• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis keterkaitan digunakan untuk mengkaji keterkaitan antar sektor produksi dala suatu perekonomian terutama dari sisi input dan sisi output. Keterkaitan dengan bahan mentah atau input disebut keterkaitan ke belakang, sedangkan penjualan output disebut keterkaitan ke depan.

4.2.1. Keterkaitan ke Depan

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sektor Industri pengolahan lainnya memiliki nilai keterkaitan langsung maupun langsung dan tidak langsung ke depan terbesar yaitu 1,561 dan 4,449. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan permintaan akhir sektor industri pengolahan lainnya sebesar satu-satuan maka akan meningkatkan output sektor industri pengolahan lainnya dan sektor-sektor lain dalam perekonomian secara langsung sebesar 1,561 satuan dan secara langsung dan tidak langsung sebesar 4,449 satuan.

Sektor industri TPT memiliki nilai keterkaitan ke depan yang cukup besar baik secara langsung maupun langsung dan tidak langsung. Sektor industri TPT

berada di peringkat 7 dari 15 sektor perekonomian di Indonesia. Sektor industri TPT memiliki nilai keterkaitan ke depan langsung sebesar 0,427 dan keterkaitan langsung dan tidak langsung sebesar 1,798. Angka ini menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan permintaan akhir di sektor industri TPT sebesar satu-satuan maka akan meningkatkan output sektor TPT dan sektor-sektor lain dalam perekonomian secara langsung sebesar 0,427 satuan dan secara langsung dan tidak langsung sebesar 1,798 satuan.

Tabel 4.4. Keterkaitan ke Depan Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2003. Keterkaitan ke Depan

No. Sektor Langsung

Langsung dan tidak Langsung

1. Tanaman Bahan Makanan 0,333 1,599

2. Tanaman Perkebunan 0,343 1,593 3. Peternakan 0,267 1,435 4. Kehutanan 0,048 1,114 5. Perikanan 0,067 1,100 6. Pertambangan 0,633 2,184 7. Industri Makanan, 0,507 1,860

Minuman dan Tembakau

8. Industri Tekstil 0,427 1,798

dan Produk Tekstil (TPT)

9. Industri Pengolahan Lainnya 1,561 4,449

10. Listrtik, Gas dan Air Bersih 0,211 1,370

11. Bangunan 0,086 1,158

12. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,769 2,458

13. Angkutan dan Komunikasi 0,428 1,947

14. Lembaga Keuangan 0,289 1,546

15. Jasa-jasa 0,545 1,955

4.2.2. Keterkaitan ke Belakang

Tabel 4.5. Keterkaitan ke Belakang Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2003. Keterkaitan ke Belakang

No. Sektor Langsung

Langsung dan tidak Lanngsung

1. Tanaman Bahan Makanan 0,121 1,199

2. Tanaman Perkebunan 0,261 1,490 3. Peternakan 0,503 1,987 4. Kehutanan 0,193 1,350 5. Perikanan 0,233 1,420 6. Pertambangan 0,188 1,329 7. Industri Makanan, 0,658 2,094

Minuman dan Tembakau

8. Industri Tekstil 0,649 2,465

dan Produk Tekstil (TPT)

9. Industri Pengolahan Lainnya 0,633 2,287

10. Listrtik, Gas dan Air Bersih 0,738 2,246

11. Bangunan 0,662 2,393

12. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,419 1,830

13. Angkutan dan Komunikasi 0,559 2,150

14. Lembaga Keuangan 0,274 1,483

15. Jasa-jasa 0,421 1,840

Sumber: Tabel I-O Indonesia klasifikasi 15 sektor, 2003 (diolah).

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa sektor listrik, gas dan air bersih memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang terbesar yaitu sebesar 0,738. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sektor listrik, gas dan air bersih sebesar satu-satuan maka akan meningkatkan permintaan input sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor-sektor lain dalam perekonomian secara langsung sebesar 0,738 satuan. Jika dilihat dari nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, maka sektor industri TPT memiliki nilai tertinggi sebesar 2,465.

Keterkaitan langsung maupun langsung dan tidak langsung ke belakang sektor industri TPT berada di peringkat 4 dan 1 dari 15 sektor perekonomian yaitu sebesar 0,649 dan 2,465. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sektor industri TPT sebesar satu-satuan maka akan meningkatkan permintaan input sektor industri TPT dan sektor-sektor lain dalam perekonomian secara langsung sebesar 0,649 satuan dan secara langsung dan tidak langsung sebesar 2,465 satuan.

4.3. Analisis Dampak Penyebaran

Tabel 4.6. Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2003. No. Sektor Koefisien Penyebaran Kepekaan Penyebaran

1. Tanaman Bahan Makanan 0,653 0,870

2. Tanaman Perkebunan 0,811 0,867 3. Peternakan 1,081 0,781 4. Kehutanan 0,735 0,606 5. Perikanan 0,773 0,599 6. Pertambangan 0,723 1,189 7. Industri Makanan, 1,140 1,012

Minuman dan Tembakau

8. Industri Tekstil 1,342 0,978

dan Produk Tekstil (TPT)

9. Industri Pengolahan Lainnya 1,245 2,421

10. Listrtik, Gas dan Air Bersih 1,222 0,745

11. Bangunan 1,302 0,630

12. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,996 1,338

13. Angkutan dan Komunikasi 1,170 1,059

14. Lembaga Keuangan 0,807 0,841

15. Jasa-jasa 1,001 1,064

Analisis dampak penyebaran digunakan untuk mengetahui sektor-sektor dalam perekonomian yang mempunyai kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor hulu dan sektor hilir. Analisis ini dapat digunakan untuk melihat sektor ekonomi andalan dalam perekonomian Indonesia. Analisis ini terdiri dari koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran.

4.3.1. Koefisien Penyebaran

Kuatnya kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang menyediakan input bagi sektor-sektor tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien penyebaran yang lebih besar dari satu. Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa ada 8 sektor yang memiliki kemampuan mendorong peningkatan output industri hulunya yaitu sektor peternakan, industri makanan minuman dan tembakau, industri TPT, industri pengolahan lainnya, listrtik gas dan air bersih, bangunan, angkutan dan komunikasi, dan juga sektor jasa-jasa. Diantara sektor perekonomian tersebut, sektor industri TPT memiliki nilai koefisien penyebaran tertinggi yaitu sebesar 1,342. Hal ini menandakan bahwa sektor industri TPT dapat mendorong peningkatan output sektor hulunya sebesar 1,342 satuan. Nilai koefisien penyebaran sektor industri TPT yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa sektor industri TPT memiliki kemampuan yang tinggi dalam mendorong pertumbuhan sektor hulunya. Nilai koefisien penyebaran yang besar juga menunjukkan sektor industri TPT relatif banyak menggunakan input yang berasal dari sektor-sektor lain.

4.3.2. Kepekaan Penyebaran

Nilai kepekaan penyebaran lebih dari satu menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang menggunakan output dari sektor tersebut. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sektor-sektor yang memiliki daya dorong kuat bagi perekonomian Indonesia adalah sektor pertambangan, industri makanan minuman dan tembakau, industri pengolahan lainnya, perdagangan hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, dan juga sektor jasa-jasa. Sektor industri pengolahan lainnya merupakan sektor dalam perekonomian Indonesia memiliki nilai kepekaan penyebaran terbesar yaitu sebesar 2,421 satuan.

Kepekaan penyebaran sektor industri TPT berada di peringkat ke 7 yaitu sebesar 0,978. Nilai kepekaan sektor industri TPT yang kurang dari satu menunjukkan bahwa sektor industri TPT lemah dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilir. Rendahnya nilai kepekaan penyebaran tersebut juga menunjukkan bahwa output dari industri TPT kurang banyak digunakan dalam proses produksi sektor-sektor lain.

Dokumen terkait