Pemberian konteks atau contextual conditioning adalah penempatan suatu informasi dalam konteks agar makna jelas bagi penerima informasi atau berita. Dalam penerjemahan, penting juga diperhatikan prinsip komunikasi bahwa semakin kaya konteks suatu berita (yang terwujud dalam kalimat), semakin kecil kemungkinan salah informasi. Contoh yang penulis ambil dalam terjemahan kitab
al-Hikam dapat menunjukan bahwa kegiatan menerjemahkan perlu
memperhatikan konteks. TEKS 1
ِةَم َََع ْنِم
ِلَمَعلْا ىَلَع ِداَمِتْع ِِْا
ُناَصْقُ ن
ِءاَجَرلا
ِلَلزلا ِدْوُجُو َدِْع
Di antara tanda sikap mengandalkan amal ialah berkurangnya harap kepada Allah tatkala khilaf.54 Menurut Syaikh Ibn Atha‘illah teks ini menjelaskan tentang tanda orang
yang membanggakan perbuatannya di hadapan Allah dan tidak mengharapkan pengampunan lagi kepada Allah tatkala ia khilaf atau berbuat salah. Ini sesuai dengan sabda Nabi saw yang diriwayatkan oleh eman imam hadits yaitu
―berlakuperilakulah kalian setepatnya dan secermatnya, sebab ketahuilah bahwa
amal perbuatan dari kalian tidak akan masuk surga. Mereka bertanya: lalu
bagaimana dengan anda Ya Rasulullah? Beliau menjawab: aku juga, hanya saja
Allah meliputi aku dengan ampunan dan kasih sayang-Nya‖. Kata mengandalkan
amal yang diartikan oleh penerjemah menurut peneliti mesti diganti dengan kata
yang lebih tepat dan mudah dimengerti yaitu membanggakan amal perbuatan, karena pada terjemahan ini tidak jelas amal apa yang dimaksud. Kata
mengandalkan dalam Kamus Bahasa Indonesia Edisi Keempat halaman 61 adalah
menaruh kepercayaan kepada sesuatu, menjamin kesanggupan-kekuatan- kemampuan. Karena ada pengertian tentang kekuatan dalam kemampuan pada definisi kata mengandalkan maka peneliti mengganti kata mengandalkan menjadi kata membanggakan. Kata membanggakan tepat sekali untuk diterjemahkan, sebab sesuai dengan apa yang dimaksud oleh bahasa sumber dari teks terjemahan di atas. Kata membanggakan adalah sifat menjamin kekuatan dalam kemampuan terhadap sesuatu. Sedangkan kata
ءاَجَرلا
yang di artikan oleh penerjermah kurangbisa dipahami. Kata raja‘ dalam Ensiklopedi Tasawuf Jilid II yang di susun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta halaman 1018 yaitu harapan untuk mendapatkan ampunan Allah Swt, jadi sangat jelas maknanya.
Terjemahan peneliti ―tanda seseorang yang senantiasa membanggakan amal perbuatannya ialah kurangnya harapan pengampunan terhadap rahmat
TEKS 2
َكُتَداَرِإ
َدْيِرْجَتلا
ِِ َكاَيِإ ِها ِةَماَقِإ َعَم
ِباَبْسَأْا
َنِم
َلْا ِةَوْهَشلا
ِةَيِف
ِباَبْسَأْا َكُتَداَرِإَو
ِدْيِرْجَتلا ِِ َكاَيِإ ِها ِةَماَقِإَعَم
ٌطاَطِِْْا
ِنَع
ِةَمِهْا
ِةَيِلاَعلْا
Keinginanmu untuk lepas dari urusan duniawi, padahal Allah telah menempatkanmu di sana, termasuk syahwat yang samar. Dan keinginanmu untuk masuk ke dalam kesibukan urusan duniawi, padahal Allah telah melepaskanmu dari itu, sama saja dengan mundur dari tekad luhur.55
Kata tajr d dalam konteks ini menurut Kamus Al-Munawwir adalah meninggalkan urusan yang bersifat duniawi termasuk mencari rezeki. Kata asb b dalam makna kontekstual pada contoh di atas adalah usaha. Kata
ةَيِفَلْا ِةَوْهَشلا
dalam konteks ini berarti keinginan yang tersembunyi. Kata
طاَطِِْْا
menurutkonteks disini adalah menurunnya. Sedangkan kata
ةَيِلاَعلْا ِةَمِهْا
dalam maknakontekstual di sini berarti semangat yang tinggi. Dalam teks ini Syaikh Ibn
Atha‘illah mengingatkan pada kita bahwa sudah menjadi takdir Allah di dunia ini terdapat dua macam kedudukan manusia yakni asb b dan tajr d. asb b adalah manusia harus bergerak dalam bidang usaha untuk memenuhi kebutuhan dunianya, sedangkan tajr d adalah manusia hanya semata-mata mengabdi kepada Allah tanpa memperhatikan kepentingan dunia, karena mereka sudah merasa cukup puas dengan bekal kehidupan di dunia yang telah dimilikinya.56
55Ibnu Atha‘illah Al-Iskandari, The Book of Wisdom Al-Hikam (Jakarta: Turos, 2013), h.2.
Terjemahan peneliti ―keinginanmu untuk meninggalkan urusan dunia padahal Allah menempatkanmu pada golongan orang-orang yang berusaha itu termasuk dalam pengaruh keinginan yang tersembunyi. Sebaliknya , keinginanmu untuk melakukan usaha padahal Allah menempatkanmu pada golongan orang-orang yang meninggalkan urusan dunia itu suatu penurunan dari semangat yang
tinggi‖. TEKS 3
ُقِباَوَس
ِمَمِهْا
ُقِرََْ َِ
ِراَدْقَأْا َراَوْسَأ
Tekad yang kuat tak akan mampu menembus dinding takdir.57 Menurut Syaikh Ibn Atha‘illah teks ini menjelaskan tidak ada yang mampu
mengubah ketentuan Allah. Bahagia dan celaka adalah dua macam nasib manusia yang sudah ditentukan oleh Allah sejak manusia masih berada dalam kandungan. Dan ketentuan tersebut tidak bisa diubah oleh manusia. Walaupun dengan kekuatan dan semangat yang menyala-nyala sekalipun. Allah berfirman dalam surat at-Takwir ayat 29:‖dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan
itu), kecuali apabila dikehendaki oleh Allah, Rabb dari seluruh alam‖.58
Untuk menerjemahkan kata himmah pada teks di atas penerjemah menggunakan kata tekad yang kuat, ini sudah benar. Dalam ilmu tasawuf kata
himmah bisa di artikan azam-ikhtiar-kesungguhan hati 59 Kata
قِرََْ
yangditerjemahkan oleh penerjemah adalah menembus sudah tepat. Sedangkan kata
57Ibnu Atha‘illah Al-Iskandari, The Book of Wisdom Al-Hikam (Jakarta: Turos, 2013), h.3.
58 Ibnu Atha‘illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam Petuah-Petuah Agung Sang Guru (Jakarta: Khatulistiwa Press, 2013), h.5.
59
Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Tasawuf Jilid I (Bandung: Penerbit Angkasa, 2008), h.259.
راَوْسَأ
yang diterjemahkan oleh penerjemah adalah dinding, menurut peneliti perlu diganti menjadi kepastian. Sebab kataراَوْسَأ
yang dimaksud oleh Ibn Atha‘illahadalah tentang kepastian Allah yang telah ditentukan atau koteksnya yaitu
ketetapan. Bila diperhatikan koteks kata
راَوْسَأ
yang didampingi kata sesudahnyaراَدْقَأْا
.Terjemahan dari peneliti : ―tekad yang kuat tak akan bisa menembus
kepastian yang telah ditetapkan oleh Allah swt‖.
TEKS 4
َكَسْفَ ن ْحِرَأ
ِم
َكِسْفَ ِل ِهِب ْمُقَ ت َِ َكَْع َكُرْ يَغ ِهِب َماَق اَمَف ِِْْبْدَتلا َن
Istirahatkan dirimu dari kesibukan mengurusi duniamu. Urusan yang telah diatur Allah tak perlu kau sibuk ikut campur.60 Syaikh Ibn Atha‘illah menceritakan teks ini tentang pengaturan Allah
terhadap segala sesuatu yang menjadi urusan duniawi, maksudnya adalah agar manusia dimuka bumi ini tidak lagi sibuk mengurusi sesuatu yang menjadi kepentingan dunia. Contohnya kita harus mengenal kewajiban yang diperintah
Allah saja biarkan yang menjadi hak adalah kewenangan Allah semata ‗Sang Maha Pemberi‘. Kita manusia tak perlu lagi risau tentang apa yang menjadi keputusannya bertawakkal saja dan tunjukkan kekuatan iman yang terus mengalir dalam raga dikehambaannya.
Untuk menerjemahkan kata
كَسْفَ ن ْحِرَأ
peneliti menerjemahkan dengan katatenangkanlah jiwamu. Sedangkan penerjemah mengartikan dengan kata
istirahatkanlah dirimu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat
Departemen Pendidikan Nasional halaman 552 kata istirahat berarti mengaso
sebentar dari suatu kegiatan (untuk melepas lelah) atau rehat.
Terjemahan dari peneliti ―tenangkanlah jiwamu dari mengatur urusan dunia, karena segala sesuatu yang telah diurus untukmu sudah diatur oleh Allah swt tidak perlu engkau ikut campur‖.
TEKS 5
َو َكَل َنِمُض اَمْيِف َكُداَهِتْجِا
َكُرِصْقَ ت
اَمْيِف
ُبِلُط
ْنِا ىَلَع ُلْيِلَد َكِْم
َكِْم ِةَرْ يِصَبلْا ِساَمِط
Kegigihanmu dalam mencari apa yang telah dijamin untukmu dan kekuranganmu dalam melaksanakan apa yang diminta darimu menjadi bukti butanya mata hatimu.61
Kata
كُرِصْقَ ت
menurut makna kontekstual pada kata tersebut yang lebihtepatnya berarti kelalaian terdapat dalam Kamus al-Munawwir halaman 1125. Kata
بِلُط
makna kontekstualnya berarti diperintahkan. Terjemahan dari peneliti―kegigihanmu untuk mencari apa yang telah dijamin oleh Allah dan kelalaianmu dalam melaksanakan apa yang diperintahkan darimu menjadi tanda bukti butanya hatimu‖.
TEKS 6
َم ِءاَطَعلْا ِدَمَأ ُرخَأَت ْنُكَي َِ
َةَباَجِإا َكَل َنَمَض َوُهَ ف َكِسأَيِل اًبِجْوُم ِءاَعدلا ِِ ِحاَِْْإا َع
يِذَلا ِتْقَولْا ِِ َِ ُدْيِرُي يِذَلا ِتْقَولْا َِِو َكِسْفَ ِل ُراَتََْ اَمْيِف َِ َكَل ُُراَتََْ اَمْيِف
ُدْيِرُت
Jangan sampai tertundanya karunia Tuhan kepadamu, setelah kau mengulang-ulang do‘amu, membuatmu putus asa. Karena Dia menjamin pengabulan do‘a sesuai pilihan-Nya, bukan pada
waktu yang diinginkan .62
Terjemahan teks di atas sudah tepat makna kontekstualnya, hanya saja dalam penempatan tatabahasa yang susah untuk dimengerti. Kata diinginkan menjadi rancu karena tidak dapat dipahami. Siapa yang diinginkan? Jadi kurang efektif dalam membacanya, peneliti tambahkan kata kamu karena Bsu-nya
دْيِرُت.
Terjemahan peneliti ―jangan sampai karena tertundanya karunia Allah kepadamu dimana engkau telah bersungguh-sungguh berdoa lalu membuatmu putus asa. Karena Dia telah menjamin pengabulan doa sesuai dengan
pilihan-Nya, bukan pada waktu yang engkau inginkan‖.
TEKS 7
َِ
ُي
َش
َكََكِك
ْا ِعْوُ قُو ُمَدَع ِدْعَولْا ِِ
َل
ِِ اًاْدَق َكِلَل َنْوُكَي َََلِل ُهَُمَم ََََعَ ت ْنِإَو ِدْوُعْو
َب
َكِتَرْ يِص
ِرُِل اًداَِْْإَو
َكِتَرْ يِرَس
Janji yang tak dipenuhi Tuhanmu pada waktunya jangan sampai membuatmu ragu. Agar keraguan itu tidak menjadi perusak pandanganmu dan pemadam cahaya kalbumu.63
Terjemahan dari teks di atas sudah tepat makna kontekstualnya, sesuai dengan bahasa sumber. Sedikit penempatan tatabahasanya saja yang sedikit diubah agar lebih mudah dipahami maksud dan tujuan bahasa sumber dari penulis kitab.
Terjemahan peneliti ―jangan sampai kamu menjadi ragu akan janji Allah yang tidak terpenuhi pada waktunya. Supaya keraguan itu tidak merusak mata
batinmu dan memadamkan cahaya hatimu‖.
TEKS 8
َأْا ُساَْجَأ ْتَعَوَ َ ت
ِعوَ َ تِل ِلاَمْع
ِتاَدِراَو
لاَوْاَأْا
Jenis amal itu bermacam-macam karena asupan hati juga beragam.64
Pada teks ini peneliti temukan kata asupan, jika dilihat dari Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi Keempat halaman 96:
asup.an n masukan (biasanya tt makanan, gizi); tambahan: rendahnya ~ kalsium dan vitamin D menjadi penyebab lain munculnya osteoporosis
63Ibnu Atha‘illah Al-Iskandari, The Book of Wisdom Al-Hikam (Jakarta: Turos, 2013), h.7. 64Ibnu Atha‘illah Al-Iskandari, The Book of Wisdom Al-Hikam (Jakarta: Turos, 2013), h. 10.
Kata asupan yang biasanya tentang makanan atau gizi, disini konteksnya kurang tepat jika terjemahan memakai kata asupan. Untuk menerjemahkan kata
تاَدِراَو
kita tidak bisa hanya mengandalkan kamus. Karena jika hanya melihat makna yang terdapat pada kamus Arab-Indonesia, akar kata dariتاَدِراَو
adalahwarada-yaridu-w ridun. Dalam Kamus Arab-Indonesia Muhammad Yunus halaman 599 kata
تاَدِراَو
berarti ‗yang datang, yang membawa, yang berani‘,dalam Kamus Arab-Indonesia Al-Azhar halaman 1047 artinya ‗importir,
pemberani, jalan, setiap yang panjang‘, dalam Kamus Al-Munawwir halaman
1553 berarti ‗jalan, barang-barang impor‘, dan dalam Ensiklopedia Tasawuf
Imam Al-Ghazali halaman 571 kata
تاَدِراَو
bermakna cahaya ketuhanan yangdipancarkan Allah swt ke dalam hati seorang hamba yang dicintai-Nya. Karena maksud dari kata
تاَدِراَو
adalah tentang makrifat Tuhan dan rahasia rohani yangada di dalam relung hati. Jadi apa yang ada di hati akan mendorong munculnya sifat-sifat ahw l (keadaan) terpuji. Ada yang mendorong kelembutan, ada yang membuahkan karisma dan ada yang memupuk kedermawanan. Dalam Ensiklopedi
Tasawuf disusun oleh Tim UIN Syarif Hidayatullah Jilid III halaman 1475 w rid
secara kebahasaan berasal dari kata wur d yang berarti datang. Dalam tasawuf, w rid diartikan dengan sesuatu yang datang ke dalam hati yang berupa bisikan-bisikan kesenangan, kesedihan, ketakutan, kecemasan, kelapangan dan sebagainya. Kehadiran w rid tersebut bukan karena disengaja, tetapi betul-betul datang begitu saja, baik dari Allah maupun dari keutamaan ilmu. Jadi, ditarik kesimpulan bahwa kata yang tepat dalam konteks ini adalah pancaran atau keadaan. Sebab, kata
تاَدِراَو
berdampingan dengan kataلا َوْحَأْا
maka makna yang tepat sesuai padanan kontekstual adalah kata pancaran hati atau keadaan hati.Terjemahan dari peneliti adalah ―Jenis amal itu bermacam-macam karena
keadaan hati juga beragam‖.
TEKS 9
ِرِس ُدْوُجُو اَهُااَوْرَأَو ٌةَمِئاَق ٌرَوُص ُلاَمْعَأا
َص ََْخِإْا
اَهْ يِف
Amal itu seumpama jasad sedangkan keikhlasan adalah ruhnya.65 Pada teks ini Syaikh Ibn Atha‘illah menceritakan tentang ketulusan atau niat hati adalah pokok dari segala perbuatan semata karena Allah, maksudnya adalah setiap perbutan harus didahulukan dengan niat, tanpa niat yang timbul dari hati tak akan mungkin seseorang melakukan suatu perbuatan. Penerjemah menerjemahkan dengan menggunakan metode gaya bahasa atau memakai peribahasa. Kata
ص ََْخِإْا
tetap diterjemahkan menggunakan kata serapan menjadiikhlas, disini peneliti memaknai kata
ص ََْخِإْا
menjadi niat atau ketulusan, biladilihat dari Kamus Al-Munawwir halaman 361 banyak sekali makna dari kata
ص ََْخِإْا
maka peneliti mengambil koteks dari kata tersebut menjadi niat atau ketulusan.
Terjemahan dari peneliti ―perbuatan adalah seumpama jasad (kerangka yang tetap tak bergerak) dan niat adalah seumpama ruhnya.
TEKS 10
ِلْوُمُْلا ِضْرَأ ِِْ َكَدوُجُو ْنِفْدِا
ْنَفْدُي ََْ اَِِ َتَبَ ن اَمَف
مِتَي َِ
ُهُجاَتِن
Kuburlah dirimu di tanah kerendahan karena sesuatu yang tumbuh tanpa dikubur (ditanam) hasilnya kurang sempurna.66
Kalimat kuburlah dirimu di tanah kerendahan terkesan ekstrem, bahwa kita diperintahkan mengubur diri hidup-hidup. Kenapa peneliti bisa mengartikan seperti itu? Karena kata kubur yang berasumsi di masyarakat luas bahwa kata
kubur memasukkan diri ke dalam tanah. Dan bagusnya lagi disandingkan kata
tanah, maka jelas nantinya para pemakai bahasa yang beranggapan bahwa
mengubur diri itu perbuatan baik. Padahal bahasa sumbernya tidak memerintahkan seperti yang demikian. Mari kita lihat penjelasan kata kubur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat halaman 748.
ku.bur n 1 lubang dl tanah tempat menyimpan mayat; liang lahat; 2 tempat pemakaman jenazah; makam: ia berziarah ke – ayahnya;
Jelas betul apa yang diuraikan oleh KBBI, bahwa kata kubur pasti berhubungan dengan tempat mayat disemayamkan, pemakaman jenazah, tanah yang dilubangi atau dicangkul sehingga menjadi liang lahat dan pastinya kata
kubur dikaitkan dengan pengertian angker atau menyeramkan. Maka terjemahan
teks di atas kurang melihat sisi penerapan pilihan kata dalam menerjemahkan.
Itulah sebabnya dapat dikatakan bahwa kata adalah sebuah rangkaian bunyi atau simbol tertulis yang menyebabkan orang berpikir tentang sesuatu hal dan makna sebuah kata pada dasarnya diperoleh karena persetujuan informan antara sekelompok orang untuk menyatakan hal atau barang tertentu melalui rangkaian bunyi tertentu. Atau dengan kata lain, arti kata adalah persetujuan atau konvensi umum tentang interrelasi antara sebuah kata dengan referensinya (barang atau hal yang diwakilinya).
Jadi, harus diperhatikan dalam memilah ketepatan kata dalam penerjemahan. Penerjemah perlu mengetahui beberapa syarat mencapai ketepatan pilihan kata seperti membedakan secara cermat denotasi dari konotasi, membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim, membedakan kata-kata yang mirip dengan ejaan, hindari kata-kata ciptaan sendiri, membedakan kata umum dan kata khusus, mempergunakan kata-kata indiria yang menunjukkan persepsi yang khusus, memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal dan memperhatikan kelangsungan pilihan kata-kata.
Dalam Kamus Al-Munir Arab-Indonesia halaman 190 kata
نِفْدِا
‗menanam dan tertanam‘. Kataضْرَأ
, peneliti mengartikan ‗dengan hati‘. Sedangkan kataلْوُمُخْلا
, penulis mengambil makna ‗kerendahan‘.Pada hakikatnya Ibn Atha‘illah menulis teks di atas menceritakan keinginan hawa nafsu atau popularitas yang tinggi dalam jabatan atau kekuasaan. Seperti contoh ada yang menawarkan kita untuk sebuah jabatan yang membuat terkenal. Seandainya kita terpaksa terkenal, kita harus merendah hati dan jangan
mencari kedudukan tertentu. Jangan memandang jabatan yang sedang kita sandang sebagai hal yang besar. Yakinlah bahwa kebaikan akan kita dapatkan saat kita meninggalkan itu semua. Namun, jangan kita tinggalkan semua itu, kecuali kita dibimbing oleh guru atas izin Tuhan.
Peneliti berkesimpulan bahwa terjemahan teks di atas harus di perbaiki agar pesannya tidak rancu ketika sampai kepada pembaca atau pemakai bahasa dan amanat sesuai dengan yang empunya bahasa sumber. Sesungguhnya terjemahan yang baik adalah penerjemah komunikatif yang memperhatikan prinsip-prinsip komunikatif pembaca. Maka terjemah versi peneliti adalah
―Tanamkanlah pada dirimu kerendahan hati, karena sesuatu yang tumbuh dari
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan dari beberapa terjemahan dari kitab al-Hikam dari halaman 1 hingga 12, maka peneliti hanya menemukan beberapa teks atau kata yang tidak tepat makna kontekstualnya. Jadi penerjemah menerjemahkan kata dengan gaya harfiyah, tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh bahasa sumber dari penulis. Konteks adalah unsur-unsur di luar teks yang berhubungan dengan teks dan mempunyai relevansi kebahasaan. Konteks dapat sangat membantu dalam mendapatkan pemahaman terhadap teks. Bila si penerjemah berdasarkan wawasan yang dimilikinya.
Berdasarkan ketepatan makna kata pada terjemahan, maka terjemahan kitab al-Hikam dari halaman 1 hingga 12 ditemukan beberapa makna yang rancu, tidak efektif, ketidaktepatan dalam penempatan tata bahasa dan tidak dimengerti maksud dari bahasa sumbernya. Jadi cara memilih makna kata yang tepat mengandung dua aspek yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi makna.
Bentuk adalah segi yang dapat diserap dengan pancaindera, yaitu dengan
mendengar atau melihat. Sebaliknya dari aspek isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek bentuk. 67
2. Rekomendasi
Penelitian yang saat ini peneliti lakukan masih perlu dilanjutkan oleh teman-teman mahasiswa/i jurusan Tarjamah yang memang berminat membahas
67
terkait ketepatan terjemahan analisis makna kontektual yang mengambil objek sasarannya kitab al-Hikam.
Peneliti menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya jika ada saran yang masuk untuk peneliti. Karena peneliti menyadari banyaknya keterbatasan ilmu yang dimiliki peneliti dalam menganalisis penelitian ini. Maka peneliti berharap nantinya penelitian ini bisa di kaji lagi dalam penelitian-penelitian selanjutnya.