al., 1999).
Selajutnya, prostanoid tersebut berperan pula pada fungsi fisiologis tubuh.
Asam lemak esensial akan berperan pada pertumbuhan apabila ikan
memperoleh cukup sumber energi dan materi untuk menunjang kehidupannya.
Apabila energi yang tersedia cukup, asam lemak esensial dan protein dalam pakan
akan dimanfaatkan untuk mendukung pertumbuhan. Sebaliknya, jika energi yang
dibutuhkan tidak mencukupi maka sebagian asam lemak esensial dan protein akan
dikatabolisme untuk mencukupi kebutuhan energi.
Kelebihan dan kekurangan asam lemak esensial mengakibatkan membran
sel tidak berfungsi optimum dan metabolisme terganggu sehingga pertumbuhan
ikan menjadi rendah (Castel et al., 1994). Kelebihan asam lemak dari kebutuhan
akan menghasilkan pertumbuhan yang rendah, konversi pakan yang tinggi, kadar
Hipotesis
Pada kondisi lingkungan hidup optimal serta kebutuhan protein dan energi
terpenuhi, pemberian kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang tepat dapat memacu
kinerja pertumbuhan ikan batak.
Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan kadar asam lemak n-6 dan n-3
TINJAUAN PUSTAKA
Kebutuhan Lemak dan Asam Lemak Esensial
Lemak pakan mempunyai peranan penting bagi ikan, karena berfungsi
sebagai sumber energi dan asam lemak esensial, memelihara struktur dan fungsi
membran atau jaringan sel yang penting bagi organ tubuh, membantu dalam
penyerapan vitamin yang larut dalam lemak dan untuk mepertahankan daya apung
tubuh (NRC, 1993). Lemak mengandung energi 8-9 kkal/g (NRC, 1993), dan
lebih tinggi dibandingkan kandungan energi dari protein dan karbohidrat yaitu 4,5
dan 4,0 kkal/g untuk masing-masingnya (Smith, 1989). Penambahan lemak dalam
pakan dapat meningkatkan kualitas ransum atau pakan ikan tersebut.
Lemak dapat menyediakan energi pemeliharaan metabolisme, sehingga
sebagian besar protein dapat dimanfaatkan untuk mendukung pertumbuhan.
Sebagai contoh, kebutuhan ikan rainbow trout akan protein yang semula 40%
dapat turun menjadi 35% dengan hasil pertumbuhan yang sama kalau kadar lemak
pakannya sebesar 15-20% (Takeuchi et al., 1978 dalam NRC,1993). Hal ini
membuktikan bahwa lemak dapat berperan sebagai sparing effect bagi protein.
Kemudian hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa tidak hanya rasio
protein dan energi saja yang perlu diperhatikan dalam pakan, tetapi juga
kecukupan jumlah lemaknya. Kadar lemak yang baik dan sesuai untuk ikan
berkisar 4-18% (Hasting 1976).
Lemak pakan juga merupakan sumber asam lemak esensial (essential fatty
acid = EFA) yang mempengaruhi pertumbuhan ikan. Asam lemak esensial dalam tubuh ikan merupakan komponen fosfolipid yang berperan penting pada
biomembran sel. Keberadaan asam lemak esensial tersebut pada biomembran sel
dapat memperbaiki fluiditas membran sehingga fungsi metabolisme tetap berjalan
normal. Fluiditas membran sel sangat bergantung kepada keseimbangan antara
asam lemak jenuh dan tak jenuh sebagai komponen senyawa fosfolipid.
Fospolipid mengandung asam lemak yang mempunyai potensi sebagai lipofilik
(gugusan yang dapat menarik lemak) dan juga mempunyai kemampuan sebagai
hidrofobik (gugus penolak air). Dengan demikian, keberadaan zat-zat yang larut dalam lemak dapat ke luar dan masuk ke dalam sel. Fospolipid mempunyai
terjadinya transpor aktif molekul-molekul dan ion-ion melewati sel membran
(Piliang dan Djojosoebagio, 1996). Komposisi asam lemak esensial berasal dari
kelompok poly unsaturated fatty acids (PUFA) dan highly unsaturated fatty acids
(HUFA) yang berperan penting pada proses metabolisme membran sel
(Bhagavan, 1992). Asam lemak-asam lemak tak jenuh yang terikat pada fosfolipid
dapat mempengaruhi aktivitas enzim antara lain (Na+/K+) ATP-ase yang terdapat
pada membran (Hepher, 1990).
Kebutuhan ikan akan asam lemak esensial berbeda untuk berbagai spesies
ikan. Dari berbagai penelitian telah diketahui bahwa ada tiga kelompok ikan jika
ditinjau dari kebutuhan asam lemak esensial dalam pakannya. Kelompok pertama
adalah ikan yang lebih memerlukan asam lemak linoleat (n-6), kelompok kedua
lebih memerlukan asam lemak linolenat (n-3), sedangkan kelompok ketiga
memerlukan kedua asam lemak tersebut. Kebutuhan asam lemak esensial pada
ikan-ikan air tawar dapat dilihat pada Tabel 1.
Pada umumnya, ikan air tawar membutuhkan asam lemak n-6 atau kedua
asam lemak n-6 dan n-3, namun untuk setiap spesies ikan membutuhkan kadar
asam lemak esensial yang berbeda (Takeuchi 1996). Seperti pada ikan lele, untuk
pematangan gonad dan peningkatan kualitas telur, diperlukan asam lemak linoleat
(n-6) 1,85% dan asam lemak linolenat (n-3) 0,56% dalam pakannya (Mokoginta et
al. 1995), dan untuk induk patin memerlukan asam lemak (n-3) 0,9% dan asam lemak (n-6) 2,2% pada kadar lemak 12,87 g/100 g bobot kering pakan (Mokoginta
et al. 2000). Sedangkan untuk ikan baung, pemberian asam lemak esensial n-3 dan n-6 sebesar 0,5% dan 1,0% dalam pakannya dapat meningkatkan pertumbuhannya
(Phromkunthong dan Midkhadee 2001). Hasil percobaan Supriatna (1988)
menunjukkan bahwa ikan bawal air tawar membutuhkan 0,85 – 0,99% asam
lemak n-3 dan 1,18% asam lemak n-6 pada kadar lemak 8%.
Hasil percobaan Shikata dan Shimeno (1994) menunjukkan bahwa
penambahan asam lemak n-3 HUFA yang optimal dalam pakan ikan mas efektif
menurunkan lipogenesis, glikolisis dan degradasi asam lemak di hati. Hal tersebut
menunjukkan bahwa penambahan asam lemak esensial akan dapat
mengefisiensikan pemanfaatan energi pakan lebih optimal, sehingga dapat
meningkatkan jumlah kandungan asam lemak di hati, eritrosit, trombosit, serum
zat besi dalam darah dan menurunkan hematokrit (Klinger et al., 1996).
Tabel 1 Kebutuhan asam lemak esensial pada benih dan ikan dewasa (Sargent et al., 2002)
Spesies ikan Asam lemak esensial % bobot kering
Ikan Air Tawar
Rainbow trout (Oncorhyncus mykiss)
Chum salmon (Oncorhyncus keta) Coho salmon (Oncorhyncus kisutch) Cherry salmon (Oncorhyncus masou) Arctic charr (Salvelinus alpinus) Carp (Cyprinus carpio)
Grass carp (Ctenopharyngodon idella) Tilapia :
Oreochromis zilli
Oreochromis nilotica
Eel (Anguilla japonica)
Ayu (Plecoglossus altivelis) Milkfish (Chanos chanos) Chanel catfish (Ictalurus punctatus)
Ikan Air Laut
Turbot (Scophthalmus maximus)
Red sea bream (Pagrus major)
Gilthed sea bream (Sparus aurata)
Striped jack (Pseudocaranx dentex) Yellowtail flounder (Pleuronectes ferrugineus)
18:3n-3 n-3 HUFA 18:2n-6 dan 18:3n-3 18:2n-6 dan 18:3n-3 18:3n-3 atau n-3 HUFA 18:3n-3
Kelompok HUFA atau PUFA berperan sebagai prekursor eicosanoid untuk
memenuhi fungsi fisiologis tubuh, pada proses metabolisme prostaglandin,
tromboksan dan leukotrin (Martin et al., 1990). Menurut Martin et al., (1990),
asam lemak esensial, terutama arakidonat, merupakan prekursor prostaglandin
(PGF2ά) yang dapat mempengaruhi replikasi sel. Beberapa jenis prostaglandin
mempunyai fungsi induksi dan pengaturan seperti transportasi ion, misalnya
terutama pada bagian insang yang berhubungan dengan proses pengaturan mineral
dan osmoregulasi (Hepher, 1990).
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kebutuhan asam lemak pada
hewan air adalah suhu dan salinitas. Ikan-ikan di perairan hangat dan perairan
tawar membutuhkan asam lemak n-6 atau campuran asam lemak n-6 dan n-3
sedangkan ikan-ikan yang hidup di perairan laut dalam yang suhunya cenderung
lebih rendah lebih membutuhkan asam lemak n-3. Penjelasan dari perbedaan
kebutuhan asam lemak ini adalah karena struktur asam lemak n-3 memiliki derajat
ketidak jenuhan yang lebih tinggi yang dibutuhkan oleh fosfolipid membran untuk
mempertahankan fleksibilitas dan permeabilitas membran sel pada suhu rendah
(Lovell, 1989). Lebih lanjut dikemukakan bahwa ikan air tawar seperti rainbow
trout memiliki kemampuan dapat memperpanjang dan mendesaturasikan asam
lemak n-3, sehingga dapat diberikan asam lemak 18:3n-3 dalam pakannya. Hal ini
terjadi karena ikan air tawar mampu mengkonversikan asam lemak linolenat dan
linoleat menjadi asam lemak berantai karbon panjang PUFA, namun tidak
demikian pada ikan air laut (Sargent et al., 1999). Dalam tubuh ikan air tawar
tersedia enzim elongase dan desaturase yang dapat memperpanjang dan
mendesaturasikan rantai karbon asam lemak. sedangkan pada ikan air laut tidak
terdapat sehingga asam lemak esensial yang diberikan harus dalam bentuk PUFA
atau HUFA.
Sumber lemak pakan akan menentukan kualitas dan kuantitas asam lemak
esensial yang terkandung di dalamnya. Pemilihan sumber lemak yang sesuai perlu
dilakukan, karena sumber lemak yang berbeda akan menghasilkan asam lemak
esensial yang berbeda pula. Sumber lemak nabati dan hewani yang sering
digunakan dalam pakan adalah minyak ikan, beef tallow, minyak kedelai, minyak
BAHAN DAN METODE
Pemeliharaan ikan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan, analisa
proksimat dilakukan di Laboratorium Kimia Nutrisi Ikan Departemen Budidaya
Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2006.
Pakan Uji
Pakan yang digunakan dalam percobaan ini ada 5 macam pakan yang
mengandung protein yang sama yaitu 31% (Tabel 2). Pakan tersebut mengandung
sumber asam lemak esensial yang berbeda; minyak kedelai berfungsi sebagai
sumber asam lemak n-6, minyak ikan berfungsi sebagai sumber asam lemak n-3
dan minyak kelapa untuk mencukupkan jumlah total lemak pakan sebesar 6,0%.
Minyak kedelai ditambahkan pada pakan dengan jumlah berbeda yaitu 2,0%,
1,0%, 2,0%, 2,0% dan 0,0% untuk perlakuan A sampai E yang bertujuan untuk
memperoleh asam lemak n-6 yang berbeda yaitu 1,0%, 0,5%, 1,0%, 1,0% dan
0,0%. Minyak ikan dicampur pada pakan pada perlakuan A sampai E dalam
jumlah yang berbeda yaitu 0,0%, 2,0%, 2,0%, 4,0% dan 4,0% bertujuan untuk
memperoleh asam lemak n-3 berbeda yaitu 0,0%, 0,5%, 0,5%, 1,0% dan 1,0%.
Kegiatan pertama yang dilakukan dalam pembuatan pakan adalah
mengekstraksi lemak yang ada dalam tepung ikan dan tepung kedelai. Ekstraksi
lemak ini dimaksud untuk mendapatkan tepung ikan dan tepung kedelai bebas
minyak. Untuk mengekstraksi lemak yang ada pada tepung ikan dan tepung
kedelai dilakukan dengan perebusan dengan alkohol dengan perbandingan 8 : 1
untuk tepung ikan dan 6 : 1 untuk tepung kedelai (Lampiran 1).
Formulasi pakan uji ditampilkan pada Tabel 2. Setelah pakan uji dibuat
dilakukan analisa proksimat (Tabel 3). Berdasarkan hasil analisis asam lemak pakan, komposisi asam lemak pakan agak berbeda dengan yang direncanakan
semula sehingga susunan asam lemak n-6 dan n-3 di perlakuan A sampai E
menjadi 1,3%;0,2%, 0,9%;0,6%, 1,2%;0,6%, 1,4%;1,0% dan 0,6%;1,0%. (Tabel
Tabel 2. Komposisi pakan uji ( g /100 g pakan)
Tabel 3. Komposisi proksimat pakan uji (% bobot kering) dan energi pakan
Nutrien
Protein 31,21 31,12 31,52 31,53 31,62
Lemak 6,53 5,90 5,86 6,06 6,01
Abu 9,38 9,75 10,18 9,83 9,82
Serat kasar 6,14 7,67 7,19 7,12 6,25
BETN1 46,73 45,56 45,25 45,47 46,30
Energi total
(kkal GE/100g)2 452,93 447,89 446,60 449,15 449,02 Keterangan :
1. BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen.
Tabel 4. Komposisi asam lemak pakan (% bobot kering) Keterangan: * = tidak terdeteksi.
** Al = asam lemak.
Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data
Ikan uji yang digunakan adalah ikan batak dengan bobot rata-rata 5,3±0,1
g dengan kepadatan 10 ekor per akuarium. Wadah pemeliharaan menggunakan 10
akuarium yang berukuran 50 x 40 x 35 cm dengan volume air 50 liter, yang
dilengkapi dengan sistem aerasi dan sirkulasi air. Ikan diadaptasikan terhadap
kondisi laboratorium selama 30 hari sebelum diberi pakan uji.
Air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan terlebih dahulu diendapkan
dan diaerasi minimal selama 24 jam dalam bak penampungan. Selama masa
pemeliharaan, penggantian air dilakukan sebanyak 75% dari volume total setiap
pagi sebelum ikan diberi pakan. Setiap 10 hari dilakukan penggantian air
sebanyak 100%. Pengukuran kualitas air dilakukan dua kali yaitu pada awal dan
akhir penelitian. Hasil pengukuran kualitas air adalah suhu 29 – 30 °C, oksigen
yang diperoleh masih dalam batas yang dapat mendukung pertumbuhan ikan
batak. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 75 hari. Selama masa pemeliharaan
ikan diberi pakan sampai kenyang sesuai dengan perlakuan sebanyak tiga kali
sehari yaitu pada jam 08.00, 13.00 dan 18.00 WIB.
Pengukuran bobot ikan dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Pada
saat penimbangan, ikan terlebih dahulu dibius dengan menggunakan phenoxy
ethanol 0,5mg/liter untuk mengurangi stress pada ikan. Sebelum penimbangan dilakukan, ikan terlebih dahulu dipuasakan selama 24 jam. Pengukuran bobot
dilakukan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan.
Pengukuran tingkat (persentase) hemolisis butir darah merah ikan batak
dilakukan pada akhir penelitian dengan mengambil sampel darah ikan dari
masing-masing perlakuan sebanyak 4 ekor.
Analisa Kimia
Analisa kimia dilakukan untuk mengetahui komposisi proksimat bahan
baku pakan, pakan, tubuh ikan dan hati. Bahan baku pakan dianalisa sebagai dasar
penyusunan pakan sedangkan pakan yang telah dibentuk juga dianalisa untuk
mengecek komposisi proksimatnya. Analisa proksimat tubuh dilakukan pada awal
dan akhir penelitian. Analisa proksimat hati dilakukan pada akhir penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui penumpukan lemak pada hati. Analisa proksimat
yang dilakukan terdiri atas : protein, lemak, serat kasar, abu, bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) dan kadar air. Prosedur analisa proksimat menurut Takeuchi
(1988). Analisa komposisi asam lemak pakan uji dan tubuh ikan pada awal dan
akhir penelitian dilakukan dengan menggunakan alat Gas Chromatography.
Prosedur analisa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3. Analisis
hemolisis darah merah ikan dilakukan untuk melihat peran asam lemak esensial
pada permeabilitas membran sel. Adapun prosedur analisisnya disajikan pada
Analisa Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5
perlakuan dan 2 ulangan. Parameter yang akan diuji secara statistik adalah
pertumbuhan relatif, konsumsi pakan, efisiensi pakan dan tingkat (persentase)
hemolisis butir darah merah. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
setiap peubah yang diukur, dianalisis keragamannya dengan ANOVA dan
dilanjutkan dengan uji BNT (Duncan test). Pada selang kepercayaan 95%
menggunakan program SPSS versi 11.5. Sedangkan kadar asam lemak tubuh dan
kadar protein dan lemak hati dianalisis secara deskriptif.
Variabel yang diuji secara statistik adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan relatif
100%
2. Efisiensi pakan (Takeuchi, 1988)
100%
F = jumlah pakan yang dikonsumsi selama percobaan (g)
3. Tingkat hemolisis butir darah merah (Kiron et al., 1994)
Tingkat hemolisis = OD terhitung x 100% OD tertinggi
Keterangan :
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil percobaan pemberian pakan dengan perlakuan kadar asam lemak n-6
dan n-3 yang berbeda dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan batak. Perubahan
bobot biomassa ikan batak disajikan pada Gambar 1, sedangkan perubahan bobot
biomasa rata-rata ikan setiap perlakuan dan ulangan selama pemeliharaan dapat
dilihat pada Lampiran 5.
0
Gambar 1. Rata-rata bobot biomasa ikan batak pada awal dan akhir percobaan.
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa pada setiap perlakuan terjadi
peningkatan rata-rata bobot biomasa ikan. Peningkatan rata-rata bobot biomasa
ikan selama pemeliharaan adalah : A = 90,30g; B = 89,15g; C = 92,30g; D =
88,50g dan E = 83,35g.
Pemberian pakan dengan kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang berbeda
dalam pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan relatif, konsumsi pakan dan
Tabel 5. Pertumbuhan relatif (PR), konsumsi pakan (KP) dan efisiensi pakan (EP)
Keterangan: Huruf superskrip dibelakang nilai standard deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan adanya perbedaan nyata antara perlakuan (p<0,05).
Tabel 5 menunjukkan pertumbuhan relatif tertinggi diperoleh pada
perlakuan A, B, C dan D. Sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan E
(p<0,05; Lampiran 6). Perlakuan A memiliki konsumsi pakan paling tinggi,
kemudian diikuti oleh perlakuan B sedangkan yang terendah terdapat pada
perlakuan C, D dan E (p<0,05; Lampiran 7). Efisiensi pakan paling tinggi terdapat
pada perlakuan C dan D, kemudian diikuti oleh perlakuan B dan yang terendah
terdapat pada perlakuan A dan E (p<0,05; Lampiran 8).
Hasil analisa proksimat tubuh ikan pada awal dan akhir penelitian
menunjukkan bahwa secara umum terjadi peningkatan kandungan protein dan
lemak tubuh selama pemberian pakan perlakuan. Pengaruh pakan percobaan
terhadap komposisi proksimat tubuh ikan pada setiap perlakuan dan tingkat
hemolisis butir darah merah disajikan pada Tabel 6. Data proksimat dan tingkat
hemolisis butir darah merah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
Secara umum penambahan asam lemak n-6 dan asam lemak n-3 yang
berbeda dalam pakan tidak mempengaruhi kandungan protein tubuh (Lampiran
10). Namun memberikan pengaruh terhadap kandungan lemak, kandungan air
tubuh, dan tingkat hemolisis butir darah merah. Kandungan lemak tubuh tertinggi
terdapat pada perlakuan A, B, dan C dan terendah pada perlakuan D dan E
(p<0,05; Lampiran 11). Kandungan air tubuh tertinggi terdapat pada perlakuan D,
dan yang terendah pada perlakuan A, B, C, dan E (p<0,05; Lampiran 12). Dari
analisa proksimat hati diperoleh nilai kandungan protein tertinggi terdapat pada
kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan E dan berturut-turut diikuti oleh
kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan D, A, B dan C. Sedangkan kandungan
diikuti kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan B, D, A dan E. Sementara
tingkat hemolisis butir darah merah tertinggi terdapat pada perlakuan A dan E,
dan yang terendah terdapat pada perlakuan B, C dan D (Lampiran 13 ).
Tabel 6. Komposisi proksimat tubuh dan hati (% bobot basah) dan tingkat hemolisis butir darah merah ikan batak
Parameter Awal
Protein 13,23 14,44±0,42a 13,99±0,23a 14,19±1,12a 14,95±0,04a 14,86±0,26a Lemak 12,13 16,24±0,90b 16,41±0,64b 16,28±0,63b 14,32±0,69a 15,84±0,40ab Air 67,28 66,00±0,08ab 65,84±0,06a 65,60±1,33ab 66,88±0,79b 66,08±0,99ab
Hati :
Keterangan : Huruf superskrip dibelakang nilai standard deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan adanya perbedaan nyata antara perlakuan (p<0,05).
* = Tidak dianalisa.
Komposisi asam lemak tubuh pada awal dan akhir penelitian dari ikan
batak ditampilkan pada Tabel 7. Terlihat adanya peningkatan total kadar asam
lemak jenuh dan kadar asam lemak monoenoat pada setiap perlakuan pada akhir
percobaan dibandingkan dengan awal percobaan. Sementara kadar asam lemak
n-6 pada akhir percobaan terdapat penurunan pada semua perlakuan dibanding
dengan awal percobaan. Sedangkan kadar asam lemak n-3 terjadi peningkatan pada perlakuan C dan E, sama pada perlakuan D dan menurun pada perlakuan A
dibandingkan awal penelitian seiring dengan rendahnya kadar asam lemak n-3
dalam pakan.
Peningkatan total asam lemak jenuh dan asam lemak monoenoat tertinggi
terdapat pada perlakuan A, dimana komposisi asam lemak jenuh didominasi oleh
Tabel 7. Komposisi asam lemak ikan pada awal dan akhir penelitian (% area) Keterangan: * = tidak terdeteksi.
** Al = asam lemak.
Pembahasan
Kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang berbeda dalam pakan percobaan dapat
mempengaruhi kadar asam lemak tubuh ikan batak. Secara umum profil asam
lemak tubuh ikan didominasi oleh asam lemak jenuh (16:0) dan asam lemak
monoenoat (18:1n-9) (Tabel 6). Asam lemak n-9 cenderung rendah dengan
adanya penambahan kadar asam lemak n-3 dalam pakan yang tinggi, sebaliknya
akan naik apabila kadar asam lemak n-3 dalam pakan rendah. Ini terlihat pada
perlakuan A, dimana pada perlakuan A yang pakan asam lemak n-3-nya paling
rendah mengakibatkan peningkatan asam lemak n-9 tubuh yang paling tinggi bila
dibanding perlakuan lain yang sedikit lebih tinggi asam lemak n-3 pakannya.
mengakibatkan asam lemak n-9 dalam tubuh menjadi rendah. Hal tersebut sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Furuichi(1988); Greene dan Selivonchick (1990)
yang menjelaskan bahwa ikan yang pakannya defisiensi akan asam lemak n-3
akan mengalami peningkatan asam lemak n-9 dalam tubuhnya, tetapi sebaliknya
bila asam lemak n-3 tinggi dalam pakannya maka asam lemak n-9 dalam tubuh
menjadi rendah. Keberadaan asam lemak n-6 dan n-3 dalam tubuh akan menekan
asam lemak n-9 (Bautista dan de la Cruz, 1988), karena setiap seri asam lemak
tersebut bersaing menggunakan sistem enzim yang sama untuk bergabung
membentuk trigliserida dan fosfolipid, dan afinitasnya berkurang dari seri asam
lemak n-3 ke n-9 (Martin et al., 1990).
Dari Tabel 7 terlihat bahwa ikan yang diberi pakan asam lemak 18:2n-6,
kandungan asam lemak 18:2n-6 tubuh juga tinggi pada semua perlakuan dan
adanya perpanjangan rantai karbon asam lemak C18 menjadi C20 dan C22. Hal
ini menunjukkan bahwa ikan batak mampu memperpanjang rantai karbon asam
lemak. Pada umumnya ikan air tawar dapat memperpanjang rantai karbon asam
lemak karena dalam tubuh ikan air tawar tersedia enzim elongase dan desaturase
yang dapat memperpanjang dan mendesaturasikan rantai karbon asam lemak
(Sargent et al., 1999). Selanjutnya pada Tabel 7 juga terlihat bahwa asam lemak
n-6 tubuh pada akhir penelitian cenderung turun di semua perlakuan tetapi tetap
lebih tinggi dari asam lemak n-3. Jadi terlihat bahwa ikan batak membutuhkan
asam lemak n-6 dan n-3 dalam pakannya. Takeuchi (1996) menyatakan bahwa
pada umumnya ikan air tawar membutuhkan asam lemak n-6 atau kombinasinya
dengan n-3, namun untuk setiap spesies ikan membutuhkan kadar asam lemak
yang berbeda. Pada ikan batak proporsi kadar asam lemak n-6 mungkin lebih
besar dibanding asam lemak n-3. Ini terlihat pada semua perlakuan, dimana kadar
asam lemak n-6 lebih tinggi dari asam lemak n-3 pada tubuh ikan di akhir
penelitian. Namun demikian apabila kadar asam lemak n-3 tinggi dalam pakan
sampai 1% pada perlakuan D dan E, maka kadar asam lemak n-6 sedikit lebih
rendah dari perlakuan A, B dan C. Hal ini disebabkan karena adanya afinitas yang
berbeda antara asam lemak n-3 dan asam lemak n-6.
Kadar asam lemak esensial dalam pakan optimal, maka fungsi membran
dibuktikan dari tingkat hemolisis butir darah merah ikan (Tabel 5). Dimana pakan
B, C dan D memiliki sel darah merah yang lisis paling rendah. Kiron et al (1994)
menyatakan bahwa jumlah sel darah merah yang lisis dapat dijadikan indikator
tingkat permeabilitas membran sel. Tingkat hemolisis butir darah merah yang
rendah pada perlakuan B, C dan D dibandingkan perlakuan A dan E menunjukkan
bahwa pada saat butir darah merah berada pada lingkungan cairan yang hipotonik,
membran sel dari perlakuan B, C dan D dapat berfungsi lebih baik.
Asam lemak esensial yang merupakan bagian dari fospolipid terdapat pada
membran sel. Keberadaan asam lemak esensial pada membran sel akan
mempengaruhi sifat fluiditas membran dan memperbaiki fungsi membran (Bell et
al., 1986). Selanjutnya fluiditas membran akan berpengaruh terhadap aktivitas enzim yang terdapat pada membran, antara lain Na+/K+ ATP-ase (Hepher, 1990).
Adanya peranan asam lemak esensial tersebut di atas secara keseluruhan dapat
meningkatkan metabolisme dalam sel, yang secara tidak langsung akan
menghasilkan penyimpanan protein tubuh yang lebih tinggi. Keadaan ini terlihat
dari kandungan protein tubuh pada akhir penelitian yang cenderung lebih tinggi
bila dibandingkan dengan kandungan protein tubuh pada awal penelitian. Dalam
penelitian ini semua perlakuan A sampai E terjadi peningkatan kandungan protein
tubuh sehingga terjadi pertumbuhan. Namun kalau dilihat dari pertumbuhan relatif
pada akhir penelitian, walaupun pada semua perlakuan terdapat peningkatan kadar
protein tubuh, ternyata perlakuan A, B dan C memiliki pertumbuhan relatif lebih
tinggi dibanding perlakuan D dan E (Tabel 5). Dan dari ke tiga perlakuan A, B
dan C tersebut, perlakuan C memiliki efisiensi pakan yang terbaik yang berarti
bahwa pakan dengan kadar asam lemak n-6 1,2% dan asam lemak n-3 0,6% ; serta
rasio asam lemak n-6 dan asam lemak n-3 ( 2 : 1) adalah yang terbaik bagi ikan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan
asam lemak n-6 dan asam lemak n-3 yang berbeda dalam pakan dapat
mempengaruhi kadar asam lemak n-6 dan kadar asam lemak n-3 tubuh ikan batak.
Pakan C dengan kadar asam lemak n-6 1,2% dan n-3 0,6% menghasilkan kinerja
pertumbuhan terbaik untuk benih ikan batak.
Saran
Kadar asam lemak n-6 1,2% dan asam lemak n-3 0,6% dapat digunakan
DAFTAR PUSTAKA
Arai, S., T. Nose, and Y. Hashimoto. 1971. A purified test diet for the eel, Anguila javonica. Bull. Freshwater Fish. Res. Lab. Tokyo, 22(12): 161 -178.
Bautista, M. N. and M. C. De la Cruz. 1988. Linoleic (ω6) and ((ω3) acids in the diets of fingerling milkfish (Chanos chanos Forsskal). Aquaculture, 71: 347-358.
Bell, M. V., R. J. Henderson, and J. R. Sargent. 1986. The role of poly unsaturated fatty acids in fish. Mini review. Comp. Biochemical Physiologi, 8B: 711-719.
Bhagavan, N.V. 1992. Medical biochemistry. Jones and Bartlett publisher, London. 980 pp.
Castell, J. D., J. G. Bell, D. R. Tocher, and J. R. Sargent. 1994. Effect of purified diets containing different combination of arachidonic and docosahexaenoic acid on survival, growth and fatty acid composition of juvenile turbot (Scopthalmos maximus). Aquaculture, 128: 315-333.
Furuichi, M. 1988. Fish nutrition, p. 1-78. In Fish nutrition and mariculture. Watanabe T. (ed) JICA textbook, the General Aquaculture Cource. T. Watanabe (Ed). Departement of Aquatic Biosciences, Tokyo University of Fisheries.
Greene, D. H. S. and D. P. Selivonchick. 1990. Effect of dietary vegetable and marine lipid on muscle lipid and hematology of rainbow trout (Onchorhynchus mykiss). Aquaculture 89: 165-182.
Hasting. W.H. 1976. Nutritional requirement and feeding technology; fish nutrition and fish feed manufacture, p. 568-574. In Advances aquaculture, T.V.R Pillay and W.A Dill (Eds). Fishing News Book Ltd., Farnham.
Hepher, B. 1990. Nutrition of pond fishes. Cambridge University Press, Cambridge, New York. 388 pp.
Hendry, Y. 2000. Pengaruh kombinasi kadar minyak ikan, minyak kelapa dan minyak jagung dalam pakan terhadap komposisi asam lemak tubuh dan pertumbuhan ikan jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr). [Tesis], Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 45 hal.
Klinger, R.E., V.S. Blazer, and C. Echavarria. 1996. Effect of dietary lipid on the hematology of channel catfish Ictalurus punctatus. Aquaculture 147: 225-233.
Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater fishes of Westrn Indonesia and Sulawesi. Periplus Edition. Ltd. Jakarta. 293pp.
Lovell, T. 1989. Nutrition and feeding of fish. Auburn University. An A VI Book. Publised by Van Nostrand Reinhold. New York. 258pp.
Martin, D. W., P. A. Mayes, V. W. Rodwell, dan D. K. Granner. 1990. Biokimia (Harper’s review of biochemistry). Alih bahasa oleh Iyan Darmawan. EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. 772 hal.
Mayes, P.A., D.W. Martin, V.W. Rodwell, dan D.K Granner. 1999. Biokimia Harpers review of biochemistry. Alih bahasa: Iyan Darmawan. EGC. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. 722 hal.
Mokoginta, I., D. Jusadi, M. Setiawati, T. Takeuchi and M.A. Suprayudi. 2000. The effect of different levels of dietary n-3 fatty acid on the eggs quality of catfish (Pangasius hypophthalamus). JSPS-DGHE. International Symposium, Sustainable Fisheries in Asia in the New Millenium. p. 252 -256.
Mokoginta, I., D.S. Moeljohardjo, T. Takeuchi, K. Sumawidjaya dan D. Fardiaz. 1995. Kebutuhan asam lemak esenssial untuk perkembangan induk ikan lele, (Clarias batrachus Lin). J. Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. III (2) : 41-50.
National Research Council (NRC). 1993. Nutrient requirements of fish. National Academy of Science, Washinton D.C. 114 pp.
Phromkunthong, W., M. Midkhadee, 2001. Effect of linoleic acid and linolenic acid on growth, fatty acid composition and histological changes in green chatfish, Mystus nemurus Cuv. & Val. Songklanakarin. J. Sci. Technol. 23:37-54.
Piliang W.G, dan S. Djojosoebagio. 1996. Fisiologi nutrisi volume I. Universitas Indonesia, 291 hal.
Sargent, J.R, Douglas R, Tocher and J. Gordon Bell. 2002. The lipid, p. 181-257. In Halver, J.E and Hardy, R.W (Eds). Fish nutrition. Third Edition. Academic Press.
Sulhi, M. J. Subagja, S. Asih dan E. Nugroho. 2004. Perubahan musim serta induksi pematangan gonada ikan tor soro( Teleostei) melalui implantasi pellet hormon gonadotropin mamalia (HCG). Laporan hasil riset BRPBAT Bogor. 217-225.
Supriatna. 1998. Pengaruh kadar asam lemak n-3 yang berbeda pada kadar asam lemak n-6 tetap dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan bawal air tawar (Colossoma macropamum Cuvier). [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 53 hal.
Shikata, T. and S. Shimeno. 1994. Metabolic response to dietary stearic acid, linoleic acid and highly unsaturated fatty acid in carp. Biological Sciences and Living Resources (1991-Current Query:/HUFA). Abstract ASFA 1.
Smith, R.R. 1989. Nutritional energetics, p. 1-29. In J. E. Halver (Ed). Fish nutrition. Academic Press, Inc., San Diego.
Takeuchi, T. and T. Watanabe. 1977. Requirements of carp for essential fatty acid. Bull. Japan. Soc. Sci. Fish., 43 (5) : 541-551.
Takeuchi, T. 1996. Essential fatty acids requirements in carp. Animal Nutrition, 49: 23-32.
Lampiran 1. Metoda ekstraksi lemak dari tepung ikan.
Ekstraksi lemak dari tepung ikan menggunakan alkohol 90% dengan perbandingan 8 : 1, yaitu untuk satu kilo bagian tepung ikan ditambahkan 8 liter alkohol sebagai berikut :
1. Timbang tepung ikan sebanyak 1 kg dan dimasukkan kedalam labu ukur
2. Tambahkan alkohol sebanyak 4 liter.
3. panaskan diatas tanur pada suhu 70 ºC selama 3 jam.
4. Pisahkan tepung ikan dari larutan alkohol-minyak ikan dengan menggunakan saringan halus.
5. Ulang kegiatan no. 1 dan 2
6. Kering anginkan tepung ikan agar alkohol yang tersisa bisa menguap dan hilang dari tepung ikan.
7. Setelah semua alkohol menguap, tepung ikan dapat digunakan untuk bahan baku pembuat pellet.
Lampiran 2. Prosedur analisa proksimat bahan pakan dan tubuh ikan
A. Prosedur analisa kadar air
1. Cawan porselen dioven pada suhu 110 °C selama 1 jam dan kemudian ditimbang (X1)
2. Bahan diambil sebanyak 1 g (A) dan dimasukkan pada cawan tadi dan kemudian dipanaskan/dioven pada suhu 110 °C selama 2 jam.
3. Setelah dioven, cawan tersebut dipindahkan ke desikator selama 30 menit 4. Setelah dingin, cawan tersebut ditimbang dan beratnya dicatat (X2).
5. Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(
)
B. Prosedur analisa kadar abu .
1. Cawan porselen dioven pada suhu 110 °C selama 1 jam lalu didinginkan dalam eksikator selama 15 sampai 30 menit dan kemudian ditimbang (X1).
2. Bahan diambil 1 g (A) dan dimasukkan dalam cawan porselen tersebut. 3. Cawan yang berisi bahan tadi dipanaskan dalam tanur pada suhu 600 °C
sampai bahan menjadi putih semua atau menjadi abu, kemudian dimasukkan ke oven (suhu 100 sampai 110 °C) selama 15 menit untuk menurunkan suhunya.
4. Cawan porselin dikeluarkan lalu didinginkan dalam eksikator selama 30 menit lalu ditimbang (X2).
5. Persentase kadar abu dihitung dengan menggunakan rumus :
C. Prosedur analisa protein (Metode Kjeldahl) Tahap oksidasi
1. Bahan ditimbang 1 g (A) dengan menggunakan alumunium foil. Bahan yang telah ditimbang dimasukkan kedalam labu Kjedahl.
2. Kedalam labu no. 1 ditambahkan 3 gram katalis (K2 SO4 + CuSO45H2O)
dengan rasio 9:1, dan 10 ml H2SO4 pekat untuk mempercepat penguraian
3. Labu Kjedahl dipanaskan dalam rak oksidasi/digestion selama 3 – 4 jam, sampai cairan dalam labu bewarna hijau.
4. Larutan didinginkan dan kemudian diencerkan dalam erlenmeyer sampai volume larutan mencapai 100 ml.
Tahap destilasi
1. Larutan hasil oksidasi diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam labu destilasi dan kemudian ditambah dengan beberapa tetes H2SO4.
2. Erlenmeyer diisi dengan 10 ml H2SO4 0.05 N dan 2 tetes larutan indicator
yang disimpan di bawah pipa pembuangan kondesor dengan cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan.
3. Larutan sample diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung destilasi melalui corong dan kemudian dibilas dengan aquades lalu 10 ml NaOH 30% dimasukkan melalui corong tersebut dan kemudian ditutup. 4. Campuran alkalin dalam labu destilasi disuling menjadi uap air selama 10
menit setelah terjadi pengembunan pada kondesor.
Tahap titrasi
1. Hasil destruksi dititrasi dengan larutan NaOH 0,05 N hingga berubah warna.
2. Hasil volume titrasi dicatat.
3. Prosedur yang sama juga dilakukan pada blangko.
4. Prosentase protein dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
100%
D. Prosedur analisa kadar lemak Metode ekstraksi dengan Soxhlet
1. Labu ekrtaksi dipanasklan pada suhu 110 °C selama satu jam. Kemudian
didinginkan selama 30 menit dalam eksikator dan ditimbang (X1
2. Bahan ditimbang sebanyak 3 g (A) dan dimasukkan dalam selongsong,
setelah itu dimasukkan ke dalam soxhlet yang ditekan dengan pemberat pada bagian atasnya.
3. N-hexsan sebanyak 100 sampai 150 ml dimasukkan ke dalam soxhlet
sampai selongsong terendam dan sisa hexsan dimasukkan ke dalam labu.
4. Labu yang sudah dihubungkan dengan soxhlet dipanaskan di atas water
bath sampai cairan dalam soxhlet bewarna bening.
5. Labu dilepaskan dari soxhlet dan tetap dipanaskan hingga N-hexsan
menguap semua.
6. Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 15 hingga 30
7. Persentase lemak dihitung dengan menggunakan rumus :
Metode Folch et. Al. (analisis lemak untuk hati)
1. Labu silinder dioven pada suhu 110°C selama satu jam kemudian
didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (X1).
2. Bahan ditimbang 2 g (A) dan kemudian dimasukkan dalam gelas
homogenizer, kemudian ditambahkan dengan larutan kloroform/methanol C (20xA) dan disisakan sebagian untuk membilas pada saat penyaringan.
3. Sample yang telah diberikan larutan kemudian dihomogenizer selama 5
menit, setelah itu disaring dengan bantuan vacuum pump.
4. Sample yang telah disaring dimasukkan kedalam labu pemisah yang telah
diberikan larutan MgCl2 0,03 M sebanyak (0,2 x C), kemudian dikocok
dengan kuat selam 1menit lalu ditup dengan aluminium foil dan didiamkan semalam.
5. Lapisan bawah yang terdapat pada labu pemisah disaring kledalam labu
silinder , kemudian di-evavorator sampai kering. Sisa kloroform /methanol yang terdapat pada labu ditiup dengan bantuan pompa kemudian ditimbang (X2)
6. Persentase lemak kasar dihitung dengan menggunakan rumus :
100%
E. Prosedur analisa serat kasar
1. Kertas saring dipanaskan dalam oven selama satu jam pada suhu 110 °C
kemudian didinginkan selama 30 menit dalam esikator lalu ditimbang
(X1). Kertas saring tersebut kemudian dipasang pada corong dan
dihubungkan pada vacum pump untuk mempercepat penyaringan.
2. Bahan ditimbang sebanyak 0,5 g (A) dan dimasukkan kedalam Erlimeyer
250 ml, kemudian ditambah dengan 50 ml H2SO4 0,3 N, lalu dipanaskan
diatas pembakar bunsen 30 menit.
3. NaOH 1,5 N sebanyak 25 ml ditambahkan kelarutan tadi dan kemudian
dipanaskan kembali selama 30 menit.
4. Larutan dan bahan yang sudah dipanaskan disaring dan dituangkan
kedalam corong buchner , kemudian dibilas berturut turut dengan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 0,3 N dan 50 ml air panas lagi lalu 25 ml aseton.
5. Cawan porselen disiapkan setelah sebelumnya dipanaskan dalam oven
bersuhu 105 sampai110°C selam 1 jam.
6. Kertas saring dimasukkan kedalam cawan kemudian dipanaskan dalam
oven bersuhu 105 sampai 110°C selam 1 jam lalu didinginkan dalam
esikator selam 15 – 30 menit dan ditimbang X2.
7. Cawan kemaudian dipanaskan dalam tanur yang bersuhu 600 °C hingga
Lanjutan Lampiran 2...
didinginkan dalam desikator selama 15 sampai 30 menit dan kemudian ditimbang (X3).
Kandungan serat kasar dihitung dengan menggunakan rumus :
100%
Lampiran 3. Prosedur pengukuran asam lemak (Takeuchi 1988)
Proses penyiapan analisis asam lemak Gas Liguid Chromatography (GLC) adalah sebagai berikut :
a. Ekstraksi lemak (metode Folch)
Sample dihancurkan dengan blender. Selanjutnya diambil sebanyak 15 g sample dan ditambah dengan 100 ml campuran kloroform-metanol (2:1) dan dihomogenisasi selama 5 menit. Homogenat yang telah dipisahkan dengan cara penyaringan, dan hasil saringannya dipindahkan ke dalam labu pemisah (200 –
300 ml) dan ditambahkan 10 ml MgCl2 0,03 M, dikocok kuat-kuat selama 1
menit. Setelah tercampur merata, pada labu tadi diisikan gas nitrogen dan ditutup rapat. Campuran tersebut dibiarkan selama satu malam pada temperature kamar sampai terjadi dua lapisan cairan. Lapisan atas dibuang dan lapisan bawah dipisahkan kedalam labu didih yang sudah diketahui bobotnya. Larutan tersebut dikeringkan dalam keadaan vacum. Lemak yang terkumpul ditimbang.
b. Saponifikasi
Lemak hasil ekstraksi (50 mg – 5 g) tersebut diatas dimasukkan kedalam labu didih 100 ml dan ditambahkan 1-2 ml KOH 50%, etanol 15 ml dan 2-3 butir batu didih, serta hidroquinon 5% dari lemak kasar. Refluks campuran tersebut pada suhu 80° C selama 30-60 menit untuk saponifikasi. Setelah dingin pindahkan kedalam corong pemisah (200 – 300 ml) dan ditambahkan 40 ml aquades dan 30 ml heksan. Selanjutnya dikocok selama satu menit sampai terjadi dua lapisan cairan. Lapisan atas yang terjadi dibuang dan lapisan bawah dipindahkan ke dalam corong pemisah lainnya lalu diekstraksi dengan heksan 40 ml. Larutan dikocok selama satu menit sampai terjadi dua lapisan cairan. Lapisan atas dibuang dan lapisan bawah dipindahkan ke dalam corong pemisah, dan kemudian ditambahkan heksan 50 ml, 2-3 tetes metal jingga dan 10 ml HCL 2 N dan dikocok lagi selam satu menit sampai terjadi dua lapisan cairan. Lapisan bawah dibuang dan lapisan atas dicuci dengan aquades 3-5 kali (20, 30, 40 dan 50 ml) dan dikocok kembali selama 1 menit. Lapisan bawah dibuang dan lapisan atas dicek pH-nya sampai netral, lalu diuapkan dalam vacum evaporator. Asam lemak yang terbentuk ditimbang.
c. Preparasi metal ester asam lemak
Lanjutan Lampiran 3...
ditambahkan 5 ml campuran BF3-metanol 20%. Labu ditutup, kemudian
dipanaskan pada suhu 45 °C selama 30 menit dan ditambahkan 0,4-0,8 ml NaCl jenuh. Campuran tersebut diekstrak dengan 0,4 ml petroleum eter. Hasil ekstraksi tersebut ditambahkan 1 ml heksan dan siap untuk disuntikkan pada GLC.
Lampiran 4. Prosedur pengukuran tingkat hemolisis darah merah ikan
1. Sampel darah ikan di ambil dengan menggunakan syringe yang telah dibilas dengan anti-koagulan (Na-citrate 38%)
2. Kerapuhan osmotik dari sel darah merah ikan diuji dengan metode larutan garam (NaCl 0,2%)
3. 20 µl sample darah dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 5 ml larutan garam 0,2%.
4. Diamkan selama 30 menit, kemudian ditambah 2 ml larutan garam 0,9% 5. Kemudian disentrifugasi pada kecepatan 1700 rpm selama 15 menit.
6. pembacaan optical density (OD) supernatan pada panjang gelombang 540 nm 7. Penentuan% hemolysis secara relatif, berdasarkan pada nilai OD yang tertinggi.
Lampiran 5. Rata-rata bobot biomasa, pertumbuhan relatif, konsumsi pakan dan efisiensi pakan pada setiap ulangan.
Parameter
Rata-rata 53,50±1,70 52,60±1,41 53,10±1,13 53,15±0,78 53,60±2,55
Biomasa 1 93,50 90,10 92,20 89,20 82,20
akhir (g) 2 93,10 88,20 92,40 87,80 84,50
Rata-rata 93,30±0,28 89,15±1,34 92,30±1,14 88,50±0,99 83,35±1,63
Pertumbuhan 1 70,93 68,10 71,06 66,11 58,69
relatif (%) 2 78,01 70,93 76,67 66,92 52,53
Rata-rata 74,47±5,01 69,52±2,00 73,86±3,97 66,52±0,57 55,61±4,36
Konsumsi 1 238,56 204,50 192,30 189,54 189,60
pakan (g) 2 245,14 214,71 189,32 178,76 192,32
Rata-rata 241,85±4,65 209,61±7,22 190,81±2,11 184,15±7,62 190,96±1,92
Efisiensi 16,26 17,85 19,92 18,73 16,03
pakan (%) 16,64 17,05 21,18 19,69 15,13
Lampiran 6. Analisis ragam pertumbuhan relatif
Means for groups in homogeneus subsets are displayed a.
Uses Harmonic mean Samples Size = 2.000
Lampiran 7. Analisis ragam konsumsi pakan
ANOVA
Means for groups in homogeneus subsets are displayed a.
Lampiran 8. Analisis ragam efisiensi pakan
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 32.825 4 8.206 19.998 .003
Within Groups 2.052 5 .410
Total 34.877 9
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = .05
1 2 3
E 2 15.580
A 2 16.450 16.450
B 2 17.450
D 2 19.210
C 2 20.550
Sig. .232 .179 .091
Means for groups in homogeneus subsets are displayed a.
Lampiran 9. Komposisi proksimat tubuh, hati ikan batak (% bobot basah) dan tingkat hemolisis butir darah merah
Komposisi
Rata-rata 14,44±0,42 13,99±0,23 14,19±1,12 15,00±0,04 14,86±0,26
Lemak 1 12,13 16,87 16,86 16,65 13,83 16,12
2 15,6 15,96 15,90 14,81 15,56
Rata-rata 16,24±0,90 16,41±0,64 16,28±0,63 14,32±0,69 15,84±0,40
Abu 1 3,56 2,55 2,58 2,78 2,41 2,58
2 3,01 2,83 2,55 2,15 2,53
Rata-rata 2,78±0,33 2,71±0,18 2,67±0,16 2,28±0,18 2,56±0,04
Serat kasar 1 0,39 0,26 0,55 0,61 0,60 0,69
2 0,68 0,67 0,60 0,55 0,44
Rata-rata 0,47±0,30 0,61±0,08 0,61±0,01 0,58±0,04 0,57±0,18
Kadar air 1 67,28 66,05 65,88 64,66 66,94 65,38
Lampiran 10. Analisis ragam kandungan protein tubuh
Means for groups in homogeneus subsets are displayed a.
Uses Harmonic mean Samples Size = 2.000
Lampiran 11. Analisis ragam kandungan lemak tubuh
ANOVA
Means for groups in homogeneus subsets are displayed a.
Lampiran 12. Analisis ragam kandungan air tubuh
Means for groups in homogeneus subsets are displayed a.
Uses Harmonic mean Samples Size = 2.000
Lampiran 13. Analisis ragam tingkat hemolisis butir darah merah ikan
ANOVA
BENIH IKAN BATAK (Labeobarbus soro)
HENDRIKO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Pengaruh Kadar Asam Lemak n-6 dan n-3 yang Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Batak (Labeobarbus soro) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, April 2007
Hendriko
Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Batak (Labeobarbus soro). Dibimbing oleh ING MOKOGINTA, M. AGUS SUPRAYUDI dan DEDI JUSADI.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang terbaik dalam pakan yang dapat memacu kinerja pertumbuhan ikan batak
(Labeobarbus soro). Penelitian ini menggunakan 5 macam pakan dengan
isoprotein, isolipid dan isoenergi yaitu: pakan A dengan kadar asam lemak n-6 1,3% dan asam lemak n-3 0,2%; B 0,9% dan 0,6%; C 1,2% dan 0,6%; D 1,4% dan 1,0%; dan pakan E 0,6% dan 1,0%. Bobot awal individu ikan uji 5,30±0,12 g per ekor dengan kepadatan 10 ekor per akuarium. Ikan diberi pakan tiga kali sehari secara at satiation, selama 75 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang berbeda dalam pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan relatif, efisiensi pakan, tingkat hemolisis butir darah merah ikan (p<0,05) dan kandungan lemak tubuh ikan. Pemberian kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang berbeda dalam pakan dapat mempengaruhi kadar asam lemak n-6 dan n-3 tubuh ikan batak. Penggunaan kadar asam lemak n-6 1,2% dan n-3 0,6% menghasilkan kinerja pertumbuhan yang terbaik untuk ikan batak.
Performance of Batak Fish (Labeobarbus soro). Under supervision by ING MOKOGINTA, M. AGUS SUPRAYUDI and DEDI JUSADI.
This experiment was conducted to determine the effect of dietary n-6 and n-3 fatty acid level on the growth performance of batak fish (Labeobarbus soro). Five experimental diets were used in this experiment. Diet A containing n-6 fatty acid 1.3 % and n-3 fatty acid 0.2%, B 0.9% and 0,6%, C 1.2% and 0.6%, D 1.4% and 1.0% and E 0.6% and 1.0%. Fish with an initial body weight of 5.30±0.12 g were placed in aquarium, at the density of 10 ind/aquarium. Fish fed on the experimental diets three times dailly at satiation for 75 days. Results showed that different dietary level of n-6 and n-3 fatty acid of the fingerling significantly affect the relative growth rate, feed consumtion, feed efficiency and the red blood cells hemolysis (p<0.05). It was found that diet C with 1.2% n-6 fatty acid and 0.6% n-3 fatty acid produce the best growth performance of batak fish.
BENIH IKAN BATAK (Labeobarbus soro)
HENDRIKO
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada
Program Studi Ilmu Perairan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama : Hendriko
NIM : C151030141
Disetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ing Mokoginta Ketua
Dr. Dedi Jusadi Anggota
Dr. M. Agus Suprayudi Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Perairan
Prof. Dr. Enang Harris
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Penulis dilahirkan di Padang Sumatera Barat pada tanggal 28 Februari 1976 dari pasangan Ayahanda Julis dan Ibunda Yusnety. Penulis merupakan putra ke lima dari 5 bersaudara.
Nya sehingga tesis yang berjudul “ Pengaruh Kadar Asam Lemak n-6 dan n-3 Pakan yang Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Batak (Labeobarbus soro) ” dapat terselesaikan.
Pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Ing Mokoginta, Bapak Dr. M. Agus Suprayudi dan Bapak Dr. Dedi Jusadi selaku komisi pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan dorongan semangat selama penelitian dan penulisan tesis ini.
2. Ketua Program Studi Ilmu Perairan dan Ketua dan Staf Laboratorium Nutrisi Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dalam penyediaan fasilitas hingga terlakasananya penelitian ini.
3. Ayahanda Julis dan Ibunda Yusnetti serta kakak-kakakku tercinta yang telah memberikan dukungan, pengorbanan dan doa tiada henti selama penulis menjalani pendidikan.
4. Bapak Yukio OTA selaku Pimpinan Ir ECO Project-Japan Office atas bantuan moril dan materil selama penulis menjalankan pendidikan.
5. Bapak Ir. Masrizal MS dan Aprianti Hijriah atas bantuan dan kerjasamanya. 6. Teman-teman mahasiswa Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Perairan
angkatan 2003 dan 2004 atas persahabatan dan kerjasamanya selama ini. 7. Teman-teman mahasiswa Sekolah Pascasarjana (Akhyar, Weap, Iis Oza dan
Ati) atas bantuan dan dukungannya.
Akhirnya semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua. Amin...
Bogor, April 2007
i DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... ii DAFTAR GAMBAR ... iii DAFTAR LAMPIRAN... iv PENDAHULUAN
Latar belakang ... 1 Perumusan Masalah ... 2 Hipotesis ... 3 Tujuan ... 3 TINJAUAN PUSTAKA
Kebutuhan Lemak dan Asam Lemak Esensial... 4 BAHAN DAN METODE
Pakan Uji ... 8 Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data... 10 Analisis Kimia…………... 11 Analis Data ... 12 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ... 13 Pembahasan ... 16 SIMPULAN DAN SARAN
ii DAFTAR TABEL
Halaman 1. Kebutuhan asam lemak esensial pada benih dan ikan dewasa ... 6 2. Komposisi pakan uji (g/100g pakan) ... 9 3. Komposisi proksimat pakan uji (% bobot kering) dan energi pakan ... 9 4. Komposisi asam lemak pakan (% bobot kering) ... 10 6. Pertumbuhan relatif (PR), konsumsi pakan (KP) dan
efisiensi pakan (EP) ... 15 6. Komposisi proksimat tubuh, hati dan tingkat hemolisis butir darah
merah ikan batak ... 15 7. Komposisi asam lemak ikan pada awal dan akhir penelitian (% area). 16
iii DAFTAR GAMBAR
iv DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Metode ekstraksi lemak dari tepung ikan ... 23 2. Prosedur analisa kimia bahan pakan dan ikan uji
(Takeuchi, 1988) ... 23 3. Prosedur pengukuran asam lemak (Takeuchi 1988) ... 26 4. Prosedur pengukuran tingkat hemolisis darah merah ikan ... 27 5. Rata-rata bobot biomasa, pertumbuhan relatif, konsumsi pakan dan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan batak (Labeobarbus soro)adalah salah satu jenis ikan air tawar lokal yang mempunyai nilai ekonomis penting, dan ikan ini dikalangan masyarakat
Sumatera Utara dikenal dengan “Ihan”. Di perairan umum keberadaan ikan ini
sangat jarang ditemukan lagi (hampir langka) akibatkan penangkapan yang
berlebihan, serta adanya desakan lingkungan tempat ikan-ikan ini berkembang
biak menjadi rusak (Kottelat et al., 1993).
Usaha untuk pelestarian ikan ini telah mulai dilakukan melalui pemijahan
secara alami yang telah dilakukan oleh Instalasi Penelitian Plasma Nutfah
Perikanan Air Tawar Bogor, dan telah berhasil diperoleh anakannya. Sulhi et al., (2004) dalam penelitiannya juga berhasil melakukan pemijahan ikan batak melalui
teknologi kawin suntik. Usaha yang dilakukan ini diharapkan dapat menyediakan
benih ikan batak yang berkesinambungan dan terkontrol agar dapat menunjang
kegiatan budidaya.
Dalam budidaya ikan, selain kebutuhan benih yang cukup, juga diperlukan
pakan yang memadai. Namun informasi yang ada sehubungan dengan kebutuhan
nutrien pada tingkat benih dari spesies ikan ini masih sangat sedikit. Untuk
tumbuh ikan memerlukan materi dari luar seperti, protein, karbohidrat, lemak,
vitamin dan mineral. Asam lemak esensial merupakan bagian dari lemak adalah
salah satu komponen penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Ikan
tidak mampu mensintesis asam lemak esensial di dalam tubuhnya, sehingga asam
lemak esensial ini harus disuplai dari pakan. Seperti spesies ikan yang lain, ikan
batak juga memerlukan asam-asam lemak esensial (essential fatty acid = EFA) yaitu asam lemak n-6 dan n-3 yang berguna bagi pertumbuhannya yang normal
dan optimum. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan asam
lemak esensial secara kualitatif maupun kuantitatif sangat bergantung pada jenis
ikan (Arai et al., 1971; Castell et al., 1972). Kebutuhan asam lemak esensial ikan air tawar dapat dipenuhi dengan asam lemak n-6 atau asam lemak n-6 dan n-3.