• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi

Letak Geografis

RW IV Kwaluhan merupakan salah satu lingkungan dalam Kelurahan Kertosari, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah. RW ini terletak di bagian Barat Laut dari pusat kelurahan dan merupakan wilayah terluar dengan batas wilayah:

Sebelah Barat : Kelurahan Jampiroso Sebelah Utara : Kelurahan Banyuurip Sebalah Selatan : RW III Mardisari Sebelah Timur : RW I Kertosari.

Kwaluhan diapit oleh dua jalan protokol Kota Temanggung. Di sebelah barat adalah Jalan Sunyoto dan di sebelah utara Jalan Sundoro. Jarak dari pusat kota relatif dekat. Dari pasar Temanggung dan pusat pemerintahan (kantor sekretariat daerah) yang berada di tengah kota hanya berjarak satu kilometer ke arah timur. Jarak ini terasa lebih dekat karena ketersediaan aksesibilitas yang memadai berupa jalan raya dan sarana transportasi yang cukup baik.

Secara administratif, RW IV Kwaluhan terdiri dari enam RT yang masing- masing RT memiliki batas wilayah yang cukup jelas, yaitu dibatasi oleh jalan gang. Pola-pola interaksi asosiatif, intim dan akrap terjadi pada aras RT ini. Hampir semua warga dalam satu RT saling mengenal, terlebih bahwa setiap RT mempunyai pranata atau lembaga yang memungkinkan mereka saling mengenal satu dengan yang lainnya seperti adanya pertemuan rutin warga , adanya kegiatan bersama dalam berbagai aktivitas keagamaan, kerja bakti, arisan warga, kelompok/organisasi pemuda, dasawisma, kelompok PKK dan sebagainya.

Interaksi kurang akrap, terjadi antara warga RT yang tidak berdekatan. Penduduk salah satu RT tidak tentu mengenal penduduk RT lain yang berjauhan. Namun demikian, hubungan kerjasama antar penduduk masih terjalin. Dalam aktivitas tertentu mereka saling bertemu untuk melakukan kegiatan bersama

35 seperti dalam memperingati hari kemerdekaan RI, kerjabakti di tingkat RW, pengajian dan pada peristiwa kematian warga.

Pemukiman Penduduk

Sebagian besar pemukiman penduduk berukuran hampir sama. Hal ini disebabkan oleh tanah kavling yang diperuntukkan bagi perumahan berukuran hampir sama. Pada tahun 1966, tanah tegalan milik pemerintah dikavlingkan untuk pemukiman penduduk. Satu kavling berukuran 70m2. Rata-rata rumah penduduk tidak memiliki pekarangan yang cukup luas bahkan lebih banyak yang tidak memiliki pekarangan. Jalan yang dapat dilalui kendaraan roda empat hanya jalan beraspal yang membelah kampung; sedangkan jalan masuk pemukiman penduduk berupa jalan gang yang lebarnya tidak ada yang lebih dari 2 meter. Dengan pola pemukiman seperti itu, interaksi dengan tatap muka antar warga cukup tinggi. Mereka akan saling sapa dan saling mengenal diantara penduduk dalam satu gang. Pola pemukiman penduduk lebih jelas disajikan dalam Gambar 3.

Gambar 3 Pemukiman Penduduk

Pemukiman penduduk disebelah timur dibatasi dengan saluran irigasi. Saluran ini terlihat kumuh terutama bila lama tidak terjadi hujan. Hampir semua rumah tangga disekitar aliran air membuang limbah rumah tangganya di saluran ini. Saluran air menjadi kotor, air tidak lagi jernih tetapi berwarna kehitaman, dipenuhi sampah, dan berbau tidak enak bila air tidak penuh. Banyak penduduk yang tinggal di sekitar aliran ini termasuk dalam kategori miskin. Dari 21 rumah

disekitar saluran irigasi, 12 rumah tangga termasuk miskin yang menerima Santunan Langsung Tunai dan Beras Miskin. Pemukiman disekitar saluran air ini juga tidak tertata rapi. Dari 12 rumah tersebut tidak berbahan permanen dan apabila siang hari, banyak jemuran di depan rumah. Hal ini berbeda dengan keadaan pemukiman yang berada di depan (dekat jalan utama/ aspalan). Perumahan mereka umumnya terlihat rapi dan bagus dengan bahan permanen. Keadaan pemukiman penduduk miskin tersaji pada Gambar 4

Gambar 4 Pemukiman Rumah Tangga Miskin di Sekitar Saluran Air

Kependudukan

Penduduk Kwaluhan terdiri dari beragam latar belakang daerah asal. Jumlah penduduk Kwaluhan 1516 orang dengan komposisi 752 laki- laki dan 764 perempuan. Jumlah KK 349. Komposisi penduduk Kwaluhan berdasarkan jumlah KK dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Komposisi Penduduk Kwaluhan Berdasarkan Jenis Kelamin.

NO RT KK L P JUMLAH 1 01 53 109 115 224 2 02 68 156 159 315 3 03 57 117 119 236 4 04 71 158 161 319 5 05 57 110 111 221 6 06 43 102 99 201 JUMLAH 349 752 764 1.516

37 Tabel 2 memperlihatkan komposisi penduduk setiap RT di RW IV Kwaluhan berdasarkan jumlah KK dan jenis kelamin. Dari distribusi tersebut terlihat bahwa jumlah rata-rata anggota rumah tangga adalah empat sampai lima orang. Secara keseluruhan, jumlah penduduk perempuan di RW IV Kwaluhan lebih banyak daripada laki- laki.

Berdasarkan usia dan jenis kelamin, jumlah penduduk usia muda (kurang dari 14 tahun) cukup banyak mencapai 465 atau 30.47 persen penduduk, sehingga mendekati struktur penduduk berumur muda. Secara rinci, komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 5

Tabel 3 Komposisi Penduduk RW IV Kwaluhan Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin NO Usia L P Jumlah 1 0 – 4 82 82 165 2 5 – 9 79 77 156 3 10 – 14 71 70 141 4 15 – 19 72 77 149 5 20 – 24 68 70 138 6 25 – 29 61 63 124 7 30 – 34 56 57 113 8 35 – 39 39 41 80 9 40 – 44 46 40 86 10 45 – 49 51 43 94 11 50 – 54 46 43 89 12 55 - 59 31 40 71 13 60 – 64 27 32 59 14 65 > 23 29 52 Jumlah 752 764 1.516

Gambar 5 Piramida Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Dari struktur penduduk, jumlah penduduk berusia di bawah 14 tahun mencapai 465 orang atau 30.47 persen dari jumlah penduduk. Sedangkan penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas) ada 52 orang atau 3.43 persen. Ini mengindikasikan bahwa beban tanggungan lebih banyak pada usia muda.

Rasio beban tanggungan RW IV Kwaluhan 51.2 persen. Dari perhitungan beban tanggungan ini, rasio beban tanggungan penduduk produktif terhadap penduduk non produktif cukup tinggi, dengan perbandingan 2: 1 atau dua orang usia produktif menanggung beban 1 orang non produktif. Dengan demikian, dari empat sampai lima anggota dalam setiap rumah tangga (Tabel 2), rata-rata terdapat satu atau dua orang berusia non produktif.

Dalam pandangan masyarakat Kwaluhan, orang yang termasuk miskin adalah apabila tanggungan banyak, yaitu terdapat lima atau lebih anggota dalam satu keluarga sementara sumber pendapatan hanya mengandalkan seorang kepala keluarga. Besarnya tanggungan keluarga ini berkaitan kemampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pendapatan keluarga yang tidak sebanding dengan beban tanggungan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota merupakan salah satu penyebab kemiskinan di Kwaluhan. Pendapatan keluarga termasuk kategori miskin di RW IV Kwaluhan adalah kurang dari Rp 300.000,00. 65 + 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5 - 9 0 - 4 90 80 70 60 50 40 30 20 10 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Sumber: Data Kelurahan Kertosari Tahun 2005

39 Dari Gambar 5 juga terlihat bahwa penurunan jumlah penduduk dari umur 20 sampai 39 tahun cukup tajam (mengerucut). Berdasarkan informasi dari informan (pengurus RT dan RW), banyak penduduk yang berusia antara 20 sampai 40 tahun ini yang bekerja di luar daerah (merantau). Penyebabnya adalah semakin sulitnya mencari pekerjaan di wilayah Temanggung. Hal ini menunjukkan bahwa di wilayah ini lapangan kerja tidak mampu menampung jumlah angkatan kerja yang ada. Sempitnya lapangan kerja di suatu daerah selain sebagai penyebab meningkatnya migrasi keluar, juga sebagai penyebab kemiskinan karena berkaitan dengan masalah pengangguran.

Tingkat pendidikan penduduk RW IV Kwaluhan cukup tinggi. Penduduk yang tamat SD atau tidak tamat SD hanya 29,9 persen. Berdasarkan informasi dari tokoh masyarakat (informan), penduduk yang hanya tamat atau tidak tamat SD pada umumnya telah berusia diatas 40 tahun, sedangkan pada usia dibawah 40 tahun telah banyak yang menamatkan pendidikan sampai tingkat menengah. Komposisi penduduk 5 tahun ke atas berdasarkan pendidikannya tersaji pada Tabel 4

Tabel 4 Penduduk Lima Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan

No Pendidikan Jumlah % 1 Tamat Universitas/PT 12 0.9 2 Tamat Akademi 19 1.4 3 Tamat SLTA 241 17.9 4 Tamat SLTP 349 25.9 5 Tamat SD 383 28.4 6 Belum tamat SD 326 24.1 7 Tidak tamat SD 21 1.5 Jumlah 1.351 100

Sumber: Data Kelurahan Kertosari Tahun 2005

Dalam pandangan masyarakat, orang miskin umumnya berpendidikan rendah, yaitu tamat atau tidak tamat sekolah dasar. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk miskin berpendidikan rendah yaitu

SD atau tidak tamat SD. Tingkat pendidikan penduduk miskin di RW IV Kwaluhan dijelaskan Gambar 6.

Gambar 6 Penduduk Miskin Berdasarkan Pendidikan.

Dari 126 KK yang termasuk miskin, 118 atau 94 persen tamat/tidak tamat SD, 5 orang atau 4 persen berpendidikan SLTP, dan 3 orang atau 2 persen berpendidikan SLTA. Tidak ada penduduk miskin yang berpendidikan tinggi. Secara umum pendidikan menggambarkan kualitas sumber daya manusia, sehingga dari data ini terlihat bahwa kemiskinan yang terjadi di Kwaluhan terkait dengan kualitas sumberdaya manusia yang rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan kemiskinan menyebabkan kurangnya kesempatan untuk memperoleh pekerjaan dengan tingkat pendapatan yang memadai. Hal ini dibuktikan dengan jenis pekerjaan yang dimiliki sebagian besar penduduk miskin tidak termasuk jenis pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi (lihat Gambar 7, Rumah tangga miskin berdasarkan mata pencaharian).

Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian penduduk beraga m. Mata pencaharian sebagai petani dilakukan oleh sebagian penduduk dibagian utara. Mereka adalah penduduk asli yang masih memiliki tanah peruntukan pertanian; sedangkan dibagian lain beraneka jenis mata pencaharian seperti buruh, serabutan, jasa, dagang, PNS, polisi, TNI, wiraswasta, dan lain- lain. Namun demikian banyak penduduk pendatang yang pada dasarnya adalah petani, kemudian pindah ke kota untuk

94% 2% 4% SD/ Tidak Tamat SLTP SLTA

41 bekerja di luar sektor pertanian. Komposisi rumah tangga berdasarkan jenis pekerjaan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Komposisi Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah %

1 Petani kecil (gurem) 10 3.2

2 Buruh 150 48.5

3 Dagang 18 5.8

4 Wiraswasta 9 2.9

5 Tukang (tukang kayu, las, bengkel) 19 6.1

6 PNS, TNI, POLRI 25 8.0 7 Pengemudi becak 15 4.8 8 Sopir 6 1.9 9 Jasa 30 9.7 10 Serabutan 27 8.7 Jumlah 309 100

Sumber: Data Kelurahan Kertosari Tahun 2005.

Jenis pekerjaan pada penduduk miskin umumnya tidak mensyaratkan keterampilan yang tinggi seperti buruh angkat junjung, buruh bangunan, tukang becak, tukang parkir, pembantu rumah tangga, dan lain- lain. Secara lebih rinci, komposisi rumah tangga miskin berdasarkan jenis pekerjaan disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Mata Pencaharian.

Dari 126 rumah tangga miskin, 88 rumah tangga atau 69.8 persen bekerja sebagai buruh, sedangkan yang lain adalah pengemudi becak (14 rumah tangga),

70% 11% 4% 2% 13% Buruh Tukang Becak Petani gurem Jasa Serabutan

petani gurem (5 rumah tangga), jasa (2 rumah tangga) dan serabutan (17 rumah tangga). Hampir semua rumah tangga yang bekerja sebagai penarik becak termasuk dalam rumah tangga miskin, hanya satu rumah tangga saja yang tidak termasuk miskin.

Tidak seperti jenis pekerjaan yang relatif menghasilkan pendapatan yang tetap seperti karyawan swasta, pegawai negeri sipil, POLRI, TNI, atau pedagang menengah ke atas, jenis pekerjaan yang dilakukan penduduk miskin yaitu buruh, tukang becak, tani, atau bekerja di sektor informal seringkali mengalami kesulitan untuk memperoleh modal dari bank-bank komersial yang mensyaratkan prosedur penilaian bankable (character, collateral, capacity to repay, capital dan

condition of economy). Mereka mengalami keterbatasan dalam kepemilikan modal, agunan, usaha produktif dan kondisi ekonomi yang disyaratkan bank. Keterbatasan untuk memperoleh modal ini menjadikan penduduk miskin mengalami keterbatasan kesempatan mengembangkan usaha untuk meningkatkan perekonomian.

Sumberdaya ekonomi

Sumberdaya ekonomi yang berupa sumberdaya alam hampir tidak mendukung sistem perekonomian penduduk. Lahan pertanian hanya dimiliki oleh 10 atau 3.2 persen rumah tangga. Lahan yang dimiliki oleh pendudukpun sangat sempit. Rata-rata kepemilikan tanah kurang dari 0,2 hektar, sehingga meskipun mereka sebagai petani, mereka juga pencari nafkah ganda dengan bekerja disektor lain, seperti buruh, berjualan, tukang becak atau bekerja serabutan.

Sumberdaya dalam masyarakat yang berpotensi untuk membantu penduduk miskin dalam memperoleh modal usaha adalah KUSP “ Gotong Royong”. Namun kenyataannya, tidak semua penduduk miskin di RW ini telah menjadi anggota KUSP. Sementara aturan dalam KUSP, yang berhak memperoleh pinjaman modal adalah penduduk yang telah menjadi anggota yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan yang telah disepakati bersama, yaitu telah mempunyai simpanan minimal 75 persen dari simpanan rata-rata anggota yang pada akhir tahun 2005 sebesar Rp. 182.700,00.

43 Sumberdaya eksternal lebih banyak memberikan kontribusi pada ekonomi penduduk, seperti adanya toko disekitar Kwaluhan (toko besi dua buah, toko bala pecah satu buah), jasa (cuci mobil dua buah), pabrik tahu dua buah, pabrik kerupuk dua buah, perbengkelan (dua buah), las (dua buah), pergudangan (gudang tembakau milik Gudang Garam satu buah dan milik Djarum Kudus satu buah), pasar dan terminal angkutan desa. Pada jenis-jenis usaha tersebut sebagian penduduk Kwaluhan bekerja dan memperoleh pendapatan sebagai buruh, jasa atau berjualan.

Struktur Komunitas

Sistem pelapisan sosial meskipun tidak jelas terjadi di RW IV Kwaluhan. Kedud ukan seseorang dalam masyarakat dipengaruhi oleh peran mereka dalam masyarakat, pendidikan, pekerjaan, dan kepemilikan (kekayaan). Ada tiga golongan (pelapisan sosial) dalam masyarakat, yaitu golongan atas (wong dhuwuran), adalah para pemimpin informal, seperti ketua RW, Ketua RT, dan tokoh masyarakat. Golongan ini berpendidikan tinggi, sering terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan dan tingkat ekonomi mapan. Lapisan berikutnya adalah lapisan menengah atau orang biasa, yaitu orang yang cukup mapan, pendidikan juga cukup tinggi, punya pekerjaan tetap, dan rumah mereka permanen atau semi permanen. Lapisan paling bawah adalah wong ngisoran (orang bawah). Termasuk dalam golongan ini adalah orang miskin. Gambar pelapisan sosial di RW IV Kwaluhan disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Pelapisan Sosial di RW. IV Kwaluhan Orang Dhuwuran

Orang Biasa

Dari 309 rumah tangga di RW IV Kwaluhan, jumlah penduduk yang termasuk dalam lapisan orang bawah (wong ngisoran) adalah 126 rumah tangga, sedangkan yang termasuk lapisan atas (orang dhuwuran) sekitar 40 rumah tangga. Pelapisan sosial tersebut, meskipun tidak jelas tetapi disadari oleh penduduk. Pada penduduk yang termasuk kategori miskin, pengaruh pelapisan sosial ini tampak dari bentuk partisipasi mereka dalam kehidupan kemasyarakatan. Dalam acara-acara yang diselenggarakan seperti peringatan HUT Kemerdekaan RI atau kegiatan pembangunan, jarang dari orang miskin ini diikutkan dalam kepanitiaan. Demikian pula dalam organisasi kemasyarakatan seperti RT, RW, PKK, posyandu, hampir tidak ada dari golongan miskin yang menjadi pengurus.

Orientasi nilai budaya dalam hubungan antar penduduk Kwaluhan cenderung berorientasi vertikal. Pada umumnya mereka masih tergantung pada inisiatif pemimpin khususnya pemimpin informal yang lebih dekat dengan penduduk. Orang yang berpangkat , berpendidikan dan mapan secara ekonomi dianggap lebih layak menjadi pemimpin. Pandangan ini menyebabkan sebagian besar ketua RT, RW atau tokoh-tokoh masyarakat adalah mereka yang bekerja sebagai PNS.

Kepemimpinan informal seperti Ketua RW dan ketua RT lebih berpengaruh dalam kehidupan kemasyarakatan daripada pemimpin formal (aparat kelurahan). Pemimpin informal ini disamping lebih dekat dengan masyarakat, juga melaksanakan fungsi pemerintahan, sedangkan aparat kelurahan lebih pada fungsi administratif. Fungsi pemerintahan ini terlihat dari pengurusan surat-surat seperti KTP, Kartu Keluarga, dan surat keterangan lain yang melalui RT atau RW. Demikian pula dalam merencanakan pembangunan di RT atau RW. Merekalah yang memberikan keputusan tentang pembangunan yang akan dilaksanakan.

Batasan Kemiskinan Dalam komunitas

Krisis ekonomi berkepanjangan dan kenaikan harga BBM yang diikuti oleh kenaikan harga- harga kebutuhan berpengaruh terhadap kemiskinan yang terjadi

45 di RW IV Kwaluhan. Data dari Kantor Kelurahan Kertosari Tahun 2005 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di RW IV Kwaluhan meningkat dari 82 rumah tangga atau 26 persen pada tahun 2001 menjadi 126 rumah tangga atau 40,77 persen pada tahun 2005. Jumlah ini kemungkinan tidak sesua i dengan kondisi nyata masyarakat karena didasarkan pada penerimaan Santunan Langsung Tunai (SLT) dan Bantuan Beras Miskin (Raskin).

Kemiskinan merupakan kondisi yang menyebabkan seseorang atau kelompok masyarakat dalam suatu wilayah tidak mempunyai cukup kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sesuai tata nilai atau norma yang berlaku di masyarakat (Nugroho dan Dahuri, 2004). Dengan demikian, kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan memenuhi kebutuhan yang dialami oleh individu maupun kelompok masyarakat ya ng didasarkan pada nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan kata lain, seseorang dikatakan miskin apabila tingkat pendapatan mereka tidak memungkinkan untuk mentaati tata nilai dan norma masyarakat. Tata nilai atau norma masyarakat memiliki karakter khas sesuai dengan karakteristik komunitas sehingga batasan kemiskinan bersifat relatif. Kondisi miskin disuatu komunitas mungkin tidak serta merta berlaku dalam komunitas lain.

Berdasarkan pandangan masyarakat RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari, orang yang dikategorikan sebagai orang miskin adalah:

1. Orang yang tidak bekerja atau tidak mempunyai pekerjaan tetap. Orang yang tidak bekerja adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan atau menganggur, sehingga tidak memiliki sumber pendapatan. Orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap adalah orang yang mempunyai jenis dan waktu bekerja tidak teratur (serabutan)1 dan pendapatannya rendah.

2. Apabila tani, kepemilikan lahan sangat sempit ( kurang dari 2 petak atau 0,16 ha). Data dari Kelurahan Kertosari menunjukkan bahwa dari 10 keluarga petani, 5 diantaranya termasuk kategori miskin dengan kepemilikan lahan kurang dari 0.2 hektar.

1

Menurut pandangan masyarakat RW IV Kwaluhan orang yang bekerja serabutan adalah mereka yang jenis pekerjaannya tidak menentu, atau melakukan banyak jenis pekerjaan dan tidak teratur, seperti orang yang bekerja berdasar permintaan, kadang-kadang menjadi kuli bangunan, di lain waktu bekerja membersihkan rumah orang, dan dalam waktu lain ikut buruh angkat junjung .

3. Pendidikan rendah, yaitu tamat atau tidak tamat sekolah dasar.

4. Pendapatan rendah, yaitu pendapatan rumah tangga kurang dari Rp 300.000,00 sehingga pendapatan tersebut hanya mencukupi kebutuhan makan.

5. Beban tanggungan banyak, yaitu terdapat lima atau lebih anggota dalam satu keluarga sementara sumber pendapatan hanya mengandalkan seorang kepala keluarga.

6. Rumah tidak permanen atau belum mempunyai rumah. Rumah tidak permanen adalah yang dinding rumah dibuat dari kayu atau bambu. Kondisi belum mempunyai rumah menunjuk pada keluarga yang tidak memiliki rumah, sehingga masih menumpang pada orang tua atau keluarganya.

7. Tidak dapat menyekolahkan anak-anaknya sampai SLTP.

Kemiskinan Dalam Keanggotaan KUSP

Masalah kemiskinan merupakan masalah komplek. Masalah ini disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah kurangnya kepemilikan dan akses terhadap sumberdaya. Dari pengamatan di lapangan dan informasi beberapa responden diperoleh gambaran bahwa beberapa orang termasuk kategori miskin yang telah memiliki kesempatan memperoleh modal dapat mengembangkan usaha kecil-kecilan seperti menjual jamu gendong, membuat makanan ringan, membuka warung kecil, atau berjualan sayuran keliling. Dengan usaha tersebut, mereka dapat mengatasi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Akses terhadap modal bagi orang miskin sangat terbatas. Lembaga- lembaga keuangan (perbankan) yang berada disekitar Kwaluhan mempunyai prosedur yang membatasi orang miskin untuk memperoleh modal, seperti harus memiliki agunan, memiliki pendapatan tetap, diketahui aparat kelurahan, survei kelayakan dan sebagainya. Prosedur tersebut sulit bagi orang miskin untuk memenuhinya, sehingga mereka kesulitan untuk memperoleh modal bagi pengembangan usaha.

Potensi sumberdaya lokal untuk membantu masyarakat miskin dalam memperoleh modal belum dapat dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal

47 oleh masyarakat. Sumberdaya ini berupa KUSP Gotong Royong yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat setempat. Dari 126 rumah tangga yang termasuk kategori miskin, baru 26 rumah tangga atau 20,6 persen yang menjadi anggota kelompok. Dari 26 rumah tangga termasuk kategori miskin ini, ya ng telah menerima Bantuan Langsung Tunai (SLT) berjumlah dua rumah tangga, menerima beras JPS (raskin) sebanyak sembilan rumah tangga dan menerima SLT dan raskin delapan rumah tangga , sementara yang tidak menerima SLT atau raskin enam rumah tangga2.

Mengacu pada pendapat Tansey dan Zigley (1991) yang menyatakan bahwa kemiskinan disebabkan oleh defisiensi modal manusia, kurangnya permintaan terhadap tenaga kerja, dan deskriminasi, dapat digambarkan bahwa kemiskinan yang terjadi pada anggota KUSP disebabkan oleh :

1. Rendahnya pendidikan dan keterampilan.

Dari 26 rumah tangga miskin yang menjadi anggota KUSP, 22 orang tamat dan tidak tamat sekolah dasar, dua orang berpendidikan SLTP dan dua orang berpendidikan SLTA. Komposisi anggota KUSP termasuk kategori miskin secara lebih jelas tersaji pada Gambar 9.

Anggota Miskin Berdasar Pendidikan

84% 8% 8% Tamat/Tidak Tamat SD SLTP SLTA

Gambar 9 Komposisi Anggota KUSP Termasuk Kategori Miskin Berdasarkan Pendidikan.

2 Informasi dari pengurus dan anggota KUSP berdasar pandangan masyarakat setempat menunjukkan jumlah anggota KUSP yang termasuk kategori miskin ada 26 orang.

Pada umumnya, mereka bekerja pada sektor pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan tinggi seperti buruh angkat junjung, petugas kebersihan (masyarakat menyebut “tukang sampah”), tukang becak, dan pekerjaan serabutan. Komposisi anggota KUSP kategori miskin berdasarkan jenis pekerjaan tersaji pada pada Tabel 6.

Tabel 6 Komposisi Anggota Miskin Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Buruh 11 2 Tukang Becak 3 3 Tukang Parkir 2 4 Tukang sampah 3 5 Serabutan 7 Jumlah 26

Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan dari anggota miskin berkaitan dengan kemampuan mereka dalam mengakses sumberdaya modal pada lembaga keuangan formal untuk mengembangkan usaha atau memenuhi kebutuhan lainnya. Sebagian besar dari mereka tidak mempunyai pendapatan tetap, tidak memiliki usaha produktif, keterbatasan dalam kepemilikan aset dan tidak mengetahui prosedur untuk mengajukan pinjaman.

Tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah dari anggota KUSP yang termasuk kategori miskin juga berkaitan dengan keberadaannya dalam keanggotaan KUSP. Pada umumnya mereka hanya sebagai anggota yang pasif. Partisipasi mereka lebih banyak sebagai penerima manfaat. Mereka cenderung menerima keputusan yang diambil oleh pengurus atau tokoh masyarakat. Dari 26 orang termasuk kategori miskin ini, hanya satu orang yang sering memberikan pendapat atau usulan dalam rapat.

2. Pengangguran

Dari 26 kepala rumah tangga miskin anggota KUSP, empat orang masih berstatus pengangguran. Mereka mengandalkan pendapatan dari istri yang bekerja sebagai pelayan toko dan serabutan untuk menopang ekonomi keluarga. Di samping itu, banyak rumah tangga termasuk kategori miskin ini

49 yang hanya mengandalkan kepala rumah tangga sebagai pencari nafkah utama. Dari 26 rumah tangga, 16 keluarga mengandalkan kepala rumah tangga sebagai satu-satunya sumber pendapatan.

Dokumen terkait