D. Tanaman perkebunan
5. Das dan Wilayah Sunga
4.2.3 Analisis kebijakan tentang penataan ruang pada daerah rawan bencana tanah longsor
Tata ruang di Kabupaten Simalungun diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Simalungun Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Simalungun Tahun 2011-2031. Secara Umum, Rencana Pola Ruang
Kabupaten Simalungun Terdiri dari 2 pola ruang, yaitu pola ruang kawasan lindung
dan pola ruang kawasan budidaya.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Simalungun
Penelitian ini diarahkan kepada kondisi fisik dan teritorial wilayah Kabupaten
Simalungun yaitu melihat pola ruang kawasan lindung yang sebahagian besar berupa
lereng dan fungsi hutan yang melindungi beberapa kawasan di kabupaten Simalungun.
Yang kemudian dapat diarahkan kepada pola kawasan budidaya seperti permukiman
penduduk dengan peregerakan dan fungsi lahan sebagai lahan pertanian dan
perkebunan. Kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahnya, kawasan perlindungan setempat, kawasan konservasi, kawasan rawan
bencana alam, kawasan lindung geologi.
Kemudian Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri atas: kawasan hutan produksi, kawasan hutan rakyat, kawasan pertanian,
kawasan perkebunan, kawasan perikanan, kawasan peternakan, kawasan pertambangan,
kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan permukiman, kawasan peruntukan
lainnya. “Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Simalungun adalah mewujudkan
pertanian, agroindustri dan pariwisata melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya
alam dan memperhatikan kelestarian lingkungan berdasarkan falsafah “Habonaron do
Bona”.
Pemanfaatan lahan dan peruntukan lahan di kalangan masyarakat masih banyak
kita lihat terutama dikawasan fungsi lindung yang memiliki potensi terjadinya bencana
tanah longsor. Karena pada hakikatnya ialah kawasan lindung merupakan kawasan yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya :
1. Kawasan Hutan Lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf a,
meliputi sebagian wilayah pada Kecamatan Purba, Haranggaol Horison, Dolok
Pardamean, Pematang Sidamanik, Girsang Sipangan Bolon, Hatonduhan, Dolok
Panribuan, Pamatang Silimahuta, Silimakuta, Dolok Silou, Purba, Silou Kahean,
Raya Kahean, dan Sidamanik.
Didalam RTRW Kabupaten Simalungun dapat kita perhatikan ada beberapa daerah
yang akan direncanakan oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun atau peruntukan
lahan. Seperti kawasan Haranggaol horison, Pamatang Sidamanik dan Girsang
Sipangan Bolon yang akan di Zonasikan menjadi Kawasan Danau Toba dsk.
Kemudian di daerah Kecamatan Pamatang Silimahuta dan Silimakuta di Zonasikan
untuk wilayah Kawasan Strategi Ekonomi yaitu Kawasan Agropolitan Dataran
Tinggi yang merupakan Kawasan Strategi Propinsi kemudian Kecamatan Dolok
Silou yang akan direncanakan menjadi Kawasan Strategis fungsi daya dukung
lingkungan yaitu PPA Gungung Simacik
2. Kawasan hutan lindung yang diusulkan direvisi melalui Surat Gubsu no 522/8939
28.317,08 Ha (dua puluh delapan ribu tiga ratus tujuh belas koma kosong delapan
hektar)
3. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf b, meliputi kawasan resapan
air, diperuntukkan bagi daerah-daerah untuk melindungi ketersediaan air bagi mata
air, sungai dan danau, terutama di daerah tangkapan air Danau Toba.
4. Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2)
huruf c, meliputi :
a. sempadan sungai sekurang-kurangnya 100 meter kiri-kanan sungai besar dan 50
meter di kiri-kanan sungai kecil yang berada di luar permukiman.
b. untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang
diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 meter.
c. pengelolaan kawasan sempadan sungai adalah dengan cara membuat papan
larangan penggunaan lahan sempadan sungai.
d. sempadan danau sekurang-kurangnya 100 meter dari pasang tertinggi kearah
darat.
e. pengelolaan kawasan sempadan danau adalah dengan cara membuat papan
larangan penggunaan lahan sempadan danau.
Kemudian hal yang dapat kita lihat fenomena yang kini terjadi hampir di seluruh
daerah di Indonesia yang berkaitan dengan lahan dan aktifitas masyarakat diantaranya
ialah pendirian bangunan dan usaha yang dikelola di masyarakat. Terkadang dapat kita
lihat dan rasakan banyak usaha dan bangunan yang tidak sepenuhnya memperhatikan
sungai dan danau. Hal inilah yang harus kita fahami sebagai masyarakat. Yang
terpenting lagi peruntukan lahan yang dilakukan oleh masyarakat memiliki izin kepada
pemerintah daerah Kabupaten Simalungun sehingga pelaksanaan pembangunan usaha
ataupun bangunan lainnya dapat sama-sama dipantau pergerakannya sehingga dapat
disesuaikan dengan RTRW Kabupaten Simalungun. Seperti beberapa bangunan yang
masih saja kita lihat dibeberapa wilayah di Kabupaten Simalungun yang belum
sepenuhnya mematuhi kawasan perlindungan Sungai dan danau mendirikan bangunan
tanpa memiliki izin usaha.
Dengan demikian diterbitkannya IMB diharapkan semua bangunan yang
akan dibangun dapat menyesuaikan dengan persyaratan teknis yang telah
ditetapkan pada ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang yang ada sehingga
pertumbuhan dan perkembangan wilayah dapat dikendalikan dan dihindarkan dari
kerusakan. Diharapkan Perizinan yang terkait secara langsung dengan pengendalian
pemanfaatan ruang seperti : Rekomendasi Peruntukan Penggunaan Lahan (izin
peruntukan), Izin Lokasi, Izin Perencanaan, dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB),
termasuk perizinan dan/atau pertimbangan kelayakan yang masih erat kaitannya adalah
Izin Undang-undang Gangguan (IUUG/HO) serta izin lingkungan (AMDAL, UKL,
UPL, SPPL). Terutama dikawasan-kawasan industri ataupun Kawasan sempadan Danau
di daerah yang memiliki tingkat kelerengan tinggi dan Kepadatan aktifitas yang mulai
ramai seperti : Kecamatan Girsang Sipangan Bolon merupakan daerah rawan bencana
disamping kawasan hutan lindung dan konservasi Hal inilah menjadi bentuk Mitigasi
Didalam RTRW Kabupaten Simalungun kemungkinan besar kawasan fungsi
lindung akan dilaksanakan pembangunan fisik di beberapa daerah seperti pembangunan
sarana prasarana, infrastruktur jalan dan pembangunan fisik lainnya sesuai dengan
pergerakan manusia dan kebutuhan masyarakat setempat. Hal terpenting dalam proses
mitigasi bencana alam terutama bencana tanah longsor yaitu tidak merubah fungsi dan
peruntukan kawasan fungsi lindung itu sendiri. Pemerintah daerah telah menzonasikan
beberapa wilayah dalam status rawan bencana alam Kawasan rawan bencana alam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf e, meliputi :
a. potensi bencana longsor terdapat di daerah tangkapan air Danau Toba, daerah
perbatasan Kecamatan Raya dengan Kecamatan Raya Kahean, Kecamatan
Dolok Silou, dan Kecamatan Silou Kahean.
b. kawasan rawan banjir terdapat di Kecamatan Silou Kahean, Raya Kahean,
Bandar, Pematang Bandar, Dolok Batu Nanggar, Tapian Dolok, Siantar, Bosar
Maligas, Ujung Padang, Hutabayu Raja dan Tanah Jawa.
c. kawasan rawan angin puting beliung terdapat di Kecamatan Panei, Gunung
Malela, Jawa Maraja Bah Jambi, Tapian Dolok dan Dolok Batu Nanggar.
d. Kawasan rawan kebakaran hutan meliputi sepanjang kawasan Danau Toba.
Setelah dapat di zonasikan kawasan-kawasan di Kabupaten Simalungun yang
rawan terhadap bencana alam, diharapakan instansi terkait dan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah dapat bekerjasama dengan kooperatif sehingga tahap awal yang dapat
dilakukan dalam memitigasi bencana dapat disosialisasikan kepada masyarakat di
seluruh daerah Kabupaten Simalungun. Banyak product hukum yang telah di rencanakan dan di implementasikan untuk kepentingan rakyat, tetapi diharapkan
legalitas hukum ini dapat menjadi dan menciptakan kenyamanan dan menimbulkan rasa
cinta masyarakat terhadap lingkungannya. Kemudian Pemerintah Kabupaten
Simalungun dapat mendistribusikan daerah- daerah rawan bencana melalui zonasi
daerah rawan bencana dengan bantuan pemerintah Kecamatan masing-masing. Dalam
hal ini kaedah yang terpenting dalam mitigasi ialah bagaimana masyarakat dan
pemerintah dapat memberikan keseimbangan terhadap alam, agar keseimbangan
terhadap pergerakan manusia dapat menjadi impact yang baik dalam bentuk ekonomi dan aksesbilitas terhadap perkembangan ekonomi.