• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keswadayaan KUSP

Keswadayaan didefinisikan sebagai aktivitas sukarela dari individu atau kelompok yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan atau aspirasi baik secara individu atau kelompok dengan menekankan pada penggunaan sumber-sumber dari dalam diri (Verhagen, 1996). Dalam KUSP, keswadayaan menunjuk pada kemampuan pengurus dan anggota untuk menentukan pilihan terbaik bagi pemecahan masalah dan pengembangan pelayanan keuangan yang berkelanj utan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia, sehingga memiliki kemampuan melaksanakan pelayanan simpanan, pinjaman dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi anggota-anggotanya.

Keswadayaan kelompok simpan pinjam akan tercermin dari membaiknya kinerja tiga komponen organisasi yaitu kemandirian dalam administrasi, kemandirian dalam manajemen dan kemandirian dalam finansial (Verhagen, 1996). Hasil kajian tentang keswadayaan KUSP Gotong Royong terbagi atas tiga pokok kajian, yaitu kemandirian administrasi, kemandirian manajemen dan aset KUSP.

Kemandirian Administrasi

Administrasi menunjuk pada kapasitas pengurus dan anggota organisasi untuk menentukan tujuan organisasi dan usaha- usaha yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. (Verhagen, 1996). Penetapan tujuan organisasi dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan merupakan fungsi dari perencanaan, sehingga fokus kajian tentang administrasi KUSP adalah pada proses penyusunan perencanaan organisasi.

Penentuan tujuan merupakan aspek penting keberlangsungan suatu organisasi, karena menjadi acuan dalam menentukan aktivitas-aktivitasnya. Tujuan organisasi akan tercermin dari anggaran dasar atau program-program yang disusun. Kemandirian dalam penentuan tujuan dan aktivitas untuk

mencapai tujuan tersebut akan dimanifestasikan dari proses pengambilan keputusan yang partisipatif dan demokratis, sehingga merupakan aspirasi seluruh anggota.

Dalam anggaran dasar KUSP disebutkan bahwa program kerja KUSP disusun setiap satu tahun sekali. Program kerja yang akan dilaksanakan oleh KUSP Gotong Royong merupakan hasil musyawarah semua anggota pada Rapat Anggota Tahunan (RAT). RAT sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 75 persen dari jumlah anggota. Secara eksplisit hal ini menjelaskan bahwa perencanaan KUSP disusun secara demokratis, transparan dan partisipatif sesuai dengan aspirasi anggota karena dilakukan melalui musyawarah yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 75 persen anggota.

Dari aspek prosedural, program-program yang disusun KUSP di hasilkan dari musyawarah. Namun demikian, secara kualitas, musyawarah yang dilakukan adalah semu. Dalam rapat, anggota hanya menyetujui program kerja yang telah disusun oleh pengurus. Jarang anggota ikut terlibat dalam pengambilan ketutusan. Keterlibatan mereka hanya sebatas menyetujui rencana yang telah disusun oleh pengurus. Hal ini dijelaskan oleh pernyataan salah satu tokoh masyarakat (Mjn) yang juga anggota :

Proses penyusunan rencana cukup baik, pengurus selalu menawarkan programnya kepada anggota dalam rapat, cuma permasalahannya anggota tidak pernah menggunakan kesempatan untuk memberikan saran. Mungkin akan lebih baik lagi kalau pada saat menyusun rencana program kerja mengikutsertakan beberapa angota.

Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh salah satu anggota (SS):

Selama menjadi anggota, saya menurut saja apa yang menjadi program pengurus. Pokoknya terserah pengurus saja, yang penting KUSP ini jalan dan pengurusnya jujur. Saya belum pernah memberikan saran atau usulan.

Perencanaan dalam KUSP baik yang mencakup rencana kegiatan pelayanan maupun tugas-tugas yang akan dilakukan oleh pengurus dan pengawas didominasi oleh pengurus yang berjumlah 4 orang. Rencana kegiatan dari pengawas juga disusun oleh pengurus tersebut dan pengawas hanya menyetujui saja. Hal ini ditegaskan oleh pernyataan salah satu pengawas yaitu Sr yang mengatakan:

69

..Program kerja sebagai pengawas juga biasanya dibuatkan oleh pengurus yang 4 orang. Pengawas hanya mengiyakan saja. Kalau mau memberikan usulan rasanya “pakewuh” (segan). Situasinya seperti resmi.

Kepentingan pengurus dan situasi dalam penyusunan perencanaan merupakan faktor yang menghambat anggota untuk terlibat lebih banyak dalam penyusunan program kerja KUSP. Orientasi pada kepentingan pengurus untuk menghindar dari kesulitan dan beban pekerjaan menyebabkan mereka mendominasi penyusunan rencana. Keengganan pengurus untuk melakukan tugas-tugas yang lebih sulit dan menambah beban kerja ini terkait dengan imbalan yang diperoleh dari pelaksanaan tugas. Honor sebagai pengurus setiap tahun hanya Rp 40.000,00 sampai Rp 50.000,00, sementara tugas dan tanggungjawab yang dilaksanakan cukup banyak. Akibatnya, rencana kerja yang disusun lebih berorientasi pada kemudahan pengurus untuk melaksanakannya. Hal ini dapat dijelaskan oleh Mjn yang mengatakan:

Memang rencana yang disusun adalah hasil rapat pengurus dan dibuat tidak muluk-muluk, tetapi tujuannya hanya biar dapat dilaksanakan pengurus.

Keswadayaan akan ditandai oleh kemampuan organisasi untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi anggota, baik secara individual maupun kelompok dengan menggunakan sumber-sumber dari dirinya. Pemenuhan kebutuhan dan aspirasi anggota akan terwujud apabila didukung oleh perencanaan dan penentuan aktivitas yang akan dilakukan unt uk mencapai tujuan secara partisipatif. Perencanaan yang dinamis sesuai dengan perubahan kebutuhan akan mampu mengantisipasi permasalahan yang disebabkan perkembangan kebutuhan dan aspirasi anggota secara berkelanjutan.

Permasalahan kesenjangan antara jumlah peminjam dan kemampuan memberikan pinjaman telah dirasakan kelompok sejak KUSP berdiri. Namun demikian, tidak ada program yang disusun untuk mengantisipasi permasalahan KUSP tersebut. Program-program KUSP tidak pernah mengalami perubahan, dan secara sub stansi tidak berorientasi pada pengembangan kemampuan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan anggota-anggotanya. Hal ini terlihat dari dokumen program kerja KUSP tahun 2003, tahun 2004, tahun 2005 dan tahun 2006 yang tidak menjelaskan tujuan atau target yang akan dicapai dalam satu tahun ke depan

dan program yang disusun juga tidak mengalami perubahan. Disamping dokumen program kerja, pernyataan dari informan ( Mjn) berikut juga menjelaskan tentang kelemahan penyusunan rencana KUSP:

Dalam penyusunan rencana kerja KUSP cukup demokratis dan tidak muluk-muluk. Tetapi rencana kerja yang telah disusun dari tahun ke tahun hampir sama, tidak ada terobosan baru yang dapat meningkatkan pelayanan, terutama meningkatkan kemampuan modal.

Berdasarkan hasil kajian sebagaimana dikemukakan, maka kemandirian dalam administrasi KUSP dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Proses penentuan tujuan dan aktivitas untuk mencapai tujuan KUSP tidak mencerminkan aspirasi seluruh anggota. Musyawarah sebagai arena merealisasikan partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan masih bersifat semu. Perencanaan masih didominasi oleh pengurus (top down). Keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan bersifat pasif, sebatas menyetujui keputusan yang diambil pengurus. Program-program yang disusun berorientasi pada kepentingan pengurus untuk mengurangi resiko dan menghindar dari beban dan kesulitan kerja.

2. Secara substantif, program-program yang disusun tidak mencakup upaya pemecahan masalah dan pengembangan pelayanan. Program-program yang disusun tidak mengalami perubahan bagi peningkatan pelayanan, sehingga tidak mampu mengantisipasi permasalahan meningkatnya kebutuhan anggota.

Kemandirian Manajemen

Menurut Verhagen (1996), kemandirian manajemen (managerial autonomy) adalah kapasitas organisasi untuk mengelola operasional lembaga sehari- hari. Secara sederhana, Siswanto (2005) menyatakan bahwa menejemen dapat dipahami sebagai aktifitas yang dilakukan secara berkelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari pengertian ini dapat dinyatakan bahwa manajemen KUSP menunjuk pada kemampuan lembaga ini dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan anggota- anggotanya. Kajian terhadap manajemen KUSP dilakukan terhadap pengorganisasian kegiatan, pelaksanaan pelayanan keuangan dan pengawasan.

71 Pengorganisasian Kegiatan. Salah satu prinsip dalam manajemen adalah prinsip tugas dibagi habis (Siswanto, 2005). Prinsip ini ditujukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pelayanan. Dalam organisasi, prinsip ini dilakukan melalui pembagian kerja diantara pengurus dan anggota, sehingga tidak menimbulkan tumpang tindih dan spesifikasi kerja sesuai dengan bidang tugas pengurus.

Dalam KUSP Gotong Royong, pembagian kerja telah dilakukan dengan membagi bidang kerja menjadi empat bidang, yaitu bidang organisasi, bidang permodalan dan kredit, bidang kesejahteraan sosial dan bagian pengawasan dengan tugas-tugas yang telah ditentukan (lihat pembahasan Kelompok Usaha Simpan Pinjam Gotong Royong sub bab Administrasi dan Manajemen KUSP). Namun demikian, tanggung jawab dan tugas setiap bidang dilakukan secara bersama-sama. Ada bidang dan rincian kegiatan, tetapi tidak ada penanggungjawab atau pihak yang harus melaksanakannya, atau dengan kata lain tidak ada kejelasan tentang “siapa melakukan apa”. Bidangnya terdiri dari bidang organisasi, bidang permodalan, bidang kesejahteraan sosial dan bagian pengawasan, tetapi pengurusnya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan pembantu umum. Tidak ada pembagian tugas secara spesifik dan ketiadaan penanggungjawab terhadap bidang kerja ini menghambat KUSP dalam meningkatkan keterampilan kerja untuk meningkatkan pelayanan.

Tugas pokok antar pengurus tidak terbagi dengan jelas dan tidak diatur secara tertulis dalam anggaran dasar. Mereka melaksanakan tugas secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan antar pengurus. Hal ini seperti yang ungkapkan Ketua KUSP (Mly) yang mengatakan:

Sebagai ketua tugas utamanya adalah bertanggung jawab terhadap jalannya pengelolaan KUSP. Disamping itu saya juga membantu dalam melakukan pelayanan simpan pinjam seperti mencatat angsuran pinjaman di buku pinjaman anggota, menentukan siapa yang berhak memperoleh pinjaman dan tugas lainnya

Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh sekretaris (S):

Sebagai sekretaris, tugas pokok saya adalah mencatat orang yang mengajukan pinjaman, mencatat laporan keuangan, mengagendakan rapat, menyusun laporan pertanggungjawaban pengurus. Selain melaksanakan tugas tersebut, responden juga membantu melayani pembayaran simpanan, mencatat angsuran pinjaman di buku saku

anggota, mengatur jalannya rapat, dan menggantikan tugas pengurus lain apabila berhalangan hadir.

Tanggung jawab dan pembagian tugas tidak jelas juga dikatakan oleh Pembantu Umum (El) :

Tugas saya dari KUSP ini berdiri sebagai Pembantu Umum. Tugasnya mencatat anggota yang membayar simpanan pokok dan simpanan wajib. Tugas ini dilaksanakan hanya berdasarkan kesepakatan pengurus saja. Tidak ada aturannya. Kalau saya ditanya penaggungjawab apa saya sendiri bingung, karena tugas saya hanya itu.

Dari pernyataan pengurus tersebut tampak bahwa setiap pengurus bukan hanya melaksanakan tugas pokok saja, melainkan juga mengerjakan tugas-tugas lainnya. Tugas-tugas pelayanan yang dilaksanakan hanya berdasarkan kesepakatan diantara pengurus.

Pelaksanaan Pelayanan Keuangan. Menurut Verhagen (1996) , aspek penting dalam kemandirian manajemen adalah partisipasi anggota dalam memberikan kontribusi terhadap implementasi kegiatan (contribute in the management and implementation of activity) dan mobilisasi sumber-sumber finansial (participate in the mobilization of financial resouces). Kontribusi anggota KUSP akan tercermin dari partisipasi anggota dalam pelaksanaan pelayanan simpanan, pinjaman dan jaminan sosial.

Pelaksanaan pelayanan simpan, pinjam dan jaminan sosial yang diselenggarakan KUSP telah berjalan cukup baik. Semua anggota KUSP dapat melaksanakan kewajiban pembayaran baik simpanan pokok, simpanan wajib maupun angsuran pinjaman dan bungannya dengan lancar. Dalam hal jaminan sosial, semua anggota yang berhak menerima telah memperoleh bantuan sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan. Beberapa informan dan responden baik pengurus maupun anggota menyatakan bahwa tidak ada permasalahan berkaitan dengan pembayaran simpanan, pinjaman dan penerimaan jaminan sosial.

Dari sisi pelaksanaan pembayaran maupun pemberian pinjaman, prosedur yang digunakan juga sederhana, mudah dan tidak berbelit. Untuk pembayaran simpanan wajib, anggota hanya menyerahkan buku saku anggota dan uang

73 sebesar Rp 2.000,00 kepada pengurus. Demikian juga dengan pembayaran angsuran pinjaman, anggota memasukkan uang angsuran ke dalam buku saku anggota dan diserahkan kepada pengurus. Pengurus membagi uang yang diserahkan untuk angsuran dan bunga pinjaman. Setelah dicatat dalam buku bendahara, buku tersebut diserahkan kembali kepada anggota. Untuk pemberian pinjaman, anggota mengajukan pinjaman terlebih dahulu kepada pengurus (siapa saja). Kemudian nama anggota yang mengajukan dicatat oleh sekretaris dan diurutkan berdasarkan urutan pengajuan. Pinjaman diberikan berdasarkan nomor urut.

Permasalahan KUSP sejak berdiri sampai saat ini belum terpecahkan, adalah kesenjangan antara jumlah anggota yang mengajukan pinjaman dengan jumlah anggota yang terealisasi pinjamannya. Pernyataan informan (Mjn) berikut ini menjelaskan tentang permasalahan pinjaman dalam KUSP:

Dari sisi pelaksanaan simpan pinjam sudah cukup baik. Artinya tidak ada permasalahan dan dapat berjalan lancar. Tetapi kalau dilihat dari perkembangan usahanya, perlu peningkatan. Masalah pengajuan pinjaman yang selalu tidak dapat memenuhi semua peminjam dari tahun 1993 sejak berdiri selalu saja tidak terpecahkan. Masalahnya memang modalnya kecil dan hanya mengandalkan simpanan pokok dan simpanan wajib anggota.

Hal yang ha mpir sama juga diungkapkan oleh Sr yang mengatakan:

Kalau dari pelaksanaan simpanan dan pinjaman telah berjalan baik. Dari anggota tidak ada masalah. Buktinya tidak ada yang menunggak bertahun-tahun. Kalau ada yang menunggak satu atau dua bulan masih wajar asal bunga pinjaman tetap dibayarkan. Simpanan wajib juga tidak pernah ada yang menunggak.

Masalah pinjaman tidak tepat waktu juga diungkapkan salah satu anggota (SS) yang mengatakan:

Pinjaman sering tidak tepat waktu. Kadang kebutuhan sudah mendesak, tetapi tidak mendapat pinjaman karena yang meminjam banyak dan urutan meminjamnya di belakang

Pernyataan dari informan dan responden sebagaimana dikemukakan menunjukkan bahwa permasalahan utama dalam pelaksananaan pelayanan simpan pinjam adalah ketidakmampuan KUSP untuk memenuhi kebutuhan pinjaman anggota sesuai dengan jumlah anggota yang mengajukan pinjaman. Faktor utama yang menyebabkan ketidakmampuan tersebut adalah kurangnya

modal KUSP. Permasalahan kurangnya modal untuk memenuhi kebutuhan pinjaman anggota ini juga diungkapkan oleh pengurus KUSP, seperti diungkapkan oleh S sebagai berikut:

Hambatan KUSP dalam memberikan pinjaman kepada anggota adalah kurangnya modal, sehingga tidak semua anggota yang mengajukan pinjaman terpenuhi. Sebagai contoh, pada bulan Juli 2006 ini, jumlah anggota yang mengajukan pinjaman 10 orang, tetapi uang yang masuk hanya Rp 1.200.000, sehingga hanya dapat memberikan pinjaman kepada tiga orang saja, sementara yang tujuh orang harus antri bulan berikutnya.

Jaminan sosial yang diselenggarakan KUSP berjalan baik. Tidak ada permasalahan berkaitan dengan pelaksanaan jaminan sosial, meskipun dana untuk jaminan sosial cukup besar menyita keuntungan usaha (SHU). Pada tahun 2004, jumlah dana yang dikeluarkan untuk jaminan sosial Rp 525.000,00 atau 31,36 persen dari SHU dan meningkat menjadi Rp 875.000,00 atau 46,5 persen dari SHU pada tahun 2005. Tidak ada permasalahan dalam pelaksanaan pelayanan jaminan sosial ini dijelaskan oleh Ketua KUSP (Mly) yang mengatakan:

Dana jaminan sosial anggota dialokasikan dari sebagian keuntungan. Kalau jaminan sosial dikeluarkan besar, keuntungan yang dibagi akan berkurang. Kenyataannya, dana sosial ini cukup besar menyita keuntungan usaha. Tetapi sejauh ini tidak pernah dipermasalahkan oleh anggota karena jaminan sosial tersebut merupakan kesepakatan anggota dan justru menjadi bentuk tolong menolong warga.

Pengawasan. Dalam anggaran dasar disebutkan bahwa pengawasan dilakukan oleh seluruh anggota KUSP dengan mekanisme: 1) Pengurus wajib melaporkan keadaan keuangan kepada anggota setiap bulan pada pertemuan rutin dan menerima pemeriksaan dari pengawas setiap tiga bulan; 2) Setiap anggota berhak mengajukan pertanyaan atas laporan pengurus dan pengawas yang dirasa kurang jelas, dan berhak memberikan saran, pendapat serta pandangan demi kemajuan usaha simpan pinjam; 3) Pertanyaan, saran, pendapat, dan pandangan disampaikan secara tertib dan sopan; dan 4) Pengurus dan pengawas berkewajiban memberikan penjelasan apabila diperlukan. Mekanisme pengawasan sebagaimana tercamtum dalam anggaran dasar ini memungkinkan pengelolaan KUSP dilaksanakan secara transparan, sehingga kecil kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam penggunaan keuangan. Namun dalam

75 implementasinya, pengawasan tersebut tidak berjalan sesuai denga n mekanisme dan tujuan Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa keadaan keuangan yang dilaporkan kepada anggota setiap bulan tidak keadaan keuangan secara keseluruhan, tetapi hanya uang yang masuk dari simpanan wajib dan angsuran pinjaman pada hari itu.

Pengawas yang bertugas memeriksa keadaan keuangan setiap tiga bulan juga tidak melaksanakan tugasnya secara sungguh-sungguh, pemeriksaan dilakukan untuk formalitas saja. Faktor ketidaktahuan tentang pembukuan keuangan merupakan salah satu faktor yang menjadi hambatan pengurus untuk melaksanakan pengawasan. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan koordinator pengawas (Sr) yang mengungkapkan:

Dari sisi pengawasan, memang sulit untuk memeriksa keuangan KUSP ini setiap tiga bulan. Kadang pemeriksaan hanya dilakuk an secara formalitas saja. Pengawas sendiri tidak tahu masalah penyusunan administrasi keuangan. Paling hanya menanyakan kepada bendahara tentang jumlah uang dan digunakan untuk apa saja. Kalau bendahara bilang belum dihitung, ya sudah. Kalau mengawasi jumlah simpanan kan mudah tinggal dikalikan anggota saja, tetapi yang sulit adalah mengawasi keuntungannya. Memang pengurus selalu membuat laporan di RAT, tetapi anggota kan banyak yang tidak tahu bagaimana membaca pembukuannya. Pokoknya percaya saja.

Anggota pada umumnya juga menerima begitu saja laporan yang diberikan pengurus. Alasan anggota menerima laporan pengurus ada yang dilatarbelakangi oleh kepercayaan kepada pengurus namun ada pula karena rasa segan untuk meminta penjelasan. Pernyataan dari anggota (SS) berikut ini menjelaskan alasan anggota menerima begitu saja hasil laporan keuangan dari pengurus.

Saya percaya saja pada pengurus. Selama ini pengurus memberikan laporan keuangan pada setiap pertemuan dan jumlah simpanan untuk modal selalu ditulis dan diberikan buku laporan setiap tahun. Saya tidak tahu bagaimana cara mengelola keuangan, tetapi jumlah simpanan setiap tahun selalu meningkat dan jumlahnya sesuai dengan jumlah simpanan yang disetorkan anggota.

Sedangkan perasaan segan diungkapkan oleh ES :

Dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan KUSP biasanya anggota ada rasa “pakewuh” (segan) atau sungkan terhadap pengurus. Budaya sungkan masih berlaku di masyarakat. Dengan para tokoh, masyarakat akan enggan untuk menanyakan,

atau meminta penjelasan meskipun mereka sebenarnya belum jelas. Di depan anggota diam, tetapi di belakang “grundelan” (menggerutu) atau membicarakannya.

Dari pernyataan responden baik yang berasal dari pengawas maupun anggota tampak bahwa pengawasan dalam pengelolaan keuangan KUSP belum berjalan baik. Meskipun pengurus telah memberikan laporan secara periodik, tetapi terdapat hambatan bagi pengawas dan anggota untuk membuktikan kebenaran laporan dan keadaan keuangan secara tertulis. Hambatan lain yang dihadapi pengawas dan anggota adalah masih adanya budaya sungkan terhadap pengurus yang merupakan tokoh masyarakat.

Berdasarkan hasil kajian terhadap pengorganisasian kegiatan, pelaksanaan pelayanan keuangan dan pangawasan sebagaimana dikemukakan, aspek-aspek kemandirian dalam manajemen KUSP dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengorganisasian kegiatan:

a. Pembagian kerja pengurus dalam KUSP belum dilakukan secara jelas. b. Terdapat ketimpangan antara bidang tugas yang ditentukan dengan tugas

dan tanggung jawab pengurus, sehingga tidak ada penanggung jawab setiap bidang tugas yang telah disusun dalam program kerjanya.

2. Pelaksanaan pelayanan:

a. Pelaksanaan pelayanan simpan, pinjam dan jaminan sosial telah berjalan cukup baik, pembayaran simpanan pokok, simpanan wajib, angsuran dan bunga pinjaman berjalan lancar serta semua anggota yang berhak menerima jaminan sosial telah memperoleh bantuan sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan.

b. Masalah yang telah berlangsung lama terjadi dan sulit diatasi oleh KUSP dalam pelaksanaan pemberian pinjaman adalah ketidakmampuan untuk memberikan pinjaman kepada semua anggota yang mengajukan pinjaman disebabkan oleh kurangnya modal KUSP.

3. Pengawasan:

a. Pengawasan dalam pengelolaan keuangan KUSP baik yang dilakukan oleh pengawas maupun anggota belum berjalan dengan baik.

b. Faktor yang menyebabkan kurang baiknya pengawasan adalah kurangnya pengetahuan pengawas dan anggota untuk memahami keadaan keuangan

77 dalam bentuk pembukuan dan sikap “sungkan” (segan) terhadap pengurus yang merupakan tokoh masyarakat.

Kemandirian Aset

Aset merupakan modal investasi yang pada gilirannya akan menghasilkan laju pemasukan di masa depan. Aset terdiri dari aset nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible). Aset nyata antara lain tabungan, saham, surat berharga, properti (bangunan, tanah), mesin, dan barang-barang lainnya. Aset tidak nyata adalah akses pada kredit, sumber daya manusia, modal budaya, modal sosial, dan modal pilitik (Sherraden, 2005). Dalam kajian ini, yang dimaksud aset adalah aset nyata, yaitu aset finansial.

Aset dalam KUSP adalah simpanan anggota, yang terdiri dari simpanan pokok dan simpanan wajib. Aset KUSP berbentuk uang, tidak ada aset yang berbentuk barang atau surat-surat berharga. Hampir semua uang KUSP beredar dalam pinjaman anggota. Uang yang tidak beredar hanya uang cadangan untuk jaminan sosial sebesar Rp 300.000,00 dan penyisihan uang untuk cadangan sebesar Rp 50.000,00 setiap bulan serta penyisihan sebesar Rp 50.000,00 dari sisa hasil usaha. Uang cadangan ini digunakan untuk memberikan pelayanan sebrakan, operasional KUSP, penyelenggaraan rapat pengurus menjelang RAT, pembuatan dan penggandaan laporan pertanggungjawaban pengurus, honor pengurus dan penyelenggaraan RAT. Uang yang disisihkan merupakan bagian dari keuntungan usaha (SHU). Tujuan dari penyisihan uang cadangan ini adalah agar tersedia uang tunai yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila diperlukan. Sumber aset KUSP adalah simpanan anggota, berupa simpanan pokok dan simpanan wajib. Simpanan pokok diberlakukan kepada anggota baru ketika masuk menjadi anggota. Besarnya simpanan pokok adalah Rp 5.000,00. Simpanan wajib dilakukan secara periodik setiap bulan. Besarnya simpanan wajib adalah Rp 2.000,00. Simpanan anggota dalam bentuk lain di luar simpanan pokok dan simpanan wajib tidak ada. Simpanan di luar simpanan wajib dan simpanan pokok hanya berasal dari kas RT dan kas perkumpulan remaja sebesar Rp 1.225.000,00. Keuntungan usaha (SHU) tidak memberikan kontribusi sebagai sumber pengembangan aset. SHU habis digunakan untuk jaminan sosial,

operasional KUSP dan dibagikan kepada seluruh anggota.

Jumlah aset KUSP sampai akhir tutup buku tahun 2005 sebesar Rp 15,05 juta. Jumlah ini mengalami perkembangan dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun berdirinya, jumlah aset Rp 400.000,00. Jumlah ini meningkat dari tahun ke

Dokumen terkait