• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KERENTANAN KUALITAS MATA AIR CITROSONO

Grafik Curah Hujan Stasiun Sawangan

ANALISIS KERENTANAN KUALITAS MATA AIR CITROSONO

Berdasarkan hasil pengolahan data, maka didapatkan Kerentanan Kualitas di daerah imbuhan (Gambar 28). Berdasarkan peta tersebut bahwa semua aktifitas di dalam kawasan imbuhan akan memberikan kontribusi terhadap pencemaran air tanah/ mata air Citrosono, baik kelas kerentanan sangat rendah sampai dengan kelas kerentanan sangat tinggi. Yang membedakan dari tingkat kelas tersebut hanya terletak pada nilai kecepatan dan konsentrasi jumlah pencemar dari setiap kelas tersebut. Kelas kerentanan tinggi sampai sangat tinggi, dapat diartikan sebagai wilayah yang akan memberikan dampak Kerentanan Kuantitas Sangat Tinggi

Kecamatan Desa Luas (Ha)

Grabag Citrosono 39,171

Grabag Kleteran 0,037

Grabag Ngasinan 3,845

Grabag Sambungrejo 28,673

Grabag Tirto 28,661

Grabag Tlogorejo 10,196

Ngablak Genikan 4,83

Ngablak Girirejo 15,726

Ngablak Jogonayan 11,747

Ngablak Jogoyasan 42,959

Ngablak Keditan 12,34

Ngablak Ngablak 24,597

Ngablak Pagergunung 7,625

Ngablak Pandean 7,939

Ngablak Seloprojo 21,304

Ngablak Sumberejo 4,648

Ngablak Tejosari 6,972

Sumber : Hasil Analisis, IUWASHPLUS 2019

Kerentanan Kuantitas Tinggi

Kecamatan Desa Luas (Ha)

Grabag Citrosono 4,6

Grabag Kleteran 29,625

Grabag Ngasinan 41,69

Grabag Sambungrejo 253,691

Grabag Tirto 20,381

Grabag Tlogorejo 2,238

Ngablak Genikan 124,521

Ngablak Girirejo 483,088

Ngablak Jogonayan 20,868

Ngablak Jogoyasan 136,375

Ngablak Keditan 44,94

Ngablak Madyogondo 3,805

Ngablak Ngablak 270,474

Ngablak Pagergunung 27,62

Ngablak Pandean 179,155

Ngablak Seloprojo 67,909

Ngablak Sumberejo 10,247

Ngablak Tejosari 12,011

Sumber : Hasil Analisis, IUWASHPLUS 2019

terhadap pencemaran air tanah/ mata air Citrosono dengan waktu cepat dengan konsentrasi pencemaran yang lebih tinggi.

Tabel 29. Luas kawasan imbuhan berdasarkan klasifikasi Kerentanan Kualitas

Klasifikasi Kerentanan Luas (Ha) % Luas

Sangat Tinggi 521,48 12,57

Tinggi 1442,46 34,76

Sedang 591,52 14,25

Rendah 908,58 21,90

Sangat Rendah 685,65 16,52

Gambar 28. Peta Kerentanan Kualitas Kawasan Imbuhan Mata Air Citrosono

Tabel 30. Kawasan dengan klasifikasi Kerentanan Sangat Tinggi dan KerentananTinggi

Karena wilayah dengan klasifikasi kerentanan sedang sampai sangat tinggi berjarak dekat terhadap titik mata air Citrosono, disamping sebagai kawasan dengan penggunaan lahan berupa sawah dan ladang yang dengan intensif mempergunakan pestisida, di kawasan imbuhan tersebut juga sebagai kawasan pemukiman penduduk yang pasti akan menghasilkan limbah cair domestik, terutama dari toilet/ cubluk, sehingga konsentrasi bahan pencemarannya akan lebih tinggi.

Dengan memperhatikan luas permukiman di kawasan imbuhan, serta tingkat kepadatan penduduk (jiwa/km2), maka diperkirakan jumlah penduduk yang berada dalam daerah imbuhan mata air Citrosono yaitu sebanyak 70.789 jiwa. Berdasarkan data populasi penduduk yang berada dalam kawasan imbuhan mata air Citrosono tersebut maka dapat dihitung kebutuhan air bersihnya, sehingga dapat diperkirakaan jumlah air tanah yang akan dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, apabila masyarakat tersebut memanfaatkan air tanah/ sumur gali di wilayahnya masing-masing. Jumlah kebutuhan air bersih untuk masyarakat pedesaan diasumsikan sebesar 60 liter/hari/orang, sehingga jumlah kebutuhan air bersih bagi masyarakat di kawasan imbuhan tersebut adalah sebanyak 424.727 liter per hari, atau 1.2741.805 per bulan.

Apabila air yang dipakai per jiwa tersebut, 80% nya akan menjadi air kotor/ limbah domestik, maka akan ada sekitar 339.782 liter/hari atau 1.019.344,44 liter/bulan air kotor yang dapat masuk ke dalam tanah dan mengotori sumber air tanah. Berdasarkan data proyeksi pertumbuhan penduduk, maka jumlah pemukiman akan semakin meningkat. Hal ini tentunya akan mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah air limbah domestik yang dapat mencemari air tanah. Air kotor dari toilet/ cubluk resap, akan membawa berbagai jenis bakteri (termasuk bakteri coliform) serta berbagai zat organik dan non-organik lainnya yang mengotori air tanah.

Kerentanan Kualitas Sangat Tinggi

Kecamatan Desa Luas (Ha)

Grabag Citrosono 31,408

Grabag Kleteran 115,123

Grabag Ngasinan 20,708

Grabag Sambungrejo 28.217

Grabag Tirto 41,599

Grabag Tlogorejo 13,988

Ngablak Genikan 4,83

Ngablak Girirejo 47,619

Ngablak Jogonayan 11,747

Ngablak Jogoyasan 42,475

Ngablak Keditan 12,181

Ngablak Ngablak 59,863

Ngablak Pagergunung 6,914

Ngablak Pandean 42,936

Ngablak Seloprojo 17,849

Ngablak Sumberejo 9,29

Ngablak Tejosari 12,026

Sumber : Hasil Analisis, IUWASHPLUS 2019

Kerentanan Kualitas Tinggi

Kecamatan Desa Luas (Ha)

Grabag Citrosono 11,001

Grabag Kleteran 24,382

Grabag Ngasinan 19,101

Grabag Sambungrejo 172,521

Grabag Tirto 10,021

Grabag Tlogorejo 2,97

Ngablak Genikan 56,811

Ngablak Girirejo 233,438

Ngablak Jogonayan 35,637 Ngablak Jogoyasan 118,815

Ngablak Keditan 42,187

Ngablak Madyogondo 3,805

Ngablak Ngablak 416,12

Ngablak Pagergunung 20,095

Ngablak Pandean 200,715

Ngablak Seloprojo 33,399 Ngablak Sumberejo 6,169

Ngablak Tejosari 29,923

Sumber : Hasil Analisis, IUWASHPLUS 2019

Sumber pencemaran lainnya di wilayah imbuhan mata air Citrosono, yang juga sangat berbahaya adalah sisa dan residu pupuk kimia/ organik serta pestisida yang dipakai dalam pertanian, terutama kegiatan pertanian yang sangat intensif memakai pupuk dan pestisida untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil panen. Peningkatan pemakaian pupuk dan pestisida tersebut sebagai akibat sudah semakin menurunnya kesuburan tanah pucuk/ top soil sebagai akibat terbukanya lahan dan erosi tanah pucuk oleh aliran air larian (run off).

Dengan memahami tentang tata letak wilayah kelas kerentanan serta jenis sumber polutan yang dihasilkan maka diharapkan program atau kegiatan untuk mengurangi pencemaran akan dapat dilaksanakan dengan efektif, efisien, ekonomis dan tepat guna. Sehingga permasalahan penurunan kualitas (kerentanan kualitas) dapat dikurangi atau diatasi sehingga cadangan air tanah/ mata air Citrosono ini kualitas airnya semakin baik sebagai akibat keberhasilan penanganan dan pengelolaan sumber pencemar berhasil dengan baik.

Penentuan jenis dan bentuk kegiatan pengendalian dan pengelolaan sumber pencemar di dalam kawasan imbuhan sesuai dengan kelas kerentanannya, akan ditentukan dan disesuaikan dengan kondisi dan aktifitas masyarakat yang mendiami kawasan imbuhan dan kelas kerentanan kualitasnya, sehingga program tersebut dapat diterima dan dijalankan oleh masyarakat dengan sebaik-baiknya.

VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:

Debit mata air Citrosono cenderung menurun dalam 24 tahun terakhir, dari 250 liter/detik di tahun 1994 menjadi 144,2 – 180,36 liter/detik di tahun 2018 – 2019, atau terjadi penuruan 3 – 4,5 liter/tahun.

Berdasarkan hasil analisis geospasial, kerentanan mata air terhadap kuantitas dikelompokkan menjadi sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Sebahagian besar (daerah imbuhan mempunyai tingkat kerentanan mata air dengan klasifikasi Tinggi (42,13 %).

Dari hasil pengolahan data, potensi air hujan di kawasan imbuhan sekitar 11.693,84 m3 per tahun. Dengan kondisi penggunaan lahan, kelerengan, permeabilitas, dan curah hujan, maka diperkirakan potensi run off di kawasan imbuhan sekitar 40% – 60%, dan dengan evaporasi 34%, sehingga diperkirakan hanya sekitar 13 – 25 % dari potensi air hujan yang turun di kawasan imbuhan mata air Citrosono akan terinfiltrasi untuk menjadi cadangan airtanah.

Sebahagian besar kawasan imbuhan mempunyai tingkat kerentanan terhadap kualitas dengan klasifikasi Tinggi (34.76%), dengan luas 1442,46 Ha.

Dengan tingkat kepadatan penduduk 1,68 jiwa/km2, maka diperkirakan jumlah penduduk di kawasan imbuhan adalah sekitar 70.789 jiwa. Jumlah kebutuhan air bersih untuk masyarakat pedesaan diasumsikan sebesar 60 liter/hari/orang, sehingga jumlah kebutuhan air bersih bagi masyarakat di kawasan imbuhan tersebut adalah sebanyak 424.727 liter per hari atau 1.2741.805 liter per bulan. Apabila air yang dipakai per jiwa tersebut, 80% nya akan menjadi air kotor/ air limbah domestik, maka akan ada sekitar 339.782 liter/hari atau 1.019.344,44 liter/bulan air kotor yang dapat masuk ke dalam tanah dan mencemari air tanah.

REKOMENDASI

Untuk mengurangi dampak dari kerentanan terhadap kuantitas dan kerentanan kualitas, diperlukan Rencana Aksi yang dapat mengurangi dampak kerentanan kuantitas dan kerentanan kualitas mata air Citrosono serta untuk mengurangi dampak bencana banjir bandang dan banjir genangan di Citrosono.

VII. RENCANA AKSI DAN IMPLEMENTASI

Berdasarkan hasil analisis, kesimpulan dan rekomendasi hasil kajian kerentanan mata air Citrosono, agar tingkat kerentanan kuantitas dan kualitas mata air Citrosono tersebut dapat diatasi/dikurang tingkat kerentanannnya, maka perlu dilakukan jenis-jenis kegiatan (Rencana Aksi) baik yang bersifat fisik maupun yang non fisik. Rencana Aksi KKMA Citrosono Kabupten Magelang (2019-2024) merupakan tindak lanjut dari tahapan kegiatan KKMA, dimana penyusunan rencana aksi ini merupakan tahap ke 3 dari 7 tahapan KKMA-RA, dan diharapkan dari rencana aksi yang telah disusun ini dapat terintegrasi dengan program pembangunan Pemerintah Kabupaten Magelang. Sedangkan tujuan penyusunan Rencana Aksi KKMA Citrosono Kabupaten Magelang (2019-2024) adalah teridentifikasinya kegiatan selama 5 tahun yang realistis dapat dilaksanakan guna menyelamatkan mata air Citrosono dari kerentanan kuantitas dan kerentanan kualitas.

Rencana aksi KKMA Citrosono Kabupaten Magelang Tahun 2019 – 2024 disusun berdasarkan : 1. Kerentanan Kuantitas

2. Kerentanan Kualitas

Berdasarkan hasil analisis dan rekomendasi serta kesimpulan KKMA, beberapa pilihan rencana kegiatan (rencana aksi) tersebut sebagai berikut :

I. Rencana Aksi Kerentanan Kuantitas :

Dengan maksud dan tujuan untuk menurunkan tingkat kerentanan kuantitas atau meningkatkan kehandalan cadangan air tanah/mata air Citrosono tersebut, maka perlu ditentukan berbagai jenis rencana kegiatan (rencana aksi) antara lain :

a) Kegiatan Sipil Teknis

i. Pembuatan Sumur Resapan/Sumur Resapan Air Hujan ii. Pembuatan biopori di kawasan permukiman

iii. Pembuatan Senderan Mata Air iv. Pembangunan Gully Plug

v. Pembuatan Rorakan b) Kegiatan Vegetatif

i. Hibah tanaman konservasi kepada masyarakat ii. Penanaman rumput vetiver

iii. Mengembangkan kebun rakyat

iv. Pengenalan dan penanaman rumput vetiver

v. Melakukan penguatan lereng dengan penanaman tanaman perdu c) Kegiatan Advokasi/Regulasi

i. Fasilitas penyusunan Peraturan Desa tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ii. Penyusunan Peraturan Bupati tentang Bank Pohon

iii. Instruksi Bupati tentang pelaksanaan program Kampung Iklim

iv. Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup v. Pembentukan Komunitas Jogo Tuk

vi. Pendampingan masyarakat untuk penyelamatan mata air

vii. Pembuatan Iklan Layanan Masyarakat tentang Penyelamatan Mata Air viii. Penyuluhan tentang Pengelolaan dan Penyelamatan Mata Air

ix. Penyusunan Kajian Penentuan Lokasi Sumur Resapan

x. Sosialiasi dan Pelaksanaan Gerakan Penanaman Sejuta Pohon xi. Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi

d) Monev

i. Penyusunan Profiling Mata Air II. Rencana Aksi Kerentanan Kualitas :

Dengan maksud dan tujuan untuk menurunkan tingkat kerentanan kualitas atau meningkatkan kondisi kualitas cadangan air tanah/mata air Citrosono, maka perlu ditentukan berbagai jenis rencana kegiatan (rencana aksi) antara lain :

a) Kegiatan Sipil Teknis

i. pembuatan sumur resapan ii. pembuatan SPAL DT iii. pembuatan SPAL DS

iv. pembuatan drainase di sekitar mata air

v. pengelolaan sampah dg TPS 3R dan bank sampah b) Kegiatan Vegetatif

i. Penghijauan dan Reboisasi c) Kegiatan Advokasi/Regulasi

i. Sosialisasi, advokasi tentang kerentanan mata air

ii. Penyusunan Perbup (Peraturan Bupati) tentang konservasi iii. Studi Banding

iv. Pembinaan dan pelatihan bagi pelaku industri dan peternak tentang pengolahan air limbah

v. Pemberdayaan masyarakat tentang pengelolaan dan pemanfaatan mata air d) Monitoring dan Evaluasi

i. Pemantauan kualitas air ii. Fasilitasi STBM

Lebih detail mengenai rencana aksi 5 (lima) tahunan kegiatan dari program KKMA Citrosono Kabupaten Magelang dapat dilihat pada Lampiran

Dokumen terkait