• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebutuhan dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Kebutuhan dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran

terhadap kepala sekolah dan guru kelas I serta 7 siswa kelas I, (2) observasi pembelajaran Matematika dan ketersediaan alat peraga di sekolah, dan (3) kuesioner analisis kebutuhan terhadap seluruh siswa kelas I dan guru kelas I. 4.2.1 Wawancara terhadap Kepala Sekolah, Guru Kelas I, dan 7 Siswa

Kelas I

Wawancara terhadap Bapak Wiyanta, S.Pd. selaku kepala sekolah SD Krekah Yogyakarta dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 24 November 2012. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sekolah masih memiliki keterbatasan dalam penyediaan alat peraga dan penggunaannya oleh guru yang belum maksimal. Wawancara terhadap Ibu Lisa Erviana, S.Pd.SD. selaku guru kelas I dan 7 siswa kelas I yang dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 15 Januari 2013. Berdasarkan wawancara tersebut peneliti memperoleh hasil (1) ketersediaan alat peraga di sekolah, khususnya kelas I masih minim dan (2) kesulitan belajar yang dialami siswa adalah penjumlahan dan pengurangan yang menghasilkan bilangan dua angka pada SK 4. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai

43 dua angka dalam pemecahan masalah dan KD 4.4 Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka.

4.2.2 Observasi terhadap Pembelajaran Matematika di Kelas I

Observasi terhadap pembelajaran matematika di kelas I dan ketersediaan alat peraga di sekolah dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 15 Januari 2013. Berdasarkan observasi terhadap pembelajaran matematika di kelas I diperoleh hasil bahwa pembelajaran yang berlangsung masih bersifat konvensional. Belum tampak adanya penggunaan metode inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran. Selain itu pembelajaran berlangsung tanpa adanya penggunaan alat peraga oleh guru untuk mengenalkan konsep penjumlahan bilangan dua angka dengan satu angka. Secara umum kegiatan yang dilakukan berupa penjelasan tentang materi kemudian pemberian latihan soal kepada siswa dan penilaian yang dilakukan secara langsung oleh guru dengan meminta siswa maju satu per satu tanpa adanya pembahasan. Hasil dari observasi terhadap ketersediaan alat peraga di sekolah menunjukkan bahwa jumlah dan jenis alat peraga yang dimiliki sekolah masih terbatas dan tingkat penggunaannya oleh guru yang masih rendah.

4.2.3 Kuesioner Analisis Kebutuhan

4.2.3.1Kuesioner Analisis Kebutuhan oleh Guru

Kuesioner analisis kebutuhan oleh guru diberikan kepada guru kelas I pada hari Rabu, tanggal 13 Februari 2013. Kuesioner tersebut terdiri dari sepuluh pertanyaan dengan beberapa pilihan jawaban yang sudah disediakan. Berdasarkan hasil kuesioner (lihat lampiran 1.3 halaman 72) diperoleh data bahwa guru sudah pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika berupa bangun datar, bangun ruang, dan benda-benda yang ada di kelas, yaitu buku, pensil, meja, kursi pada materi pengukuran berat dan panjang. Guru juga menyatakan bahwa penggunaan alat peraga dalam pembelajaran memberikan manfaat, yaitu (1) siswa lebih terbantu dalam memahami konsep dari materi pelajaran, (2) alat peraga dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran, dan (3) penggunaan alat peraga membuat situasi kelas menjadi lebih kondusif.

Guru juga menyatakan bahwa kriteria alat peraga yang menarik adalah (1) bentuk, (2) bahan, (3) warna, dan (4) ukuran. Bentuk menjadi prioritas utama karena menurut guru bentuk yang menarik dapat menarik perhatian siswa.

44 Prioritas kedua adalah bahan, menurut guru pengembangan alat peraga sebaiknya menggunakan bahan yang aman bagi siswa. Prioritas ketiga adalah warna. Guru berpendapat bahwa warna yang digunakan sebaiknya warna yang cerah dan mencolok untuk menarik perhatian siswa. Prioritas keempat adalah ukuran. Menurut guru alat peraga yang berukuran besar akan lebih jelas terlihat daripada yang berukuran kecil. Prioritas yang terakhir adalah berat. Guru berpendapat bahwa alat peraga yang terlalu berat akan merepotkan siswa. Pada item pertanyaan mengenai rentangan biaya yang terjangkau oleh sekolah dalam pengadaan alat peraga, guru memilih rentang biaya Rp 100.000,00–Rp 300.000,00.

Berdasarkan penjabaran analisis kebutuhan oleh guru dapat disimpulkan bahwa guru berpendapat bahwa alat peraga lebih membantu siswa untuk memahami suatu konsep dari materi pelajaran dan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Karena itu, perlu adanya pengembangan alat peraga matematika yang berdasar pada kebutuhan siswa dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada.

4.2.3.2Kuesioner Analisis Kebutuhan oleh Siswa

Pemberian kuesioner analisis kebutuhan oleh siswa dilaksanakan selama tiga hari yaitu tanggal 28-30 Januari 2013. Hal tersebut karena perlu adanya bimbingan untuk siswa kelas bawah dalam mengisi kuesioner tersebut sehingga dalam pelaksanaannya peneliti membagi seluruh siswa kelas I menjadi 3 kelompok kecil. Pada pelaksanaannya peneliti membimbing satu kelompok yang terdiri dari 9 siswa untuk mengisi kuesioner tersebut.

Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban yang sudah disediakan. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh siswa, 92,59% siswa kelas I menjawab bahwa guru tidak pernah menggunakan alat peraga ketika mengajar Matematika. Sementara itu, 7,41% siswa menyatakan bahwa guru pernah menggunakan alat peraga ketika mengajar matematika. Alat peraga yang dimaksudkan oleh siswa adalah sempoa namun dalam penggunaannya guru tidak memberikan penjelasan mengenai cara menggunakannya. Siswa hanya sebatas membawa alat tersebut di kelas tanpa menggunakannya secara tepat dan maksimal.

45 Selanjutnya 59,26% siswa menyatakan bahwa mereka lebih suka belajar menggunakan alat peraga dan 40,74% siswa lebih suka belajar tanpa menggunakan alat peraga. Kemudian 74,07% siswa menyatakan bahwa mereka tidak pernah belajar matematika menggunakan benda-benda yang ada di sekitarnya dan 25,93% siswa menyatakan pernah menggunakan benda di sekitar berupa lidi untuk belajar matematika ketika di rumah. Pada item pertanyaan mengenai benda-benda di sekitar yang dapat digunakan untuk belajar matematika 62,96% siswa menyatakan bahwa kayu dapat digunakan untuk belajar Matematika, 33,33% memilih tempurung kelapa dan 14,81% menyebutkan benda lainnya yaitu batu dan lidi.

Pada item mengenai urutan ciri-ciri alat peraga yang menarik bagi siswa, sebanyak 77,78% memilih warna sebagai urutan pertama, 74,07% siswa memilih bentuk sebagai urutan kedua, dan 81,84% siswa memilih bahan sebagai urutan yang ketiga. Selanjutnya 96,30% siswa memilih alat peraga yang mudah dibawa. Berikutnya sebesar 92,59% siswa menyatakan bahwa alat peraga memudahkan siswa untuk belajar Matematika. Untuk item berkaitan dengan kesalahan yang dilakukan siswa ketika belajar, sebanyak 59,26% lebih suka mengetahui kesalahannya sendiri dari alat peraga saat belajar matematika dan sisanya sebanyak 40,74% lebih suka mengetahui kesalahannya karena diberitahu guru atau teman ketika belajar matematika menggunakan alat peraga.

Item pertanyaan nomor 9 mengenai kemandirian siswa saat belajar, sebanyak 96,30% siswa menyatakan dapat menggunakan alat peraga tanpa bantuan guru atau teman untuk belajar matematika. Selanjutnya pada item pertanyaan nomor 10, sebanyak 66,67% siswa memilih lebih suka menggunakan alat peraga secara individu untuk belajar matematika, 18,52% memilih menggunakan alat peraga secara berkelompok, dan 14,81% memilih menggunakan alat peraga secara klasikal untuk belajar matematika.

Rekapitulasi hasil kuesioner analisis kebutuhan siswa dapat dilihat pada tabel 4.1 (lampiran 1.5 halaman 78). Berdasarkan kuesioner tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa membutuhkan alat peraga untuk belajar matematika yang memiliki empat kriteria yaitu menarik dengan urutan kriteria (1) warna, (2) bentuk, (3) bahan, dapat digunakan oleh siswa secara mandiri, memberikan

46 kesempatan kepada siswa untuk mengetahui dan mengoreksi sendiri kesalahan yang dilakukannya dan dapat digunakan secara individu.

4.3 Produksi Alat Peraga Montessori untuk Penjumlahan dan

Dokumen terkait