• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UED-SP

7.2.2. Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal

1. Strategi S-O, yaitu strategi memanfaatkan kekuatan guna merebut peluang. a. Pemanfaatan hubungan kekerabatan dalam membentuk kemitraan lokal

desa. Hubungan kekerabatan yang terdapat di Desa Koto Teluk merupakan modal sosial yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan ekonomi lokal. Keberadaan modal sosial ini dapat menimbulkan adanya kekompakan yang amat menentu kan bagi keberlangsungan perkembangan ekonomi dan pembangunan suatu masyarakat. Hubungan kekerabatan ini bisa dimanfaatkan dalam membentuk jaringan kerja di antara anggota masyarakat yang ada. Jaringan kerja tersebut dapat berupa kerjasama dalam pengadaan bahan baku, penyediaan tenaga kerja maupun pemasaran.

b. Meningkatkan kerjasama dengan daerah lain. Kerja sama dengan desa lain ataupun daerah lain sangat diperlukan dalam pengembangan ekonomi lokal. Tidak ada suatu daerah yang dapat secara swadaya memenuhi seluruh kebutuhannya. Untuk itu diperlukan adanya kerjasama dengan dearah-daerah tetangga, terutama dalam menentukan produk-produk yang dapat saling melengkapi antar daerah. Hal ini untuk mencegah jangan sampai ada produk yang melebihi permintaan pasar karena diproduksi oleh banyak daerah. Kerjasama antar daerah ini juga diperlukan dalam pengembangan bidang peternakan. Peternakan ayam petelur misalnya, dalam pengadaan bibit ayam umur satu hari masih harus mendatangkannya dari daerah lain (Kota Padang). Untuk penggemukan sapi, bibit sapi yang akan digemukkan didatangkan dari propinsi Lampung.

c. Penciptaan dan pengembangan produk-produk unggulan. Dalam pengembangan eknomi lokal sangat penting adanya penciptaan dan pengembangan produk-produk unggulan yang dapat menjadi ciri khas suatu daerah. Di Kecamatan Hamparan Rawang, Desa Koto Teluk telah dikenal sebagai desa yang menghasilkan kerajinan anyaman tradisional. Kerajinan ini dapat dikembangkan menjadi produk unggulan yang memiliki daya saing di pasaran. Selain bid ang kerajinan, bidang peternakan seperti penggemukan sapi dan peternakan ayam petelur

berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk unggulan bagi Desa Koto Teluk.

2. Strategi W-O, yaitu strategi meminimalkan kelemahan untuk merebut peluang.

a. Peningkatan ketramp ilan UEP bagi anggota masyarakat. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan ekonomi lokal di Desa Koto Teluk adalah rendahnya ketrampilan yang dimiliki oleh masyarakat. Pada bidang kerajinan, rendahnya ketrampilan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak bervariasi dan cenderung monoton. Diversifikasi produk sangat dibutuhkan untuk bisa menjawab keinginan konsumen yang tiap hari berkembang mengikuti perkembangan zaman. Selama ini kerajinan hanya menghasilkan tikar dan bakul saja dengan model yang tradisional. Pemasarannyapun hanya sebatas masih sebatas memenuhi pesanan di tingkat kecamatan saja. Untuk kegiatan pengembangannya, usaha ini memerlukan pelatihan bagi pelakunya agar memiliki ketrampilan dalam menghasilkan produk yang dapat bernilai jual lebih. Serta memperluas pemasarannya tidak hanya sebatas pada tingkat kecamatan saja akan tetapi diusahakan pada tingkat kabupaten atau bahkan tingkat provinsi. Kelembagaan UED-SP dapat dimanfaatkan sebagai fasilitator dalam menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga yang dapat memberikan pelatihan guna meningkatkan ketrampilan masyarakat. Kelembagaan UED-SP juga dapat berperan dalam menyalurkan produksi kerajinan ataupun produksi lainnya yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Koto Teluk.

b. Pemanfaatan lembaga keuangan mik ro yang ada di desa. Pada kegiatan perekonomian dengan skala modal yang kecil, keberadaan keuangan mikro seperti UED-SP dan UP2K sudah sangat menolong. Modal yang berasal dari dua kelembagaan ini pada umumnya dimanfaatkan oleh para pedagang dengan omset tidak terlalu besar seperti pedagang telur keliling, pedagang sayur keliling maupun para pengumpul bekatul untuk keperluan pakan ternak. Akan tetapi untuk skala yang lebih besar, seperti dalam penyediaan modal bagi kegiatan pengembangan penggemukan sapi

potong, kedua lembaga tersebut belum bisa menyediakan modal dalam jumlah yang besar.

3. Strategi S-T, yaitu strategi memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi ancaman. a. Diversifikasi produk. Penganekaragaman produk ini bertujuan agar terjadi peningkatan pendapatan serta untuk menghindari ketergantungan pada pada satu atau dua produk/jenis komoditi saja. Melalui diversifikasi para petani berpeluang untuk meningkatkan pendapatannya antara lain dengan memilih komoditi yang menurutnya lebih menguntungkan dan sekaligus res ikonya paling kecil.

b. Meningkatkan kualitas barang atau jasa yang dihasilkan.

4. Strategi W-T, yaitu strategi meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

a. Meningkatkan jaringan kerja baik dengan konsumen, mitra usaha maupun kelembagaan keuangan formal. Dalam konteks pengembangan kapasitas komunitas serta penentuan sektor unggulan daerah, pemerintah lokal diharapkan dapat berperan sebagai fasilitator. Dengan adanya peranan ini, diharapkan seluruh stakeholder yaitu pemerintah lokal, swasta dan masyarakat mamp u mensinergiskan aktivitas pengembangan masyarakat untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan usaha produktif berbasis sumberdaya lokal. Jejaring ini perlu dibangun berdasarkan prinsip -prinsip kesetaraan, transparansi, kejujuran, integrasi dan dedikasi untuk mencapai tujuan bersama yaitu untuk pengembangan ekonomi lokal. Jaringan kerja tersebut juga dapat dimanfaatkan dalam penyediaan modal usaha dan kerjasama dalam peningkatan ketrampilan.

7.3. Penyusunan P rogram

Setelah beberapa strategi tersebut dirumuskan, langkah selanjutnya adalah menentukan strategi prioritas yang akan dilakukan dalam rangka penguatan kelembagaan UED-SP dalam pengembangan ekonomi lokal di Desa Koto Teluk. Perumusan Strategi prioritas dilakukan melalui diskusi kelompok terarah yang melibatkan stakeholders yang terkait dalam penguatan kelembagaan UED-SP dalam pengembangan ekonomi lokal. Diskusi kelompok terarah ini dihad iri oleh Pengurus UED-SP yang terdiri atas ketua, sekretaris dan bendahara, pengurus UED-SP ditingkat RT, Kepala Desa, Kabag Ekonomi dan Pembangunan Kecamatan Hamparan Rawang, Ketua BPD, tokoh masyarakat dan tokoh adat, perwakilan dari anggota serta pengkaji sendiri.

Dari beberapa strategi yang ada, melalui diskusi kelompok disepakati empat strategi yang merupakan prioritas guna menguatkan kelembagaan UED-SP dalam mengembangkan ekonomi lokal di Desa Koto Teluk. Empat strategi tersebut adalah :

7.3.1. Peng uatan Norma Lembaga Kepada Masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara serta analisis terhadap permasalahan yang dihadapi oleh UED -SP, diketahui bahwa norma-norma yang ada dalam UED-SP belum melembaga dalam kehidupan masyarakat. Hal ini bisa dimaklumi karena norma UED-SP merupakan norma yang baru sehingga masyarakat belum terlalu mengetahuinya. Penguatan norma lembaga dimaksudkan untuk memperkuat rasa saling percaya di antara pengurus dan anggota maupun dalam membentuk suatu kerjasama dengan lembaga lokal baik formal maupun informal dalam pengembangan ekonomi lokal.

Program ini sejalan dengan strategi penguatan kelembagaan UED -SP yaitu strategi S-O (1), pemanfaatan UED-SP sebagai wadah pengembangan usaha ekonomis produktif, dan strategi W-T (1), peningkatan pemah aman masyarakat tentang norma dan nilai-nilai pada UED-SP. Program ini juga sejalan dengan strategi pengembangan ekonomi lokal yaitu strategi W-O (3), pemanfaatan lembaga keuangan mikro yang ada di desa dan strategi W-O (4), penguatan kelembagaan UED-SP.

Kegiatan yang dapat dilakukan guna memperkuat norma kelembagaan UED-SP adalah :

1. Peningkatan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang UED-SP

Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang UED-SP, maka diperlukan adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang status, fungsi UED-SP. Dalam kegiatan sosialisasi ini, pemanfaatan potensi lokal menjadi sangat penting. Keterlibatan kelembagaan lokal dan tokoh-tokoh masyarakat akan sangat menunjang dalam penguatan norma-norma lembaga. Pada masyarakat desa umumnya terjadi kondisi dimana masyarakat akan lebih menghormati dan menghargai siapa yang menyampaikan dari pada apa yang disampaikan. Pernyataan ini menggambarkan betapa berpengaruhnya seorang tokoh dalam kehidupan masyarakat desa.

Di Desa Koto Teluk yang terdiri dari empat garis keturunan, akan sangat mudah mensosialisasikan sesuatu jika melalui tokoh adat seperti “ninik mamak” yang diangkat oleh suatu garis keturunan tertentu pula. Kuatnya hubungan kekerabatan ini merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan dalam mengu atkan norma kelembagaan UED-SP. Sosialisasi norma UED-SP dapat juga melalui forum-forum pengajian yang rutin dilaksanakan ditiap-tiap RT setiap minggunya. Norma-norma lembaga seperti gotong royong serta kebiasaan menabung akan sangat membantu dalam peningkatan modal UED -SP.

Kuatnya hubungan kekerabatan ini bisa dimanfaatkan dalam mengatasi kredit macet pada UED-SP.Para tokoh masyarakat juga dapat diikutsertakan dalam menangani terjadinya kredit macet. Seperti diketahui bahwa salah satu kendala tidak berfungsinya lembaga secara optimal adalah adanya kemacetan perguliran dana akibat dari kurang difahami tentang norma lembaga.

2. Mengadakan pertemuan rutin antara pengurus, anggota, masyarakat dan tokoh- tokoh dalam masyarakat

Selama ini pertemuan yang dilakukan adalah sekali dalam sebulan, itupun dikarenakan kegiatan peminjaman dan pengembalian pinjaman semata. Yang hadir juga terbatas pada anggota yang ingin meminjam dengan para pengurus yang memberi ataupun menerima setoran dari anggota. Pertemuan rutin yang melibatkan pengurus, anggota, masyarakat dan tokoh-tokoh dalam masyarakat

adalah guna memperkuat hubungan sosial di antara mereka. Hal ini diharapkan dapat meredam isu -isu ataupun permasalahan yang mungkin terjadi dalam proses kegiatan UED-SP.

Pertemuan rutin ini juga bisa dijadikan ajang pertukaran informasi tentang pengembangan ekonomi lokal Desa Koto Teluk. Karena beragamnya mata pencaharian masyarakat, tentu beragam pula jejaring yang mereka miliki. Untuk itulah melalui pertemuan rutin ini juga dapat dibicarakan tentang peluang-peluang usaha ekonomis produktif antar sesama masyarakat. Selain peluang-peluang usaha juga dibicarakan tentang sumber-sumber yang bisa mereka manfaatkan.

Dari diskusi disepakati untuk mengadakan pertemuan rutin antara pengurus, anggota, masyarakat dan tokoh-tokoh dalam masyarakat setiap triwulan. Bertepatan dengan waktu penyetoran dan pengajuan pinjaman tiap bulan yaitu setiap tanggal 15, dengan terlebih dahulu para pengurus menyebarkan undangan terutama kepada tokoh-tokoh masyarakat.

7.3.2. Penataan Manajemen UED-SP

Keberadaan suatu kelembagaan seperti UED-SP tidak terlepas dari harapan dari masyarakat untuk mendapat kehidupan yang lebih baik. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya pemb agian kerja yang jelas. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi tumpang tindih atau perangkapan tugas. Untuk itu diperlukan adanya kerjasama baik dari pengurus, anggota maupun dari masyarakat itu sendiri.

Fenomena diatas sejalan dengan yang diungkapkan oleh Tonny dan Utomo (2004) bahwa kelembagaan usaha produktif skala kecil dan menengah lemah dalam: (1) merancang rencana kerja yang luwes, (2) manajemen dan administrasi secara profesional, (3) mengoperasikan dan melaksanakan tugas - tugas kelembagaan secara efektif, dan (4) melanjutkan pendanaan secara efisien dan mandiri.

Program ini sejalan dengan strategi penguatan kelembagaan UED -SP yaitu strategi W-O (2), peningkatan kemampuan manajerial pengurus, strategi W-T (2), penataan manajemen UED-SP dan strategi W-T (3), mengusahakan aspek legalitas hukum bagi kelembagaan UED-SP. Program ini juga sejalan dengan

strategi pengembangan ekonomi lokal yaitu strategi W-O (3), pemanfaatan lembaga keuangan mikro yang ada di desa dan strategi W-O (4), penguatan kelembagaan UED-SP.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka menata kembali UED-SP adalah sebagai berikut :

1. Menyusun Job Discription agar fungsi dan tugas pengurus tidak tumpang tindih sehingga pengurus mempunyai tugas yang jelas. Hal ini didasari dari kenyataan di kelembagaan UED -SP di Desa Koto Teluk, dimana fungsi dan tugas ketua sering dijalankan oleh sekretaris karena kesibukan ketua yang berprofesi sebagai pedagang keliling yang kadang harus keluar daerah selama kurang lebih tiga (3) bulan. Di samping itu para pengurus yang lain juga memiliki pekerjaan pribadi diluar kepengurusan. Untuk itu diperlukan adanya penyegaran pengurus. Pengurus yang karena kesibukannya sehingga tidak mempunyai waktu bagi UED-SP, sudah sepantasnya untuk digantikan dengan orang yang mempunyai kemampuan dan kesempatan dalam mengurus UED- SP.

2. Peningkatan Kemampuan/Kapasitas Pengurus UED-SP. Keberlanjutan usaha simpan pinjam sangat di pengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dari kelembagaan itu sendiri. Salah satunya adalah berkaitan dengan pengetahuan pengurus tentang UED -SP, terutama dari segi manajemen. Untuk meningkatkan pengetahuan pengurus tentang manajemen UED -SP secara profesional, serta meningkatkan ketrampilan pengurus dalam mengelola kelembagaan UED-SP, dibutuhkan suatu pelatihan teknis agar kinerja UED- SP dapat meningkat pula. Pelatihan teknis ini disamping sangat berguna bagi para pengurus lama, jika terjadi pergantian pengurus juga sangat bermanfaat bagi para pengurus UED-SP yang baru.

3. Menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga bagi program UED- SP. Hal ini bertujuan agar kelembagaan UED-SP dapat memperoleh legalitas hukum berupa kelembagaan yang berbadan hukum. Adanya aspek legalitas hukum ini sangat diperlukan terutama dalam menjalin kerjasama dengan kelembagaan yang sif atnya formal seperti bank, instansi-instansi pemerintahan

ataupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai perhatian terhadap pemberdayaan masyarakat khususnya pengembangan ekonomi lokal. 4. Melakukan perencanaan yang partisipatif. Anggota dan masyarakat dilibatkan

dalam perencanaan suatu kegiatan yang akan dilaksanakan oleh UED-SP. Hal ini disamping untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab anggota dan masyarakat terhadap kegiatan, juga untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memajukan kelembagaan UED-SP.

5. Adanya transparansi dalam pengelolaan UED-SP. Selama ini pelaporan kegiatan rutin UED-SP hanya disampaikan kepada BPD saja karena belum jelasnya posisi UED -SP dalam struktur desa. Dengan adanya penataan kembali manajemen UED -SP, diharapkan juga sistem pelaporan dan pengawasan UED-SP yang melibatkan masyarakat didalamnya.

7.3.3. Peningkatan Modal Usaha

Pertambahan modal usaha yang ada di UED-SP Desa Koto Teluk sepintas memang mengalami pertambahan tiap tahunnya. Akan tetapi pertumbuhan modal itu masih sangat kecil dan tidak dapat memenuhi kebutuhan akan bantuan modal bagi para anggotanya. Kecilnya pertumbuhan modal ini disebabkan karena belum adanya budaya menabung melalui UED-SP. Masyarakat lebih memilih menabung pada bank-bank yang ada, hal ini karena masyarakat belum mempunyai rasa percaya kepada kelembagaan UED-SP, terutama dalam menjaga uang yang akan mereka simpan.

Program ini sejalan dengan strategi penguatan kelembagaan UED -SP yaitu strategi W-O (1), Peningkatan modal UED-SP yang bersumber baik dari dalam maupun luar UED-SP, dan strategi S -T (2), Mengoptimalkan potensi-potensi lokal yang ada dalam masyarakat. Program ini juga sejalan dengan strategi pengembangan ekonomi lokal yaitu strategi W-O (3), pemanfaatan lembaga keuangan mikro yang ada di desa dan strategi W-O (4), penguatan kelembagaan UED-SP dan strategi W-T (1), Penguatan kerjasama antar stake holder yang terlibat dalam pengembangan ekonomi lokal.

Kegiatan yang dapat dilakukan guna meningkatkan modal usaha UED-SP adalah :

1. Menggalakkan kegiatan menabung melalui UED-SP. Peran tokoh masyarakat dalam kegiatan ini sangatlah penting untuk dapat memotivasi masyarakat menabung di UED-SP.

2. Memberlakukan simpanan wajib bagi setiap anggotanya. Hal ini disamping bertujuan untuk meningkatkan jumlah modal UED-SP, juga untuk menumbuhkan rasa memiliki antara anggota dengan UED-SP.

3. Menjalin kemitraan dengan lembaga keuangan lain baik formal seperti bank ataupun swasta, BUMN dan instansi pemerintah yang mempunyai program- program pemberdayaan masyarakat yang memberikan kredit permodalan dengan bunga rendah dan prosedur yang mudah.

7.3.4. Peningkatan Ketrampilan Usaha Ekonomis Produktif Anggota

Program ini sejalan dengan strategi penguatan kelembagaan UED -SP yaitu strategi W-O (3), peningkatan kemampuan usaha ekonomis produktif bagi masyarakat. Program ini juga sejalan dengan strategi pengembangan ekonomi lokal yaitu strategi W-O (1), Peningkatan ketrampilan UEP bagi anggota masyarakat, dan strategi S-T (2), meningkatkan kualitas barang atau jasa yang dihasilkan.

Kemitraan yang dijalin dengan kelembagaan lainnya, disamping untuk meningkatkan modal usaha, juga diharapkan adanya bimbingan teknis dari lembaga-lembaga pemberi bantuan tersebut guna meningkatkan ketrampilan masyarakat dalam usaha ekonomis produktif. Potensi pengembangan ekonomi lokal yang ada Desa Koto Teluk belumlah dimanfaatkan secara optimal. Potensi sumber daya manusia yang cukup besar belumlah ikuti dengan ketrampilan yang memadai dalam menangkap peluang yang ada.

Dari hasil pengamatan dan wawancara serta diskusi kelompok diketahui bahwa ada peluang-peluang usaha yang jika dikembangkan mempunyai prospek ekonomi yang cukup besar. Disamping karena pangsa pasarnya cukup tinggi, bahan baku yang tersedia di sekitar Desa Koto Teluk juga berlimpah. Salah satunya adalah usaha anyaman dari pandan duri. Selama ini kendala dalam pengembangan anyaman ini adalah rendahnya ketrampilan para pengerajin terutama dalam diversifikasi produk serta bentuk produk yang ketinggalan zaman.

Peningkatan ketrampilan ini bis a dilakukan melalui kerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

Kegiatan ekonomis produktif lainnya yang dapat dikembangkan adalah usaha penggemukan sapi potong. Selama ini kebutuhan akan daging bagi Kabupaten Kerinci selain diperoleh dari Kabupaten Kerinci itu sendiri, juga dipasok dari daerah lain seperti daerah Sumatera Barat maupun dari Lampung. Ini merupakan peluang usaha yang cukup potensial untuk dikembangkan. Kendala yang dihadapi oleh masyarakat dalam usaha penggemukan sapi potong ini adalah sempitnya lahan penggembalaan bagi sapi. Sistem gembala ini disamping tidak memberikan hasil yang optimal juga membutuhkan areal yang luas yang pada saat ini sangat susah untuk dicari. Disamping itu memelihara sapi masih dipandang sebagai usaha sampingan saja, sehingga pemeliharaannya terkesan seadanya saja. Sedangkan untuk sistem penggemukkan sapi potong dengan kandang belumlah terlalu memasyarakat di Desa Koto Teluk maupun Kecamatan Hamparan Rawang. Terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang cara beternak sapi yang benar menyebabkan peluang usaha ini menjadi sia-sia. Untuk meningkatkan ketrampilan beternak ini dapat dilakukan melalui kerjasama dengan Dinas Peternakan .

Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan tentunya harus dikordinasikan dengan stakeholder yang terkait. Adapun rencana program kegiatan penguatan kelembagaan UED-SP dalam rangka pengembangan ekonomi lokal dapat dilihat pada Tabel 13.

8.1. Kesimpulan

Dari hasil kajian tentang Penguatan Kelembagaan Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam yang telah dilakukan di Desa Koto Teluk, dapat ditarik beberapa kesimpulan untuk menjawab tujuan kajian tersebut, sebagai berikut :

Pemetaan sosial yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Desa Koto Teluk memiliki potensi sumberdaya alam, sumber daya manusia dan kelembagaan yang dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan ekonomi lokal. Sumber daya alam tersebut dapat berupa lahan sawah tadah hujan, lahan rawa dan sumberdaya sungai. Sumber daya manusia yang ada di Desa Koto Teluk masih tergolong rendah, jika dirinci menurut pendidikan yang ditamatkan. Jumlah angkatan tenaga kerja yang menamatkan Sekolah Dasar adalah sebesar 40,27 persen atau sejumlah 323 orang. Dalam konteks kelembagaan, terdapat kelembagaan -kelembagaan yang berhubungan langsung dengan pengembangan ekonomi lokal seperti kelembagaan UP2K dan UED-SP, maupun kelembagaan lain yang tidak berhubungan langsung dengan pengemban gan ekonomi lokal seperti kelembagaan adat dan kepemudaan.

Keberadaan UED-SP di Desa Koto Teluk yang bertujuan untuk membuka akses masyarakat terhadap modal dalam pengembangan usaha belum sepenuhnya optimal. Keterbatasan yang dimiliki oleh UED-SP terutama dalam pelayanan kredit bagi masyarakat disebabkan adanya keterbatasan kapasitas pengurus dalam mengelola UED-SP, juga karena rendahnya partisipasi anggota UED-SP. Kondisi ini menyebabkan kinerja lembaga UED-SP belum menunjukkan hasil yang optimal guna memanfaatkan potensi dan sumber daya dalam rangka pengembangan ekonomi lokal.

Rendahnya partisipasi anggota dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan mereka akan norma yang berlaku di UED-SP. Masih adanya tunggakan serta pemanfaatan bantuan modal untuk kegiatan konsumtif, mengidentifikasikan bahwa pengetahuan masyarakat tentang mekanisme perguliran dana UED-SP masih rendah. Selain rendahnya pengetahuan tentang norma UED-SP, pengetahuan dan ketrampilan anggota terutama dalam pengembangan usaha ekonomis produktif dirasakan masih kurang. Hal ini menyebabkan bidang

peternakan dan kerajinan yang mempunyai potensi yang cukup besar belum dapat dimanfaatkan secara optimal.

Dari aspek keorganisasian, dalam rangka penguatan kelembagaan UED-SP guna pengembangan ekonomi lokal, UED-SP mengalami permasalahan yaitu: 1) keterbatasan waktu para pengurus UED-SP yang mempunyai kesibukan masing- masing , 2) manajemen kelembagaan belum optimal, 3) modal usaha yang masih terbatas, 4) belum adanya pembagian tugas yang jelas. Dengan permasalahan tersebut, UED -SP sebagai lembaga ekonomi lokal belum mampu menjadi lembaga yang mandiri baik dalam menentukan nasib sendiri maupun dalam pengembangan kelembagaan.

Permasalahan yang dialami oleh UED-SP berpengaruh pada performa kelembagaan ini. Perkembangan modal usaha yang lambat menyebabkan lembaga tidak mampu menyediakan pinjaman modal bagi para anggota terutama dalam pengembangan sektor peternakan dan kerajinan. Usaha untuk menambah modal baik yang berasal dari anggota maupun dari Dinas Koperasi mengalami hambatan. Masyarakat belum terbiasa untuk menabung di kelembagaan UED-SP, sedangkan proposal untuk mengajukan tambahan modal kepada Dinas Koperasi terganjal masalah lembaga hukum bagi UED-SP.

Untuk mengatasi permasalah tersebut serta dalam merumuskan strategi dan program penguatan kelembagaan UED-SP dalam pengembangan ekonomi lokal, dilakukan analisis faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi keberadaan UED-SP dan pengembangan ekonomi lokal. Penentuan faktor-faktor tersebut dilakukan secara partisipatif bersama masyarakat melalui diskusi kelompok terfokus.

Dari hasil analisis tersebut ditentukan strategi dan program penguatan kelembagaan UED-SP guna mengembangkan ekonomi lokal yang dilaksanakan di Desa Koto Teluk adalah seb agai berikut:

1. Penguatan Norma Lembaga UED-SP Kepada Masyarakat, melalui :

Dokumen terkait