ANALISIS KEBUTUHAN DAN SILABUS EOP
Bab ini menyajikan dua bahasan pokok, yaitu hasil analisis kebutuhan dan silabus EOP.
Analisis kebutuhan dalam bab ini mengungkapkan kebutuhan institusi, siswa, dan dunia
kerja. Kebutuhan institusi terungkap melalui analisis berbagai dokumen terkait,
kebutuhan siswa terungkap melalui hasil kuesioner, dan kebutuhan dunia kerja
terungkap melalui hasil wawancara dengan praktisi dunia kerja.
Kesimpulan dari semua kebutuhan itu sebagai landasan dalam mengajukan silabus
EOP. Berikut ini pembahasannya.
4.1 Analisis kebutuhan
Kebutuhan di sini adalah kebutuhan terhadap pembelajaran bahasa Inggris dilihat dari
empat sudut pandang: pemerintah, institusi/sekolah, siswa, dan dunia kerja. Informasi
mengenai kebutuhan ini diperoleh melalui kegiatan analisis dokumen, kuesioner, dan
wawancara. Pembahasannya sebagai berikut.
4.1.1 Kebutuhan Pemerintah Akan Bahasa Inggris
Dalam UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003, pasal 3 penjelasan pasal 15 berbunyi
“pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta
didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”. Pasal ini dengan jelas
menginformasikan kepada institusi pendidikan dalam hal ini SMK bahwa pemerintah
membutuhkan lulusan SMK yang siap bekerja. Pernyataan ini mengandung pengertian
bahwa bahasa Inggris yang diajarkan di sekolah harus menunjang kebutuhan
pemerintah di atas, yakni bahasa Inggris untuk tujuan pekerjaan.
4.1.2 Kebutuhan Institusi/Sekolah Akan Bahasa Inggris
Kebutuhan institusi/sekolah akan bahasa Inggris dapat disimpulkan dari pernyataan visi
sekolah dan dalam KTSP. Dalam visi sekolah yang terkait dengan siswa, dinyatakan
bahwa menghasilkan tamatan yang profesional, mandiri, dan kompetitif. Untuk dapat
menjadi seperti ini, dibutuhkan bahasa Inggris yang berciri EOP, bukan lagi EAP.
Selain dalam visi sekolah kebutuhan akan bahasa Inggris institusi ini tercermin dalam
KTSP, yaitu (1) ruang lingkup pembelajaran bahasa Inggris meliputi aspek-aspek
komunikasi sehari-hari dan komunikasi dasar di lingkungan kerja, (2) standar
kompetensi terakhir bahasa Inggris adalah berkomunikasi dalam bahasa Inggris setara
level intermediate. Pernyataan ini menyiratkan bahwa institusi/sekolah membutuhkan
pembelajaran bahasa Inggris yang hasil akhirnya adalah menciptakan siswa mahir
berkomunikasi (lisan dan tertulis). Oleh karena itu dibutuhkan pembelajaran atau
silabus EOP.
4.1.3 Kebutuhan Siswa Akan Bahasa Inggris
Untuk dapat menganalisis kebutuhan siswa dalam mempelajari bahasa Inggris akan
lebih sempurna apabila diketahui profil siswa. Peneliti ini mengambil informasi masa
kini pada analisis Graves (2000) sebagai sarana menetapkan profil siswa. Dengan
demikian profil siswa ini menyangkut (1) keadaan siswa: usia, lamanya belajar bahasa
Inggris, (2) tingkat kemampuan bahasa Inggris pemelajar, (3) minat pemelajar terhadap
bahasa Inggris, (4) gaya belajar pemelajar, dan (5) sikap pemelajar terhadap bahasa
Inggris.
4.1.3.1 Keadaan Pemelajar
Untuk mengetahui keadaan pemelajar ditanyakan dalam kuesioner pertanyaan nomor
1-3. Responden diminta memilih satu jawaban yang sesuai dengan keadaannya.
Berdasarkan kuesioner yang telah diisi responden dan dikembalikan kepada peneliti ini
diperoleh informasi sebagai berikut. Dari hasil kuesioner pertanyaan nomor 1 mengenai
usia pemelajar kelas X, diketahui bahwa paling banyak responden , yakni 24 orang
(77,4%) berusia 15 tahun. Tidak ada responden yang memilih jawaban 17 tahun (0%).
Lihat tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1:
Usia Pemelajar Kelas X
Dalam tahun Total
14 15 16 17
% % % % %
Pemelajar
5 16,1 24 77,4 2 6.5 0 0 31 100
Usia ini tergolong yang paling muda di antara kelas atau tingkatan yang ada di
SMK. Untuk dapat memperoleh kompetensi yang berguna di dunia kerja harus diawali
dengan pencapaian kompetensi setahap demi setahap sesuai dengan perkembangan usia
pemelajar. Oleh karena itu, rumusan kompetensi untuk pemelajar usia seperti ini
dipilihkan rumusan kompetensi yang paling ringan di antara daftar kompetensi yang
ada. Dengan kata lain rumusan kompetensi harus berjenjang, dari kompetensi yang
mudah dilanjutkan dengan kompetensi yang lebih sulit. Ada kesinambungan antara
kompetensi yang pertama dengan kompetensi selanjutnya. Dengan demikian, rumusan
kompetensi dalam silabus EOP yang diajukan untuk kelas X ini adalah rumusan
kompetensi yang paling mudah dicapai diantara rumusan kompetensi yang lain.
Selain masalah usia, data lain yang menggambarkan profil responden pemelajar
adalah lamanya pemelajar belajar bahasa Inggris. Data mengenai hal ini digali melalui
kuesioner pertanyaan nomor 2. Pemelajar SMK N 6 Jakarta rata-rata telah belajar
bahasa Inggris selama 7 tahun. Hal ini diketahui dari 21 orang (67,7%) yang memilih
jawaban 7 tahun. Dengan demikian, mereka mulai mempelajari bahasa Inggris sejak
pendidikan sekolah dasar (SD) kelas 4. Dengan lama belajar bahasa Inggris selama 7
tahun diasumsikan pemelajar sudah menguasai pengetahuan bahasa Inggris dasar.
Dengan demikian, silabus yang berguna di dunia kerja dapat dimulai ketika pemelajar
memasuki pendidikan di SMK. Data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 4.2 di
bawah ini.
Tabel 4.2:
Lamanya Pemelajar Kelas X Belajar Bahasa Inggris
Dalam tahun Total
4 5 6 7
% % % % %
Pemelajar
1 3,2 3 9,7 6 19,4 21 67,7 31 100
Dengan tujuh tahun belajar bahasa Inggris maka lulusan SMK diasumsikan telah
menguasai bahasa Inggris umum, sehingga segera dapat dikembangkan ke bahasa
Inggris khusus, yakni untuk tujuan pekerjaan atau EOP.
Untuk mengetahui latar belakang pemelajar selain mengetahui usia dan lamanya
belajar bahasa Inggris, perlu juga diketahui bahasa yang mereka gunakan sehari-hari.
Dari jawaban tersebut diketahui 26 orang (83,9%) menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa dalam komunikasi sehari-hari di rumah. Di samping itu, 5 orang
(16,1%) menggunakan bahasa campuran (daerah, Indonesia, asing). Informasi
mengenai hal ini berguna bagi guru dalam menjalin komunikasi dengan siswa dalam
belajar-mengajar sehingga tidak ada hambatan ketika pembelajaran bahasa Inggris
diintensifkan pada dunia kerja. Tabel 4.3 memuat data secara lengkap.
Tabel 4.3:
Bahasa Sehari-hari yang Digunakan Pemelajar Kelas X di Rumah
Bahasa sehari-hari Total
Bahasa
Daerah Bahasa Indonesia Bahasa Asing Bahasa Campuran
(Daerah,
Indonesia,
dan Asing)
% % % % %
Pemelajar
0 0 26 83,9 0 0 5 16,1 31 100
4.1.3.2 Tingkat Kemampuan Bahasa Inggris Pemelajar
Namun tidak ada satu responden pun yang dapat mencapai tingkat intermediate. Data
ini memperkuat alasan yang telah diuraikan di atas bahwa begitu pemelajar memasuki
SMK mereka siap diberikan pembelajaran EOP. Lihat tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4:
Perolehan Skor TOEIC Pemelajar Kelas X
Tingkat Total
Novice
(5-250)
Elementary
(255-400)
Intermediate
(405-600)
% % % %
Pemelajar
16 51,6 15 48,4 0 0 31 100
4.1.3.3 Minat Pemelajar terhadap Bahasa Inggris
Aspek ketiga dalam informasi masa kini adalah minat pemelajar terhadap bahasa
Inggris. Data ini diperoleh melalui jawaban responden pemelajar dalam kuesioner
pertanyaan nomor 4-8. Kategori pilihan jawaban adalah selalu, kadang-kadang, jarang,
dan tidak pernah. Untuk membedakan pemahaman kadang-kadang dengan jarang
digunakan kriteria sebagai berikut. Apabila aktifitas itu dilakukan kurang dari tiga kali
dikategorikan jarang, tetapi lebih dari tiga kali dikategorikan kadang-kadang.
Secara umum, minat yang tinggi terhadap bahasa Inggris berguna untuk
mempercepat pencapaian kompetensi. Pertanyaan nomor 4 mengenai ketepatan
pemelajar dalam mengumpulkan tugas yang berhubungan dengan bahasa Inggris. Hasil
jawaban mengungkapkan bahwa jumlah responden yang memilih jawaban selalu, yang
diasumsikan sebagai minat tinggi yaitu 9 orang (29,0%). Selanjutnya, tidak ada
responden yang memilih jawaban tidak pernah yang diasumsikan sebagai minat rendah.
Perolehan persentase 0% pada jawaban tidak pernah terjadi juga pada pilihan jawaban
jarang. Perolehan persentase terbanyak (71,0%) terdapat pada pilihan jawaban
kadang-kadang. Dengan demikian, minat responden dapat dikategorikan sedang. Data
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5:
Mengerjakan Tugas atau Pekerjaan Rumah Bahasa Inggris Tepat Waktu
Pilihan Jawaban\ Total
Selalu
Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
% % % % %
Pemelajar
9 29,0 22 71,0 0 0 0 0 31 100
Selain menggali data mengenai minat pemelajar dalam bahasa Inggris dengan cara
memberikan pertanyaan mengenai cara mereka menyelesaikan PR, selanjutnya, peneliti
ini memberikan pertanyaan mengenai keaktifan mereka dalam upaya mengembangkan
kemampuan bahasa Inggris mereka, yakni dalam hal mengikuti kursus, kegiatan dan
lomba bahasa Inggris. Dalam kuesioner masalah ini ditanyakan dalam pertanyaan
nomor 5. Dari jawaban kuesioner responden yang menyatakan selalu terdapat 1 orang
(3,2%). Perolehan tertinggi berada pada jawaban jarang, yakni 16 orang (51,6%).
Dengan demikian minat pemelajar terhadap kegiatan bahasa Inggris dapat dikatakan
Tabel 4.6:
Mengikuti Kursus, Kegiatan, dan Lomba Bahasa Inggris
Pilihan Jawaban Total
Selalu
Kadang-kadang
Jarang Tidak
Pernah
% % % % %
Pemelajar
1 3,2 6 19,4 16 51,6 8 25,8 31 100
Untuk memperoleh informasi tambahan mengenai minat pemelajar dalam bahasa
Inggris ini, peneliti ini mengajukan pertanyaan yang lain yakni pertanyaan nomor 6
mengenai kegiatan yang berhubungan dengan listening, yakni mendengarkan lagu,
cerita, dan film berbahasa Inggris. Seperti pada pertanyaan nomor 5, peneliti ini
menyatukan 3 item kegiatan: mendengarkan lagu, cerita, dan film berbahasa Inggris
dengan maksud bahwa melakukan satu dari tiga kegiatan tersebut dianggap aktif.
Jawaban responden menunjukkan bahwa 6 orang (19,4%) yang memilih selalu.
Perolehan persentase tertinggi berada pada jawaban kadang-kadang, yaitu 20 orang
(64,5%). Dapat disimpulkan bahwa minat pemelajar terhadap listening dalam keadaan
sedang. Data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 4.7 di bawah ini.
Tabel 4.7:
Mendengarkan Lagu, Cerita, dan Film Berbahasa Inggris
Pilihan Jawaban total
Selalu
Kadang-kadang
Jarang Tidak
Pernah
% % % % %
Pemelajar
6 19,4 20 64,5 5 16,1 0 0 31 100
Setelah data yang terkait dengan minat pemelajar dalam listening, peneliti ini
menghadirkan pertanyaan kuesioner nomor 7 yang terkait dengan minat pemelajar
dalam reading, yakni membaca buku, koran, majalah, dan artikel berbahasa Inggris.
Seperti dalam kuesioner pertanyaan nomor 5 dan 6, peneliti ini menyatukan beberapa
item: buku, koran, majalah, dan artikel berbahasa Inggris. Perolehan data terlihat
sebagai berikut.
Dari data dalam tabel 4.8 terlihat kondisi minat pemelajar terhadap bahasa Inggris
yang tidak begitu menggembirakan. Hal ini nampak dari adanya 4 orang (12,9%) yang
memilih jawaban tidak pernah. Peneliti ini berpendapat bahwa selama masih berstatus
pemelajar, kegiatan utama yang dilakukan adalah membaca buku baik yang terkait
langsung dengan mata pelajaran maupun yang menunjang mata pelajaran itu. Data lain
yang memperkuat anggapan minat pemelajar yang belum menggembirakan ini terlihat
dari ketiadaan responden yang memilih selalu. Perolehan persentase tertinggi berada
pada jarang, yakni 58,1% disusul kadang-kadang, yakni 29,0%. Kesimpulan, minat
pemelajar terhadap reading dalam keadaan rendah.Tabel 4.8 berikut ini merangkum
keterangan di atas.
Tabel 4.8:
Membaca Buku, Koran, Majalah, dan Artikel Berbahasa Inggris
Pilihan Jawaban total
Selalu
Kadang-kadang
Jarang Tidak
Pernah
% % % % %
Pemelajar
0 0 9 29,0 18 58,1 4 12,9 31 100
Data terakhir yang digali peneliti ini yang terkait dengan minat pemelajar dalam
mempelajari bahasa Inggris, yaitu data tentang speaking. Dalam kuesioner pertanyaan
nomor 8 meminta responden memilih jawaban mengenai aktivitas speaking. Sama
dengan nomor-nomor di atas, peneliti ini menyatukan 3 item dalam mitra tutur
speaking, yaitu teman, guru, dan orang lain yang senang berbahasa Inggris.
Diasumsikan bahwa apabila pemelajar melakukan satu dari tiga item tersebut sudah
dapat diartikan memiliki keaktifan dalam speaking.
Hasil kuesioner pertanyaan nomor 8 menunjukkan bahwa tidak ada responden yang
memiliki aktifitas tinggi dalam speaking. Hal ini diketahui dari tidak adanya responden
yang memilih jawaban selalu. Bahkan, terdapat 5 orang (16,1%) pemelajar yang tidak
pernah melakukan aktivitas speaking. Data ini dapat diartikan kegiatan speaking siswa
rendah. Perhatikan tabel 4.9 di bawah ini.
Tabel 4.9:
Berbahasa Inggris dengan Teman, Guru, dan Orang Lain yang
Senang Berbahasa Inggris
Total
Selalu
Kadang-kadang
Jarang Tidak
Pernah
% % % % %
Pemelajar
0 0 11 35,5 15 48,4 5 16,1 31 100
Setelah menyimak data di atas dapat disimpulkan bahwa minat siswa terhadap bahasa
Inggris dalam keadaan sedang cenderung rendah. Kenyataan ini dapat dipandang
sebagai kebutuhan guru, yakni kebutuhan untuk meningkatkan minat siswa. Sebagai
pendidik dan pengajar, guru mempunyai tugas mengusahakan tercapainya kompetensi
dasar yang telah ditetapkan. Dengan meningkatkan minat siswa kompetensi dasar akan
lebih cepat tercapai.
4.1.3.4 Gaya Belajar Pemelajar
Aspek keempat dalam informasi masa kini ialah pilihan gaya belajar pemelajar.
Pertanyaan kuesioner nomor 9 sampai dengan nomor 14 menggali informasi tentang
pilihan gaya belajar pemelajar. Dalam penelitian ini, peneliti ini menghadirkan tiga
unsur yang berkaitan dengan gaya belajar pemelajar untuk konteks SMK kelompok
bisnis dan manajemen, yaitu materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan tugas yang
harus dikerjakan.
Materi pembelajaran ditanyakan dalam kuesioner pertanyaan nomor 9 dan 10 dan
hasilnya dapat dilihat dalam tabel 4.10 dan 4.11. Hasil kuesioner mengungkapkan
bahwa siswa menyukai materi pembelajaran bahasa Inggris yang bersifat teoretis.
Maksud peneliti ini dengan materi pembelajaran bahasa Inggris yang bersifat teoretis
adalah materi yang terkait dengan grammar/structure. Mayoritas responden: 61,3 %
menyatakan setuju dan 9,7 % sangat setuju. Data lengkap terlihat dalam tabel 4.10 di
bawah ini.
Tabel 4.10:
Materi Pembelajaran Bahasa Inggris Teoretis
Total
Sangat
setuju
Setuju Kurang
Setuju
Tidak
Setuju
% % % % %
Pemelajar
3 9,7 19 61,3 9 29,0 0 0 31 100
Dalam teori ESP disebutkan bahwa materi kosakata dan tata bahasa terintegrasi dengan
keempat keterampilan bahasa: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Pembahasan tata bahasa yang seringkali dipahami sebagai materi teoretis dapat
diajarkan terpisah dengan keempat keterampilan bahasa untuk kondisi tertentu, yakni
untuk menunjang kompetensi mengarang. Namun demikian, ada keengganan pemelajar
untuk menghafalkan pola kalimat. Keengganan ini disebabkan oleh banyaknya aturan
atau rumus kalimat. Gejala ini yang kemudian diartikan guru sebagai minat yang
rendah terhadap bahasa Inggris.
Dengan data di atas peneliti ini tidak serta-merta beranggapan bahwa
pemelajar tidak menyukai materi pembelajaran bahasa Inggris yang bersifat praktis.
Oleh karena itu, peneliti ini menghadirkan pertanyaan kuesioner yang berikutnya, yaitu
nomor 10, mengenai materi pembelajaran bahasa Inggris yang bersifat praktis. Data
yang diperoleh mengungkapkan bahwa responden yang menyatakan setuju dan sangat
setuju total berjumlah 93,6%. Lihat tabel 4.11.
Tabel 4.11:
Materi Pembelajaran Bahasa Inggris Praktis
Total
Sangat
setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
% % % % %
Pemelajar
5 16,1 24 77,4 2 6,5 0 0 31 100
Selanjutnya, peneliti ini tertarik untuk mengadakan wawancara dengan pemelajar
untuk memperoleh kejelasan sehubungan dengan kedua pilihannya tersebut (tabel 4.10
dan 4.11). Peneliti ini memperoleh keterangan bahwa materi pembelajaran teoretis
diinginkan siswa untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional (UN),
sedangkan materi pembelajaran praktis diinginkan siswa untuk mempersiapkan diri
memasuki dunia kerja.
Setelah unsur pertama yaitu materi pembelajaran, unsur kedua yang terkait dengan
pilihan gaya belajar pemelajar adalah proses pembelajaran. Sehubungan dengan hal ini,
peneliti ini menghadirkan dua pertanyaan sebagai pertanyaan nomor 11 dan 12 terkait
dengan aktivitas guru dan siswa. Data tersebut terungkap dalam tabel 4.12 dan 4.13.
Data dalam tabel 4.12 memberikan informasi bahwa mayoritas siswa tidak
menginginkan guru lebih banyak ceramah dalam proses pembelajaran bahasa Inggris.
Hal ini diketahui dari perolehan responden yang setuju guru lebih banyak ceramah
sebanyak 2 orang (6,5 %). Data lengkap lihat tabel 4.12 di bawah ini.
Tabel 4.12:
Guru Lebih Banyak Ceramah
Total
Sangat
setuju
Setuju Kurang
Setuju
Tidak
Setuju
% % % % %
Pemelajar
0 0 2 6.5 15 48,4 14 45,2 31 100
Dalam kesempatan berbincang-bincang dengan responden, peneliti ini menyatakan
bahwa untuk menjelaskan materi pembelajaran teoretis guru perlu lebih banyak
ceramah. Kemudian responden memberikan tanggapan, bahwa guru dapat saja ceramah
tetapi tidak perlu lama. Responden menginginkan materi pembelajaran teoretis yang
tidak disampaikan dengan banyak ceramah tetapi dengan latihan-latihan atau praktik.
Selanjutnya, peneliti ini mengajukan pertanyaan berikutnya, yakni nomor 12. Hasil
jawaban responden sebagai berikut. Responden yang memilih setuju dan sangat setuju
pemelajar lebih banyak beraktivitas total 77,4%. Keterangan selengkapnya lihat tabel
4.13 di bawah ini.
Tabel 4.13:
Pemelajar Lebih Banyak Beraktivitas
Total
Sangat
setuju
Setuju Kurang
Setuju
Tidak
Setuju
% % % % %
Pemelajar
8 25,8 16 51,6 6 19,4 1 3,2 31 100
Walaupun pilihan responden responden menyatakan bahwa mereka menyukai banyak
aktifitas, namun kenyataan di lapangan mengungkapkan bahwa banyak siswa sulit
untuk disuruh melakukan praktik di depan kelas dengan alasan malu, takut, dan tidak
bisa. Kondisi ini merupakan tantangan bagi guru untuk menciptakan suasana belajar
bahasa Inggris yang dapat mendorong keberanian siswa untuk praktik.
Unsur ketiga yang termasuk dalam gaya belajar pemelajar adalah tugas yang harus
dikerjakan pemelajar. Tugas yang dimaksud di sini adalah tugas yang harus dikerjakan
responden untuk menunjang pemahaman terhadap bahasa Inggris. Tugas ini dapat
dikerjakan di sekolah atau pun di rumah sesuai petunjuk guru. Sehubungan dengan hal
itu, peneliti ini mengajukan dua macam pertanyaan seperti yang terdapat pada
kuesioner nomor 13 dan 14, dan hasilnya tertera dalam tabel 4.14 dan 4.15.
Hasil dari jawaban responden terkait nomor 13 sebagai berikut. Pada umumnya
pemelajar senang mengerjakan tugas bahasa Inggris secara perorangan, yang terungkap
dari perolehan persentase setuju dan sangat setuju total mencapai 58,1 %. Tetapi ada
juga siswa yang tidak menyukai hal ini terlihat dari pilihan responden yang tidak setuju
dan kurang setuju total 38,7%. Lihat tabel 4.14 di bawah ini.
Tabel 4.14:
Tugas Dikerjakan Secara Perorangan
Total
Sangat
Setuju
Setuju Kurang
Setuju
Tidak
Setuju
% % % % %
Pemelajar
2 6,5 16 51,6 11 35,5 1 3,2 31 100
Peneliti ini ingin mengetahui apakah benar-benar pemelajar menginginkan cara
mengerjakan tugas yang menjadi kewajibannya itu secara perorangan. Sehubungan
dengan hal itu peneliti ini mengajukan pertanyaan kuesioner nomor 14. Setelah
dihitung perolehan jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner nomor 14
hasilnya terlihat sebagai berikut.
Responden yang memilih setuju dan sangat setuju untuk tugas yang dikerjakan
secara kelompok memperoleh total 87,1%. Untuk memperoleh kejelasan terhadap
pilihan pemelajar mengenai cara mengerjakan tugas ini, selanjutnya peneliti ini
mengadakan wawancara dengan beberapa responden dan guru bahasa Inggris. Dari situ
diketahui bahwa ada dua macam tugas yang diberikan guru, yaitu tugas yang sesuai
untuk dikerjakan secara perorangan dan tugas yang sesuai dikerjakan secara kelompok.
Lihat tabel 4.15.
Tabel 4.15:
Tugas Dikerjakan Secara Kelompok
Pilihan Jawaban Total
Sangat
Setuju
Setuju Kurang
Setuju
Tidak
Setuju
% % % % %
Pemelajar
8 25,8 19 61,3 4 12,9 0 0 31 100
4.1.3.5 Sikap Pemelajar terhadap Bahasa Inggris
Aspek kelima dalam informasi masa kini ialah sikap pemelajar terhadap bahasa
Inggris. Untuk menjaring data mengenai sikap pemelajar terhadap bahasa Inggris,
peneliti ini menghadirkan 3 pertanyaan dalam kuesioner, yakni pertanyaan nomor 15,
16, dan 17, yang masing-masing tentang penting atau tidaknya mempelajari bahasa
Inggris, bahasa Inggris merupakan syarat utama bekerja, dan perlu atau tidaknya bahasa
Inggris dipelajari sejak dini. Data dari hasil jawaban kuesioner pertanyaan nomor 15
menunjukkan bahwa bahasa Inggris sangat penting untuk dipelajari. Hal ini diketahui
dari semua responden (100 %) menyatakan ya. Lihat tabel 4.16 di bawah ini.
Tabel 4.16:
Bahasa Inggris Sangat Penting untuk Dipelajari
Pilihan Jawaban Total
Ya Tidak
% % %
Pemelajar
Peneliti ini menemukan sesuatu yang berlawanan yakni di satu sisi responden pemelajar
mengakui bahwa bahasa Inggris sangat penting untuk dipelajari. Namun, disisi lain
minat mereka terhadap bahasa Inggris seperti diuraikan di atas hanya sedang. Bahkan,
guru menilai minat pemelajar ini yang mereka istilahkan dengan motivasi adalah
rendah. Selanjutnya, peneliti ini mewawancarai beberapa responden mengenai minat
mereka terhadap bahasa Inggris. Hasil wawancara mengungkapkan bahwa faktor yang
membuat mereka tidak berminat adalah materi pembelajaran bahasa Inggris yang
banyak menghafal rumus. Di sisi lain, guru merasa perlu memberikan materi itu. Oleh
karena itu, ketika mereka tidak mendapatkan yang diinginkannya mereka cenderung
tidak mengikuti pembelajaran secara maksimal.
Selain siswa menyadari bahwa bahasa Inggris sangat penting untuk dipelajari,
mereka juga menyatakan bahwa kemampuan bahasa Inggris merupakan syarat utama
untuk bekerja di perusahaan. Hal ini dapat diketahui dari perolehan jawaban responden
untuk kuesioner nomor 16, yakni persentase untuk ya sebesar 96,8% seperti tertera
dalam tabel 4.17 di bawah ini.
Tabel 4.17:
Kemampuan Berbahasa Inggris Merupakan Syarat Utama untuk
Bekerja di Perusahaan
Total
Ya Tidak
Total
% % %
Pemelajar
30 96,8 1 3,2 31 100
Selanjutnya, siswa menyadari bahwa diperlukan waktu yang panjang untuk dapat
terampil berbahasa Inggris. Waktu tersebut dapat diawali sejak dini, yakni sejak Taman
Kanak-kanak (TK). Pernyataan ini terungkap dari perolehan jawaban ya sebanyak
90,3% untuk kuesioner pertanyaan nomor 17. Lihat table 4.18.
Tabel 4.18:
Bahasa Inggris Perlu Diajarkan Sejak Taman Kanak-kanak (TK)
Total Total
Ya Tidak
% % %
Pemelajar
28 90,3 3 9,7 31 100
Dari hasil kuesioner pertanyaan nomor 1-17 menghasilkan profil siswa SMK N 6
Jakarta sebagai berikut. Mayoritas siswa SMK N 6 Jakarta kelas X berusia 15 tahun.
Mereka telah belajar bahasa Inggris selama hampir 7 tahun. Penguasaan bahasa Inggris
mereka berada pada level novice, namun sebagian dari mereka mampu menempati level
elementary.
Minat siswa SMK N 6 Jakarta terhadap bahasa Inggris berada pada posisi sedang.
Mereka senang dengan materi pembelajaran teoretis dan praktis yang tidak
disampaikan dengan banyak ceramah. Pada dasarnya mereka memiliki sikap positif
terhadap bahasa Inggris, namun kurang berani mengekspresikan dalam bentuk latihan
praktik.
4.1.3.6 Tujuan dan Harapan Pemelajar dalam Mempelajari Bahasa Inggris
Data mengenai tujuan dan harapan pemelajar dalam mempelajari bahasa Inggris
dijaring melalui kuesioner yang terdiri atas 3 item, yaitu alasan pemelajar memilih
belajar di SMK (kuesioner pertanyaan nomor 18), yang ingin dipelajari di SMK
(kuesioner pertanyaan nomor 19), dan aktivitas yang akan dilakukan setelah
menyelesaikan pendidikan (kuesioner pertanyaan nomor 20).
Berdasarkan hasil kuesioner kebanyakan responden memilih belajar di SMK
karena ingin mempersiapkan diri untuk bekerja. Data yang menunjang pernyataan ini
adalah pilihan responden terhadap pilihan jawaban siap bekerja yang memperoleh
persentase 83,9%, walaupun ada juga beberapa responden yang memilih alasan lain,
yakni biaya lebih murah dari SMU sebanyak 3,2% dan lebih banyak praktik daripada
teori sebanyak 12,9%. Lihat tabel 4.19 di bawah ini.
Tabel 4.19:
Alasan Pemelajar Memilih Belajar di SMK
Total
Banyak
Hafalan Biaya Lebih
Murah Dari
SMU
Siap
Bekerja Lebih Banyak
Praktik
Daripada
Teori
% % % % %
Pemelajar
0 0 1 3.2 26 83.9 4 12.9 31 100
Dalam kuesioner pertanyaan nomor 19 menunjukkan bahwa di SMK responden ingin
mendapat pembekalan tentang cara bekerja, dengan perolehan persentase sebesar
83,9% di samping 16,1% untuk yang menginginkan mendapat pelajaran praktis. Lihat
tabel 4.20 di bawah ini.
Tabel 4.20:
Yang Ingin Dipelajari di SMK
Total
Pelajaran
Teoretis Pelajaran Praktis Cara Bekerja Informasi tentang
Akademi/U
niversitas
% % % % %
Pemelajar
0 0 5 16.1 26 83.9 0 0 31 100
Data mengenai mayoritas keinginan responden di atas, diperkuat dengan hasil
Dalam dokumen
Endang Sundari NPM
(Halaman 104-147)