• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 Hasil dan Pembahasan

4.2. Analisis Kebutuhan Penanganan

Sub bab ini akan membahas mengenai kebutuhan penanganan terhadap permasalahan pada sistem penghubung di jalur perencanaan jalan setapak. Sistem penghubung adalah sistem yang menghubungkan berbagai jenis peruntukan lahan baik secara makro maupun mikro. Pada sistem penghubung inilah semua aktivitas masyarakat berlangsung (Danisworo, 1980). Pada kawasan perencanaan, permasalahan yang timbul antara lain :

1) Sirkulasi yang bercampur antara pejalan kaki dengan pengguna sepeda

Hal ini sudah menjadi sesuatu yang lumrah dilihat utamanya pada kawasan perencanaan yang terletak di tepi pantai. Fasilitas yang disediakan untuk pejalan kaki menjadi Gambar 4.16. Eksisting Jalan Padanggalak

tercampur penggunaannya dengan pengguna sepeda. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena memang tidak disediakan pembatas antara pengguna sepeda dengan pejalan kaki dan tidak ada regulasi yang mendukung pembedaan penggunaan fasilitas tersebut.

Gambar 4.17. Jalur Pejalan Kaki Menyatu dengan Pengguna Sepeda

2) Penataan parkir yang kurang optimal

Padatnya pengunjung dan minimnya lahan yang digunakan untuk parkir mengakibatkan parkir memanfaatkan area-area yang ada termasuk area pejalan kaki. Tidak jarang parkir kendaraan semrawut pada areal parkir yang telah disediakan. Hal tersebut tentunya dapat mengganggu sirkulasi orang yang melalui area tersebut.

Gambar 4.18. Penataan Parkir pada Kawasan Penelitian

3) Kurangnya aktivitas pendukung pada area pejalan kaki

Pada beberapa lokasi di kawasan perencanaan, area pejalan kaki terlihat tampak terlalu “polos” dalam pengertian tidak terdapat aktivitas pendukung sedikit pun. Berbeda dengan lokasi seperti di pantai Sanur dan Sindhu yang area pejalan kakinya penuh dengan berbagai aktivitas pendukung.

Perlu dilakukan penyeimbangan keberadaan aktivitas pendukung di semua lokasi yang direncanakan. Di samping dapat mendukung aktivitas yang ada di dalamnya, juga dapat mendorong kemajuan ekonomi kreatif masyarakat.

b. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Way)

Sub bab ini akan membahas mengenai kebutuhan penanganan terhadap permasalahan pada jalur pejalan kaki di jalur perencanaan jalan setapak. Menurut Danisworo (1980), jalur/area pejalan kaki adalah elemen penting dalam perancangan kota, karena berperan sebagai sistem kenyamanan dan sistem pendukung vitalitas ruang-ruang kota. Sistem pedestrianisasi yang baik dapat mereduksi ketergantungan terhadap kendaraan di daerah pusat kota, meningkatkan daya tarik ke pusat kota, mendukung peningkatan kualitas lingkungan dengan sistem skala manusiawi, mendorong kegiatan komersial dan membantu memperbaiki kualitas udara. Pada kawasan perencanaan, permasalahan yang timbul antara lain :

1) Penggunaan jalur pejalan kaki yang tidak sesuai dengan fungsinya

Gambar 4.19. Area Pejalan Kaki yang Minim dengan Aktivitas Pendukung

Gambar 4.20. Area Pejalan Kaki yang Penuh dengan Aktivitas Pendukung

Hal ini sangat umum terjadi tidak hanya pada kawasan perencanaan. Pemanfaatan jalur pejalan kaki diluar fungsinya sering dilakukan oleh masyarakat. Jalur pejalan kaki selain digunakan untuk berjalan juga dimanfaatkan sebagai lahan parkir, tempat penampungan sampah, hingga untuk menjemur pakaian. Pemanfaatan di luar fungsinya sebagai suatu jalur pejalan kaki, selain mengganggu bagi para pejalan kaki tentunya akan merusak tampilan dari jalur pejalan kaki dan lingkungan di sekitarnya.

2) Jalur pejalan kaki yang perlu ditata kembali Banyak jalur pejalan kaki yang memerlukan penataan kembali, karena rusak, terputus dan berlubang, bahkan pada beberapa lokasi tidak terdapat jalur pejalan kaki.

Gambar 4.23. Jalan yang Belum Memiliki Jalur

Gambar 4.21. Jalur Pejalan Kaki Diserobot Parkir, Bungkusan Sampah dan Jemuran

c. Ruang Terbuka Hijau dan Landscape

Sub bab ini akan membahas mengenai kebutuhan penanganan terhadap permasalahan pada ruang terbuka hijau dan landscape di jalur perencanaan jalan setapak. Menurut Shirvani (1985) ruang terbuka (open space) meliputi landsekap, hardscape (jalan, trotoar, dsb) taman dan tempat rekreasi dalam kota. Ruang kosong yang disebut super holes tidak termasuk open space. Elemen ruang terbuka adalah taman dan plasa (square), ruang terbuka hijau kota, termasuk pepohonan, semak-semak, tumbuh-tumbuhan, badan air, penerangan, perkerasan, kios, pembuangan sampah, air mancur/minum, patung jam dan sebagainya yang terdapat di dalamnya. Area pejalan kaki, rambu dan tanda termasuk elemen ruang terbuka.

Pada kawasan perencanaan beberapa area sudah tertata dengan baik, karena terkait dengan perdagangan tanaman hias dan aktivitas pariwisata. Akan tetapi pada beberapa area yang khususnya terkait dengan permukiman penduduk, jalur pejalan kaki masih memerlukan penataan dengan elemen landscape untuk menciptakan tampilan yang lebih baik dan menarik guna menambah estetika visual ruang jalan.

d. Perabot Jalan (Street Furniture)

Sub bab ini akan membahas mengenai kebutuhan penanganan terhadap permasalahan perabot jalan (street furniture) di jalur perencanaan jalan setapak. Secara umum, elemen perabot jalan (street furniture) terdiri atas lampu penerangan jalan, lampu taman, lampu parkir dan pedestrian, tempat sampah, papan informasi, bangku taman, halte, rambu lalu lintas, dan pos keamanan. Pada kawasan perencanaan permasalahan yang timbul adalah perlunya penataan kembali terhadap papan informasi, lampu penerangan jalan dan lampu taman, dan tempat sampah.

Gambar 4.24. Tampilan RTH dan Landscape

yang Dapat Dikembangkan

Gambar 4.25. Area Pejalan Kaki Dibuat secara Pribadi dan Perlu Ditata Lebih Baik

e. Petanda (Signage)

Sub bab ini akan membahas mengenai kebutuhan penanganan terhadap permasalahan petanda (signage) di jalur perencanaan jalan setapak. Dari segi perencanaan, papan nama/reklame/informasi perlu diatur agar terjalin kecocokan lingkungan, pengurangan dampak visual negatif, mengurangi kebingungan dan kompetisi antara papan informasi publik dan papan reklame. Papan nama/reklame yang dirancang baik akan menambah kualitas tampilan bangunan dan memberi kejelasan informasi usaha. Pada kawasan perencanaan permasalahan yang timbul adalah papan informasi serta papan nama jalan dan petunjuk arah yang perlu di-redesign kembali agar dapat lebih jelas dan informatif.

Gambar 4.26. Lampu Penerangan dan Rambu yang Perlu di-Redesign

Sedangkan untuk papan reklame perlu ditata agar tidak mengganggu tampilan lingkungan sekitarnya.

4.3. Visi Penataan

Dokumen terkait