• Tidak ada hasil yang ditemukan

 

Berdasarkan pada Tabel 15, nilai Durbin Watson pada keempat saham baik saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT PP London Sumatera Tbk (LSIP), PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) dan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berada di antara nilai dU dan nilai 4-dU. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data pada saham AALI, LSIP, UNSP dan TBLA tidak mengandung gejala autokorelasi. Dengan demikian tidak terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada data periode t dengan data pada periode t-1 (bulan sebelumnya).

6.2. Analisis Keputusan Investasi pada Saham

6.2.1. Analisis Keputusan Investasi pada Saham AALI

Pengujian hipotesis dapat dilakukan jika gejala heteoskedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi tidak terdapat dalam data penelitian dan data terdistribusi secara normal. Melalui hasil pengujian asumsi klasik, semua data saham AALI tidak mengandung gejala heteroskedastisitas, multikolinearitas dan autokorelasi serta data saham terdistribusi secara normal. Dengan demikian, data saham AALI yang diteliti layak untuk diuji.

Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan, digunakan uji t, uji F, dan uji r-square. Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen yang dianalisis memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah variabel perubahan suku bunga bulan sebelumnya, perubahan inflasi bulan sebelumnya, dan perubahan kurs US dolar bulan sebelumnya. Hasil uji t pada salah satu variabel independen dikatakan signifikan mempengaruhi variabel dependen jika memiliki nilai sig. t < α (0,05). Jika menurut hasil uji t menunjukkan hasil yang signifikan pada salah satu variabel independen maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen tersebut memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

   

Tabel 16. Hasil Uji F dan Adjusted R-Square pada Pengukuran Signifikansi Model Perubahan Harga Saham AALI, LSIP, UNSP dan TBLA

Saham Probability Uji F (Signifikansi pada α=0,05) Adjusted R-square (%) AALI 0,014 (*) 12,0 LSIP 0,070 6,7 UNSP 0,014 (*) 12,2 TBLA 0,040 (*) 8,7

Keterangan: (*)= Signifikan pada Taraf Nyata α

Sumber: Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia (2011), diolah

Berdasarkan Tabel 17, menurut hasil uji t pada saham AALI, variabel independen yang memiliki nilai sig. uji t < α (0,05) adalah variabel perubahan suku bunga bulan sebelumnya dan variabel perubahan kurs US dolar bulan sebelumnya. Artinya variabel perubahan suku bunga bulan sebelumnya signifikan mempengaruhi perubahan harga saham AALI bulan ke-t. Begitu pula dengan variabel perubahan kurs US dolar bulan sebelumnya signifikan mempengaruhi perubahan harga saham AALI bulan ke –t.

Tabel 17. Hasil Uji t pada Pengukuran Signifikansi Model Perubahan Harga Saham AALI, LSIP, UNSP dan TBLA

Saham Variabel Perubahan Suku Bunga

Bulan Sebelumnya (Signifikansi pada α=0,05) Variabel Perubahan Tingkat Inflasi Bulan Sebelumnya (Signifikansi pada α=0,05) Variabel Perubahan Kurs US dolar Bulan Sebelumnya (Signifikansi pada α=0,05) AALI 0,035 (*) 0,610 0,023 (*) LSIP 0,082 0,386 0,209 UNSP 0,003 (*) 0,938 0,743 TBLA 0,446 0,030 (*) 0,432

Keterangan: (*)= Signifikan pada Taraf Nyata α

Sumber: Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia (2011), diolah

   

inflasi bulan sebelumnya tidak signifikan mempengaruhi perubahan harga saham AALI bulan ke-t. Untuk dapat mengetahui apakah kesemua variabel independen yang dianalisis secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap perubahan harga saham AALI dapat diketahui melalui hasil uji F. Jika menurut hasil uji F, hasil yang didapatkan memilki nilai sig. < α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama kesemua variabel independen signifikan mempengaruhi variabel dependen.

Berdasarkan pada Tabel 16, secara bersama-sama semua variabel independen yang ada pada saham AALI baik perubahan suku bunga, inflasi dan kurs US dolar bulan sebelumnya signifikan mempengaruhi perubahan harga saham AALI bulan ke- t. Dimana berdasarkan Tabel 16, nilai sig. pada uji F pada ketiga variabel independen memiliki nilai sig. lebih kecil dari nilai α (0,05).

Berdasarkan Tabel 16, besaran perananan variabel independen yaitu variabel perubahan suku bunga, inflasi dan kurs US dolar bulan sebelumnya dalam menjelaskan keragaman variabel dependen perubahan harga saham AALI bulan ke-t dapat diketahui dengan melihat nilai Adjusted R-square dari model perubahan harga saham AALI. Nilai Adjusted R-square dari model perubahan harga saham AALI adalah 12,0 persen.

Artinya sebanyak 12,0 persen kemampuan dari variabel independen perubahan suku bunga, inflasi dan kurs US dolar bulan sebelumnya dalam menjelaskan keragaman variabel dependen perubahan harga saham AALI bulan ke-t. Sementara sisanya sebanyak 88,0 persen dari keragaman variabel dependen perubahan harga saham AALI bulan ke- t dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Dimana variabel lain di luar model tersebut tidak dimasukkan sebagai variabel independen model perubahan harga saham AALI.

   

Tabel 18. Hasil Pendugaan Model Perubahan Harga Saham AALI, LSIP, UNSP dan TBLA

Saham Konstanta Variabel Perubahan Suku Bunga Bulan Sebelumnya Variabel Perubahan Tingkat Inflasi Bulan Sebelumnya Variabel Perubahan Kurs US dolar Bulan Sebelumnya AALI 1,735 -0,285 (*) -0,067 0,279 (*) LSIP 2,281 -0,241 -0,118 0,157 UNSP -1,899 -0,403 (*) -0,010 0,039 TBLA 1,887 -0,104 -0,301 (*) 0,097

Keterangan: (*)= Signifikan pada Taraf Nyata α

Sumber: Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia (2011), diolah

Nilai Adjusted R-square AALI yang dihasilkan dari kemampuan variabel independen dalam menjelaskan keragaman dari variabel dependen perubahan harga saham AALI lebih kecil jika dibandingkan dengan pesaingnya UNSP 12,2 persen. Namun nilai Adjusted R-square dari AALI ini masih lebih besar dibandingkan dengan Adjusted R-square dari LSIP 6,7 persen dan dan TBLA 8,7 persen. Faktor-faktor lain di luar model seperti fundamental keuangan AALI diduga merupakan variabel lain di luar model yang berkontribusi dalam menjelakan keragaman variabel perubahan harga saham AALI.

Dugaan kecenderungan perubahan fundamental keuangan AALI dalam mempengaruhi perubahan harga saham AALI cukup besar yang dapat dijelaskan pada Tabel 7, Tabel 8 dan Tabel 9. Tujuh dari sepuluh rasio keuangan pada data

time series tahunan AALI memiliki nilai kecenderungan 1,00. Artinya sepanjang

tahun 2006-2010, rasio keuangan AALI seperti rasio lancar, NPM, ROA, ROE, EPS, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba bersih cenderung mempengaruhi perubahan harga saham AALI.

Berdasarkan Tabel 18, nilai konstanta AALI adalah sebesar 1,735 yang mempunyai arti bahwa jika tidak terjadi perubahan pada suku bunga BI rate bulan sebelumnya, tingkat inflasi bulan sebelumnya dan kurs US dolar terhadap rupiah bulan sebelumnya maka harga saham AALI akan naik sebanyak 1,735

   

seperti UNSP, yaitu -1,899, saham AALI cenderung akan banyak dipilih investor dibandingkan saham UNSP ketika kondisi perekonomian telah stabil dimana tidak terjadi perubahan suku bunga SBI bulan sebelumnya, perubahan inflasi bulan sebelumnya, dan perubahan kurs US dolar bulan sebelumnya.

Harga saham AALI akan cenderung mengalami pergerakan yang menaik dibandingkan dengan saham UNSP yang cenderung akan mengalami pergerakan yang menurun sebanyak -1,899 persen. Namun, pergerakan harga saham AALI dalam jangka pendek (bulanan) akan naik lebih kecil dibandingkan dengan saham LSIP dan TBLA yang memiliki nilai konstanta berturut-turut 2,281 dan 1,887. Sehingga dalam jangka pendek, investor lebih tertarik pada saham LSIP dan TBLA dibandingkan saham AALI sehingga harga saham dari kedua saham ini akan mengalami kenaikan lebih besar daripada kenaikan harga saham AALI.

Perubahan suku bunga bulan sebelumnya memiliki tanda koefisien yang negatif pada saham AALI (Tabel 18). Tanda koefisien yang negatif menandakan bahwa jika suku bunga BI rate bulan sebelumnya (t-1) mengalami kenaikan maka secara signifikan harga saham AALI pada bulan ke –t akan mengalami penurunan. Tanda negatif koefisien regresi pada variabel perubahan tingkat suku bunga bunga sebelumnya sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu perubahan suku bunga BI rate bulan sebelumnya akan mempengaruhi secara negatif terhadap perubahan harga saham bulan ke –t.

Apabila tingkat pengembalian yang dapat diberikan oleh tabungan dan deposito melalui kenaikan tingkat suku bunga BI rate lebih besar daripada tingkat pengembalian yang dapat diberikan oleh saham investor akan cenderung tertarik untuk memilih atau menambah dana simpanannya di tabungan dan deposito dibandingkan dengan memilih saham. Sehingga alokasi dana yang digunakan investor untuk menambah simpanan dananya dalam bentuk tabungan dan deposito akan diambil dari dana yang telah disimpan dalam saham dari portofolio investor tersebut.

Jika diasumsikan, tiap-tiap investor yang memiliki simpanan dana dalam bentuk tabungan dan deposito serta saham di portofolionya mengambil keputusan investasi yang sama yakni mengambil dana dari saham untuk disimpan dalam

   

bentuk tabungan dan deposito maka hal ini menyebabkan permintaan terhadap saham akan turun. Sehingga pada penawaran saham yang tetap, kenaikan tingkat suku bunga BI rate ini akan menurunkan harga saham.

Berdasarkan nilai koefisien regresi yang dihasilkan pada variabel perubahan suku bunga bulan sebelumnya pada saham AALI adalah -0,285 (Tabel 18). Arti dari nilai koefisien regresi pada variabel perubahan suku bunga bulan sebelumnya pada model perubahan harga saham AALI yaitu jika terjadi kenaikan pada tingkat suku bunga BI rate bulan sebelumnya sebanyak satu persen maka harga saham AALI pada bulan ke-t akan turun sebanyak -0,285 persen. Sebaliknya apabila terjadi penurunan pada tingkat suku bunga BI rate pada bulan sebelumnya sebanyak satu persen maka harga saham AALI pada bulan ke- t akan naik sebanyak 0,285 persen.

Nilai koefisien regresi dari variabel perubahan suku bunga bulan sebelumnya pada saham AALI merupakan nilai koefisien paling besar kedua jika dibandingkan dengan saham pesaing, LSIP, UNSP dan TBLA. Dimana secara berturut-turut koefisien regresi variabel perubahan suku bunga bulan sebelumnya pada saham LSIP, UNSP, dan TBLA masing-masing -0,241; -0,403; -0,104 (Tabel 18). Hal ini menandakan bahwa tingkat kepekaan dari variabel perubahan harga saham AALI dalam merespon perubahan tingkat suku bunga BI lebih besar daripada saham LSIP dan TBLA, namun masih lebih kecil dari saham UNSP.

Apabila dikaitkan dengan kondisi fundamental keuangan AALI, pengaruh yang ditunjukkan dari perubahan harga saham AALI yang merespon perubahan tingkat suku bunga BI rate paling besar kedua dan signifikan, dapat dijelaskan melalui rata-rata capital gain triwulan dari AALI serta rata-rata tingkat pengembalian per bulan dari bulan ke-t terhadap bulan t-1 sebagai ukuran daya tarik saham AALI untuk dapat dipilih oleh investor, merupakan paling kecil kedua jika dibandingkan saham pesaing LSIP, UNSP dan TBLA (Tabel 6 dan Lampiran 12).

Di sisi lain, nilai rasio dividen yield, ukuran rasio yang menunjukkan seberapa besar tingkat pengembalian berupa dividen dapat diperoleh investor dari saham AALI jika dibandingkan dengan biaya yang diperlukan untuk

   

mengivestasikan dananya dalam hal ini harga saham AALI, nilai rasio ini masih lebih kecil jika dibandingkan dengan tingkat suku bunga BI rate sepanjang Juni 2006-Desember 2010 (Lampiran 12). Sehingga setiap perubahan BI rate dalam mempengaruhi keputusan investor dalam memilih investasi antara saham AALI, LSIP, UNSP dan TBLA ataupun menempatkan dananya dalam bentuk tabungan atau deposito mempengaruhi pengambilan keputusan investor dalam memilih saham AALI. Sehingga, setiap perubahan pengambilan keputusan yang dilakukan investor dalam memilih untuk membeli, menjual ataupun menyimpan saham AALI cukup dapat dipengaruhi oleh perubahan tingkat suku bunga BI rate.

Daya tarik yang lebih besar dari saham AALI dibandingkan dengan saham UNSP melalui capital gain, dividend yield dan dividend payout ratio cukup mempengaruhi pilihan investor dalam memutuskan saham antara AALI dan UNSP yang akan dialihkan dananya menuju instrumen investasi dalam bentuk tabungan dan deposito yang memiliki tingkat pengembalian yang lebih tinggi (Lampiran 12 dan Lampiran 13). Sehingga hal ini diduga menyebabkan nilai koefisien regresi dari perubahan suku bunga BI rate bulan sebelumnya terhadap perubahan harga saham AALI masih lebih kecil dibandingkan dengan saham UNSP.

Tanda negatif pada nilai koefisien regresi pada variabel perubahan inflasi bulan sebelumnya sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang menandakan bahwa jika tingkat inflasi bulan sebelumnya mengalami kenaikan maka harga saham AALI pada saat ini (bulan ke-t) akan menurun (Tabel 18). Ketika inflasi terjadi maka biaya untuk memproduksi output menjadi lebih mahal sehingga dibutuhkan tambahan pendanaan pada sektor riil dalam jumlah yang lebih besar. Maka bagi investor yang memiliki jumlah dana yang tetap yang dialokasikan pada beberapa instrumen investasi seperti tabungan dan deposito, valas US dolar, saham dan sektor riil akan cenderung mempertimbangkan untuk memilih antara instrumen investasi seperti tabungan dan deposito, valas US dolar, saham dibandingkan dengan investasi pada sektor riil.

Apabila diasumsikan bahwa perkiraan kenaikan harga input yang terjadi akan mendorong pada kenaikan tingkat pengembalian per satuan output terhadap

   

investor maka investor akan cenderung untuk mengurangi dana selain investasi sektor riil di dalam portofolionya untuk kemudian dialokasikan dana tersebut pada sektor riil. Apabila saham dan sektor riil yang dijadikan sebagai acuan pembanding dalam mempertimbangkan keputusan investasi di tengah inflasi maka tingkat pengembalian yang dapat diberikan antara saham dan sektor riil yang akan dijadikan acuan dengan asumsi tingkat pengembalian dari tabungan dan deposito serta valas US dolar tetap.

Ketika tingkat pengembalian yang dapat diberikan oleh saham diperkirakan lebih kecil dibandingkan dengan perkiraan tingkat pengembalian per satuan output dari investasi sektor riil maka investor akan mengambil dana yang tersimpan dalam saham untuk dialokasikan pada investasi di sektor riil sebagai tambahan pendanaan di sektor riil. Sehingga naiknya inflasi akan menurunkan permintaan saham dan pada akhirnya harga saham turun.

Berdasarkan nilai koefisien regresi yang dihasilkan pada variabel perubahan inflasi bulan sebelumnya pada saham AALI yaitu -0,067 dan menurut hasil uji t, secara parsial perubahan yang terjadi pada tingkat inflasi bulan sebelumnya tidak signifikan dalam mempengaruhi perubahan harga saham AALI. (Tabel 18). Arti dari nilai koefisien regresi pada variabel perubahan tingkat inflasi bulan sebelumnya pada saham AALI yaitu jika terjadi kenaikan pada tingkat inflasi bulan sebelumnya sebanyak satu persen maka harga saham AALI pada bulan ke-t akan turun sebanyak -0,067 persen.

Sebaliknya apabila terjadi penurunan inflasi sebanyak satu persen maka harga saham AALI akan naik sebanyak 0,067 persen. Berdasarkan hasi uji t yang menunjukkan hasil tidak signifikan dan nilai koefisien regresi pada variabel inflasi yang sangat kecil maka pengaruh dari perubahan inflasi ini tidak memilki pengaruh pada harga saham AALI.

Apabila dilihat dari ukuran fundamental keuangan AALI, pengaruh yang ditunjukkan dari perubahan harga saham AALI dalam merespon perubahan inflasi bulan sebelumnya dapat dijelaskan melalui nilai rasio harga pokok penjualan (HPP) terhadap nilai penjualan. Dimana setiap peningkatan dari nilai dari rasio ini menunjukkan seberapa besar tambahan pendanaan yang diperlukan dalam

   

membiayai setiap kenaikan biaya operasional perusahaan (harga pokok penjualan) pada satu rupiah nilai output yang terjual.

Semakin tinggi nilai rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan kurang efisien dalam mengelola dana operasionalnya dalam menghasilkan tingkat keuntungan pada setiap output yang terjual. Sehingga investor akan lebih berhati-hati dalam menginvestasikan dananya pada saham yang memiliki nilai rasio HPP terhadap nilai penjualan yang tinggi. Sehingga daya tariknya akan semakin berkurang dalam menarik investor. Hal tersebut akan mengurangi permintaan saham dan harga saham akan turun. Rasio ini akan semakin menekan harga saham pada kondisi dimana inflasi mengalami kenaikan.

Sepanjang periode tahun 2006 hingga tahun 2010, perubahan tingkat inflasi hanya kecil mempengaruhi terhadap perubahan harga pokok penjualan terhadap nilai pokok penjualan AALI. Laju kenaikan rasio harga pokok penjualan terhadap nilai penjualan hanya 0,21 persen per tahun. Apabila dibandingkan dengan pesaingnya UNSP, dan TBLA, AALI memiliki laju dan nilai kenaikan harga pokok penjualan terhadap nilai penjualan yang paling kecil (Lampiran 14). Sehingga dengan rendahnya nilai dan laju harga pokok penjualan terhadap nilai penjualan ini, maka hal ini memperkuat dugaan bahwa perubahan tingkat inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan harga saham AALI. Hal ini juga didukung oleh hasil regresi yang menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi dari perubahan variabel inflasi dalam mempengaruhi perubahan harga saham AALI sangatlah kecil.

Tanda positif pada nilai koefisien regresi pada variabel perubahan kurs US dolar bulan sebelumnya terhadap perubahan harga saham AALI sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Dimana hipotesis yang diajukan yakni perubahan kurs US dolar bulan sebelumnya akan mempengarui perubahan harga saham secara positif yang berarti menandakan bahwa jika kurs US dolar bulan sebelumnya mengalami kenaikan maka harga saham pada saat ini (bulan ke-t) akan naik.

Apabila nilai valuta asing US dolar mengalami kenaikan (apresiasi) dan harga valas ini menjadi lebih mahal daripada nilai nominalnya sementara nilai

   

mata uang Rupiah tetap atau tidak mengalami perubahan maka kurs US dolar terapresiasi dan nilai Rupiah terdepresiasi (Putong 2003). Bagi investor yang melihat kenaikan kurs US dolar yang terjadi akan menilai bahwa terdapat potensi keuntungan yang dapat terealisasi jika investor menjual US dolar yang dimilikinya. Dimana potensi keuntungan tersebut didapatkan dari selisih harga penjualan US dolar dengan harga pembelian US dolar.

Hal ini akan mendorong investor untuk menjual US dolar yang dimilikinya untuk dikonversikan ke dalam bentuk rupiah. Dengan dikonversikannya US dolar ke dalam bentuk rupiah maka hal ini akan menambah jumlah rupiah yang dimiliki. Dimana kelebihan jumlah rupiah yang dimiliki tersebut kemudian diinvestasikan kembali ke dalam portofolionya ke dalam bentuk saham, tabungan dan deposito ataupun sektor riil.

Jika diasumsikan investor hanya akan menempatkan kelebihan rupiah yang dimilki tersebut pada satu instrumen investasi diantara beberapa instrumen investasi di dalam portofolionya maka saham akan cenderung menjadi pilihan dibandingkan dengan instrumen investasi lain. Transaksi pembelian dan penjualan saham cenderung lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan instrumen investasi lain. Sehingga kemudian investor akan menempatkan kelebihan rupiah yang dimiliki untuk ditempatkan di saham. Sehingga dengan naiknya kurs US dolar akan menyebabkan permintaan terhadap saham naik dan harga saham naik.

Berdasarkan nilai koefisien regresi yang dihasilkan pada variabel perubahan kurs US dolar bulan sebelumnya pada model perubahan harga saham AALI yaitu 0,279 (Tabel 18). Arti dari nilai koefisien regresi pada variabel perubahan kurs US dolar bulan sebelumnya pada saham AALI yaitu jika terjadi kenaikan pada kurs US dolar bulan sebelumnya sebanyak satu persen maka harga saham AALI pada bulan ke-t akan naik sebanyak 0,279 persen.

Sementara itu, jika dilihat menurut tingkat signifikansi variabel perubahan kurs US dolar bulan sebelumnya pada perubahan harga saham AALI bulan ke-t adalah signifikan pada tingkat signifikansi taraf nyata 0,05 (Tabel 17). Nilai koefisien regresi pada variabel perubahan kurs US dolar bulan sebelumnya

   

terhadap model saham AALI memiliki nilai yang paling besar jika dibandingkan dengan saham LSIP, UNSP dan TBLA. Artinya setiap satu persen kenaikan kurs US dolar bulan sebelumnya akan mempengaruhi signifikan terhadap kenaikan harga saham AALI bulan ke-t dengan nilai peningkatan harga saham AALI yang paling besar dibandingkan dengan saham LSIP, UNSP dan TBLA.

Tanda koefisien yang positif, berpengaruh signifikannya, dan nilai koefisien regresi yang besar pada variabel kurs US dolar model saham AALI dikarenakan perusahaan memperoleh aktiva bersih dalam valuta US dolar sepanjang periode tahun 2006-2010. Sementara LSIP, UNSP dan TBLA justru pernah memperoleh kewajiban bersih dalam valas US dolar yaitu pada LSIP yang terjadi tahun 2006 dan 2007, pada UNSP yang terjadi pada tahun 2006 dan 2008-2010, dan pada TBLA yang terjadi pada tahun 2007-2010 (Laporan Keuangan AALI, LSIP, UNSP dan TBLA 2010).

Rasio yang mengukur perbandingan antara jumlah kewajiban dan aktiva valas US dolar dapat menjelaskan pengaruh yang ditunjukkan oleh perubahan harga saham AALI dalam merespon perubahan kurs US dolar. Dimana nilai rasio kewajiban per aktiva valas US dolar pada saham AALI ini memiliki kecenderungan rasio paling besar dalam mempengaruhi perubahan harga saham AALI dibandingkan dengan LSIP, UNSP dan TBLA. Nilai kecenderungan dari perubahan rasio kewajiban per aktiva valas US dolar dari AALI yakni 0,73 (Lampiran 15). Sementara nilai kecenderunga rasio ini pada saham LSIP, UNSP dan TBLA secara berturut-turut 0,33; 0,44; dan 0,27.

Nilai rasio kewajiban per aktiva valas US dolar menunjukkan seberapa besar pendanaan berupa valas US dolar dibiayai oleh aktiva valas US dolar. Dimana dengan meningkatnya nilai kurs US dolar akan menyebabkan jumlah pendanaan dalam bentuk rupiah yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai kewajiban valas US dolar menjadi bertambah. Apabila suatu perusahaan memiliki rasio kewajiban per aktiva valas US dolarnya tinggi maka menunjukkan bahwa peningkatan kewajiban valas US dolar yang terjadi belum diimbangi dengan peningkatan aktiva valas US dolar yang dimiliki.

   

Hal ini menyebabkan perusahaan tersebut membutuhkan tambahan pendanaan dalam bentuk rupiah yang lebih banyak untuk membeli setiap satu US dolar yang dibutuhkan dalam membiayai setiap kewajiban valas US dolar perusahaan. Sehingga investor akan berhati-hati dalam memilih saham yang memiliki nilai rasio kewajiban per aktiva valas US dolar yang besar yang menandakan sangat beresikonya saham tersebut untuk diinvestasikan di tengah naiknya kurs US dolar. Investor akan memilih saham yang memiliki nilai rasio

Dokumen terkait