• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk menganalisis kegiatan SPP yang dimotori oleh UPK sebagai sebuah bentuk kelembagaan, yang diidentifikasi adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal

61

terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor internal dan eksternal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

1. Kekuatan (strengths)

a. Prosedur dan syarat pengajuan kredit mudah dan ringan

Proses pengajuan kredit yang dijalankan mudah bagi kelompok. Anggota yang tergabung di kelompok yang ingin meminjam cukup membuat perkiraan jumlah pinjaman di rapat dusun. Setelah itu dibawa di rapat dusun, penyusunan proposal, diajukan di musyawarah kecamatan, verifikasi usulan, penentuan peringkat usulan di MAD Penetapan Usulan dan tinggal menunggu pencairan dana. Dalam prosesnya tidak dikenakan biaya administrasi. Persyaratannya juga mudah yaitu syarat berkelompok yang disertai fotokopi KTP, KK, dan pas foto. Selain itu hanya mengisi formulir yang ditetapkan program tanpa menyertakan agunan. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden.

b. Ada pendampingan kepada kelompok

Proses pemberdayaan yang panjang sejak sosialisasi kepada masyarakat merupakan awal pendampingan bagi kelompok SPP untuk memahami kebutuhan mereka. Dalam membuat usulan pinjaman mereka didampingi. Setelah mendapatkan pinjaman, kelompok SPP tetap mendapat pendampingan, baik dari administrasi dan laporan keuangan kelompok. Mereka mendapat bimbingan mengenai penanganan masalah jika terjadi penunggakan anggota serta masalah- masalah lain yang mereka hadapi. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden.

c. Pelaksanaan tanggung renteng berjalan baik

Kesepakatan kelompok dalam tanggung renteng yang menjadi kekuatan bagi UPK berjalan baik dalam pelaksanaan. Banyak anggota yang tidak bisa membayar tepat waktu bisa dibantu sesama anggota untuk menalangi pengembalian kredit. Berjalannya tanggung renteng menjadikan pengembalian kredit lancar sehingga tunggakan bisa ditekan sekecil-kecilnya oleh UPK. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden.

d. Musyawarah efektif memberikan informasi kepada masyarakat

Musyawarah yang merupakan proses demokratisasi dalam program termanfaatkan dengan baik dalam menginformasikan berbagai hal tentang

62

kegiatan SPP dan lainnya. Begitu pula dalam hal pengambilan berbagai keputusan yang melibatkan kaum perempuan bermanfaat banyak untuk perkembangan kegiatan SPP. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden.

e. Bantuan dana SPP sangat bermanfaat bagi anggota

Dana SPP yang dipinjamkan kepada pemanfaat program dirasakan sekali manfaatnya. Peningkatan pendapatan ekonomi rumah tangga membantu masyarakat meningkatkan taraf hidup mereka dengan mudah dan mendidik. Tumbuh pula kegiatan-kegiatan ekonomi baru bagi peminjam dana SPP yang menjadikan terbukanya lapangan kerja baru di masyarakat. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden.

f. UPK memiliki SDM berkualitas

Pengurus UPK sebagai pengelola kegiatan SPP di kecamatan yang melakukan proses pemberdayaan ekonomi RTM memiliki pendidikan yang baik. Dua dari tiga pengurus UPK sudah menyandang gelar sarjana, sedangkan sekretarisnya lulusan DII dan sedang menyelesaikan S1 di perguruan tinggi. Semua pengurus memiliki motivasi yang kuat dan berkomitmen untuk memajukan kegiatan SPP dan pemberdayaan ekonomi di wilayah kerja mereka. Kondisi ini menjadi kekuatan lembaga untuk terus maju dalam proses peningkatan kesejahteraan masyarakat. Faktor ini merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan.

g. Kontrol yang kuat dari masyarakat luas

Untuk pengelolaan program, masyarakat dari bawah terus dilibatkan secara partisipatif, pemilihan UPK dan pelaku-pelaku lain secara demokrasi termasuk besarnya bunga/jasa pinjaman dan penggunaan surplus UPK diserahkan kepada masyarakat kecamatan yang disesuaikan dengan aturan program yang memang diarahkan untuk kelestarian program. Dengan keterlibatan masyarakat dalam penentuan jasa pinjaman, pemilihan pelaku, pelaksanaan, pengawasan, dan pemeliharaan program termasuk dalam penyelesaian masalah menjadikan kegiatan SPP kuat dan mengakar di masyarakat. Mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab dalam program. Faktor ini merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan.

63

h. Peran perempuan cukup dominan dalam pengelolaan usaha

Peran perempuan yang cukup dominan dalam pengelolaan usaha menjadi cerminan berjalannya prinsip keseteraan dan keadilan gender dalam kegiatan SPP. Ini menjadi kekuatan bagi program karena merujuk penelitian Suman (2007), pengelolaan usaha oleh perempuan lebih mampu menghasilkan pendapatan daripada pengelolaan oleh laki-laki. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden.

i. Pemberlakuan reward and punishment

Ada pemberlakuan bagi kelompok SPP yang tepat waktu membayar akan mendapatkan reward. Reward-nya bisa berupa penambahan pinjaman berikutnya, penghargaan kelompok, Bonus Pengembalian Tepat Waktu (BPTW), dan bonus. Selama ini yang sudah diberikan berupa BPTW yang besarnya 5% dari total bunga setahun yang didapatkan dari kelompok SPP dan penambahan jumlah pinjaman sampai 100%. Sebaliknya, untuk kelompok SPP yang terlambat dalam mengembalikan pinjaman akan mendapatkan punishment berupa denda Rp 1.000 per hari keterlambatan dan jumlah pinjaman tetap (jika tunggakan satu sampai dengan dua kali) atau dikurangi 25% dan foto peminjam ditempel di papan pengumuman di setiap desa (jika tunggakan lebih dari dua kali). Adanya ketentuan ini mendorong kelompok SPP untuk mengembalikan pinjaman tepat waktu. Faktor ini merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan.

j. Pelayanan yang baik dari UPK

Pemanfaat dana SPP merasa puas atas pelayanan yang diberikan UPK di kantor. Ini menjadi kekuatan dan modal bagi kegiatan SPP untuk terus berjalan. Pelayanan yang memuaskan akan membangun image yang baik bagi lembaga sehingga diharapkan masyarakat akan tertarik untuk memanfaatkan dana SPP. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden.

2. Kelemahan (weaknesses)

a. Pengendapan dana cukup lama dengan jumlah besar

Biasanya setelah pengembalian bulan ketiga (atau bulan keenam dari pencairan yang lebih awal), dana sudah mulai mengendap di UPK dan hal ini sudah terulang selama tiga tahun. Hal ini disebabkan karena dana UPK yang cukup besar dengan peminjam dan besar pinjaman anggota SPP yang masih

64

terbatas sehingga dana perguliran tidak selalu terserap habis tiap waktu. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia juga berkomentar yang sama. Faktor ini merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan dari laporan keuangan UPK. b. Proses pencairan relatif lama

Pencairan dana SPP reguler harus menunggu MAD baik prioritas usulan maupun penetapan usulan, setelah itu masih menunggu Surat Penetapan Camat (SPC) dan kesiapan dana dari BLM pusat. Ini memakan waktu berbulan-bulan. Begitu juga dengan dana SPP perguliran (walaupun relatif lebih cepat dari reguler) yang juga menunggu MAD Perguliran dan SPC. Ditambah lagi jika terjadi penunggakan pengembalian di desa yang sama juga menghambat anggota lain dalam pencairan (pencairan dana semua kelompok SPP desa setempat ditunda dahulu sampai masalah penunggakannya diselesaikan). Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden.

c. Pemberdayaan ekonomi RTM belum dijalankan

Sasaran SPP seharusnya diprioritaskan untuk keluarga/RTM. Kenyataan di lapangan menunjukkan banyak pemanfaat dana SPP dari kalangan non-RTM. Idealnya pemberdayaan ekonomi RTM-lah yang menjadi fokus dalam arti proses pemberdayaan sesuai tahapan. Meskipun secara prestasi dari sisi laba usaha UPK maupun kelancaran pengembalian kredit dinilai berhasil, tetapi sesungguhnya fokus program dan prinsip utama demi mencapai visi program belum berjalan sesuai dengan ruh program. Kelemahan ini memang menjadi sebuah realitas PNPM-MPd yang juga terjadi di daerah-daerah lain di Indonesia. Penulis menilai belum terpahamkannya paradigma yang benar tentang ruh pemberdayaan kepada fasilitator, baik tingkat kecamatan, kabupaten, sampai provinsi, apalagi di tingkat desa. Pengalaman pelaku mengindikasikan adanya beban program banyaknya kewajiban pembuatan laporan dan pencapaian target pelaksanaan alur program menjadikan proses pemberdayaan tidak mampu dilaksanakan secara ideal. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden.

d. Simpanan anggota tidak berkembang

Simpanan anggota yang ditabung setiap bulan ataupun setiap pekan bahkan ada sebagian harian, termasuk simpanan wajib banyak dibagikan kembali kepada anggota kelompok jika angsuran sudah selesai dibayarkan kepada UPK.

65

Akibatnya setiap awal tahun berikutnya, kas kelompok menjadi mengecil kembali. Padahal diharapkan semakin lama semakin berkembang dan memajukan kelompok menjadi mandiri, sehingga fungsi kelompok SPP menjadi executing

(pengelola pinjaman), tidak lagi sekedar channelling (penghubung). Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden.

e. Fasilitasi pengembangan usaha anggota masih lemah

Fasilitasi kelompok yang berjalan saat ini baru sampai pada pendampingan pelaporan keuangan, administrasi dan pembuatan AD/ART. Sedangkan fasilitasi dalam pengelolaan usaha anggota belum pernah dilaksanakan sehingga bisa menjadi pemicu belum maksimalnya keuntungan usaha ataupun majunya usaha yang dijalankan oleh anggota SPP. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden.

f. Tim verifikasi belum diperankan secara maksimal

Tim verifikasi yang belum diperankan secara maksimal menyebabkan penilaian kelayakan usaha anggota tidak optimal sehingga terjadi pemanfaatan dana yang tidak maksimal atau berlebihan sehingga keuntungan yang dihasilkan masih kecil, atau kelebihan plafon yang mendorong penyalahgunaan dana pinjaman atau terjadi penunggakan pembayaran kredit. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden.

g. Adanya syarat agunan memberatkan RTM

Secara program tidak ada syarat agunan antara kelompok dengan UPK. Akan tetapi dalam formulir pengajuan kredit dalam proposal dicantumkan syarat agunan yang menjadi kesepakatan anatar anggota kelompok. Jika orang miskin tidak memiliki harta yang bisa diagunkan seharusnya bisa dicari jalan yang lebih bijak. Aturan seharusnya bisa membantu RTM untuk mengakses dana SPP demi meningkatkan usaha atau membuka usaha baru untuk menaikkan taraf hidup atau kesejahteraannya. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden (sasaran kegiatan SPP).

h. UPK belum memiliki legal lending

Payung hukum legal lending untuk UPK belum disiapkan pemerintah. Apakah mereka akan menjadi seperti bank perkreditan rakyat, atau seperti pusat koperasi kredit dan sebagainya di kemudian hari. Dalam jangka pendek selama

66

PNPM-MPd masih berjalan, kemungkinan tidak ada masalah dengan badan/payung hukum UPK, akan tetapi setelah pass-out dari program mungkin bisa menjadi masalah. Faktor ini merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan (UPK).

3. Peluang (opportunities)

a. Pasar kredit masih luas di luar perdagangan dan jasa

Keadaan mayoritas dana SPP yang terserap untuk usaha jasa dan perdagangan memperlihatkan masih luasnya usaha yang bisa dipenetrasi. Apalagi di perdesaan usaha yang paling banyak digeluti masyarakat adalah pertanian, baik tanaman pangan maupun non-pangan. Begitu pula masih banyak usaha peternakan maupun perikanan yang bisa dibangun atau dikembangkan dengan memberikan bantuan modal dana SPP. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden. b. Banyak masyarakat miskin yang belum mengakses dana SPP

Banyaknya masyarakat miskin yang belum mengakses dana SPP dari UPK menjadi peluang pasar yang cukup luas. Apalagi dari data program sejak tahun pertama, tingkat kemiskinan di Kecamatan Semparuk dinyatakan 20%. Selain merupakan sasaran program, RTM juga pasar yang sangat potensial untuk terus digarap demi mencapai visi program pemberdayaan. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden (observasi).

c. Peluang kerjasama pengembangan jaringan

Hingga saat ini PNPM-MPd di Kecamatan Semparuk masih belum mengembangkan jaringan dalam pelatihan, pengembangan SDM, pengelolaan usaha dari sisi produksi, promosi maupun penguatan permodalan. Dalam upaya memenuhi kebutuhan akan pengembangan usaha, UPK bisa bekerjasama dengan perbankan dan perguruan tinggi yang ada untuk memfasilitasi kelompok. Faktor ini merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan (UPK).

d. Perekonomian yang sulit mendorong untuk berwirausaha

Tingginya tingkat pengangguran dan maraknya pemutusan hubungan kerja, baik dari dalam maupun luar negeri membuat orang mencoba untuk berwirausaha pada skala mikro atau industri-industri rumah tangga. Faktor ini merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan.

67

e. Masih banyak masyarakat terjerat rentenir

Masyarakat masih banyak mencari sumber dana pembiayaan dari rentenir baik berkedok nama koperasi maupun kredit tetapi dengan bunga 20% atau lebih per bulan. Kondisi ini membuka peluang bagi pengembangan kegiatan SPP di masyarakat. Peluang ini bisa diraih jika PNPM-MPd bisa menerapkan proses yang lebih cepat dengan tetap menjaga prinsip-prinsip program yang ada. Faktor ini merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan (UPK) dan observasi.

f. Kemajuan teknologi mempermudah pengelolaan keuangan

Teknologi yang terus berkembang bisa dimanfaatkan untuk membantu lembaga keuangan mikro (LKM) untuk membuat laporan administrasi maupun keuangan, penyajian data dan informasi dalam sosialisasi program, maupun untuk kelancaran komunikasi dan transportasi. Faktor ini merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan (UPK).

4. Ancaman (threats) a. Persaingan dengan bank

Terdapat beberapa pesaing bagi UPK dalam pinjaman dana mikro antara lain Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang memiliki segmen kepada usaha mikro dan sudah berjalan lama. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden dan pengambil kebijakan.

b. Persaingan dengan lembaga keuangan non bank

Lembaga keuangan yang cukup berkembang di daerah Kalimantan Barat termasuk di Kabupaten Sambas adalah CU. Lembaga ini sudah beroperasi di kecamatan yang bersebelahan dengan Kecamatan Semparuk. Ini akan menjadi sebuah ancaman bagi UPK jika masih diterapkannya berbagai kebijakan yang memperlambat proses pencairan kredit. Hal ini bertolak belakang dengan kebijakan kredit di CU yang proses pencairannya lebih cepat dengan tingkat suku bunga yang bersaing. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden dan pengambil kebijakan.

c. Perubahan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang bersifat dinamis

Kondisi sosial secara langsung memiliki dampak terhadap pelaksanaan PNPM-MPd. Perubahan kondisi ekonomi memberikan pengaruh bagi kegiatan usaha yang mereka jalankan. Begitu juga dengan kebijakan politik yang selalu

68

berubah-ubah baik di daerah maupun pusat akan mempengaruhi kehidupan usaha melalui kebijakan-kebijakan politik terutama yang menyangkut bidang sosial ekonomi. Program harus melakukan pendampingan, pendidikan dan pelatihan bagi anggota SPP dan masyarakat untuk memahami dan mengatasi persoalan ini agar tetap bisa memajukan usaha mereka menuju kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden dan pengambil kebijakan.

d. Ada kecenderungan ketergantungan terhadap dana SPP

Simpanan kelompok yang tidak berkembang, lambatnya perkembangan ke tingkat kematangan kelompok, kemampuan peningkatan pendapatan yang masih rendah dengan tetap meminjam dengan jumlah yang cenderung terus meningkat dari kelompok SPP mengindikasikan akan adanya ancaman kelompok tergantung terhadap dana SPP. Jika kondisi yang ada sekarang tidak diperbaiki tidak mustahil kemandirian masyarakat tidak tercapai karena mereka semakin tidak berdaya jika mereka ditinggalkan program. Faktor ini adalah hasil kajian dari profil responden. e. Ancaman berkurangnya anggota kelompok pemanfaat

Realita banyaknya kelompok yang bubar dan anggota pindah ke kelompok lain menunjukkan kelompok tidak terbina dengan baik atau pondasi kelompok yang rapuh. Akan tetapi sangat mungkin minimnya pemahaman yang benar tentang apa sebenarnya SPP yang diinginkan oleh program. Apalagi ada keterbatasan waktu dari pelaku dengan adanya kesibukan di luar kegiatan SPP yaitu kegiatan pembangunan sarana prasarana dasar yang juga menguras energi. Itu membuat proses pemberdayaan ekonomi tidak berjalan dengan baik. Jika kondisi ini tidak diperbaiki, maka ancaman semakin berkurangnya anggota kelompok pemanfaat tidak mustahil terjadi. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden.