• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR VEGETASI Struktur Vertikal

Tegakan pohon di kawasan hutan mangrove pantai barat Aceh memiliki tinggi antara 1,5 - 8. Tinggi pohon yang paling banyak dijumpai pada kelas tinggi 4‒<6 m yaitu 43 ind/ha seperti yang terlihat pada Gambar 11. Dan kelas tinggi selanjutnya yang juga banyak dijumpai yaitu pada kelas tinggi 6‒<8 m yaitu 31 ind/ha. Sedangkan kelas tinggi pohon yang paling sedikit dijumpai adalah pada kelas tinggi <2 m yaitu 6 ind/ha. Vegetasi hutan mangrove di pantai barat terbanyak memiliki strata C dengan pohon tertinggi 8m, kemudian strata D dengan rata-rata tinggi 1-2 m. Stratifikasi pada kawasan pantai barat memiliki strata C dan D.

Gambar 4. Struktur vertikal tegakan pohon di kawasan mangrove pantai barat dan utara Aceh

Tegakan pohon yang dijumpai pada kawasan hutan mangrove pantai utara Aceh memiliki tinggi antara 1 – 7 m. Tinggi pohon yang paling banyak dijumpai pada kelas tinggi 2‒<4 m yaitu 427 ind/ha. Sedangkan kelas tinggi pohon yang

0 50 100 150200 250 300 350 400 450

0-<2 2-<4 4-<6 6-<8

Jumlah Pohon (ind/ha)

Kelas Tinggi (m)

Pantai Barat Pantai Utara

paling sedikit dijumpai adalah pada kelas tinggi <2 m yaitu 29 ind/ha. Berbeda dengan kawasan pantai barat, mangrove pantai utara memiliki jenis terbanyak namun tinggi pohon yang paling tinggi di kawasan ini hanya 7 m.

Pada Gambar 11 kurva menunjukan perbedaan yang sangat jelas struktur vertikal yang terjadi. Di pesisir pantai utara Aceh jumlah tertinggi di kelas 2-<4 m dan kelas 4-<6 m dimana bentuk kurva menunjukan naik turun dari jumlah rendah naik ke jumlah tinggi lalu turun lagi ke jumlah rendah, sedangkan di pesisir pantai barat Aceh jumlah tertinggi di kelas 4-<6 m dan kelas 6-<8 m dimana bentuk kurva menunjukan kenaikan dari jumlah rendah ke jumlah tinggi tanpa penurunan yang jauh ke kelas tinggi berikutnya.

Pertumbuhan pohon mangrove secara vertikal paling besar terlihat pada vegetasi mangrove di kawasan pantai utara yaitu pada kelas 2-<4 m dengan jumlah 427 ind/ha dibandingkan dengan vegetasi mangrove pada kawasan pantai barat yang memiliki tinggi dengan jumlah paling banyak pada kelas 4‒<6 m.

Terlihat bahwa pertumbuhan mangrove pada kawasan pantai utara lebih baik. Hal ini dapat disebabkan oleh kerapatan vegetasi yang lebih tinggi pada kawasan mangrove pantai utara sehingga mengakibatkan tingginya kompetisi antar vegetasi yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djufri (2012) bahwa tingkat sturktur vegetasi pada kawasan hutan mangrove di pantai barat tergolong rendah yang mempengaruhi secara ekologi bila keanekaragaman rendah pada suatu kawasan maka tingkat kesetabilan komunitas di tempat tersebut kurang baik.

Struktur Horizontal

Pohon di kawasan hutan mangrove pantai barat Aceh diperoleh diameter tegakan pohon yang berkisar antara 2,23 - 29,94 cm seperti yang terlihat pada Gambar 12. Kelas diameter yang paling banyak dijumpai pada kawasan pesisir pantai barat Aceh adalah pada kelas diameter 10 ‒ <15 cm yaitu 39 ind/ha. Kelas diameter yang paling sedikit dijumpai adalah pada kelas diameter 0‒<5 cm

dengan jumlah pohon 4 individu dan kelas ini merupakan kelas terendah yang ada di jumpain di hutan mangrove pantai barat Aceh. Kelas Diameter tertinggi di wilayah mangrove pesisir pantai barat Aceh adalah pada kelas 25-<30 dengan diameter terbesar pada diameter 30 cm.

Gambar 5. Struktur horizontal tegakan pohon di kawasan pantai barat dan utara Aceh Struktur horizontal pada kawasan hutan mangrove pantai utara Aceh memiliki kelas diameter antara 1,72-53,50 cm. Tegakan pohon mangrove yang paling banyak dijumpai pada kawasan pantai utara Aceh adalah pada kelas diameter 5 - <10 cm yaitu 241 ind/ha. Pada kelas diameter 40-<45 cm juga banyak dijumpai tegakan pohon dengan 174 ind/ha. Kelas diameter yang paling jarang dijumpai adalah pada kelas diameter 20-<25 cm yaitu 5 ind/ha.

0 50 100 150 200 250 300

Jumlah Pohon (ind/ha)

Kelas Diameter Pohon (cm)

Pantai Barat Pantai Utara

Pada Gambar 12 kurva menunjukan pertumbuhan pohon pada mangrove wilayah pesisir pantai utara tertinggi di Diameter 5 - <10 cm dan grafik kurva turun di diameter 10 - <15 cm, 15 - <20 cm, dan sampai keterendah di diameter 20 - 25 cm sampai kurva naik lagi hingga ke diameter 45 - <50 cm. Hal ini menunjukan pertumbuhan pohon di diameter 20 - <25 cm sangat sedikit jumlah pohonnya. Pada diameter 10 - <15 cm sampai di diameter 20 - <25 cm pertumbuhan pohon di pesisir pantai barat Aceh lebih tinggi di bandingkan di pesisir pantai utara Aceh.

Diameter pohon yang terkecil ke pohon yang berdiameter besar relatif menurun dan naik. Pada Gambar 12 kurva menunjukan pertumbuhan pohon pada mangrove wilayah pesisir pantai utara lebih tinggi hingga sampai diameter 55 cm sedangkan pada hutan mangrove pantai barat pertumbuhannya lebih rendah hanya sampai diameter 30 cm. Kurva menunjukan pertumbuhan pohon yang baik terjadi di pantai utara kerena diameter pohon dimulai dari yang terkecil hingga yang terbesar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sidiyasa dan hidayat (2009) bahwa kurva berbentuk “J” terbalik yang menunjukan kondisi hutan berada dalam kondisi normal/seimbang dimana jumlah individu dengan pohon yang berdiameter kecil ke pohon berdiameter besar berjumlah seimbang sehingga proses regenerasi dapat berlangsung baik sehingga sebaran struktur jumlah pohon dapat menunjukan satu komunitas hutan yang dinamis.

Komposisi Jenis Hutan Mangrove di Pantai Barat Aceh Kelompok Tumbuhan Bawah

Tumbuhan bawah yang terdiri dari herba, rumput dan semak belukar pada hutan mangrove di pantai barat diperoleh 8 jenis vegetasi seperti yang pada Tabel 1. Vegetasi yang paling sering dijumpai pada subPU tumbuhan bawah adalah jenis Derris trifoliata dengan frekuensi relatif 22,5%. Sedangkan jenis vegetasi tumbuhan bawah yang paling jarang dijumpai adalah Sesuvium por-tulacastrum dengan tingkat frekuensi relatif 2,5%. Jenis Derris trifoliata juga memiliki INP tertinggi yakni 45% yang menunjukkan bahwa jenis ini memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem mangrove di pantai barat.

Gambar 6. Tumbuhan bawah jenis Derris trifoliata di pantai barat Aceh

Jenis Ipomoea pes-caprae juga memiliki INP terendah yakni 13,61% yang menunjukan bahwa jenis ini tidak mendominasi. Pertumbuhan pada tingkat tumbuhan bawah di hutan mangrove pantai barat cukup tinggi dikarenakan kondisi di wilayah ini sebelum tsunami Aceh 2004 adalah bekas pemukiman masyarakat Leupung dan sesudah tsunami Aceh 2004 berubah menjadi hutan mangrove liar yang bergabung dengan jenis tumbuhan pantai. Faktor tersebutlah

yang menimbulkan pertumbuan jenis tumbuhan bawah didaerah pantai barat Aceh lebih tinggi dibandingkan di daerah pesisir pantai utara Aceh.

Tabel 1. Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah di pantai barat Aceh.

No Nama Jenis F FR D DR INP

(m²/ha) (%) (m²/ha) (%) (%)

1 Acanthus ilicifolius 0,23 13,75 0,25 10,00 23,75

2 Acrostichum aureum 0,34 20 0,44 17,74 37,74

3 Calotropis gigantean 0,34 20 0,24 9,75 29,75

4 Derris trifoliate 0,38 22,5 0,44 17,77 40,27

5 Ipomoea pes-caprae 0,15 8,75 0,12 4,86 13,61

6 Sesuvium por-tulacastrum 0,04 2,5 0,3 12,00 14,50

7 Spinifex littoreus 0,06 3,75 0,43 17,33 21,08

8 Stachytarpheta jamaicensis 0,15 8,75 0,26 10,57 19,32

Total 1,70 100 2,50 100 200,00

Jenis Derris trifoliata adalah jenis yang dominan dijumpai pada tingkat tumbuhan bawah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Noor dkk (2006) yang menyatakan bahwa Derris trifoliata merupakan agen monitoring kondisi lingkungan ekosisem mangrove, dimana bila terjadi pertumbuhan Derris trifoliata yang cukup banyak maka salah satu penyebab rusaknya pertumbuhan mangrove yang cukup besar. Di daerah hutan mangrove pantai barat ekosistem mangrove di wilayah ini cukup mengalami gangguan dikarenakan adanya pertumbuhan Derris trifoliata yang cukup besar.

Kelompok Semai

Jenis vegetasi pada tingkat semai di kawasan hutan mangrove pantai barat Aceh ditemukan 6 jenis vegetasi, seperti yang ditampilkan pada Tabel 2.

Bruguiera sexangula merupakan jenis yang paling dominan dijumpai di kawasan pantai barat Aceh pada tingkat semai dengan kerapatan relatif sebesar 32,69%

yang jauh lebih tinggi dari kerapatan relatif jenis lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Bruguiera sexangula memiliki kareteristik tempat tumbuh yang tidak terlalu basah dengan kondisi lingkungan bekas rumah penduduk yang di terjang tsunami Aceh 2004 lalu sehingga Bruguiera sexangula lebih banyak dijumpai dibandingkan dengan anakan pohon tingkat semai lainnya.

Gambar 7. Anakan pohon tingkat semai jenis Bruguiera sexangula di pantai barat Aceh Tabel 2. Hasil analisis vegetasi anakan pohon tingkat semai di pantai barat Aceh

No Nama Jenis K KR F FR INP

(Ind/ha) (%) (m²/ha) (%) (%)

1 Avicennia marina 691,49 25 0,15 20 45

2 Bruguiera sexangula 904,26 32,69 0,23 31,43 64,12

3 Cocos nucifera 159,57 5,77 0,06 8,57 14,34

4 Rhizophora gymnorrhiza 265,96 9,62 0,09 11,43 21,04 5 Sonneratia caseolaris 638,30 23,08 0,17 22,86 45,93

6 Xylocarpus granatum 106,38 3,85 0,04 5,71 9,56

Total 2765,96 100 0,74 100 200

Hanley dkk (2008) menyatakan bahwa jenis tumbuhan ini memiliki batang akar yang dalam atau akar melintang yang dapat menyebar dengan cepat bila situasi memungkinkan. Tanaman mudah beradaptasi pada lingkungan yang tidak bersahabat termasuk tingkat toleransi terhadap kadar garam yang tinggi, tiupan angin yang kencang dan kekeringan. Memiliki tingkat INP yang tertinggi, terlihat bahwa Bruguiera sexangula memiliki peranan penting pada tingkat semai dalam menjaga kestabilan ekosistem hutan pantai di kawasan pantai barat Aceh dengan INP 64,12%.

Kelompok Pancang

Vegetasi yang dijumpai pada anakan pohon tingkat pancang di pantai barat terdapat 10 jenis seperti pada Tabel 3. Jenis yang paling sering dijumpai adalah Bruguiera sexangula seperti yang terlihat pada gambar 6, dengan kerapatan relatif 34,43% dan jenis ini yang memiliki INP yang paling tinggi yaitu 66,50%. Hal ini menunjukkan bahwa Bruguiera sexangula merupakan jenis yang penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di sekitarnya. Jenis vegetasi yang paling jarang dijumpai adalah Rhizophora mucronata,dan Termenelia catappa dengan kerapatan relatif masing-masing 1,64%.

Gambar8. Anakan pohon tingkat pancang jenis Bruguiera sexangula di pantai barat Aceh Tabel 3.Hasil analisis vegetasi tinkat pancang di pantai barat Aceh

No Nama Jenis K KR F FR INP (Ind/ha) (%) (m²/ha) (%) (%)

1 Avicennia alba 34,13 6,56 0,09 7,55 14,10

2 Avicennia marina 102,39 19,67 0,21 18,87 38,54

3 Bruguiera sexangula 179,18 34,43 0,36 32,08 66,50

4 Rhizophora gymnorrhiza 25,60 4,92 0,04 3,77 8,69

5 Sonneratia caseolaris 76,79 14,75 0,17 15,09 29,85

6 Thespesia populnea 34,13 6,56 0,09 7,55 14,10

7 Xylocarpus granatum 34,13 6,56 0,09 7,55 14,10

8 Ceriops decandra 17,06 3,28 0,04 3,77 7,05

9 Rhizophora mucronata 8,53 1,64 0,02 1,89 3,53

10 Termenelia catappa 8,53 1,64 0,02 1,89 3,53

Total 520,48 100 1,13 100 200

Jenisyang memiliki INP yang paling rendah yaitu jenis Rhizophora mucronata dan jenis Termenelia catappadengan INP masing-masing sebesar 3,53%. Jenis Bruguiera sexangulamerupakan jenis yang hidup mendominasi diwilayah mangrove pantai barat dimana tingkat semai, pancang, dan pohon mendominasi dari jenis Bruguiera sexangula. Kondisi keadaan tempat merupakan faktor utama dalam pertumbuhan tingkat pancang dimana kondisi hutan mengrove diwilayah pantai barat merupakan katagori hutan mangrove liar bekas terjadinta tsunami Aceh 2004 silam.

Kelompok Pohon

Tegakan pohon dijumpai 9 jenis vegetasi di kawasan pantai barat Aceh seperti yang tersaji pada Tabel 4. Vegetasi yang memiliki tingkat kerapatan relatif yang paling tinggi adalah Bruguiera sexangula, dengan kerapatan relatif 32,14%.

Hal ini terlihat dari tingkat kerapatan Bruguiera sexangula yang tinggi yaitu 57,45 ind/ha, sedangkan jenis Termenelia catappa dan Thespesia populnea hanya memiliki tingkat kerapatan 4,26 ind/ha.

Tabel 4. Hasil analisis vegetasi pohon di pantai barat Aceh

N

o Nama Jenis K KR F FR D DR INP

(Ind/ha

) (%) (m²/ha

) (%) (m²/ha

) (%) (%)

1 Avicennia marina 44,68 25 0,30 19,72 3,52 9,63 54,35 2 Bruguiera sexangula 57,45 32,14 0,47 30,99 4,31 11,79 74,92 3 Ceriops decandra 8,51 4,76 0,09 5,63 4,55 12,45 22,84 4 Cocos nucifera 6,38 3,57 0,06 4,23 10,36 28,34 36,14 5 Rhizophora

gymnorrhiza 8,51 4,76 0,09 5,63 2,05 5,60 15,99

6 Sonneratia caseolaris 34,04 19,05 0,32 21,13 2,88 7,88 48,05 7 Termenelia catappa 4,26 2,38 0,04 2,82 2,75 7,53 12,73 8 Thespesia populnea 4,26 2,38 0,04 2,82 3,21 8,77 13,97 9 Xylocarpus granatum 10,64 5,95 0,11 7,04 2,93 8,02 21,01

Total 178,7

2 100 1,51 100 36,56 100 300 Jenisyang memiliki INP yang paling tinggi yaitu jenis Bruguiera sexanguladengan INP sebesar 74,92 %, sedangkan INP yang paling rendah yaitu jenis Termenelia catappa. Vegetasi mangrove yang dijumpai pada kawasan pantai barat Aceh terdapat 9 jenis. 8 jenis dijumpai pada tingkat tunbuhan bawah, 2 jenis anakan pohon tingkat semai, 10 jenis tingkat pancang dan 9 jenis tingkat pohon.

Pada setiap tingkat anakan pohon maupun pohon, jenis yang mendominasi adalah Bruguiera sexangula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Noor dkk (2006) bahwasanya Bruguiera sexangula tumbuh disepanjang jalur air/tambak pada berbagai tipe substrat yang tidak tergenang, Toleran terhadap air asin, payau, dan tawar. Ukuran tinggi pohon manroveBruguiera sexangulabisa mencapai 30 m dan sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai kayu bakar, tiang, dan arang sehingga pohon mangrove Bruguiera sexangulasering ditebangi untuk menambah perekonomian masyarakat setempat.

Komposisi Jenis Hutan Mangrove di Pantai Utara Aceh Kelompok Tumbuhan Bawah

Kawasan hutan mangrove pantai utara Aceh dijumpai 8 jenis vegetasi seperti yang terlihat pada Tabel 5. Berbeda dengan kawasan hutan mangrove di kawasan pantai barat Aceh, jenis tumbuhan bawah yang paling sering dijumpai pada kawasan ini adalah Acrostichum aureum dengan tingkat frekuensi relatif 40,66%. Sedangkan jenis tanaman yang memiliki INP yang tertinggi tetap pada jenis Acrostichum aureum yakni sebesar 81,32%. Jenis vegetasi tumbuhan bawah yang jarang dijumpai adalah Sesuvium por-tulacastrum dengan tingkat frekuensi relatif 4,40%.

Gambar 9. Tumbuhan bawah jenis Acrostichum aureum di pantai utara Aceh Tabel 5. Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah di pantai utara Aceh

No Nama Jenis F FR D DR INP

(m²/ha) (%) (m²/ha) (%) (%)

1 Acanthus ilicifolius 0,22 17,58 0,25 10,14 27,72

2 Acrostichum aureum 0,51 40,66 0,46 19,09 59,74

3 Calotropis gigantean 0,07 5,49 0,12 4,93 10,42

4 Derris trifoliate 0,07 5,49 0,48 19,71 25,20

5 Ipomoea pes-caprae 0,08 6,59 0,17 6,84 13,44

6 Sesuvium por-tulacastrum 0,06 4,40 0,24 9,75 14,15

7 Spinifex littoreus 0,13 9,89 0,36 14,96 24,85

8 Stachytarpheta jamaicensis 0,13 9,89 0,36 14,60 24,49

Total 1,26 100 2,44 100 200,00

Pada kondisi hutan mangrove di pesisir pantai utara Aceh terkhusus pada tumbuhan bawah jenis Acrostichum aureumdilihat bawah tumbuhan ini sangat banyak terdapat di hutan mangrove pesisir pantai utara dengan kondisi keadaan

tempat bekas lahan tambak dan areal rehabilitasi hal ini sesuai dengan pernyataan Noor dkk (2006) yang menyatakan tumbuhan Acrostichum aureumtumbuh di areal bekas lahan tambak, dimana tingkat toleransi terhadap genangan air tidak terlalu tinggi. tumbuhan Acrostichum aureumdijumai pada habitat yang rusak dan suka tumbuh pada keadaan yang terbuka.

Kelompok Semai

Jenis vegetasi anakan pohon tingkat semai di kawasan mangrove pantai utara Aceh ditemukan 9 jenis vegetasi seperti pada Tabel 6. Jenis vegetasi yang paling sering dijumpai adalah Rhizophora mucronata dengan kerapatan relatif 48,70% seperti yang terlihat pada Gambar 8. Sedangkan jenis yang paling sedikit dijumpai adalah Terminalia catappa dengan kerapatan relatif 0,87%. Munculnya berbagai jenis vegetasi tersebut sebelumnya memang sudah direncanakan ketika dilakukan penanaman. Hanley dkk (2008) menyatakan bahwa terdapat potensi lain untuk mempertimbangkan menanam spesies yang lebih kecil seperti misalnya Rhizophora stylosa, terutama jika tujuannya untuk menciptakan jalur hijau yang

lebih lebat dan bervariasi. Rhizophora mucronata merupakan jenis yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan merupakan jenis yang mendominasi pada tingkat semai di kawasan pantai utara Aceh terlihat dari INP 89,79%.

Gambar 10. Anakan pohon tingkat semai jenis Rhizophora mucronata di pantai utara Aceh

Tabel 6. Hasil analisis vegetasi anakan pohon tingkat semai di pantai utara Aceh

No Nama Jenis K KR F FR INP

(Ind/ha) (%) (m²/ha) (%) (%)

1 Avicennia marina 555,56 13,91 0,14 13,70 27,61

2 Bruguiera sexangula 451,39 11,30 0,11 10,96 22,26

3 Leucaena leucocephala 69,44 1,74 0,03 2,74 4,48

4 Nypa fruticans 659,72 16,52 0,24 23,29 39,81

5 Rhizophora apiculata 69,44 1,74 0,01 1,37 3,11

6 Rhizophora mucronata 1944,44 48,70 0,42 41,10 89,79

7 Rhizophora stylosa 69,44 1,74 0,03 2,74 4,479

8 Sonneratia caseolaris 138,89 3,48 0,03 2,74 6,22

9 Terminalia catappa 34,72 0,87 0,01 1,37 2,24

Total 3993,06 100 1,01 100 200

Vegetasi yang dijumpai di kawasan pantai utara Aceh lebih banyak jenisnya dari pada vegetasi yang berada di kawasan pantai barat Aceh. Hal ini dikarenakan pada hutan pantai di kawasan pantai utara Aceh dibatasi oleh laut dan rumah penduduk dan dijumpai banyak aktifitas manusia pada kawan tersebut yang kemudian memungkinkan untuk lebih banyak jenis vegetasi yang tumbuh dikarenakan tekstur kondisi yang di dominasi lumpur yang sudah bercampur dengan tanah. Berbeda dengan hutan pantai di kawasan mangrove pantai barat Aceh yang memiliki pembatas jalan raya dan hutan pantai yeng mengakibatkan sedikitnya vegetasi mangrovedi daerah mangrove pantai barat.

Kelompok Pancang

Kawasan pantai utara Aceh dijumpai 4 jenis vegetasi pada tingkat pancang seperti yang disajikan pada Tabel 7. Jenis yang paling sering dijumpai adalah Rhizophora mucronata dengan kerapatan relatif 51,85% seperti yang terlihat pada Gambar 9 dan jenis ini juga memiliki INP yang paling tinggi yaitu 98,61%. Jenis vegetasi yang paling jarang dijumpai adalah Bruguiera sexangula, dengan kerapatan relatif 8,02%.

Gambar 11. Anakan pohon tingkat pancang jenis Rhizophora mucronata di pantai utara Aceh

Tabel 7. Hasil analisis vegetasi mangrove tingkat pancang di pantai utara Aceh

No Nama Jenis K KR F FR INP

(Ind/ha) (%) (m²/ha) (%) (%)

1 Avicennia marina 216,67 24,07 0,25 23,38 47,45

2 Bruguiera sexangula 72,22 8,02 0,11 10,39 18,41

3 Rhizophora mucronata 466,67 51,85 0,5 46,75 98,61 4 Rhizophora stylosa 144,44 16,05 0,21 19,48 35,53

Total 900 100 1,07 100 200

Pada wilayah pesisir pantai utara Aceh populasi mangrove tingkat pancang lebih sedikit dibandingkan diwilayah pesisir pantai barat Aceh, dikarenakan wilayah pantai utara Aceh merupakan lahan rehabilitas bekas tsunami dengan keanekaragaman mangrove adalah jenis yang sama yang ditanam secara besar-besar sesudah tsunami. Faktor tersebutlah jenis Rhizophora mucronatamendominasi

baik dari tingkat semai dan pancang. (Noor dkk, 2006) menyatakan bahwa Rhizophora mucronata merupakan jenis yang lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras dan pasir dalam menjaga keseimbangan ekosistem di sekitarnya. pada tingkat anakannya sering dimakan kepiting yang banyak bernaung pada jenis ini sehingga anakan tingkat pancang tumbuh pada naungan yang lebih besar seperti naungan pada pohon agar pertumbuhannya tidak rusak dari gangguan kepiting.

Kelompok Pohon

Kawasan pantai utara Aceh dijumpai 11 jenis vegetasi pohon yang disajikan pada Tabel 9. Sama seperti pada kawasan pantai barat Aceh, jenis vegetasi yang paling sering dijumpai adalah Nypa fruticans dengan tingkat kerapatan 838,89 ind/ha. Nypa fruticans merupakan jenis yang memiliki nilai INP tertinggi yaitu dengan 162,12%. Jenis yang paling sedikit dijumpai adalah Bruguiera gymnorriza,dengan tingkat kerapatan 1,39 ind/ha.Nypa fruticans banyak tumbuh didaerah pantai utara dimana jenis ini tumbuh bersamaan dengan jenis Rhizophora mucronata. Pada kawasan ini merupakan kawasan rehabilitasi pasca tsunami yang ditanam mangrove secara besar-besaran sehingga jenis yang dijumpai tampak terlihat jelas dari luas kawasan hutan mangrovenya.

Gambar 12. Vegetasi tingkat pohon jenis Nypa fruticans di pantai utara Aceh.

Tabel 8. Hasil analisis vegetasi pohon di pantai utara Aceh 10 Sonneratia

caseolaris 13,89 1,11 0,08 5 0,91 3,16 9,28

11 Terminalia catappa 2,78 0,22 0,03 1,67 2,05 7,11 9,00

Total 1245,83 100 1,67 100 28,76 100 300 Nypa fruticans merupakan jenis yang mendominasi pada kawasan mangrove pantai utara Aceh. Jenis ini ditemukan pada semua tegakan yaitu pada tingkat pohon. Noor dkk (2006), menyatakan bahwa Nypa fruticans merupakan jenis palmae yang tumbuh hingga tinggi 4-9 m dilingkungan hutan bakau dan sebagai penyusun dalam rehabilitasi lahan dan merupakan tanaman penyangga naiknya air laut ke daratan. Jenis Nypa fruticansjarang dijumpai pada zona pantai biasanya tumbuh pada tegakan yang berkelompok memiliki sistem perakaran yang rapat dan kuat yang tersusaikan lebih baik terhadap perubahan masukan air.

Nypa fruticansbanyak dimanfaatkan oleh masyarakat seperti membuat sirup, kripik, jika bunganya diambil pada yang tepat dapat digunakan untuk memproduksi gula yang memiliki kandungan sukrosa yang tinggi.

Keanekaragaman Jenis

Indeks keanekaragaman tingkat tumbuhan bawah di pantai barat dan utara Aceh tergolong pada kategori keanekaragaman rendah dengan nilai H' masing-masing 1,89 dan 1,76. Pada tingkat semai diketahui indeks keanekaraman rendah pada kawasan hutan mangrove pantai utara dan pada kawasan pantai utara tergolong keanekaragaman rendah dengan H'=1,54. Hal ini terlihat dari jumlah spesies yang dijumpai di hutan mangrove pantai utara jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah spesies yang dijumpai di hutan mangrove pantai barat seperti yang terlihat pada Tabel 9. Untuk tingkat pancang, terlihat perbedaan indeks keanekaragaman sedikit jauh. Jumlah jenis pancang yang dijumpai pada pantai utara hanya 4 jenis dengan nilai H'= 1,18 Dalam hal ini indeks keanekaragaman pada tingkat pancang tergolong rendah dan indeks keanekaragaman pancang di pantai barat tergolong rendah namun nilai H'= 1,90.

Vegetasi hutan mangrove dijumpai 9 jenis vegetasi pohon pada kawasan pantai barat Aceh dan lebih sedikit dibandingkan di kawasan hutan mangrove di pantai utara dengan di jumpai 11 jenis. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh indeks keanekaragaman sebesar 1,02 pada hutan mangrove di pantai utara dan 1,78 di hutan mangrove pantai barat. Indeks keanekaraman tingkat pohon di kawasan hutan mangrove pantai utara Aceh tergolong lebih rendah dibandingkan mangrove pantai barat Aceh. Menurut Indriani dan Marisa (2009), kriteria keanekaragaman dilihat dari nilai indeks keanekaragaman Shannon-Weiner dimana: H' < 1 (keanekaragaman rendah), 1 ≥ H' ≤ 3 (keanekaragaman sedang), dan H' > 3 (keanekaragaman tinggi).

Tabel 9.Indeks keanekaragaman vegetasi di pantai barat dan pantai utara Aceh Tingkat Vegetasi

Indeks Keanekaragaman Jumlah Spesies Pantai Barat Pantai Utara Pantai

Barat

Pantai Utara

Tumbuhan Bawah 1,89 Sedang 1,76 Sedang 8 8

Semai 1,57 Sedang 1,54 Sedang 6 9

Pancang 1,90 Sedang 1,18 Sedang 10 4

Pohon 1,78 Sedang 1,02 Sedang 9 11

Kawasan pantai utara Aceh dijumpai 11 jenis vegetasi pohon. Jumlah vegetasi yang dijumpai pada kawasan ini lebih banyak dibandingkan dengan jenis yang dijumpai pada kawasan pantai barat. Hal ini dikarenakan pada kawasan pantai utara dekat dengan pemukiman penduduk yang menyebabkan banyaknya jenis vegetasi pantai yang dijumpai selain tanaman yang sudah ditanam pasca terjadinya tsunami. Cahyanto (2015) menyatakan bahwa setiap spesies tumbuhan, memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk hidup, sehingga persyaratan untuk hidup spesies berbeda-beda, dimana mereka hanya menempati bagian yang cocok bagi kehidupannya, sehingga tumbuhan dapat dijadikan sebagai indikator lingkungan.

Hasil penelitian pada kawasan pantai utara Aceh diperoleh indeks keanekaragaman 1,02. Indeks keanekaragaman pohon pada kawasan tersebut termasuk pada kategori keanekaragaman sedang dimana H' 1─3. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis yang dijumpai pada hutan pantai di kawasan ini.

Jumlah jenis vegetasi mangrove yang dijumpai pada pantai barat Aceh pasca 12 tahun tsunami lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah jenis vegetasi yang dijumpai sebelum terjadinya tsunami. Terdapat 8 jenis tumbuhan bawah, 6 jenis semai, 10 jenis pancang dan 9 jenis pohon. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi tidak meratanya pertumbahan mengrove di kawasan tersebut dan

rendahnya tingkat kerapatan yang ada. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suryawan (2007) bahwa gelombang tsunami lebih tinggi dan lebih kuat menerjang kawasan pantai barat. Hal ini disebabkan pusat terjadinya gempa berada di Samudera Hindia. Gelombang menerjang kawasan pesisir Pantai Barat

rendahnya tingkat kerapatan yang ada. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suryawan (2007) bahwa gelombang tsunami lebih tinggi dan lebih kuat menerjang kawasan pantai barat. Hal ini disebabkan pusat terjadinya gempa berada di Samudera Hindia. Gelombang menerjang kawasan pesisir Pantai Barat

Dokumen terkait