Tingkat Kesamaan (%)
Tabel 13. Daftar jenis pohon yang dijumpai dan jenis yang mendominasi di hutan mangrove pantai barat dan utara Aceh
Kelompok Jumlah Plot Jenis yang dijumpai Jenis yangDominan
A 38 Avicennia marina Rhizophora mucronata
Nypa fruticans Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Rhizophora stylosa Sonneratia caseolaris
B 24 Avicennia marina Nypa fruticans
Bruguiera gymnoriza Bruguiera parviflora Bruguiera sexangula Leucaena leucocephala Nypa fruticans
Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Terminalia catappa
C 18 Avicennia marina Avicennia marina
Bruguiera gymnoriza Bruguiera sexangula Rhizophora mucronata Sonneratia caseolaris Thespesia populnea Xylocarpus granatum
D 20 Avicennia marina Bruguiera sexangula Bruguiera gymnoriza
Bruguiera sexangula Ceriops decandra Cocos nucifera
Sonneratia caseolaris Terminalia catappa Thespesia populnea
E 19 - -
Pengelompokan pada tingkat pohon dilihat dari nilai kerapatan suatu jenis pada setiap plot dengan tingkat kesamaan yang paling tinggi. Pada tingkat pohon diperoleh 5 kelompok dengan 4 jenis vegetasi yang mendominasi dan mewakili dari setiap plot.
Kelompok A terdiri dariU1, U2, U4, U6, U7, U8, U9, U10, U11, U12, U13, U14, U15, U16, U17, U18, U20, U23, U24, U39, U40, U41, U42, U44, U46, U47, U48, U49, U50, U51, U52, U53, U54, U55, U56, U57, U61 dan U62 dengan jenis yang mendominasi Rhizophora mucronata. Kelompok B terdiri dari U25, U26, U27, U28, U29, U30, U31,U32, U33, U34, U35, U36, U37, U38, U63, U64, U65, U66, U67, U68, U69, U70, U71dan U72 dengan jenis yang mendominasi adalah Nypa fruticans. Kelompok C terdiri dari U5, U43, U45, B1, B2, B3, B4, B5, B6, B9, B10, B25, B26, B27, B28, B29, B30 dan B31 yang didominasi oleh Avicennia marina. Kelompok D terdiri dari B7, B11, B12, B13, B15, B18, B19, B20, B22, B23, B24, B32, B33, B34, B37, B38, B43, B44, B46 dan B47 yang didominasi oleh Bruguiera sexangula. Kelompok E terdiri dari U3, U19, U21, U22, U58, U59, U60, B14, B16, B17, B18, B21, B35, B36, B39, B40, B41, B42 dan B45 dimana pada kelompok ini tidak terdapat pohon terlihat pada Gambar 16 sehingga pada kelompok ini diperoleh nilai similaritas 100%.
Hasil dari analisis kelompok yang diperoleh di dua wilayah pengamatan di hutan mangrove pantai barat dan pantai utara Aceh dari semua tingkat vegetasi dikelompokkan dari jenis yang memiliki tingkat kemiripan yang tinggi dari dua wilayah tersebut. Pengelompokan jenis ditampilkan secara berurutan karena analisis yang digunakan menggunakan metode hirarki.Hal ini sesuai dengan peryataan Santoso (2004) menyatakan pengelompokkan objek kedalam suatu kelompok sehingga pengelompokkan memiliki kesamaan yang tinggi sehingga metode pengelompokan yang berstruktur bertahap berdasarkan pada kemiripan sifat antar objek. Objek yang memiliki kesamaan yang tinggi dikelompokan yang kemudian kelompok-kelompok digabungkan sesuai kemiripan yang tinggi.
Kesimpulan
1. Struktur vertikal pohon yang paling banyak dijumpai pada kawasan hutan mangrove pantai barat Aceh adalah kelas tinggi 6 ‒ <8 m yaitu 59 ind/ha dan pada kawasan hutan mangrove pantai utara Aceh adalah kelas tinggi 4 - <6 m yaitu 673 ind/ha dan struktur horizontal pohon pada kawasanhutan mangrove pantai barat dan utara Aceh yang paling banyak dijumpai adalah pada kelas diameter 0 - <5 cm dan 5 - <10 cm
2. Pada pesisir pantai barat Acehtumbuhan yang dominan adalah Derris trifoliata pada tumbuhan bawah, Bruguiera sexangulapada semai, Bruguiera sexangula pada pancang, danBruguiera sexangula padapohon. Pada pesisir pantai utara Acehtumbuhan yang dominan adalahAcrostichum aureumpadatumbuhan bawah, Rhizophora mucronata pada semai, Rhizophora mucronatapada pancang, danNypa fruticans pada pohon.
3. Komunitas tumbuhan pada kawasan pantai barat dan utara Aceh terdiri dari 8 kelompok tingkat tumbuhan bawah, 6 kelompok tingkat semai, 6 kelompok tingkat pancang, dan 5 kelompok tingkat pohon.
Saran
Perlu dilakukan monitoringsecara berkala dan upaya pelestarian kawasan hutan mangrove untuk mengetahui perkembangan vegetasi hutan mangrove di pantai barat dan pantai utara Aceh dan sebagai benteng dari naik air laut ataupun terjangan tsunami jika suatu saat terjadi.
Athukorala, P.C. and B.P. Resosudarmo. (2006). The Indian Ocean tsunami:
economic impact, disaster management, and lessons. Asian Economic Papers, 4(1):1-39.
Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan danPengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor,Indonesia: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan –Institut Pertanian Bogor.
Bengen. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Sipnosis. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Bengen. D. G. dan I. M. Dutton 2004. Interaction: mangroves, fisheries and forestry management in Indonesia. H. 632-653. Dalam Northcote. T. G. dan Hartman (Ed), Worldwide watershed interaction and management. Blackwell science.. Oxford. UK.
Cahyanto, T., Chairunnisa, D., & Sudjarwo, T. (2015). Analisis Vegetasi Pohon Hutan Alam Gunung Manglayang Kabupaten Bandung. Jurnal Istek, 8(2), 145-161.
Departemen Kehutanan, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (Dirjen RLPS). 2005. Pedoman Inventarisasi dan Identifikasi LahanKritis Mangrove. Jakarta.
Diposaptono, S. dan Budiman. 2005. Tsunami. Penerbit Buku Ilmiah Populer.
Jakarta. 222 h.
Djufri 2012. Analisis Vegetasi Mangrove di Pantai Barat Pasca Tsunami Aceh.
Banda Aceh, Aceh.
Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.
Ghufran, M. dan Kordi, K.M. 2012. Ekosistem Mangrove: Potensi, Fungsi, dan pengelolaan. Rineka Cipta. Jakarta.
Hanley, R., Mamonto, D., & Broadhead, J. (2008). Petunjuk rehabilitasi hutan pantai untuk wilayah provinsi Aceh dan Sumatera Utara.. FAO Regional Office for Asia and the Pacific39 Phra Atit Road, Bangkok
Indriani, D. P., & Marisa, H. Zakaria. 2009. Keanekaragaman Spesies Tumbuhan pada Kawasan Mangrove Nipah (Nypa fruticans Wurmb.) di Kec. Pulau Rimau Kab. Banyuasin Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Sains, 12(3), 12309-1 – 12309-4.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara Jakarta.
Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna Pada Habitat Mangrove. Yogyakarta.
Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.
Idawaty. 1999. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Lansekap Hutan Mangrove Di Muara Sungai Cisadane, Kecamatan Teluk Naga, Jawa Barat. Tesis Magister. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Kawata, Y. 2000. Tsunami generation mechanism. Disaster Prevention Research Institute Kyoto University. Jepang.
Kusmana, C , 2005. Teknik Rehabilitasi Hutan Mangrove dan Hutan Pantai Pasca Tsunami di NAD dan Nias. Makalah dalam Lokakarya Hutan Mangrove Pasca Tsunami, Medan.
Kusmana, C. 2009. Pengelolaan Sistem Mangrove Secara Terpadu. Workshop PengelolaanEkosistem Mangrove di Jawa Barat.
Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove Indonesia, 2008. Ekosistem Mangrove di Indonesia. Jakarta.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Noor, YR., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Cetakan Kedua. PHKA/WI-IP, Bogor.
Onrizal, Ahmad AG, Mansor M. 2017. Assessment of Natural Regeneration of Mangrove Species at Tsunami Affected Areas in Indonesia and Malaysia.10P Conf. Series 180 (1) 012045.
Onrizal & Kusmana, C. (2004). Kajian Ekologi Hutan Pantai di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Teluk Jakarta (Ecological Studies on Littoral Forest in Pulau Rambut Wildlife Reserve, Jakarta Bay). Jurnal Komunikasi Penelitian, 16 (6), 77-83.
Onrizal, O., & Mansor, M. (2016). Status of coastal forests of the Northern Sumatra in 2004's tsunami catastrophe. Biodiversitas Journal of Biological Diversity, 17(1), 44-54.
Prasetyo, L. B., I. B. K. Wedastra, P. T. Maulida. 2012. Pemetaan Sebaran Karbon di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Institut Pertanian Bogor dengan WWF Indonesia
Saputro, G.B., dkk. 2009. Peta Mangroves Indonesia. Jakarta: Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut, Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal).
Santoso, S.2004. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. Elex Media Komputindo. Jakarta
Setyawan, A. D., Indrowuryatno, Wiryanto, K. Winarno, dan A. Susilowati. 2006.
Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah: 1. Keanekaragaman Jenis.
Biodiversitas. 6 (2): 90-94.
Sidiyasa K. 2009. Struktur dan Komposisi Tegakan serta Keanekaragaman di Hutan Lindung Sungai Wain, Balikpapan, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 6 (1): 79-93.
Suryawan, F. dan A.H. Mahmud. 2005. Studi Keanekaragaman Vegetasi danKondisi Fisik Kawasan Pesisir Banda Aceh untuk Mendukung Upaya Konservasi Wilayah Pesisir Pasca-Tsunami. Banda Aceh: Unsyiah.
Suryawan, F. (2007). Studi Kondisi Vegetasi dan Kondisi Fisik Kawasan Pesisir serta Upaya Konservasi di Nanggroe Aceh Darussalam (Doctoral dissertation, Tesis, Tidak Dipublikasi, Pascasarjana IPB, Bogor).
Wallace, Terry C., 2000. “The Hazard from Tsunamis”, TsuInfo Alert”, V.2, No.
2 (March-April 2000)
Wibisono, I.T.C., E.B. Priyanto & Suryadiputra, I.N.N. 2006. Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai: Sebuah Pengalaman Merehabilitasi Kawasan Pesisir. Wetlands International – Indonesia Program, Bogor.