• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 TATA KELOLA KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN TER

6.2 Kelembagaan sebagai Aturan Main

6.2.1 Aturan Formal

Aturan formal adalah peraturan yang ditetapkan oleh stakeholder yang memiliki kewenangan dalam menentukan arah pengelolaan suatu sumber daya. Stakeholders yang terlibat dalam dalam program pengembangan klaster industri di

Pulau Pasaran adalah Pemerintah Provinsi Lampung dan Pemerintah Kota Bandar Lampung yang terbentuk dalam SKPD. Aturan formal yang mengatur tentang pengembangan klaster industri pengolahan ikan teri di Pulau Pasaran berdasarkan hasil studi literatur ke dinas terkait antara lain :

1) Peraturan Presiden No.7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2005 – 2008 pada sepuluh klaster industri prioritas pada pengolahan hasil laut.

2) Instruksi presiden No.6 Tahun 2007 tentang Kebijakan percepatan pengembangan sektor rill dan pemberdayaan UMKM.

3) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.32 Tahun 2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan di 33 provinsi.

4) Keputusan Menteri Koperasi dan UMKM No.32 Tahun 2002 tentang pengertian klaster.

5) Keputusan Gubernur Lampung No.G/89/II.02/HK/2011 tentang Pembentukan POKJA Percepatan Pembangunan Kawasan Agropolitan dan Minapolitan di Provinsi Lampung Tahun 2011-2014.

6) Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No.31a Tahun 2010 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2029.

7) Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No.10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2011-2030 Pasal 60.

8) Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung No.258/23/HK/2010 tentang Penetapan Lokasi Kawasan Minapolitan Kota Bandar Lampung yang meliputi Pulau Pasaran dan Lempasing.

9) Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung No.256/23/HK/2011 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan Pengembangan Klaster Pengolahan Ikan Teri Kering di Pulau Pasaran.

10)Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung No.421/III.24/HK/2012 tentang Delapan Komoditas Unggulan Kota Bandar Lampung.

11)Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung No.25/III.24/HK/2012 tentang Pembentukan Forum Koordinasi One Village One Product (OVOP) Kota Bandar Lampung.

6.2.2 Aturan Informal

Aturan lokal yang berlaku di masyarakat Pulau Pasaran adalah pengumpulan dana ekspedisi dari hasil pengiriman paket ikan teri ke Jakarta. Masyarakat memiliki kesepakatan dengan pihak pengirim paket untuk menyisihkan Rp50/kg dari biaya pengiriman paket Rp500/kg pada setiap kuantitas ikan kering yang dikirimkan ke Jakarta dalam sekali produksi. Uang yang disisihkan diambil setiap bulannya dan digunakan oleh masyarakat untuk pembangunan Pulau Pasaran. Dana ini diatur oleh perwakilan pengolah ikan yang dipercaya dan cukup berpengaruh di Pulau Pasaran. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan tidak dilaksanakannya pemungutan retribusi oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung, karena masyarakat dapat membiayai kegiatan operasional bersama di Pulau Pasaran.

6.3 Analisis Tata Kelola

Analisis tata kelola yang akan dibahas merupakan model yang diadaptasi dari kerangka analisis tata kelola Pido et al 1997. Atribut tata kelola yang pertama adalah biofisik dan teknologi. Atribut biofisik adalah sumber daya ikan teri yang dibutuhkan oleh pengolah sebagai bahan baku. Kondisi ikan teri disekitar perairan Teluk Lampung masih cukup baik, karena setiap hari pengolah dapat dengan mudah membelinya ke nelayan bagan. Teknologi yang digunakan oleh pengolah masih tradisional, namun ada perbaikan pada teknik pengolahan ikan teri. Pengolah yang membeli ikan teri segar dari laut langsung melakukan perebusan di kapal. Cara ini dapat mempertahankan kualitas olahan ikan teri dengan mengurangi resiko ikan yang cepat rusak (perishable). Ikan yang sudah direbus selanjutnya akan dijemur setelah kapal mendarat di Pulau Pasaran. Teknik pengolahan ini dapat mengefisienkan waktu penjemuran, sehingga pengiriman ikan ke gudang pengumpul di Jakarta dapat terlaksana tepat waktu.

Atribut kedua adalah pasar, yang meliputi aspek penawaran dan permintaan. Pengolah ikan menjual hasil olahan kepada pasar lokal dan nasional. Target pasar lokal adalah pasar tradisional, retail oleh-oleh, dan supermarket di Kota Bandar Lampung, Bandar Jaya, Metro, dan Kota Bumi, sedangkan pasar nasional adalah

gudang pengumpul hasil olahan ikan di Muara Kapuk, Jakarta. Jenis olahan ikan yang paling sering dijual ke konsumen lokal adalah ikan teri nilon dan teri jengki. Teri nasi menjadi komoditas yang cukup mahal, sehingga target pasar adalah pasar nasional.

Atribut ketiga adalah pemegang kepentingan terhadap pengembangan klaster industri pengolahan ikan teri adalah pengolah yang tergabung dalam kelompok usaha bersama. Kelompok tersebut terbagi menjadi 5, yaitu kelompok Welas Asih, Putra Pidada, Mitra Bahari, Waluya, dan Putra Permana. Arahan kebijakan pengembangan klaster industri diatur oleh kelompok pemerintah yang tergabung dalam tim teknis pengembangan Pulau Pasaran. Kelompok pemerintah bersama dengan LSM, Perbankan, dan akademisi membuat master plan dan program kerja untuk pengembangan klaster industri Pulau Pasaran. Kelompok perbankan memberikan bantuan berupa pinjaman lunak untuk usaha keberlangsungan pengolahan ikan teri kering. Kekurangan kelompok perbankan adalah belum meratanya akses pinjaman lunak kepada pengolah. Hal ini dikarenakan usaha ikan kering pengolah yang belum bankable dan feasible, sehingga pihak perbankan belum berani memberikan pinjaman. Pengolah juga belum berani mengambil pinjaman bank karena mindset yang terbentuk kerumitan administrasi pengajuan pinjaman. Kelompok swasta yang juga sebagai pemegang kepentingan terbagi menjadi dua, yaitu kelompok pedagang pengumpul yang memberikan modal dan retail supermarket sebagai akses pemasaran lokal.

Atribut keempat adalah pengambilan keputusan. Keputusan ditingkat pengolah diatur oleh masing-masing ketua kelompok. Ketua kelompok akan menyampaikan aspirasi kepada ketua Lembaga Keuangan Mikro - ISM Mitra Usaha Bahari. Ketua ISM Mitra Usaha Bahari selanjutnya akan menyampaikan kepada tim teknis pengembangan klaster industri Pulau Pasaran yang di ketuai oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Bandar Lampung. DKP Kota Bandar Lampung selanjutnya akan membentuk forum komunikasi antar stakeholders untuk menyelesaikan permasalahan dan melakukan pembinaan kepada pengolah.

Atribut kelima adalah kelembagaan eksternal dan organisasi eksternal. Lembaga ini tidak secara langsung terlibat dalam pengembangan klaster industri,

tetapi masih berpengaruh terhadap pengelolaan Pulau Pasaran. Kelembagaan eksternal ini adalah aparat desa. Aparat desa sebagai penghubung pelayanan teknis antara pengolah dan pemerintah memiliki peran dalam pelayanan administrasi masyarakat. Aparat desa melakukan pengawasan terhadap potensi dan pengembangan Pulau Pasaran secara umum dalam cakupan Kelurahan Kota Karang. Tata kelola klaster industri Pulau Pasaran berdasarkan atribut dan hubungan interaksi pengembangan klaster tersaji pada Gambar 20.

Biofisik dan teknologi interaksi penggunaan Stakeholders konsultasi Mitra Dana koordinasi instruksi Sarana pengawasan Bantek pendapatan modal instruksi koordinasi

Hasil olahan informasi

pengawasan

Lembaga eksternal Atribut Pasar Kelembagaan Koordinasi instruksi Pengolah

pengawasan

Gambar 20. Analisis Tata Kelola

Batas-batas pengelolaan Teknologi : Teknik pengolahan Tim Teknis Pengembangan klaster industri Pulau Pasaran (SK Walikota) Masyarakat : Pengolah ISM Mitra Usaha Bahari Waserda Pedagang intermediasi Pemerintah Kota Bandar Lampung Aparat desa LSM Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Pasar Lokal Gudang Penampungan Jakarta Retail Supermarket Kelompok Usaha Pengolah

Dokumen terkait