• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UED-SP

7.1.1. Analisis Kelompok UED-SP

1. Analisis Kekuatan dan Kelemahan Internal Kelompok UED-SP (a) Badan Hukum

Status hukum merupakan hal penting dalam pengembangan kelembagaan, karena status hukum merupakan bukti legalitas yang diberikan pemerintah kepada satu lembaga atau organisasi untuk dapat menjalankan fungsinya secara legal. Walaupun program Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam merupakan program yang berasal dari pemerintah pusat berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 12 tahun 1997, akan tetapi UED-SP di Desa Koto Teluk belumlah mempunyai badan hukum. Hal ini berpengaruh kepada pengembangan kelembagaan keuangan desa ini, karena dalam membangun kemitraan dengan dengan pihak swasta ataupun lembaga keuangan formal lainnya, adanya jaminan berupa status badan hukum merupakan hal yang mutlak dibutuhkan.

(b) Pengurus

Para pengurus merupakan perwakilan tiap RT yang ada yang dipilih melalui musyawarah desa. Mereka yang menjabat sebagai pengurus UED-SP saat

ini merupakan orang -orang pilihan anggota yang cukup disegani dan dianggap mampu serta mempunyai potensi dan penget ahuan dalam menjalankan roda organisasi. Selain disegani, mereka cukup dihormati karena mereka juga memegang jabatan di luar kelompok seperti dalam bidang keagamaan dan kelembagaan adat. Hubungan baik yang terjalin antar para pengurus sangat membantu meningkatkan kinerja kepengurusan mereka. selain itu para pengurus merupakan penduduk usia produktif, sehingga daya pikir, kreatifitas serta stamina mereka sebenarnya cukup tinggi untuk dapat mengembangkan UED-SP di Desa Koto Teluk.

Namun demikian sebagai pengurus UED-SP, para pengurus juga memegang jabatan di luar kelompok sehingga menyebabkan mereka mengalami kesulitan membagi waktu dengan pekerjaan utama. Hal lain yang menjadi kelemahan dari kelembagaan ini adalah terbatasnya kemampuan manajerial usaha simpan pinjam dari pengurus yang menyebabkan kurangnya inisiatif dan kreatifitas dalam mengembangkan kelompok.

(c) Anggota

Keberadaan anggota merupakan syarat mutlak suatu kelembagaan ekonomi seperti UED-SP, karena dari partisipasi anggota diharapkan adanya penambahan modal UED-SP. Jumlah anggota UED-SP di Desa Koto Teluk sebenarnya tidak terlalu banyak mengalami perubahan semenjak UED-SP dibentuk. Hal ini karena adanya kebijakan bahwa setiap Keluarga yang ada di Desa Koto teluk secara otomatis menjadi anggota UED-SP. Pada awal tahun 2005 tercatat ada 319 Kepala Keluarga yang menjadi anggota UED-SP. Di samping merupakan potensi yang besar bagi pengembangan UED-SP, anggota UED-SP juga merupakan potensi bagi pengembangan ekonomi lokal di Desa Koto Teluk.

Akan tetap i jumlah anggota yang terbilang besar ini belum dimanfaatkan secara optimal, hal ini karena terbatasnya pemahaman anggota tentang kegiatan UED-SP serta kurangnya minat untuk menabung melalui kelompok UED-SP. Pemanfaatan pinjaman yang tidak sepenuhnya untuk tujuan produksi, merupakan kelemahan anggota yang dapat mempengaruhi pengembalian pinjaman, baik pinjaman melalui kelompok RT maupun melalui pinjaman individual.

(d). Manajemen - Perencanaan

Fungsi perencanaan belum dilakukan secara baik walaupun mekanis me pengambilan keputusan pada UED-SP di Desa Koto Teluk telah menggunakan pendekatan bottom-up. Para pengurus UED-SP lebih banyak menunggu adanya usulan dan masukan dari anggota ataupun dari pengurus RT, sedangkan anggota karena keterbatasan pengetahuan lebih mengandalkan para pengurus untuk membuat perencanaan. Kondisi ini menyebabkan akhirnya pengurus lebih banyak berperan dalam kegiatan perencanaan.

- Pengorganisasian

Struktur oranisasi UED-SP di Desa Koto Teluk yang mengGambarkan fungsi dan tanggung jawab masing -masing jabatan telah disusun sehingga dapat menjadi acuan bagi pengurus dalam melaksanakan tugasnya. Akan tetapi dalam pelaksanaannya sering terdapat perangkapan tugas, hal ini karena belum adanya job description yang jelas. Di samping itu kesib ukan Ketua UED-SP sering menyebabkan fungsi ketua diambil alih oleh sekretaris. Kurangnya sosialisasi kepada para anggota menyebabkan mereka tidak mengetahui tentang hak dan kewajiban anggota serta manfaat yang dapat mereka peroleh mela lui UED-SP. Kondisi ini pada akhirnya menyebabkan partisip asi anggota dalam kegiatan UED-SP menjadi rendah.

- Pelaksanaan

Pelayanan peminjaman yang mudah dan cepat dan hanya bermodalkan rasa percaya merupakan kekuatan dalam menjalankan kegiatan UED-SP, karena kondisi ini mendorong keinginan yang kuat dari masyarakat untuk menjadi anggota UED-SP. Pelayanan yang tidak maksimal terhadap anggota antara lain disebabkan oleh terbatasnya modal usaha, manajemen yang kurang tepat serta belum adanya kegiatan menabung melalui UED-SP. Belum adanya pembinaan ketrampilan dan pengetahuan kepada pengurus dalam meningkatkan kualitas kerja. Para anggotapun tidak dapatkan bimbingan dalam menjalankan usaha produktifnya yang berakibat adanya anggota yang menunggak pengembalian pinjaman.

- Pengawas an.

Belum jelasnya posisi lembaga UED-SP dalam Desa Koto Teluk, menyebabkan adanya kesimpangsiuran tentang mekanisme pelaporan serta pengawasan kegiatan UED -SP. Selama ini pelaporan hanya disampaikan kepada Badan Perwakilan Desa (BPD). Dari wawancara dengan pengurus UED-SP, disebutkan bahwa Surat Keputusan tentang pengangkatan pengurus belum dikeluarkan oleh Kepala Desa, sehingga mereka merasa tidak perlu melaporkan kegiatan mereka kepada Kepala Desa. Anggota merasa tidak dilibatkan dalam pengawasan kegiatan UED-SP, karena pengurus dinilai tidak terbuka dalam pelaporan hal ini menyebabkan timbulnya kecurigaan diantara anggota yang dapat mempengaruhi partisipasi mereka dalam kegiatan.

2. Analisis Peluang dan Ancaman Eksternal UED -SP (a) Institusional

Semakin banyaknya alternatif sumber dana sebagai akibat dari adanya kebijakan pemerintah yang semakin berpihak pada peningkatakan kesejahteraan masyarakat seperti adanya Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) ataupun dana pemberdayaan ekonomi yang dikucurkan kepada usaha-usaha kecil. Untuk pengembangan UED-SP dapat juga dengan memanfaatkan peluang keberadaan lembaga ekonomi lokal seperti bank, BPR, dan Koperasi, lembaga non keuangan lain (BUMN) dan instansi-instansi pemerintah melalui jaring kemitraan. Pola jaring kemitraan ini tidak hanya dalam bentuan permodalan saja akan tetapi juga bantuan teknis seperti pelatihan-pelatihan baik pelatihan manajemen UED-SP, tetapi juga pelatihan guna meningkatkan ketrampilan masyarakat dalam melaksanakan usaha ekonomis produktif.

Adanya overlapping (tumpang tindih) dengan banyaknya program pemberdayaan yang diturunkan di masyarakat tanpa adanya koordinasi yang yang jelas, baik dengan tokoh-tokoh informal dan formal yang ada di masyarakat, maaupun koordinasi antara program pemberdayaan itu sendiri. Hal ini menyebabkan tumbuhnya mental ketergantungan pada masyarakat yang bertentangan dengan prinsip pemberdayaan, yaitu menumbuhkan sikap kemandirian. Dipihak lain ancaman terhadap pengembangan UED-SP selain

berasal dari kelompok simpan pinjam lain dalam komunitas juga keberadaan para rentenir dan adanya “julo -julo tembak” yang pada prakteknya mirip dengan sistem ijon.

(b) Sosial Budaya

Jumlah penduduk yang cukup banyak dan aktivitas ekonomi yang tinggi dari masyarakat merupakan potensi pengembangan kegiatan simpan pinjam maupun pengembangan ekonomi lokal. Sifat masyarakat yang terbuka dan kegotongroyongan yang berkembang dapat memudahkan UED-SP dalam menjalin kerjasama baik dengan masyarakat maupun dengan instansi terkait. Selain itu adanya dukungan dari para tokoh masyarakat dan tokoh adat pada kegiatan UED-SP membuat peluang mengembangkan UED-SP menjadi sangat terbuka.

Perkembangan arus informasi dan komunikasi yang sangat pesat dapat mengakibatkan bergesernya pola pikir dan gaya hidup masyarakat dari tradisional menjadi gaya hidup modern yang sangat individualis. Ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi nilai kegotongroyongan dan saling tolong masyarakat desa. Pola hidup konsumerisme yang berlebihan dapat menyebabkan anggota memanfaatkan pinjaman dari UED-SP bukan untuk kepentingan ekonomis produktif melainkan untuk kegiatan yang konsumtif semata.

Dokumen terkait