• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Finansial Kontraktor Proyek Kegiatan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.5 Analisis Kelayakan Finansial Kontraktor Proyek Kegiatan

Analisis finansial menguraikan 3 hal, yaitu pendapatan (inflow), pengeluaran (outflow), dan cash flow. Berikut hasil pengamatan di lokasi kerja :

5.5.1 Pendapatan (Inflow)

Pendapatan berdasarkan dari jumlah jam kerja yang dihasilkan per bulan. Dalam satu hari, rata-rata jam kerja adalah 14 jam, sehingga dengan jumlah hari kerja 25 hari per bulan akan dihasilkan 350 jam kerja per bulan. Beberapa faktor yang mempengaruhi jam kerja adalah kondisi alat berat, cuaca, dan ketersediaan bahan bakar.

Dalam penelitian ini, harga per jam menjadi variable dengan melihat kondisi pasar di lokasi kerja. Harga per jam terdiri dari Rp. 200.000 per jam, Rp. 225.000 per jam, dan Rp. 250.000 per jam. Pembagian harga per jam ini dimaksudkan untuk menjadi pertimbangan kontraktor ketika negosiasi dengan perusahaan kebun, apakah dengan harga minimal sebesar Rp. 200.000 per jam sudah dapat dijadikan sebagai proyek yang layak. Berikut inflow yang diperoleh

oleh kontraktor penanaman kembali dengan investasi 2 unit excavator 2 ton yang disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12 Pendapatan Per Tahun Berdasarkan Harga Per Jam Unit Excavator

5.5.2 Pengeluaran (Outflow)

5.5.2.1 Biaya Investasi, Bunga, dan Depresiasi

Biaya investasi merupakan biaya awal yang harus dikeluarkan untuk memulai usaha, diantaranya adalah pembelian alat berat, peralatan services, alat kantor, peralatan komunikasi, dan fasilitas tempat tinggal. Biaya investasi tersebut diperoleh berdasarkan wawancara oleh pihak kontraktor di lapangan. Berikut persentase biaya investasi yang harus dikeluarkan disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Biaya Investasi

Berdasarkan tabel di atas diketahui pembelian alat menjadi biaya investasi tertinggi yaitu 99% dari biaya investasi. Dengan perincian biaya investasi tersebut, diharapkan kontraktor dapat mempertimbangkan untuk membeli alat berat yang berkualitas.

Berkaitan dengan investasi, akan diperhitungkan juga biaya bunga dan biaya depresiasi. Biaya bunga dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Biaya Bunga

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa biaya bunga tahun pertama sebesar Rp. 266.576.400 dan selanjutnya menurun untuk tahun kedua (Rp. 177.717.600) tahun ketiga (Rp. 88.858.800). Hal ini dikarenakan suku bunga yang dipakai adalah suku bunga efektif sebesar 15% per tahun dengan jangka waktu angsuran selama 3 tahun.

Untuk biaya depresiasi, dipengaruhi oleh umur pakai alat berat dan resale

value pada saat umur ekonomis tercapai. Umur pakai alat adalah 5 (lima) tahun

dan resale value sebesar 30%. Sedangkan untuk investasi lain seperti alat kantor,

fasilitas tempat tinggal, dan alat komunikasi, umur pakainya adalah lima tahun dengan nilai resale value adalah Rp. 0. Berikut besarnya depresiasi yang disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Biaya Depresiasi

5.5.2.2 Biaya Operasional

Untuk biaya operasional terdiri dari gaji karyawan, administrasi dan kantor, komunikasi, kendaraan operasional, bahan bakar kendaraan operasional, pemeliharaan alat, dan asuransi. Berikut persentase biaya operasional yang disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Biaya Operasional

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa biaya pemeliharaan alat adalah komponen biaya operasional terbesar yaitu Rp. 330.000.000 atau 55%. Besarnya biaya tersebut karena kondisi alat sangat menentukan kelancaran operasional di lapangan, sehingga kondisi alat yang baik akan menghasilkan pendapatan sesuai dengan target yang diharapkan. Gaji karyawan juga menjadi komponen biaya operasional yang dominan. Besarnya biaya gaji sebagian besar dari gaji operator yang di bayar per jam, yaitu sebesar Rp. 15.000.

Biaya operasional setiap tahunnya akan mengalami peningkatan akibat dari kenaikan harga (inflasi). Berdasarkan data dari Bank Indonesia5, inflasi rata-rata dari Januari 2009 hingga Desember 2010 adalah sebesar 5,01%. Oleh karena itu di dalam penelitian ini akan digunakan asumsi nilai inflasi sebesar 5% per tahun.

Untuk asuransi merupakan biaya yang harus dikeluarkan sebagai pengaman apabila terjadi kecelakaan terhadap alat berat maupun pekerja. Untuk pekerja biaya asuransi telah dimasukkan ke dalam unsur gaji, dengan besar 5% dari gaji pokok. Sedangkan untuk alat berat, biaya asuransi adalah sebesar 1 % per tahun dari harga beli. Maka biaya asuransi untuk 2 unit alat berat adalah Rp 22.000.000.

5.5.3 Indikator Proyek

Indikator proyek (NPV, IRR, BCR, dan PP) merupakan pertimbangan untuk menentukan apakah suatu proyek dinyatakan layak atau tidak layak. Pada Tabel 13 akan disajikan indikator proyek yang telah dihitung berdasarkan pengamatan di lapangan.

5

Tabel 13 Indikator Proyek

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa kondisi A (harga per jam Rp. 200.000) memiliki nilai NPV terkecil, yaitu sebesar Rp. 18.736.197. Sedangkan kondisi C (harga per jam Rp. 250.000) memiliki nilai NPV terbesar, yaitu sebesar Rp. 760.493.657. Jadi, berdasarkan nilai NPV, kondisi A, B, dan C memenuhi kriteria yang layak yaitu memiliki nilai yang positif. Berikut grafik nilai NPV yang disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13 Nilai Net Present Value pada Tiap Kondisi.

Untuk nilai IRR, kondisi A memiliki nilai IRR yang terendah, yaitu 15%, sedangkan yang tertinggi adalah kondisi C sebesar 27%. Nilai IRR harus lebih besar dari suku bunga bank, sehingga dimaksudkan bahwa dengan berinvestasi (jasa kontraktor) akan lebih menguntungkan daripada menyimpan uang di bank. Dari asumsi suku bunga bank yang digunakan adalah 15%. Jadi, hanya kondisi B (harga per jam Rp. 225.000) dan C (harga per jam 250.000) yang memenuhi kriteria layak untuk IRR. Berikut grafik nilai IRR yang disajikan pada Gambar 14.

Suku bunga bank (15%)

Gambar 14 Nilai Internal Rate of Return pada Tiap Kondisi.

Untuk nilai BCR, kondisi A memiliki nilai BCR yang terendah, yaitu sebesar 1,01, sedangkan yang tertinggi adalah kondisi C sebesar 1,34. Dari ketiga kondisi (A,B, dan C), semuanya memenuhi kriteria yang layak, yaitu nilai BCR lebih besar dari satu. Dan untuk nilai payback period, semakin cepat maka semakin baik untuk suatu proyek. Kondisi C memiliki payback period tercepat yaitu 4,25 tahun, sedangkan kondisi A memiliki payback period terlama yaitu 5,93 tahun. Pada Gambar 15 dan 16 dapat dilihat dengan grafik nilai BCR dan

Payback Period.

Gambar 15 Nilai Benefit Cost Ratio pada Tiap Kondisi.

Jadi, berdasarkan nilai NPV, IRR, BCR, dan payback period, hanya kondisi B (harga per jam Rp. 225.000) dan kondisi C (harga per jam Rp. 250.000) yang dinyatakan layak. Sedangkan kondisi A (harga per jam Rp. 200.000) dinyatakan tidak layak karena nilai IRR kurang atau sama dengan suku bunga bank, yaitu sebesar15%.

Dengan mengetahui kondisi yang layak secara finansial, maka kontraktor akan mengambil kebijakan harga sekitar Rp. 225.000 per jam – Rp. 250.000 per jam. Mengenai apakah harga Rp. 225.000 per jam atau Rp. 250.000 per jam, akan ditentukan dalam negosiasi antara kontraktor dengan pemilik kebun.

Dokumen terkait