• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Karakteristik Psikometri Alat Ukur

TINJAUAN PUSTAKA

C. Analisis Karakteristik Psikometri Alat Ukur

Alat ukur terdiri atas sekumpulan aitem-aitem yang dirancang untuk tujuan tertentu. Kualitas dari aitem-aitem suatu alat ukur akan menentukan kualitas dari alat ukur itu sendiri. Aitem dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik jika aitem memiliki karakteristik psikometri yang baik pula (Azwar, 2007). Aitem berkualitas baik atau tidak dapat diketahui melalui analisis karakteristik psikometri terhadap aitem tersebut. Analisis karakteristik psikometri secara kuantitatif dapat dilihat dari empat karakteristik, yaitu indeks kesukaran aitem, indeks diskriminasi aitem, reliabilitas dan validitasnya (Anastasi & Urbina, 2006). Analisis terhadap aitem-aitem suatu alat ukur pada awalnya akan memberikan tiga informasi, yaitu informasi tentang distraktor, indeks kesukaran aitem dan indeks diskriminasi aitem (Murphy & Davidshofer, 2003). Tiga informasi ini berbeda secara teoritis tetapi berkaitan secara empirik. Ketiga

karakteristik tersebut akan saling mempengaruhi terhadap reliabilitas dan valididtas alat ukur. Namun, pada penelitian ini efektivitas distraktor tidak akan dikaitkan dengan indeks kesukaran aitem dan indeks diskriminasi aitem karena aitem-aitem subtes RA pada IST tidak memiliki distraktor.

Indeks kesukaran aitem secara langsung akan mempengaruhi indeks diskriminasi aitem. Ketika aitem sangat susah (p = 0) atau aitem sangat mudah (p = 1), maka aitem tidak akan dapat membedakan antara subjek yang memiliki pengetahuan dan subjek yang tidak memiliki pengetahun sehingga indeks diskriminasi aitem menjadi rendah (Murphy & Davidshofer, 2003). Menurut Kumar (2009), indeks diskriminasi yang rendah akan mempengaruhi validitas dari aitem tersebut yang kemudian akan mempengaruhi validitas tes secara keseluruhan. Ketika aitem mengukur fungsi ukur secara tepat atau independen, maka aitem akan dapat membedakan antara kelompok yang memiliki atribut yang hendak diukur dan yang tidak memiliki atribut yang hendak diukur secara efektif sehingga aitem dapat dikatakan valid.

Koefisien reliabilitas suatu tes juga akan dipengaruhi oleh indeks kesukaran aitem dalam tes tersebut. Ketika indeks kesukaran aitem tidak relatif setara satu sama lain atau sangat bervariasi maka koefisien reliabilitas akan rendah (Azwar, 2005). Jadi, suatu tes yang valid juga memiliki arti bahwa tes tersebut konsisten dalam mengukur atribut yang hendak diukur. Tes yang sangat reliabel akan mengukur fungsi yang hendak diukur berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga untuk menjadi tes yang valid, tes tersebut haruslah reliabel (Kumar, 2009). Namun, pada beberapa kondisi, tes yang valid

belum tentu reliabel, karena reliabilitas tes juga dipengaruhi oleh eror. Jadi tes yang valid belum tentu reliabel, dan begitu sebaliknya tes yang reliabel belum tentu valid (Azwar, 2005).

D. Intelligenz-Struktur-Test (IST) 1. Sejarah dan Perkembangan IST

IST merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengukur inteligensi individu. Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman pada tahun 1953. Amthauer mendefinisikan inteligensi sebagai keseluruhan struktur dari kemampuan jiwa-rohani manusia yang akan tampak jelas dalam hasil tes. Intelegensi hanya akan dapat dikenali (dilihat) melalui manifestasinya misalnya pada hasil atau prestasi suatu tes. Berdasarkan pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut :

“Komponen dalam struktur tersebut tersusun secara hierarkis; maksudnya bidang yang dominan kurang lebih akan berpengaruh pada bidang-bidang yang lain; kemampuan yang dominan dalam struktur intelegensi akan menentukan dan mempengaruhi kemampuan yang lainnya.”

Pandangan Amthaeur pada dasarnya didasari oleh teori faktor, baik itu teori bifaktor, teori multifaktor, model struktur inteligensi Guilford dan teori hirarki faktor. Berdasarkan teori faktor, untuk mengukur inteligensi seseorang diperlukan suatu rangkaian baterai tes yang terdiri dari subtes-subtes. Antara subtes satu dengan lainnya, ada yang saling berhubungan karena mengukur faktor yang sama (general factor atau group factor), tapi ada juga yang tidak berhubungan karena masing-masingnya mengukur faktor khusus (special factor). Sedangkan kemampuan seseorang itu merupakan penjumlahan dari seluruh skor

subtes-subtes. Maka Amthauer menyusun IST sebagai baterai tes yang terdiri dari 9 subtes (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).

Karakteristik dari baterai tes Amthauer menunjukkan adanya suatu interkorelasi yang rendah antar subtesnya (r=0.25) dan korelasi antara subtes dengan jumlah (keseluruhan subtes) yang rendah pula (r=0.60).

Semenjak diciptakan, IST terus dikembangkan oleh Amthauer dengan bantuan dari para koleganya, berikut adalah perkembangan tes IST dari tahun 1953 hingga tahun 2000-an.

a. IST 1953

IST yang pertama ini pada awalnya hanya digunakan untuk individu usia 14 sampai dengan 60 tahun. Proses penyusunan norma diambil dari 4000 subjek pada tahun 1953.

b. IST 1955

IST merupakan pengembangan dari IST 1953, pada IST 1955 rentang usia untuk subjek diperluas menjadi berawal dari umur 13 tahun. Subjek dalam penyusunan norma bertambah menjadi 8642 orang. Pada tes ini sudah ada pengelompokan jenis kelamin dan kelompok usia

c. IST 70

Berdasarkan permintaan dan tuntutan pengguna yang menyarankan pengkoreksian dengan mesin juga pengembangan tes setelah penggunaan lebih dari 10 tahun, maka disusunlah IST 70. Dalam IST 70 ini tidak terlalu banyak perubahan, tes ini memiliki 6 bentuk, setiap pemeriksaan dilakukan 2 tes sebagai bentuk parallel; yaitu A1 dan B2, atau C3 dan D4. Dua bentuk lainnya untuk

pemerintah dan hanya bagi penggunaan khusus. Pada IST 70, rentang kelompok usia diperluas menjadi berawal dari 12 tahun. Disamping itu telah ditambah tabel kelompok dan pekerjaan. Namun demikian, pada IST 70 terdapat kekurangan yaitu penyebaran bidang yang tidak merata dan menggunakan kalimat dalam subtes RA sehingga jika subjek gagal dalam subtes ini dapat dimungkinkan karena tidak mampu mengerjakan soal hitungannya atau tidak mengerti kalimatnya.

d. IST 2000

Sebagai koreksi dari IST 70, pada IST 2000 tidak terdapat soal kalimat pada soal hitungan.

e. IST 2000-Revised

Pada IST 2000-R ini terdapat beberapa perkembangan subtes juga penambahan subtes. IST ini terdiri dari 3 modul, yaitu sebagai berikut :

1) Grundmodul-Kurzform (Modul Dasar-Singkatan); terdiri dari subtes : SE, AN, GE, RE, ZR, RZ, FA, WU, dan MA.

2) Modul ME: terdiri dari subtes ME Verbal dan ME Figural

3) Erweiterungmodul (Modul menguji pengetahuan); terdiri dari subtes

Wissentest (tes pengetahuan)

IST yang digunakan di Indonesia adalah IST hasil adaptasi Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Bandung. Adaptasi dilakukan kepada IST-70. Tes ini pertama kali digunakan oleh Psikolog Angkatan Darat Bandung, Jawa Barat (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).

2. Fungsi dan Tujuan IST

Tes ini dipandang sebagai gestalt (menyeluruh), yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan secara makna (struktur). Dimana struktur intelegensi tertentu meggambarkan pola kerja tertentu, sehingga akan cocok untuk profesi atau pekerjaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut IST umum digunakan untuk memahami diri dan pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan dan karier serta membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu.

3. Subtes-subtes dalam IST

IST terdiri dari sembilan subtes yang keseluruhannya berjumlah 176 aitem. Masing-masing subtes memiliki batas waktu yang berbeda-beda dan diadministrasikan dengan menggunakan manual (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009). Sembilan subtes dalam IST, yaitu:

a. SE: melengkapi kalimat

Pada subtes ini yang diukur adalah pembentukan keputusan, common sense

(memanfaatkan pengalaman masa lalu), penekanan pada praktis-konkrit, pemaknaan realitas, dan berpikir secara berdikari/ mandiri.

b. WA: melengkapi kalimat

Pada subtes ini akan diukur kemampuan bahasa, perasaan empati, berpikir induktif menggunakan bahasa, dan memahami pengertian bahasa.

c. AN: persamaan kata

Pada subtes ini yang diukur adalah kemampuan fleeksibilitas dalam berpikir, daya mengkombinasikan, mendeteksi dan memindahkan hubungan-hubungan, serta kejelasan dan kekonsekuenan dalam berpikir.

d. GE: sifat yang dimiliki bersama

Pada subtes ini hal yang akan diukur adalah kemampuan abstraksi verbal, kemampuan untuk menyatakan pengertian akan sesuatu dalam bentuk bahasa, membentuk suatu pengertian atau mencari inti persoalan, serta berpikir logis dalam bentuk bahasa.

e. RA: berhitung

Dalam subtes ini aspek yang dilihat adalah kemampuan berpikir praktis dalam berhitung, berpikir induktif, reasoning, dan kemampuan mengambil kesimpulan.

f. ZR: deret angka

Dalam subtes ini akan dilihat bagaimana cara berpikir teoritis dengan hitungan, berpikir induktif dengan angka-angka, serta kelincahan dalam berpikir. g. FA: memilih bentuk

Pada subtes ini akan mengukur kemampuan dalam membayangkan, kemampuan mengkonstruksi (sintesa dan analisa), berpikir konkrit menyeluruh, serta memasukkan bagian pada suatu keseluruhan.

h. WU: latihan balok

Pada subtes ini hal yang akan diukur adalah daya bayang ruang, kemampuan tiga dimensi, analitis, serta kemampuan konstruktif teknis.

i. ME: latihan simbol

Subtes ini mengukur daya ingat, konsentrasi yang menetap, dan daya tahan.

4. Skoring dan Interpretasi

a. Skoring

Tahap skoring yang digunakan untuk setiap subtes adalah dengan memeriksa setiap jawaban dengan menggunakan kunci jawaban yang telah disediakan. Untuk semua subtes (SE, WA, AN, RA, ZR, FA, WU, & ME), kecuali subtes 04-GE, setiap jawaban benar diberi nilai 1 dan untuk jawaban salah diberi nilai 0. Khusus untuk subtes 04-GE, tersedia nilai 2, 1, dan 0; karena subtes ini berbentuk isian singkat maka nilai yang akan diberikan tergantung dengan jawaban yang diberikan oleh subjek.

Total nilai benar yang sesuai dengan kunci jawaban merupakan Raw Score

(RW); nilai ini belum dapat diinterpretasi sesuai dengan norma yang digunakan. Nilai RW yang sudah dibandingkan dengan norma disebut dengan Standardized Score (SW). Nilai SW inilah yang dapat menjadi materi untuk tahap selanjutnya, yaitu interpretasi. Adapun norma yang digunakan adalah sesuai dengan kelompok umur subjek.

b. Interpretasi

Setelah didapatkan Standardized Score, maka tahap interpretasi dapat dilakukan. Kesembilan subtes saling berkaitan, sehingga harus dilakukan semuanya dan interpretasinya harus dilakukan secara keseluruhan (Amthauer dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009). Interpretasi yang dapat dilakukan dari tes IST adalah sebagai berikut :

1) Taraf kecerdasan

Taraf kecerdasan didapat dari total SW. Nilai ini dapat diterjemahkan menjadi Intelligent Quotient (IQ). Nilai ini dapat menggambarkan perkembangan individu melalui pendidikan dan pekerjaan. Nilai ini perlu dihubungkan dengan latar belakang sosial serta dibandingkan dengan kelompok seusianya.

2) Dimensi Festigung-Flexibilität

Dimensi Festigung-Flexibilität menggambarkan corak berpikir yang dimiliki oleh subjek. Dimensi Festigung-Flexibilität merupakan dua kutub yang ekstrim, Keduanya menggambarkan corak berpikir yang ekstrim pula. Kutub

Festigung memiliki arti corak berpikir yang eksak, sedangkan kutub Flexibilität

memiliki arti corak berpikir yang non-eksak. Corak berpikir ini merupakan hasil perkembangan (pengalaman) individu yang akan semakin mantap ke salah satu kutub seiring bertambahnya usia.

Cara menentukan seseorang subjek apakah memiliki kecenderungan

Festigung atau Flexibilitat adalah dengan membandingkan nilai GE+RA dengan nilai AN+ZR. Jika nila GE+RA lebih besar maka subjek memiliki kecenderungan

Festigung, sebaliknya jika nilai AN+ZR lebih besar maka subjek memiliki kecenderungan Flexibilitat.

3) Profil M-W

Profil M-W menggambarkan cara berpikir, apakah verbal-teoritis atau praktis-konkrit. Untuk mendapatkan profil dalam bentuk huruf M atau W ini dapat dilihat dari 4 subtes pertama (SE, WA, AN, GE) yang tampak pada grafik. Jika grafik menunjukkan bentuk huruf M pada 4 subtes pertama maka profilnya adalah

M (verbal-teoritis), jika yang tampak adalah bentuk huruf W maka profilnya adalah W (praktis-konkrit).

Dokumen terkait