• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 TATA KELOLA KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN TER

6.4 Analisis Kepentingan dan Pengaruh Aktor

Identifikasi aktor merupakan analisis pemetaan posisi stakeholders dalam tahapan implementasi hasil perencanaan suatu kebijakan. Berdasarkan analisis aktor grid pada Gambar 21, posisi kuadran I (Subject) ditempati oleh kelompok pengolah ikan teri. Kelompok ini memiliki kepentingan yang tinggi terhadap pengembangan Pulau Pasaran sebagai klaster industri, karena sebagian besar masyarakat bergantung dengan hasil olahan ikan teri sebagai profesi utama yang menunjang aktifitas ekonomi rumah tangga. Kelompok masyarakat sebagai pelaku di level operasional pengaruhnya dalam penentuan arahan kebijakan di Pulau Pasaran rendah, karena kekuasaan kelompok pengolahan ikan teri terbatas teknis pengolahan saja. Kelompok pengolah hanya terlibat dalam pelaksanaan kebijakan pengembangan Pulau Pasaran yang telah ditentukan oleh pemerintah.

Gambar 21. Pemetaan Aktor Grid

Kuadran II (Players) ditempati oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang tergabung dalam Tim Pengembangan Klaster. Tim ini terdiri dari beberapa instansi pemerintahan di tingkat Kota Bandar Lampung, yaitu Bappeda Kota Bandar Lampung, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan, dan Industri, Dinas Kesehatan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Tata Kota, DPD Apindo, Masyarakat Mandiri, dan Bank Indonesia

Kuadran I Subject Kuadran II Players Kuadran III By Standers Kuadran IV Actors Pengaruh k e p e n t i n g a n

Perwakilan Provinsi Lampung. Keberadaan instansi-instansi tersebut sangat berpengaruh dalam perencanaan dan pembentukan master plan Pulau Pasaran. Posisi pemain merupakan posisi penentu arahan kebijakan dan pengelolaan karena cakupan kekuasaan yang berkaitan dengan keberlanjutan pengembangan sumberdaya yang ada di Pulau Pasaran.

Kuadran III (By Standers) ditempati oleh Kelompok nelayan bagan, Badan Pengelola dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH), Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Kota Bandar Lampung, Retail Oleh-oleh, Universitas Lampung, Bank Syariah Mandiri, HIPMI, dan aparat desa setempat. Posisi penonton memiliki kepentingan dan pengaruh yang rendah dalam pengambilan keputusan pengembangan klaster industri di Pulau Pasaran. Nelayan bagan sebagai penyedia bahan baku ikan teri hanya pemenuhan kebutuhan hidup sebagai mata pencarian utama. BPPLH yang terlibat dalam upaya sosialisasi pengolahan sampah dan pengurangan dampak pencemaran limbah bagi masyarakat, memiliki sedikit kepentingan terhadap pengembangan klaster industri ikan teri. Hal serupa juga pada instansi BPMP yang hanya terlibat dalam hal pelayanan perizinan UMKM dan penanaman modal bagi investor ke Pulau Pasaran.

Retail oleh-oleh sebagai salah satu saluran pemasaran hanya terlibat di bidang penjualan tanpa adanya upaya promosi yang signifikan, sehingga pengaruh retail terhadap pengembangan klaster industri kurang mengena di aspek pasar. Kalangan Akademisi Universitas Lampung berperan dalam memberdayakan masyarakat Pulau Pasaran melalui Program Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian masyarakat program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik mahasiswa. Pengaruh terhadap pengambilan keputusan sangat rendah karena posisi akademisi sebatas pemberi masukan sesuai dengan teori yang ada.

Peran Bank Syariah Mandiri sebagai lembaga keuangan belum begitu menyentuh masyarakat, karena terkendala dengan kondisi sosial kultur masyarakat itu sendiri. Akibatnya, pihak perbankan belum berani memberikan pinjaman dana karena faktor ketidakpastian jangka waktu pengembalian yang sangat bergantung dengan alam. Kelompok swadaya masyarakat seperti HIPMI berperan dalam trigger mechanism khususnya dalam menjembatani aspirasi

masyarakat pengolah, namun lembaga swadaya ini tidak memiliki pengaruh yang besar dalam mengubah arah pengelolaan. Lembaga swadaya seperti asosiasi masyarakat tidak memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan (decision making). Aparat desa juga tidak terlalu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan Pulau Pasaran. Hal ini didasari oleh peran aparat desa sebagai unit pelaksana yang fleksibel dalam segala aspek, tidak hanya hanya dalam pengembangan klaster olahan ikan teri di Pulau Pasaran.

Posisi di kuadran IV (Actors) ditempati oleh PT Sucofindo sebagai perwakilan BUMN. PT Sucofindo memiliki kepentingan yang rendah terhadap sumberdaya yang ada di Pulau Pasaran. Kepentingan tersebut hanya terbatas pada kelompok pengolah yang menjadi binaan dalam pegembalian pinjaman lunak. Sebagai perwakilan dari instansi BUMN, pengaruh PT Sucofindo dalam menentukan arah kebijakan sangat tinggi. PT Sucofindo merupakan bagian dari Tim Pengembangan Klaster yang dibentuk SKPD oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung. Hal ini didukung juga dengan program kerja PT Sucofindo untuk memfasilitasi peningkatan infrastruktur dan mutu produk olahan ikan di Pulau Pasaran dengan penggunaan teknologi tepat guna.

Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, aktor yang berperan dalam pengembangan klaster pengolahan ikan teri di Pulau Pasaran dapat diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok, yaitu kelompok nelayan bagan, kelompok pengolah ikan teri, Pemerintahan yang dibentuk berdasarkan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), Perbankan, Kelompok usaha/swasta, Lembaga Swadaya/asosiasi, Akademisi dan Aparat desa. Peran masing-masing kelompok aktor adalah :

a. Kelompok Nelayan Bagan

Nelayan bagan adalah nelayan yang menyediakan bahan baku ikan kepada pengolah. Jumlah nelayan bagan yang mencari ikan di sepanjang perairan Teluk Lampung sekitar 116 orang. Kelompok nelayan ini tergabung dalam Lembaga Keuangan Mikro (LKM) bersama kelompok pengolah ikan. Nelayan bagan tidak mendaratkan hasil tangkapannya karena alasan efisiensi. Nelayan bagan menunggu pengolah yang akan datang untuk membeli bahan baku ikan segar dengan harga yang telah ditetapkan oleh nelayan bagan itu sendiri. Hal

inilah yang sering menjadi konflik antara pengolah dan nelayan karena posisi tawar pengolah yang tidak diperhitungkan dalam rantai nilai.

b. Kelompok Pengolah Ikan Teri

Pengolah ikan teri adalah individu yang memberikan nilai tambah terhadap ikan teri segar menjadi produk olahan ikan. Kelompok pengolah terdiri dari 6 kelompok, yaitu 5 kelompok pengolah ikan teri kering dan 1 pengolah produk turunan ikan teri. Setiap kelompok memiliki anggota 6-10 orang dengan 1 ketua kelompok yang diharapkan dapat menjadi forum komunikasi antar pengolah. Peran ketua kelompok pengolah adalah sebagai penjembatan aspirasi kepada pihak pemerintah, perbankan, maupun antar kelompok pengolah. Masing-masing anggota kelompok pengolah ikan teri memiliki peran dalam membuka saluran pemasaran, karena sistem penjualan hasil olahan langsung dikirim oleh individu pengolah ke pengumpul tanpa bantuan pihak intermediasi.

c. Kelompok Pemerintah

Kelompok pemerintah yang dibentuk dalam SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Tim Pelaksana Pengembangan Klaster Pengolahan Ikan Kering di Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung berdasarkan Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung No. 256/23/HK/2011 memiliki tugas umum sebagai berikut :

1) Mengkoordinasikan stakeholders yang terlibat dalam pengembangan klaster pengolahan ikan kering dalam hal penyusunan rencana kerja. 2) Mengkoordinasikan SKPD terkait agar menganggarkan dalam APBD Kota

Bandar Lampung untuk kegiatan pengembangan klaster pengolahan ikan kering sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD masing-masing. 3) Melakukan pemantauan dan inventarisasi terhadap pelaksanaan kebijakan

meliputi realisasi pencapaian target, penyerapan tenaga kerja, serta kendala yang dihadapi dalam rangka pengembangan klaster pengolahan ikan kering.

4) Mengendalikan pemantauan pelaksanaan pengembangan klaster pengolahan ikan kering.

5) Menyusun hasil pemantauan pelaksanaan kegiatan pengembangan klaster pengolahan ikan kering secara periodik.

Peran SKPD berdasarkan tugas pokok dan fungsinya dalam pengembangan klaster pengolahan ikan kering di Pulau Pasaran adalah sebagai berikut :

1) Dinas Kelautan dan Perikanan bertugas dalam mensosialiasikan bahaya penggunaan formalin dan bahan-bahan pengawet lainnya dengan pelatihan sistem rantai dingin dalam proses pengolahan ikan. Pencegahan terjadinya pencemaran limbah industri dan kerusakan terumbu karang juga dilakukan dengan pemberian bantuan teknis sarana pengolahan ikan yang sesuai dengan standar higienis. Penataan aliran drainase pembuangan limbah dan pengelolaan sampah juga dilakukan untuk mendukung pengembangan klaster industri ikan teri.

2) Bappeda Kota Bandar Lampung bertugas dalam mengkoordinasikan dan mengevaluasi kegiatan dan program dalam agenda rapat rutin SKPD. Bappeda juga memfasilitasi promosi hasil komoditas ikan kering di Pulau Pasaran pada acara pameran dan seminar skala lokal maupun nasional. 3) Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag)

memiliki peran dalam pembinaan produk olahan ikan yang sesuai dengan standar higienis proses pengolahan. Pelatiahan teknik pengemasan produk dan pengawetan yang sehat juga dilakukan untuk memperbaiki produk agar lebih menarik. Dinas Koperindag juga membuka akses pemasaran melalui kegiatan promosi hasil olahan ikan kering kepada pihak hotel dan restoran. Selain itu, kegiatan pelatihan manajemen keuangan usaha LKM kelompok pengolah ikan kering dan nelayan juga dilakukan sebagai bentuk strategi menuju profesionalitas dan keberlanjutan perencanaan bisnis kedepannya.

4) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbupar) bertugas dalam membina masyarakat sadar wisata dengan sasaran objek adalah remaja karang taruna di Pulau Pasaran. Sosialisasi dan kerjasama pengembangan produk olahan ikan kering di Pulau Pasaran juga dilakukan dengan pihak perhotelan,

agen perjalanan, dan pemanfaatan fasilitas website. Tujuannya adalah untuk mewujudkan Kota Bandar Lampung sebagai kota tujuan wisata (city tour).

5) Dinas Kesehatan bertugas dalam pembinaan dan pelatihan keamanan dan sanitasi pangan sebagai upaya pelaksanaan good manufacturing practices (GMP).

6) Dinas Pekerjaan Umum bertugas dalam pembangunan dan peningkatan infrastruktur seperti jembatan penghubung, yang mendukung program pengembangan klaster industri pengolahan ikan kering di Pulau Pasaran. 7) Dinas Tata Kota bertugas dalam menyusun Sistem Informasi dan

Geografis (SIG) Pulau Pasaran. Program kerja lainnya adalah kerjasama dengan konsultan perencana dalam penyusunan Detail Engineering Desain (DED) Pulau Pasaran.

8) Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPPLH) bertugas dalam mengelola dan menangani limbah rumah tangga di Pulau Pasaran. BPPLH juga berperan dalam upaya penghijauan Pulau Pasaran yang bekerja sama dengan Dinas Pertanian, Peternakan, dan Kehutanan Kota Bandar Lampung. Upaya pengadaan ruang terbuka hijau dilakukan mengan memberikan bantuan bibit tanaman kepada masyarakat Pulau Pasaran, seperti bibit cabe, nangka, dan mangga.

9) Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) bertugas dalam pelayanan perizinan, investasi, dan izin usaha UMKM khususnya dibidang olahan ikan teri kering.

10)PT Sucofindo berperan dalam mendukung pembangunan sarana fisik di Pulau Pasaran melalui Program Bina Lingkungan dan penerapan teknologi tepat guna.

d. Otoritas Moneter dan Perbankan

Kelompok otoritas moneter dan perbankan terdiri dari Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter yang melakukan pengembangan sektor riil dan UMKM agar dapat melakukan akses perbankan yang difasilitasi oleh salah satu bank pelaksana yaitu Bank Syariah Mandiri. Bank Indonesia memiliki peran dari sisi pengembangan kelembagaan masyarakat dan bantuan permodalan.

Peran BI memfasilitasi pembentukan unit Lembaga Keuangan Mikro (LKM) melalui penjajakan kerjasma kemitraan dengan end user dalam pemasaran produk ikan kering. Upaya pengembangan LKM juga dilakukan memberikan bantuan permodalan khususnya untuk kepentingan manajemen keuangan di LKM. Selain itu, BI juga memfasilitasi pelatihan dan pendampingan kelembagaan bagi kelompok pengolah ikan kering. Tujuannnya adalah agar terbentuk solidaritas kelompok yang solid dan mengedepankan prinsip trust, sehingga mampu bersaing dengan posisi tawar yang tinggi. Selanjutnya, aspek pengadaan modal lainnya melalui pinjaman lunak dengan prinsip syariah akan dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri.

e. Lembaga Usaha dan Swasta

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Koperasi ISM- Mitra Karya Bahari adalah pengembangan unit usaha bagi pengolah ikan teri dan nelayan. Fungsi LKM ini sebagai penyedia peralatan seperti kardus dan peralatan kapal. Fungsi LKM sebagai penyelenggara permodalan belum bisa terlaksana karena alasan keterbatasan modal dan sumberdaya manusia yang belum memadai untuk mengelolanya. Lembaga swasta seperti retail oleh-oleh, perhotelan, dan agen perjalanan memiliki peran dalam memasarkan produk olahan ikan kering. Paket wisata dan belanja produk olahan ikan kering menjadi salah satu target sasaran promosi dan penjulan produk unggulan Kota Bandar Lampung. Kelompok swasta lainnya adalah pedagang pengumpul (intermediasi) yang memberikan pinjaman modal dan akses pemasaran kepada pengolah. Pedagang ini menjadi pelanggan sekaligus penyangga modal bagi pengolah ikan kering yang mengirimkan hasil olahannya ke gudang penampungan di Jakarta.

f. Lembaga Swadaya Masyarakat

Peran asosiasi jelas terlihat dalam menjembatani kepentingan masyarakat pengolah ikan kering dengan pemerintah terkait. Asosiasi yang terlibat dalam pengembangan klaster di Pulau Pasaran adalah Masyarakat Mandiri, DPD Apindo dan HIPMI. Masyarakat Mandiri (MM) berperan dalam pendampingan dan penguatan kelembagaan lokal. MM memiliki program pengembangan masyarakat yang disinergiskan dengan kondisi sumberdaya lokal di Pulau

Pasaran. Kegiatan yang dilakukan oleh MM bersama Bank Indonesia Perwakilan Lampung adalah penguatan dan pendampingan kelembagaan lokal. Tahapan pengembangan klaster di Pulau Pasaran tebagi menjadi 3, yaitu tahap perintisan, penguatan, dan pemandirian. Tahap perintisan adalah pengenalan masyarakat terhadap budaya berorganisasi dalam suatu kelompok pengolah ikan teri. Masyarakat diarahkan untuk membentuk suatu pertemuan rutin untuk menciptakan iklim usaha yang harmonis dan solid sejalan dengan visi dan misi bersama. Tahapan ini dinamakan sebagai tahap penguatan. Tahap selanjutnya kelompok masyarakat diarahkan untuk membentuk suatu unit usaha bersama, yaitu LKM yang masuk dalam tahap pemandirian.

Peran lembaga masyarakat/asosiasi lainnya adalah DPD Apindo dan HIPMI. Peran kedua asosiasi tersebut adalah membuka akses pemasaran hasil olahan ikan teri ke supermarket nasional. lembaga asosiasi juga berperan dalam memberikan pelatihan perbaikan teknik pengolahan ikan teri yang sesuai dengan standar ekspor.

g. Akademisi

Peran perguruan tinggi dalam pengembangan klaster pengolahan ikan kering di Pulau Pasaran adalah penelitian dalam diversifikasi produk olahan ikan kering. Aplikasi teknologi pengolahan ikan yang tepat guna dan terjangkau juga menjadi tugas akademisi dan lembaga penelitian. Akademisi juga melakukan pendampingan dan pembinaan terhadap layanan bisnis dan investasi untuk pengembangan produk olahan ikan.

h. Aparat Desa

Peran Aparat desa dalam pengembangan klaster indutri di Pulau Pasaran tidak terlibat secara langsung. Aparat desa berperan adalah pelayanan administrasi dan pendataan potensi masyarakat beserta sumber daya yang ada. Peran aparat desa terbatas karena tidak terlibat dalam tim teknis pengembangan klaster pengolahan ikan kering di Pulau Pasaran.

Dokumen terkait